Tugas Buk Eka Bab 2
Tugas Buk Eka Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
f. Kuat dalam menyikapi perbedaan budaya dalam masyarakat melalui
keterampilan interaksi personal dengan berbagai budaya.
4
2.4 Tren Dan Isu Terhadap Dampak Biaya Pengobatan Yang Tinggi
Terhadap Ketahanan Keluarga
Kasus
Cengkareng, Dedi (31) mengeluhkan, mahalnya harga obat yang harus
ditebus untuk adiknya yang menderita penyakit paru-paru. Selama satu tahun
terakhir, dia harus menebus obat hingga Rp 200 ribu setiap kali adiknya
berobat.
Ongkos pembelian obat yang harus dikeluarkan itu, menurut Dedi, sangat
memberatkan. Apalagi kondisi keuangan keluarganya saat ini tengah kembang
kempis, akibat sang adik sering keluar masuk rumah sakit. “Saya binggung,
harga obat makin mahal, sementara adik saya butuh obat rutin setiap
minggunya harus ditebus. Sementara ekonomi keluarga saya sedang tidak
baik” keluh Dedi.
Dedi mengaku, ketika adiknya dirawat di RSUD Cengkareng satu tahun
lalu, biaya untuk ruang rawat inap dan perawatan murah. Namun saat dokter
memberikan resep obat untuk ditebus ke apotek, dia kaget karena harganya
mahal, sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 700 ribu setiap kali menebus resep.
Menanggapi keluhan pasien tersebut, Humas RSUD Cengkareng, Agung
mengatakan, harga obat sudah mengacu pada Formularium Nasional (Fornas)
yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Menurut Agung, semua harga
obat dan layanan RSUD Cengkareng sudah sesuai dengan prosedur yang
diatur pemerintah. “Semua prosedur sesuai dengan standar pelayanan, ”
ujarnya.
Terkait sosialisasi obat generik di lingkungan rumah sakit, Agung
mengakui, saat ini pihaknya belum melakukannya. "Saat ini masih dalam
proses KJS (Kartu Jakarta Sehat) menuju BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial), jadi obat generik belum kami sosialisakan disini," tandasnya.
Dihubungi terpisah, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI), Husna Zahir menegaskan, mahalnya harga obat sehingga
memberatkan pasien miskin harus ditanggapi serius apotek dan rumah sakit.
5
"Setiap konsumen mempunyai hak untuk mengetahui informasi seputar
kualitas dan harga obat yang beredar di masyarakat. Obat generik juga harus
mempunyai kualitas yang sama." kata Husna.
Husna menjelaskan, mahalnya harga obat karena bahan baku untuk
pembuatan obat masih impor. Belum lagi biaya biaya iklan dan marketing,
sehingga biaya produksi obat paten jauh lebih mahal.
6
yang disediakan cukup mahal. Tidak dapat dipungkiri mencegah lebih baik
dari pada mengobati.
Sumber :
eprints.ums.ac.id/30951/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/47421/11/I11nnk.pdf