I. Sejarah Federasi Panjat Tebing Indonesia
I. Sejarah Federasi Panjat Tebing Indonesia
FPTI didirikan pada tanggal 21 April 1988, dengan dukungan beberapa pengurus cabang serta
pengurus daerah lain. Dengan tujuan menciptakan pemanjat indonesia yang mampu berprestasi baik
ditingkat nasional maupun internasional.
Sebagai pendamping pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan panjat tebing
indonesia, FPTI berada di bawah koordinasi Menteri Pemuda dan Olah raga sesuai rapat Paripurna
Nasional I tahun 1991, Tahun 1992 sudah direncanakan menjadi anggota Komite Olahraga Nasional
(KONI) dan Union Internasional Des Associations D`Alpinisme (UIAA)
Pada dasarnya Pemanjat Tebing dimanapun itu paling alergi dengan peraturan-peraturan yang
resmi. Inilah uniknya dari olahraga yang satu ini, Olahraga ini tidak membutuhkan aturan tertulis
dibandingkan dengan olahraga yang lain.
Namun pada perkembangannya ketika panjat dinding mulai berkembang menyamai olahraga panjat
tebing alam sehingga diperlukan aturan yang tertulis. Untuk itu di bentuk aturan pertandingan yang
`Fair` yang aturan tersebut dibuat dan disesuaikan dengan kondisinya. Maka diciptakan kata `Kode
Etik` yang merupakan adaptasi dari kata `peraturan`.
Pemanjatan pertama mungkin meliputi pembersihan seminimum mungkin tanaman dan batuan
asli yang lepas dari titik penambatan untuk turun. Merusak pegangan dan pijakan tidak
diperkenankan.
Pemakaian Piton harus di jaga seminimum mungkin.
Pemakaian bor hanya digunakan sebagai alternatif terakhir.
Pemakaian Magnesium hanya digunakan ketika dibutuhkan.
Dalam suatu kasus ketika pemanjatan jatuh, pemanjat tersebut harus turun ke tempat pengaman
terakhir, dan ia dapat beristirahat di tebing dan dapat kembali melanjutkan pemanjatan.
Bergantung ditali sesudah jatuh disebut `Hand Dogging`, dan jatuh dari runner disebut`yoyoing`.
Pada dasarnya Panjat Tebing adalah suatu olahraga yang mengutamakan kelenturan dan kekuatan
tubuh, kecerdikan serta keterampilan baik menggunakan Peralatan maupun tidak dalam menyiasati
tebing itu sendiri dengan memanfaatkan cacat batuan.
- Otak yaitu seorang pemanjat membutuhkan keterampilan khusus dalam penguasan tehnik-tehnik
pemanjatan dan peralatan.
- Otot yaitu seorang pemanjat membutuhkan kekuatan khusus dalam pemanjatan dengan ini di
butuhkan latihan-latihan seperti latihan fisik, beban dan senam kebugaran panjat tebing.
- Hoki yaitu keberuntungan dalam pemanjatan baik itu keselamatan maupun suksesnya
pemanjatan.
- On Belay yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang pemanjat bahwa ia telah melakukan
pemanjatan.
- Belay On yaitu Aba-aba yang diucapkan oleh seorang Belayer bahwa ia telah siap melakukan
Pemanjatan.
- Full yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada Belayer untuk mengencangkan tali
pemanjatan.
- Slag yaitu Aba-aba yang diucapkan seorang climber kepada seorang belayer untuk mengendurkan
Tali pemanjatan.
a. Alpine Tactics yaitu Sistem Pemanjatan yang ditempuh dengan tujuan mencapai puncak dengan
membawa seluruh prlengkapan dan Peralatan pemanjatan biasanya climber bermalam diatas
tebing/Flying Camp, tanpa kembali lagi ke shelter induk. Biasanya pada sistem ini seorang climber
harus mempunyai kemampuan khusus dalam penguasaan tehnik-tenhik pemanjatan karena resiko
pemanjatannya sangat tinggi.
b. Himalayan Tactics yaitu Sistem pemanjatan yang dilakukan setahap demi setahap hingga
mencapai puncak tanpa membawa seluruh perlengkapannya dan pemanjat kembali ke shelter induk.
a. Free Climbing yaitu Tehnik memanjat yang hanya menggunakan keterampilan tangan dan kaki,
sedangkan peralatan hanya digunakan untuk mengamankan diri pemanjat itu sendiri bila jatuh dan
tidak digunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya digunakan pada lomba memanjat.
b. Bouldering yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan pada tebing-tebing pendek secara rutinitas,
biasanya dilakukan untuk melatih kemampuan seorang climber.
c. Soloing yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan baik tebing pendek ataupun tinggi dengan sendiri
tanpa menggunakan peralatan.
d. Aid (Artificial) Climbing yaitu biasanya pada tehnik pemanjatan ini, pemanjat menggunakan
secara langsung peralatan untuk menambah ketinggian pemanjatannya. Biasanya digunakan pada
pembuatan jalur.
X. Gerakan Memanjat
a. Lay Back yaitu diantara dua tebing yang membentuk sudut tegak lurus, sering dijumpai retakan
yang memanjang dari bawah ke atas. Gerakan ke atas untuk kondisi tebing seperti ini adlah dengan
mendorong kaki pada tebing dihadapan kita dan menggeser-geserkan tangan pada retakan tersebut
keatas secara bergantian pada saat yang sama. Gerakan ini sangat membutuhkan tenaga yang
sangat besar.
b. Chimey yaitu bila kita menemui dua tebing berhadapan yang membentuk suatu celah yang cukup
besar untuk memasukkan tubuh, cara yang dilakukan adalah dengan menyandarkan tubuh pada
tebing yang satu dan menekan atau mendorong kaki dan tangan pada dinding yang lain. Chimey
terbagi atas beberapa macam yaitu Wriggling, Backing Up dan Bridging.
c. Wriggling yaitu dilakukan pada celah yang tidak terlalu luas sehingga hanya cukup untuk tubuh
saja.
d. Backing Up yaitu dilakukan pada celah yang sangat luas, sehingga badan dapat menyusun dan
bergerak lebih bebas.
e. Bridging yaitu dilakukan pada celah yang sangat lebar sehingga hanya dapat dicapai apabila
merentangkan kaki dan tangan selebar-lebarnya.
f. Traversing yaitu gaya pemanjatan yang dilakukan ke kiri ataupun ke kanan pada saat melakukan
perpindahan gerak jalur pemanjatan.
g. Undercling yaitu dilakukan apabila menghadapi pegangan terbalik, dimana tangan memegangnya
secara terbalik dan menarik badan keluar, kemudian kaki naik mendorong badan keluar. Antara
dorongan kaki dan tangan saling berlawanan arah sehingga dapat menimbulkan gerakan keatas.
h. Cheval yaitu dilakukan pada batu yang yang biasa disebut punggungan (arete), pemanjat yang
menggunakan cara ini mula-mula dudk seperti penunggang kuda pada arete, lalu dengan kedua
tangan menekan bidang batu dibawahnya, ia mengangkat atau memindahkan tubuhnya keatas atau
kedepan.
i. Slab Climbing yaitu pemanjatan yang dilakukan pada tebing licin yang kondisinya tidak terlalu
curam.
j. Mantleshelf yaitu dilakukan apabila menghadapi suatu tonjolan datar (flat) yang luas sehingga
dapat menjadi bidang untuk berdiri.
Friction step yaitu cara menempatkan kaki pada permukaan tebing dengan menggunakan bagian
bawah sepatu (sol) dan mengandalkan gesekan karet sepatu.
Edging yaitu cara kerja kaki dengan menggunakan sisi luar kaki (sepatu). Normalnya daerah
penggunaan edging pada kaki sebelah kiri.
Smearing yaitu tehnik berdiri pada seluruh pijakan di tebing.
Heel Hooking yaitu tehnik yang digunakan untuk mengatasi pijakan-pijakan yang menggantung
ataupun sulit dijangkau oleh tangan, Dengan kata lain kaki dapat di gunakan sebagai pengganti
tangan.
Open grip yaitu pegangan biasa yang mengandalkan tonjolan pada tebing, biasanya di tonjolan
tebing yang agak datar dan lebar.
Cling grip (I) yaitu jenisnya sama dengan di atas namun pegangannya agak sedikit lebih kecil dan
mirip dengan mencubit.
Cling grip (II) yaitu jenisnya sama dengan diatas tetapi ditambah dengan menggunakan ibu jari
untuk menahan kekuatan tangan.
Vertikal grip yaitu pegangan veritkal yang menggunakan berat badan untuk menariknya kebawah.
Pocket grip yaitu pegangan yang biasa digunakan pada tebing batuan limestone (kapur) yang
sering banyak lubang.
Pinch grip yaitu pegangan yang digunakan untuk memegang tonjolan pada tebing, bentuknnya
seperti mencubit.