Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT PLN (Persero) merupakan BUMN yang bergerak di bidang
kelistrikan yang ada di Indonesia. Perusahaan ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat Indonesia yang sudah menjadi pelanggan
listrik dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Tantangan di PT PLN
(Persero) adalah meningkatkan pelayanan dan penyediaan energi listrik yang
handal serta efisien.
Area Semarang sendiri mempunyai 11 Gardu Induk dan 125 penyulang.
Namun dalam pendistribusian tenaga listrik dari gardu induk sampai ke
pelanggan tidak lepas dari adanya kendala seperti daftar tunggu PBPD
(Pasang Baru dan Perubahan Daya) yang membutuhkan pemasangan
transformator baru yang banyak, mengingat Area Semarang merupakan
perkotaan yang padat penduduk dan setiap warganya membutuhkan energi
listrik. Dalam melaksanakan PBPD khususnya pelanggan 3 phasa terdapat
kendala-kendala yang membuat proses pelaksanaannya menjadi lama.
Kendalanya berupa mengatur jadwal pemadaman yang membutuhkan waktu
lama karena hal ini menyangkut keandalan, jika salah dalam perencanaan
pemadaman, maka akan berdampak pada penambahan SAIDI SAIFI,
mengingat target SAIDI SAIFI di Area Semarang sudah terlampaui.
Maka dari itu, perlu pengoptimalan PBPD dengan PDKB agar pekerjaan
PBPD dapat terlaksana tanpa harus memadamkan aliran listrik. Hal tersebut
berarti energi tetap terjual, namun SAIDI SAIFI tidak bertambah dan
meningkatan keandalan dan daftar tunggu dapat diselesaikan.

Dengan meningkatkan pelayanan dan penyediaan energi listrik yang


handal serta efisien, maka PT PLN (Persero) mengurangi pemadaman
dengan menggunakan teknik Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
(PDKB). Pada pemeliharaan yang dilaksankan salah satunya adalah
2

menyambung jumper trafo baru untuk keperluan menambah daya. Pada


kesempatan ini penulis akan membahas tentang “Pemasangan Jumper
Transformator 3 Phasa Metode PDKB TM Berjarak Guna Penyelamatan
kWh PT PLN (PERSERO) Area Semarang”. Pemasangan transformator ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan penambahan daya
ataupun pemasangan baru .
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk menjaga agar pembahasan dalam penulisan ini tidak meluas
dan menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis akan membatasi
pembahasan hanya pada “Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa
Metode PDKB TM Berjarak Guna Penyelesaian Daftar Tunggu Dan
Pengoptimalan Penyelamatan kWh PT. PLN (Persero) Area Semarang.”.
Ruang lingkup ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam
memahami dan menerima isi dari laporan ini.

1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek


1.3.1 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan diadakan Kerja Praktek ini adalah:
1. Sebagai salah satu syarat pendidikan yang ditempuh di PSD III
Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
2. Mengikuti kurikulum pendidikan yang telah ditentukan oleh PSD
III Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
3. Mempraktekkan secara langsung keterampilan yang dimiliki dan
didapat dari bangku kuliah pada suatu perusahaan.
4. Meningkatkan kualitas SDM bagi calon tenaga kerja yang
mandiri dan profesional.
5. Memperkenalkan lingkungan kerja kepada mahasiswa.
6. Memperluas pandangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang pesat.
1.3.2 Manfaat Kerja Praktek
Adapun manfaat diadakannya magang ini yaitu:
3

1. Mengetahui lingkup pekerjaan PT PLN (Persero) Area Semarang


dalam melayani konsumen.
2. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu kurikulum di
masa depan, sehingga terjadi Link and Match.
3. Mengaplikasikan prinsip-prinsip ilmu dasar yang di peroleh di
bangku perkuliahan serta menambah ilmu pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan akan praktek-praktek atau proses
kerja secara nyata di dunia industri sesungguhnya.

1.4 Tujuan Penulisan Laporan


Setelah melaksanakan magang selama 1 bulan, mahasiswa telah
memperoleh ilmu dan pengetahuan baru yang nanti akan disusun menjadi
sebuah laporan sebagai suatu bukti bahwa ada satu ilmu baru yang telah
diterapkan. Tujuan penulisan laporan magang adalah:
1. Sebagai pertanggungjawaban mahasiswa telah melaksanakan magang.
2. Melatih mahasiswa untuk menuangkan ide-ide serta ilmu-ilmu yang
telah diterima selama pelaksanaan magang berlangsung di PT PLN
(Persero) Area Semarang.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tempat dan waktu pelaksanaan Kerja Praktek adalah:
1. Tempat : PT PLN (Persero) Area Semarang.
2. Waktu : 8 Januari - 8 Februari 2018

1.6 Metode Pengumpulan Data


Untuk mempermudah penulis dalam memperoleh data yang diinginkan,
maka digunakan metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
sebagai berikut:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara dilakukan langsung dengan pembimbing maupun
pegawai PT PLN (Persero) Area Semarang mengenai penggantian
4

isolator tumpu metode coulise phasa pinggir metode berjarak dalam


keadaan bertegangan.
2. Metode Observasi
Metode observasi ini berupa pengamatan dan menganalisis langsung
pada penggantian isolator tumpu di dampingi oleh pegawai PT PLN
(Persero) Area Semarang dan kemudian diolah dalam bentuk laporan
tertulis.
3. Metode Literatur
Metode literatur merupakan mencari dan mengumpulkan data dengan
cara mengutip buku yang terkait tentang penggantian isolator tumpu
serta SPLN yang membahas tentang penggantian isolator tumpu metode
coulise phasa pinggir metode berjarak dalam keadaan bertegangan.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini, penulis melakukan
pembagian menjadi beberapa bab dan sub-subnya untuk memudahkan dalam
penulisan dan pemahaman.
Penulis berusaha menyajikan sedetail mungkin dan terperinci untuk
masing-masing bab berikut sub-subnya. Sehingga susunan-susunannya dapat
terangkum sebagai berikut:

BAB I – PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai latar belakang magang, ruang lingkup, tujuan
dan manfaat magang, tujuan penulisan laporan, waktu dan tempat
pelaksanaan, metode pengumpulan data, dan sistematika penyusunan
laporan.

BAB II – GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Penjelasan singkat mengenai profil perusahaan PT PLN (Persero),
mulai dari sejarah, visi, misi, motto, makna logo PT PLN (Persero).
5

Serta uraian mengenai PT PLN (Persero) Area Semarang, mulai dari


sejarah hingga susunan organisasi yang ada di PT PLN (Persero) Area
Semarang, dan beberapa keterangan lain tentang perusahaan ini.
BAB III – PEKERJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN
(PDKB)
Bagian ini menjelaskan pengertian secara umum tentang Pekerjaan
Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) serta menjelaskan tentang
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan Tegangan Menengah (PDKB-
TM).
BAB IV – Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa Metode
PDKB TM Berjarak Guna Penyelesaian Daftar Tunggu Dan
Pengoptimalan Penyelamatan kWh PT. PLN (Persero) Area
Semarang.
Bab ini berisi penjelasan tentang bagaimana tim PDKB melakukan
penggantian jumper transformator 3 phasa dengan menggunakan metode
berjarak dalam keadaan bertegangan guna menyelesaikan daftar tunggu
dan pengoptimalan penyelamatan kWh terutama pada bulan Januari.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil selama Kerja Praktek serta saran yang
bersifat membangun untuk membangun kemajuan perusahaan.
6

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero)


Kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat didirikannya
beberapa pembangkit tenaga listrik oleh beberapa perusahaan milik Belanda,
antara lain pabrik gula dan teh yang dipergunakan untuk keperluan sendiri.
Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan
swasta milik Belanda yaitu NV.NIGN yang pada mulanya bergerak dibidang
gas mulai berkembang ke bidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada
tahun 1927 mulai dibentuk s’Lands Waterkracht Bedruven (LWB) oleh
pemerintah Belanda sebagai perusahaan listrik Negara pengelola PLTA
Plegan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubruk dan Kracak di
daerah Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA TES di Bengkulu,
PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di
beberapa kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik kotapraja.
Dengan kekalahan pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang
dunia II maka Indonesia dikuasai oleh Jepang. Oleh karena itu perusahaan
listrik dan gas yang ada diambil oleh Jepang dan semua personil dalam
perusahaan listrik tersebut diambil oleh orang-orang Jepang. Dengan
jatuhnya Jepang ke tangan Sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan baik
ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk pengambil-
alihan perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.
Setelah perusahaan listrik dan gas berhasil direbut dari tangan kekuasaan
Jepang, kemudian pada bulan September 1945 diadakan pertemuan antara
delegasi dari buruh atau pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh
Kobarsyih dengan pimpinan KNI (Komite Nasional Indonesia) pusat yang
ada pada waktu itu diketuai oleh Mr. Kasman Singomedjo untuk pelaporan
hasil perjuangan Jepang. Selanjutnya dilakukan penyerahan perusahaan–
perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia oleh
7

delegasi Kobarsyih bersama-sama pimpinan KNI pusat. Penyerahan tersebut


diterima oleh Presiden Sukarno dan kemudian dengan penetapan Pemerintah
tahun 1945 No. I/SD tanggal 27 Oktober 1945 maka dibentuklah jawatan
listrik dan gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-
perusahaan listrik Negara dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda.
Kemudian terjadi penggabungan antara pegawai-pegawai yang tidak mau
bekerjasama pada kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik
Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda. Para pemuda kemudian
mengajukan MOSI yang kemudian dikenal dengan MOSI Kobarsyih tentang
nasionalisasi perusahaan listrik dan swasta kepada Parlemen Republik
Indonesia. Selanjutnya dikeluarkan keputusan Presiden Republik Indonesi
No. 163, tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi Perusahaaan Listrik
milik Bangsa Asing di Indonesia apabila waktu konsesinya habis.
Sejalan dengan peningkatan perjuangan Indonesia untuk pembebasan
Irian Jaya dari cengkraman Penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang-
Undang No.86 tahun 1958 yang disahkan tanggal 27 Desember 1958 tentang
nasionalisasi perusahan Listrik dan Gas milik Belanda. Dengan UU tersebut
maka seluruh Perusahaan Listrik dan Gas berada di tangan Bangsa
Indonesia.
Sejarah ketenaga listrikan di Indonesia terjadi pasang surut, sejalan
dengan pasang surutnya perjuangan Bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945
kemudian dikenal dengan Hari Listrik dan Gas, hari tersebut telah
diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 27 Oktober 1946 bertempat
di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNIP), Yogyakarta.
Penetapan secara resmi tanggal 28 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan
Gas berdasarkan keputusan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No.20
tahun 1960. Namun, kemudian berdasarkan keputusan menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik No.235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975
Peringatan Hari Listrik dan Gas digabungkan dengan Hari kebangkitan
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember.
8

Maka berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi


No.1134.K/43/PE/1992 tanggal 31 Agustus 1992. Oleh karena itu
ditetapkan tanggal 27 Oktober 1992 sebagai Hari Listrik Nasional.

2.2 Visi , Misi dan Penerapan nilai-nilai PT PLN (Persero)


PT PLN (Persero) mempunyai visi dan misi dalam menjalankan tugas-
tugasnya dan dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Visi PLN, yaitu:
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh
kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada
potensi insani.
Misi PLN, yaitu:
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, serta
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto PLN, yaitu:
Bekerja Bekerja Bekerja
Penerapan Nilai-Nilai:
a. Saling percaya
b. Integritas
c. Peduli
d. Pembelajar

2.3 Makna Logo PT PLN (Persero)


PT PLN (Persero) menyadari makin pentingnya arti pembentukan citra
perusahaan yang baik di mata masyarakat Indonesia sebagai mitra
9

terpercaya dan handal sebagai penyelenggara sektor ketenagalistrikan di


Indonesia. Makna logo adalah sebagai lambang identitas perusahaan serta
sarana pencerminan nilai-nilai luhur perusahaan. Perlu dibuat suatu
STANDAR yang mengikat mengenai bentuk, ukuran dan warna serta tata
cara penggunaannya. Logo PT PLN (Persero) sebagai identitas perusahaan
yang standar akan mampu meningkatkan citra perusahaan sebagai
perusahaan berkelas dunia, khususnya di mata masyarakat Indonesia.
2.3.1 Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang
digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. :
031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang
Perusahaan Umum Listrik Negara, dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero)


2.3.2 Elemen Dasar Lambang
Adapun masing-masing elemen pada lambang PLN memiliki
makna sebagai berikut:
1. Bidang Persegi Panjang

Gambar 2.2 Lambang Bidang Persegi Panjang


Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya,
melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning
10

untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN


bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan
masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang
menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di
perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat

Gambar 2.3 Lambang Petir atau Kilat


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya
sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.
Mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero)
dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya.
Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak
laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian
dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang

Gambar 2.4 Lambang Tiga Gelombang


Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh
tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu
pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan
dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Warna biru
11

untuk menampilkan kesan konstan 11 (sesuatu yang tetap) seperti


halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia.
Warna biru juga melambangkan kehandalan yang dimiliki insan-
insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
2.3.3 Konfigurasi Vertikal

Gambar 2.5 Logo PT PLN (Persero) Konfigurasi Vertikal


Logo Perusahaan tersusun dengan lambang perusahaan berada di
atas nama perusahaan dengan posisi simetris garis tengah vertikal.
2.3.4 Konfigurasi Horisontal

Gambar 2.6 Logo PT PLN (Persero) Konfigurasi Horisontal


Logo Perusahaan tersusun dengan lambang perusahaan berada di
sebelah kanan nama perusahaan dengan posisi simetris garis tengah
horisontal.
2.3.5 Penggunaan Lambang
a. Tanpa PT. PLN (Persero)

Gambar 2.7 Lambang PLN


12

b. Penggunaan kata – kata (Tanpa Lambang)

Gambar 2.8 Logo PLN


Pada Logo atau saat berdiri sendiri, standar warna tulisan
nama perusahaan di atas bidang putih maupun warna terang
lainnya adalah hitam. Bila berada pada dasar berwarna gelap,
tulisan nama perusahaan menjadi berwarna putih.
2.3.6 Ukuran Out Line
a. Pada saat lambang perusahaan ditampilkan hitam putih, maupun
pada kondisi tertentu saat logo tampil berwarna, elemen persegi
panjang lambang dibuat bergaris luar hitam (outline).
b. Agar garis luar tersebut proporsional terhadap besar logo,
terutama pada saat membuat logo dalam ukuran besar, maka
dibuat rumusan sebagai berikut.

Catatan :
a) Satuan L adalah cm.
b) 1 poin = 0,353 mm
13

Gambar 2.9 Ukuran Out Line


2.3.7 Ukuran In Line
Ukuran maksimal logo dalam aplikasi media berukuran besar
tidak dibatasi, sejauh perbandingan pada proses pembesaran secara
digital tetap mengikuti ketentuan yang telah diatur. Pembesaran
secara manual harus mengikuti sistem grid logo yang telah
ditentukan sebelumnya. Sedangkan ukuran minimal logo yang
diperbolehkan, ditampilkan sebagai berikut:
a. Ukuran kartu nama yang digunakan adalah ukuran 9 cm x 5,5
cm horisontal.
b. Bahan yang digunakan adalah kertas dan tidak diperbolehkan
menggunakan bahan lain, seperti plastik dan lain-lain.
Logo yang digunakan pada kartu nama adalah logo dengan
lambang berukuran terkecil yang diperbolehkan (9 mm x 12 mm)
dan yang berkonfigurasi horisontal dengan tulisan nama
perusahaan sebesar 7 poin (2,2 mm) seperti contoh berikut ini:

Gambar 2.10 Ukuran In Line


14

2.4 Organisasi PT. PLN (Persero) Area Semarang


Pada awal mulanya di wilayah kerja PT PLN (Persero) Area Semarang
mempunyai 10 (sepuluh) Kantor Unit Pelayanan (UP). Selanjutnya pada
tahun 2003, terjadi perubahan struktur organisasi PT PLN (Persero) Area
Jaringan I Region direstrukturisasi dan seluruh assetnya digabungkan ke PT
PLN (Persero) AP Semarang dengan nama baru PT PLN (Persero) Area
Pelayanan dan Jaringan Semarang, dimana unitnya terdiri dari 1 (satu) Unit
Jaringan (UJ), 4 (empat) Unit Pelayanan (UP), dan 6 (enam) Unit Pelayanan
dan Jaringan (UPJ). Sejak tanggal 03 Juni 2005 struktur organisasi berubah
menjadi 10 (sepuluh) Unit Pelayanan dan Jaringan. Kemudian berdasarkan
surat nomor 042/060/BIKHA/2012 tanggal 11 Januari 2012 yang
didalamnya disebutkan Surat Direksi nomor 1235.K/DIR/20122 tentang
Formasi Jabatan Unit Pelaksana Area dan Sub Unit Pelaksana pada PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang menyatakan
perubahan nama PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang
menjadi PT PLN (Persero) Area Semarang dengan struktur organisasi yang
terdiri dari 7 (tujuh) Rayon.
Adapun 7(tujuh) Rayon kerja dari PT PLN (Persero) Area Semarang
adalah :
1. Rayon Semarang Tengah berada di Pemerintahan Kota Semarang
2. Rayon Semarang Timur berada di Pemerintahan Kota Semarang
3. Rayon Semarang Selatan berada di Pemerintahan Kota Semarang
4. Rayon Semarang Barat berada di Pemerintahan Kota Semarang
5. Rayon Boja berada di Kabupaten Kendal dan Pemkot Semarang
6. Rayon Weleri berada di Kabupaten Kendal
7. Rayon Kendal berada di Kabupaten Kendal
15

2.5 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Semarang


Struktur organisasi PT PLN (Persero) Area Semarang dapat dilihat pada
Gambar 2.12 Struktur Organisasi Area Semarang. Dari Gambar 2.12 dapat
dilihat bahwa Area Semarang terdiri dari 5 (lima) bidang yang berada
langsung di bawah manajer area, yaitu terdiri dari Bidang Perencanaan dan
Evaluasi, Bidang Jaringan, Bidang Konstruksi, Bidang Transaksi Energi,
dan Bidang Pelayanan dan Administrasi. Untuk struktur organisasi Rayon
terdiri dari 2 (dua) bidang yang berada langsung dibawah manajer Rayon,
yaitu Bidang Teknik dan Bidang Administrasi.

Gambar 2.11 Struktur Organisasi Area Semarang

2.6 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Area Semarang


Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Area Semarang secara geografis
terletak di daerah utara dari Propinsi Jawa Tengah yang meliputi 1 (satu)
Pemerintahan Kota, yaitu Pemerintahan Kota Semarang dan 1 (satu)
Kabupaten, yaitu Kabupaten Kendal yang tersebar sesuai dengan Tabel 2.1
16

2.7 Data Penyulang PT PLN (Persero) Area Semarang


Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Area Semarang dipasok dari 11
(sebelas) Gardu Induk dengan kapasitas total 1207,5 MVA dengan peta
Gardu Induk yang dapat dilihat pada Gambar 2.13 Wilayah Peta Gardu
Induk Area Semarang, yang terdiri dari GI Weleri, GI Kaliwungu, GI Randu
Garut, GI Krapyak, GI Kalisari, Tambak Lorok, GI Bumi Semarang Baru,
GI Srondol, GI Simpang Lima, GI Pandean Lamper, dan GI Pudak Payung.

Gambar 2.12 Wilayah Peta Gardu Induk Area Semarang


Jumlah total penyulang yang ada di daerah pengusahaan PT PLN
(Persero) Area Semarang sebanyak 125 penyulang.
17

Data
Data Trafo Beban Penyulang
Penyulang
Gardu Induk
Daya JAM 10:00 JAM 19:00
Unit Feeder
(MVA) R S T R S T
BSB01 0 0 0 0 0 0
BSB06 86 83 91 102 100 113
I 20 BSB07 117 121 119 66 70 70
BSB08 0 0 0 0 0 0
BSB BSB09 0 0 0 0 0 0
BSB02 86 83 91 102 100 113
BSB03 248 259 224 286 298 255
II 60
BSB04 138 165 138 173 215 171
BSB05 86 112 101 115 170 149
KLS03 83 78 80 64 64 69
KLS04 198 191 188 227 222 200
KLS05 184 162 207 213 185 230
I 60
KLS06 204 199 184 251 236 218
KLS02 44 26 58 45 25 67
KLS08 0 0 0 0 0 0
Kalisari KLS01 44 36 40 51 36 40
KLS07 190 188 193 194 193 205
KLS09 312 329 321 293 306 303
II 60 KLS10 133 125 122 127 119 117
KLS11 98 103 81 81 86 51
KLS12 0 0 0 0 0 0
KLS13 0 0 0 0 0 0
KLU03 211 192 185 277 241 199
KLU07 244 247 239 39 45 31
KLU08 18 18 21 10 10 12
SI 60
KLU10 84 87 100 111 108 135
KLU11 0 0 0 0 0 0
KLU12 0 0 0 0 0 0
Kaliwungu
KLU01 206 197 188 340 331 317
KLU02 153 144 157 85 86 88
KLU04 89 97 90 57 66 62
II 60
KLU05 179 182 178 178 182 178
KLU06 28 28 28 6 7 6
KLU09 117 125 121 107 115 108
KPK06 101 72 112 141 104 155
KPK08
I 60 KPK10 151 154 153 142 143 146
KPK11 88 70 71 95 69 66
KPK13 223 245 230 121 133 128
KPK04 46 38 41 50 40 48
II 60
Krapyak KPK05 0 0 0 0 0 0
KPK01 0 0 0 0 0 0
KPK02 0 0 0 0 0 0
KPK03 245 247 254 263 267 256
III 60
KPK07 21 20 19 20 19 19
KPK09
KPK12 81 74 75 48 44 44
18

Data
Data Trafo Beban Penyulang
Penyulang
Gardu Induk
Daya JAM 10:00 JAM 19:00
Unit Feeder
(MVA) R S T R S T
PDL02 0 0 0 0 0 0
I 30
PDL06 0 0 0 0 0 0
PDL01 200 211 209 255 267 269
PDL11 150 162 144 189 210 183
II 60 PDL12 120 91 151 131 93 177
PDL13 94 88 86 102 100 91
PDL15 208 212 205 213 220 210
PandeanLamper
PDL03 0 0 0 0 0 0
PDL04 204 158 210 215 144 222
PDL05 214 207 189 197 197 167
III 60 PDL07 215 224 215 269 277 280
PDL08 209 210 203 276 267 252
PDL09 184 173 101 245 227 116
PDL10 178 127 228 208 152 295
PDP01 118 91 120 132 106 147
PDP02 144 141 145 175 184 180
PDP03 44 37 47 49 44 61
Pudakpayung I 60 PDP04 166 178 171 119 130 131
PDP05 44 58 60 71 86 94
PDP06 0 0 0 0 0 0
PDP07 0 0 0 0 0 0
RDT01 46 50 59 11 15 36
RDT02 206 214 204 164 172 164
RDT03 263 266 262 170 173 171
RDT04 132 94 113 155 93 122
I 60
RDT05 0 0 0 0 0 0
RDT06 312 327 318 190 204 207
RDT07 87 64 93 79 49 92
Randugarut
RDT08 0 0 0 0 0 0
RDT09 248 250 263 49 51 61
RDT10 248 253 256 204 197 201
RDT11 0 0 0 0 0 0
II 60
RDT12 325 343 340 185 190 206
RDT13 0 0 0 0 0 0
RDT14 0 0 0 0 0 0
SPL01 93 88 88 72 69 69
SPL02 258 225 250 204 151 199
SPL03 173 162 167 158 141 142
I 60 SPL04 143 119 151 142 113 150
SPL05 269 278 288 202 213 225
SPL06 0 0 0 73 76 70
SPL07 0 0 0 0 0 0
SimpangLima
SPL08 200 215 190 156 168 141
SPL09 151 148 149 83 76 75
SPL10 181 162 196 134 111 151
II 60 SPL11 232 201 239 192 165 212
SPL12 255 235 228 273 234 222
SPL13 107 103 103 112 99 100
SPL14 0 0 0 0 0 0
19

Data
Data Trafo Beban Penyulang
Penyulang
Gardu Induk
Daya JAM 10:00 JAM 19:00
Unit Feeder
(MVA) R S T R S T

SRL01 199 228 238 206 256 263


SRL02 154 134 121 174 153 128
I 60 SRL07 72 76 77 39 39 39
SRL10 0 0 0 0 0 0
SRL09 201 150 190 232 155 219
Srondol SRL03 38 32 30 50 38 33
SRL04 125 146 130 174 210 185
SRL05 90 94 109 110 104 133
II 31,5
SRL06 74 42 55 69 26 49

SRL08 34 44 39 49 63 53
TBL03 250 216 215 208 149 157
TBL04 264 274 251 263 281 248
I 60 TBL06 219 208 181 299 283 244
TBL07 350 362 338 164 184 149
TBL12 0 0 0 0 0 0
TBL01 39 27 20 53 27 23
Tambaklorok
TBL02 130 143 126 93 0 0
TBL05 0 0 0 0 0 0
II 30 TBL09 0 0 0 0 0 0
TBL10 0 0 0 0 0 0
TBL13 158 163 152 198 204 188
TBL15 269 276 272 166 170 165
WLR02 27 17 36 37 19 35
I 16
WLR09 0 0 0 0 0 0
WLR05 94 99 85 135 156 139
Weleri WLR06 141 168 171 260 334 326
II 60 WLR08 187 199 186 0 0 0
WLR07 94 105 102 122 141 149
WLR03 168 167 147 259 282 222
Tabel 2.1 Data Penyulang PT PLN (Persero) Area Semarang
20

2.8 Data Aset dan Pelanggan PT PLN (Persero) Area Semarang


Pada PT PLN (Persero) Area Semarang terus dilakukan pengembangan
dan penambahan jaringan. Penambahan beban merupakan pendorong
bertambahnya aset-aset peralatan dan pertumbuhan pelanggan. Data aset
peralatan dan pelanggan yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) Area
Semarang per-februari 2018 ditampilkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 2.2 Aset dan Jumlah Pelanggan setiap Rayon di Area Semarang

2.9 Disiplin Kerja


Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka semua pegawai PT PLN
(Persero) Area Semarang diwajibkan mentaati semua peraturan yang
berlaku. Adapun disiplin kerja yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero)
Area Semarang adalah:
a. Waktu Kerja
Senin – Kamis : Pukul 07.30 – 16.30 WIB
Jumat : Pukul 07.00 – 15.00 WIB
b. Patuh pada perintah atasan.
c. Bekerja dengan dedikasi tinggi dan semangat kerja yang tulus dan
ikhlas.
d. Saling bekerjasama antar pegawai.
e. Mentaati peraturan yang berlaku.
f. Bersikap jujur dan tidak iri hati.
21

g. Cekatan terhadap masalah yang timbul.


Selain itu juga diadakan pembagian piket selama 24 jam setiap hari
dengan 3 kali shift piket (Pagi, Sore, dan Malam) dalam pemantauan serta
penyelesaian gangguan yang terjadi dalam jaringan.
22

BAB III
PEKERJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN (PDKB)

3.1 Sejarah PDKB


Pekerjaan Jaringan dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) adalah
pekerjaan pemeliharaan dan perluasan jaringan tenaga listrik dalam keadaan
bertegangan listrik. Pekerjaan tersebut meliputi pekerjaan pemeliharaan dan
perluasan jaringan tenaga listrik baik tegangan menengah, tegangan tinggi,
sampai tegangan ekstra tinggi dapat dikerjakan oleh Tim PDKB.
Sebelum sampai seperti sekarang ini, PDKB mengalami banyak
perubahan dan perkembangan di zaman sebelumnya. Berikut ini adalah
sejarah terbentuknya PDKB dan juga perkembangan PDKB baik di dunia
maupun di Indonesia.
3.1.1 Sejarah PDKB di Dunia
Pada tahun 1960, Harold L. Roden seorang insinyur praktisi
tegangan tinggi dari perusahaan pelayanan tenaga listrik Amerika
bekerja sama dengan Dr. Charles D. Miller, seorang insinyur peneliti
muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan sebuah program
pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui dan
aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah
disempurnakan dan dikembangkan dalam pengujian mereka sehingga
dapat dilakukan oleh semua pelaksana dalam pemeliharaan
bertegangan saluran tegangan tinggi.
Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand
digunakan adalah:
a. Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan
dalam keadaan bertegangan menjadi sangat penting.
b. Bertambahnya ukuran konduktor dan aksesorisnya menyebabkan
penggunaan hot stick menjadi kurang praktis.
c. Bertambahnya tegangan sistem menyebabkan bertambahnya
jarak aman.
23

Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari


pemeliharaan saluran bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah
prosedur pelengkap yang terkait dalam bidang ini. Hot stick dan live
line rope merupakan komponen yang diperlukan pada sebagian besar
pengoperasian metode barehand. Penggunaan teknik “Sangkar
Farraday” telah diganti dengan pakaian konduktif pada metode
barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh
pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam
kondisi yang aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan
yang tinggi.
3.1.2 Perkembangan PDKB
Pelaksanaan pekerjaan saluran listrik dengan teknik PDKB telah
dilakukan beberapa tahun yang lalu. Dengan terus bertambahnya
penggunaan tenaga listrik dan untuk memberikan pelayanan kepada
konsumen dengan standar yang lebih tinggi tanpa memutus aliran
listrik, sehingga penting melaksanakan pekerjaan pemeliharaan
dalam keadaan bertegangan. Pemeliharaan saluran bertegangan
pertama kali digunakan hanya untuk membuka saklar pemutus aliran.
Meskipun cara ini pelaksanaannya terlalu lama, tetapi terbukti
metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang lama dan
belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan
lain.
Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah
tangga, pada tahun 1913 di sebuah perusahaan di daerah
Wapakoneta, Ohio, Amerika Serikat. Mereka mengembangkan
beberapa peralatan yang lebih halus dan efisien. Pada tahun 1916
sebuah peralatan listrik yang dikenal sebagai “Pengait Listrik” telah
dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan
sebuah klem dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian
bertegangan. Penggunaannya menggunakan hot stick untuk tujuan
isolasi dan disarankan untuk menggunakan peralatan tambahan
24

lainnya yang akhirnya berkembang seperti grounding, paralel klem,


pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji, comealong, dan
saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan
tertentu. Pada tahun 1918 di Taylorville, Illionis, Amerika
perusahaan Tips Tool mulai memproduksi klem saluran bertegangan,
klem pentanahan, tongkat klem. Beberapa tahun kemudian,
perusahaan yang sama mengenalkan alat pemangkas pohon
bertegangan, wire tong, stick, tower saddle, dan accesoris stick.
Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga
tegangan 33 kV, tetapi banyak linesman yang ragu-ragu untuk
pengeoperasian hot stick pada tegangan ini. Karena ketakutan ini,
banyak perusahaan membatasi pemeliharaan saluran bertegangan
hanya sampai 22 kV. Karena linesman mulai menyadari bahwa
penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga mereka
dalam keadaan aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan
mulai hilang, hingga akhirnya pada tahun 1930 beberapa perusahaan
mengijinkan pengoperasian saluran bertegangan 66 kV tidak lama
kemudian 110 kV. Sampai pada akhir tahun tiga puluhan ada berita
yang menakjubkan, yaitu saluran West Cost 220 kV telah sukses
dikerjakan dalam keadaan bertegangan. Tonggak bersejarah yang
lain terjadi pada Maret 1948 ketika OG Anderson dan MR Parkin,
ahli peralatan saluran bertegangan Perusahaan AB Chance
mengganti isolator pada tower suspension pada tegangan 287 kV
penghantar Hoover Dam, Los Angeles.
Pada tahun 1954 saluran 345 kV dikonstruksi dan Chance sukses
bekerja pada 330 kV untuk listrik Indiana-Michigan dengan
peralatan baru berupa alat kayu berlapis Maplac. Dengan munculnya
tegangan yang lebih tinggi dan stick yang lebih panjang, pencarian
dimulai untuk peralatan yang baik, kuat, dan ringan dengan kualitas
dielektrik yang tinggi. Pada tahun 1950 stick isolasi dari bahan
25

fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran bertegangan.


Tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.
Dalam perkembangannya, engineer merancang konstruksi tower
yang lebih efisien dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan
secara bertegangan. Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk
mengembangkan berbagai teknik pemeliharaan secara bertegangan,
sehingga pemeliharaan secara bertegangan mulai diimplementasikan
di berbagai belahan dunia.
3.1.3 Sejarah PDKB di Indonesia
Bagi karyawan PT PLN (Persero) di Indonesia ini, khususnya di
bagian distribusi tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah
PDKB. Sejak tahun 1974 sebenarnya PLN telah melakukan
persiapan dan pengadaan perlatan PDKB-TM dan pada tahun 1985
untuk peralatan PDKB-TT/TET serta pada tahun yang sama telah
dilakukan pelatihan PDKB secara off line di Udiklat Cibogo, namun
belum dapat diaplikasikan secara on line karena belum ada undang-
undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan
bertegangan.
Sejarah PDKB di Indonesia sebelumnya belum begitu panjang,
apabila dihitung dari pelaksanaan awalnya tanggal 10 November
1993 di PLN Udiklat Semarang yang dikenal dengan Perencanaan
Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik dan
Pengembangan Energi waktu itu, Prof. Dr. Artono Arismunandar.
Perencanaan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik
dan Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.
Perjalanan PDKB di Indonesia tidaklah semudah rencananya,
masih ada pro dan kontra dalam pelaksanaan PDKB. Berikut
perjalanan PDKB sampai terbentuk di PLN :
1. Tahun 1975: Peralatan PDKB dibeli dan ditempatkan di PLN
Semarang.
26

2. Tahun 1976: Usaha untuk memanfaatkan peralatan tersebut


masih belum mendapat persetujuan dari Manajemen atas PLN.
3. Tahun 1985: Dilakukan training PDKB 500 kV.
4. Tahun 1986: Pembangunan Udiklat Semarang.
5. Tahun 1989: Penyusunan SPLN PDKB.
6. Tahun 1990: Penyusunan SLI.
7. Tahun 1991: Operasi Udiklat PDKB di Semarang.
8. Tahun 1992: Sosialisasi PDKB.
9. Tahun 1993: Tepatnya 10 November 1993 sebagai Pencanangan
PDKB-TM.
10. Tahun 1994: Training pertama PDKB-TM. Sampai saat ini sudah
seluruh Area PLN di Indonesia memiliki minimal satu tim
PDKB-TM
11. Tahun 2000: Konvensi PDKB pertama.
12. Tahun 2004: Terbentuknya PDKB TT dan TET Jawa Bali.

3.2 Organisasi PDKB-TM


Organisasi PDKB-TM adalah suatu wadah tatanan personil terkait yang
bertujuan melaksanakan Pekerjaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan
Tegangan Menengah mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil pekerjaan tersebut. Personil-personil yang terdapat dalam
suatu Regu PDKB adalah:
1. Kepala Operasi
Kepala operasi adalah seorang pegawai yang secara tertulis ditunjuk
sebagai penanggungjawab atas satu atau sejumlah instalasi yang batas-
batasnya ditetapkan dengan jelas. Dalam hal ini kepala operasi yang
dimaksud adalah Kepala Unit (PLN Cabang atau PLN Distribusi atau
PLN Wilayah). Pegawai tersebut dapat diberi wewenang untuk
melimpahkan sebagian atau seluruh tanggungjawabnya kepada pegawai
lain yang bersangkutan dengan tugas-tugas pekerjaan instalasi
bertegangan.
27

2. Gugus Tugas PDKB


Gugus tugas PDKB merupakan suatu gugus kerja yang
beranggotakan beberapa orang dan berkedudukan di PLN cabang atau
PLN Distribusi atau PLN Wilayah. Gugus tugas PDKB bertugas
membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kerja atas perintah
pekerjaan yang diminta untuk dikerjakan dengan PDKB oleh Kepala
Operasi. Gugus tugas ini mempunyai anggota :
a. Supervisor
Tugas supervisor adalah:
a) Menjalankan koordinasi dengan kepala operasi atau asisten
manajer distribusi yang mewakili kepala operasi.
b) Mengikuti secara aktif perkembangan teknologi PDKB.
c) Mengelola SDM dan peralatan secara professional.
d) Mengusulkan kepada kepala operasi mengenai perkembangan
organisasi, karir anggota PDKB, perencanaan pekerjaan, dan
penambahan atau peremajaan peralatan kerja.
b. Preparator
Tugasnya meliputi:
a) Membuat foto dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b) Membuat catatan kondisi lapangan tentang keadaan pekerjaan
yang sebenarnya, kondisi tanah dan lingkungan sekitarnya, serta
jarak tempat kerja dari jalan.
c) Menentukan dapat tidaknya pekerjaan dilaksanakan oleh PDKB.
d) Membuat peta lokasi pekerjaan.
e) Menyiapkan material dan peralatan kerja.
f) Menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan.
g) Menetapkan lamanya waktu penyelesaian pekerjaan.
h) Membuat jadwal pelaksanaan kerja.
i) Menyiapkan surat perintah kerja PDKB (SP2B dan SP3B).
28

c. Kepala Regu atau Pengawas Pekerjaan


Kepala regu dipilih dengan memiliki latar belakang pengetahuan dan
kemampuan teknis untuk menunjang keahlian dalam bekerja. Kepala
regu setiap tim PDKB hanya satu dan dapat diketahui pada warna
helm yang digunakan yaitu warna merah. Berikut tugas kepala regu
yaitu:
a) Memimpin dan mengawasi pekerjaan di lapangan.
b) Bertanggungjawab mengenai keselamatan kerja di lokasi
perkerjaan.
c) Melapor dan berkomunikasi kepada Kepala Operasi melalui
radio.
d. Pelaksana atau Linesman
Terdiri dari dua sampai enam orang yang bertugas melaksanakan
pekerjaan PDKB atas juklak kepala regu. Pada saat pekerjaan di
lokasi linesman memakai helm putih.
e. Pembantu atau Groundman
Groundman tidak melaksanakan langsung pekerjaan instalasi
bertegangan. Groundman bertugas seperti menanam patok,
memasang sling, dan melayani kebutuhan linesman dari bawah.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PDKB


29

3. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) PDKB


a. Permintaan dari PLN Distribusi atau PLN Cabang kepada Gugus
Tugas PDKB untuk melaksanakan pemeliharaan, perbaikan, atau
modifikasi jaringan.
b. Preparator PDKB (dari gugus tugas PDKB) meninjau lapangan
untuk:
a) Membuat foto dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b) Membuat catatan kondisi lapangan tentang keadaan pekerjaan
yang sebenarnya, kondisi tanah dan lingkungan sekitarnya, jarak
tempat kerja dari jalan.
c) Menentukan dapat dan tidaknya pekerjaan tersebut dilaksanakan
dengan PDKB.
c. Preparator kembali ke Gugus Tugas PDKB untuk memberitahukan
hasil peninjauan lapangan.
d. Preparator PDKB ke PLN Distribusi atau Wilayah atau PLN Cabang
untuk mendapat persetujuan pekerjaan yang akan dilaksanakan,
lengkap dengan standar operasi khusus dari kepala operasi.
e. Data lapangan dibawa kembali ke Gugus Tugas PDKB untuk:
a) Disiapkan peta lokasi dan foto.
b) Disiapkan material dan peralatan kerja yang diperlukan.
c) Ditentukan berapa tenaga kerja yang diperlukan.
d) Ditentukan lama waktu yang diperlukan.
e) Ditentukan jadwal pelaksanaannya.
f) Disiapkan surat perintah kerja PDKB.
f. Satu regu kerja yang terdiri dari kepala regu dan linesman menuju
tempat kerja yang akan dikerjakan PDKB. Dengan telah dilengkapi
surat perintah kerja PDKB, catatan kondisi lapangan, material dan
peralatan yang diperlukan.
g. Sebelum regu kerja PDKB sampai di tempat pekerjaan, kepala regu
melapor melalui radio kepada kepala operasi bahwa regu kerjanya
siap menuju tempat kerja dan sekaligus minta ijin kerja PDKB.
30

h. Kepala operasi atau petugas dengan atas nama kepala operasi datang
di tempat kerja dan sekaligus memberikan surat ijin kerja PDKB.
i. Langkah-langkah yang harus diikuti oleh regu kerja PDKB di tempat
pekerjaan pada saat akan dimulai pekerjaan PDKB sebagai berikut:
a) Menempatkan mobil pengangkut peralatan, tool rack dan
tarpaulin agar mudah dijangkau tetapi tidak mengganggu
pekerjaan.
b) Memasang penghalang lalu lintas dan rambu lainnya yang
diperlukan.
c) Mengadakan hubungan radio dengan kepala operasi.
d) Mengadakan pengamatan terhadap jaringan yang akan
dikerjakan, dua gawang ke kanan dan ke kiri dari tempat
pekerjaan serta lingkungan sekitar tempat kerja.
e) Memilih dan memisahkan peralatan kerja yang akan digunakan.
f) Persiapan peralatan kerja (pemeriksaan, pembersihan, pelapisan
dengan silikon).
g) Memasang tangga.
h) Memasang tali pelayanan (service rope).
i) Pekerjaan dapat dimulai dengan pengamatan dan pengawasan
penuh oleh kepala regu.

3.3 Visi dan Misi PDKB-TM


Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan Tegangan Menengah
(PDKB-TM) mempunyai visi dan misi dalam menjalankan pekerjaannya.
Berikut akan diuraikan visi dan misi dari Tim PDKB-TM:
a. Visi:
Menjadi regu terpercaya dalam mendukung optimasi mutu, kehandalan,
dan efisiensi pengelolaan distribusi tenaga listrik dengan angka
kecelakaan nol.
31

b. Misi:
a) Mendorong kepuasan pelanggan melalui pendistribusian tenaga
listrik tanpa padam.
b) Melaksanakan pekerjaan dengan penuh disiplin sesuai dengan
prosedur dan persyaratan lingkungan.
c) Mengutamakan keamanan dalam bekerja, penggunaan alat kerja, dan
peralatan keselamatan kerja.
d) Mewujudkan angka kecelakaan nol dalam setiap pelaksanaan
pekerjaan.

Gambar 3.2 Logo PDKB

3.4 Komitmen dan Manfaat Tim PDKB-TM


Dalam melakukan pekerjaannya, Tim PDKB mempunyai komitmen
yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pekerjaan. Disamping
itu, dengan adanya Tim PDKB-TM tentulah mempunyai manfaat yang
banyak baik bagi konsumen maupun perusahaan. Berikut ini adalah
komitmen dan manfaat dari Tim PDKB-TM:
a. Komitmen Tim PDKB-TM
a) Zero Accident.
b) Selalu patuh pada SOP.
c) Mengutamakan K3.
d) Meningkatkan profesionalisme
32

b. Manfaat Tim PDKB-TM


a) Meningkatkan kontinuitas pelayanan.
b) Mengurangi jumlah energi yang tidak tersalurkan atau tidak terjual.
c) Tidak mengganggu jadwal kegiatan industri dan konsumen.
d) Meningkatkan jaminan keamanan, keselamatan linesman dan
lingkungan.
e) Mempermudah pengorganisasian.
f) Dimungkinkan untuk dapat mengubah konstruksi jaringan.
g) Meningkatkan citra perusahaan.

3.5 Ketentuan – Ketentuan pada Regu PDKB


Ketentuan-ketentuan pada regu PDKB tercantum dalam SPLN 82-
1:1991 adalah sebagai berikut:
1. Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B)
2. Surat Penunjukkan Melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP3B)
3. Keadaan Cuaca
4. Jarak Aman Minimum
5. Metode Kerja PDKB-TM
3.5.1 Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B)
Surat penunjukan sebagai pengawas pekerjaan bertegangan
(SP3B) adalah sebuah dokumen tertulis bersifat sementara yang
dibuat oleh kepala operasi (kepala unit di satuan PLN) atau pimpinan
kontraktor (yang disetujui oleh kepala operasi PLN) dimana kepala
operasi atau pimpinan kontraktor tersebut memberi wewenang
kepada pegawai yang secara sah ditunjuk sebagai pengawas
pekerjaan bertegangan untuk melaksanakan pekerjaan yang
ditentukan dengan jelas disuatu lokasi tertentu. Berlakunya SP3B
tersebut harus dibatasi untuk satu (1) hari atau beberapa hari atau
selama masa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut.
33

3.5.2 Surat Perintah Melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B)


Surat Perintah Melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B)
adalah sebuah dokumen tetap tertulis yang dibuat oleh Kepala
Operasi ( Kepala Unit di Satuan PLN) untuk digunakan oleh pegawai
yang diserahi pekerjaan.
Dokumen tersebut menetapkan pekerjaan yang dapat
dilaksanakan dalam keadaan bertegangan dengan menyatakan :
a. Cara atas metode yang digunakan.
b. Dimana perlu pembatasan atau larangan yang bersifat setempat
Penyampaian SP2B untuk bekerja dalam keadaan bertegangan
harus diakui penerimanya dengan sebuah tanda terima yang disimpan
oleh Kepala Operasi atau Pimpinan Kontraktor.
3.5.3 Keadaan Cuaca
Dalam melakukan pekerjaan harus memperhatikan cuaca pada saat di
lokasi agar pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan lancar. Berikut
beberapa keadaan cuaca di lokasi:
a. Keadaan Cuaca Baik
Maksud dari keadaan cuaca yang baik disini adalah cuaca
yang dalam keadaan kering, berarti tidak hujan maupun tidak
mendung. Dalam cuaca ini pengamanan derah kerja terletak dua
meter dari menara terluar. Selama pekerjaan berlangsung,
dilarang menggunakan peralatan yang menyentuh tanah.
b. Keadaan Cuaca Basah
Cuaca dianggap basah apabila sedang turun hujan ataupun
gerimis. Ada dua klasifikasi cuaca basah, yang pertama cuaca
sedikit basah yaitu apabila keadaan tersebut tidak menghalangi
penglihatan pekerja yang dilengkapi dengan perlengkapan
kerjanya maka pekerjaan masih dapat dilanjutkan. Yang kedua
adalah cuaca sangat basah, yaitu apabila keadaan tersebut
menghalangi penglihatan pekerja yang dilengkapi dengan
perlengkapan kerjanya maka pekerjaan wajib dihentikan.
34

c. Keadaan Cuaca Berkabut


Cuaca dianggap berkabut apabila penglihatan terhalang
sedemikian rupa sehingga mengancam keselamatan, terutama
apabila pengawas pekerjaan tidak dapat membedakan dengan
jelas pekerja-pekerja dalam regunya dan instalasi yang mereka
kerjakan. Oleh karena itu pada saat keadaan cuaca berkabut
pekerjaan harus dihentikan.
d. Keadaan Cuaca Badai Petir
Cuaca dianggap badai petir apabila cahaya kilat dapat terlihat
dan suara guruh dapat didengar maka pekerjaan harus dihentikan.
Tim PDKB harus meninggalkan lokasi kerja dan memastikan
bahwa lokasi tersebut aman untuk umum. Apabila waktunya
lama, pengawas harus melapor ke kepala operasi.
e. Keadaan Cuaca Angin Kencang
Cuaca dianggap angin kencang apabila kekuatan anginnya,
disekitar tempat dilakukan pekerjaan sangat kencang sehingga
mengganggu kegiatan pekerjaan dan dapat mengancam
keselamatan pekerja dan perkakas atau peralatan, dalam keadaan
ini pekerjaan dapat dihentikan.
3.5.4 Jarak Aman Minimum
Untuk komponen hantar tertentu (penghantar phasa atau struktur
hantar dari jenis apa saja) yang potensialnya berbeda dari potensial
pekerja, jarak aman minimum di udara (D) merupakan jumlah dari
jarak tegangan dan jarak lindung.
a. Jarak tegangan
Jarak tegangan adalah jarak antara phasa ke bumi (t) atau jarak
antara phasa dengan phasa (T) sesuai kasusnya. Jarak ini
merupakan jarak minimum teoritis yang harus diperhatikan untuk
menghindari setiap bahaya flash over dalam kondisi tanpa gawai
pengaman yang memadai. Untuk berbagai tegangan nominal
yang lebih umum dipergunakan, jarak tegangan phasa ke buni (t)
35

dan jarak tegangan phasa ke phasa (T) yang dinyatakan dalam


meter dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini, dengan (U)
sebagai tegangan nominal sistem yang dinyatakan dalam kV.

U (kV) t (m) t (m)

Tegangan Menengah 0,30


0,10
20 kV
Tabel 3.1 Ketentuan Jarak Tegangan
b. Jarak Lindung
Jarak lindung (g) ini bertujuan agar pekerja tidak perlu untuk
selalu memikirkan perihal penyesuaian jarak tegangan sehingga
dengan demikian dapat mencurahkan seluruh perhatiannya pada
pekerjaan dan sekaligus melindunginya terhadap akibat gerakan
yang tidak disengaja. Besarnya jarak lindung adalah 0,05 m
untuk tegangan menengah 20 kV. Untuk berbagai tegangan
nominal yang lebih umum dipergunakan, jarak aman minimum
(D) phasa ke phasa dan (d) phasa ke bumi dapat dilihat pada
Tabel 3.2 di bawah ini.

U (kV) D (m) phasa ke bumi D (m) phasa ke phasa

Tegangan Menengah 0,80


0,60
20 kV
Tabel 3.2 Ketentuan Jarak Lindung
Jarak (D) dan (d) tersebut berlaku dalam kondisi yang sama
seperti pada jarak dalam (t) dan (T). Walaupun jarak aman
minimum dipenuhi namun pekerja harus selalu berada sejauh
mungkin dari komponen-komponen yang berbeda potensial
dirinya sehingga memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan
secara aman.
c. Daerah Terlarang
Derah terlarang bagi pekerja adalah daerah yang tidak dapat
dimasuki tanpa perlindungan yang sesuai dengan tingkat
36

tegangannya dan hanya dapat dimasuki dengan perlengkapan


yang memadai untuk bekerja dalam keadaan bertegangan.
Daerah terlarang bagi pekerja adalah semua titik yang terletak
pada jarak kurang dari jarak tegangan (t) atau (T) sebagaimana
ditetapkan dan apabila potensialnya berbeda dengan potensial
pekerja.
Daerah terlarang dapat dipersempit sesuai syarat-syarat yang
terkandung dalam persyaratan kerja dengan menggunakan sebuah
gawai (pelindung, cover atau protector) yang dirancang dan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
timbulnya flash over atau sentuhan antara pekerja dan penghantar
atau struktur bertegangan yang potensialnya berbeda dengan
potensial pekerja.
Daerah terlarang tersebut dengan demikian dipersempit hingga
ke ruang antar penghantar (struktur bertegangan) dengan
pelindung tersebut.
3.5.5 Metode Kerja PDKB-TM
Dalam pelaksanaan pekerjaannya Tim PDKB-TM mempunyai
tiga metode, yaitu metode berjarak, sentuh langsung, dan potensial.
Berikut ini akan dibahas satu per satu metode tersebut berdasarkan
SPLN 82-1:1991, antara lain:
a. Metode Keja Berjarak (Galah Isolasi)
Pada metode kerja berjarak ini pekerja berada di luar daerah
terlarang dalam hubungan dengan penghantar (atau struktur
bertegangan) di tempat pekerjaan. Pekerjaan dilaksanakan
dengan bantuan perkakas yang dipasang pada ujung galah
berisolasi atau tali isolasi.
37

Gambar 3.3 Metode Kerja Berjarak


b. Metode Kerja Potensial
Pada metode kerja potensial pekerja meniadakan daerah terlarang
dalam hubungan penghantar (atau struktur bertegangan) dimana
bekerja dengan menempatkan dirinya dengan potensial yang
sama dengan potensial penghantar (atau struktur bertegangan).
Tetapi pekerja akan membuat daerah terlarang baru yang
berhubungan dengan penghantar (atau struktur bertegangan) yang
memiliki potensial berbeda.

Gambar 3.4 Metode Kerja Potensial


c. Metode Kerja Sentuhan
Pada metode kerja sentuhan pekerja memasuki daerah terlarang
dalam hubungan dengan penghantar atau struktur bertegangan
yang sedang dikerjakan dengan sarana perlindungan (sarung
tangan isolasi).
38

Gambar 3.5 Metode Kerja Sentuhan

3.6 Persyaratan dan Dasar Pelaksanaan Kerja PDKB-TM


3.6.1 Persyaratan Kerja PDKB-TM
Dalam melakasanakan pekerjaannya, Tim PDKB haruslah
memenuhi syarat dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Persyaratan itu sendiri diterapkan guna keselamatan Tim PDKB
tersebut. Adapaun persyaratan-persyaratan yang harus dilaksanakan
adalah:
a. Persyaratan Kerja Pelaksanaan PDKB-TM
1. Pekerjaan sudah harus direncanakan sebelumnya dan
pekerjaan tersebut harus diawasi dalam pelaksanaannya.
2. Tim harus berkeahlian dan berpengetahuan.
3. Laki-laki minimal berusia 20 tahun.
4. Diperiksa kesehatannya minimal satu tahun sekali.
5. Sebelum bekerja harus diyakini kesehatan fisik dan mental
dalam keadaan baik dan siap bekerja.
6. Ada tim cadangan dan diasuransikan.
b. Persyaratan Peralatan dan Perlengkapan Kerja
1. Peralatan harus dalam keadaan baik dan memenuhi syarat.
2. Harus tersedia alat pelindung diri.
3. Semua peralatan dan perlengkapan harus diuji sebelum
digunakan.
4. Diadakan pengujian peralatan enam bulan sekali.
39

c. Menurut Peraturan Menteri ESDM NO. 0001 Tahun 2005 syarat-


syarat yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan PDKB adalah
sebagai berikut :
a) Dilakukan oleh tenaga teknik yang kompeten serta sehat
secara fisik dan mental.
b) Didukung oleh peralatan dan perlengkapan kerja yang
memadai.
c) Dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur dan
metode kerja.
d) Tenaga Teknik yang melaksanakan PDKB harus memiliki
sertifikat kompetensi di bidang PDKB.
e) Sertifikat Kompetensi PDKB diterbitkan oleh Lembaga
Setifikasi Personil yang terakreditasi.
3.6.2 Dasar Pelaksanaan Kerja PDKB-TM
Setiap pekerjaan terdapat dasar untuk melakukan pekerjaan tersebut,
maka pada pekerjaan PDKB-TM juga memiliki dasar pekerjaan
antara lain:
a. Keputusan Direktur Jendral Listrik dan Pengembangan Energi,
Nomor: 73-12/40/600.1/1993, Tanggal 16 – 8 – 1993, tentang:
Petunjuk Pelaksanaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan.
b. Surat Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagaan dan
Pengawasan Norma Kerja, Nomor B.727/M/BW/VI/88, Tanggal
21 Juni 1988, tentang; Rekomendasi pada Pekerjaan
Pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan ( Hot Line
Maintenance ) SUTET 500 KV.
c. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara, SPLN 82-1;1991,
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan, Bagian 1: Peraturan
Umum.
d. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara, SPLN 82-3;1993,
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan, Bagian 3: Jaringan
40

Tegangan Menengah, Persyaratan Kerja dan Lembar Teknik dan


Perkakas.
e. Keputusan Direksi PLN No. 036.T.K./453/DIR/1992, Tanggal 2
Nopember 1992, tentang Pembentukan TIM Pengarah dan TIM
Kerja untuk persiapan dan pelaksanaan PDKB.
f. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor:
057.K/7003/DIR/1994, Tanggal 13 Desemebr 1994, Tentang:
Formasi Jabatan Regu Pelaksana PDKB pada Unit Pelaksana
Cabang.
g. Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0001
Tahun 2005 Tanggal 10 Maret 2005 Tentang Kompetensi.
h. Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
1033.K/DIR/2011 Tanggal 30 Juni 2011 Tentang Formasi
Jabatan Unit Area.
i. PBPD adalah Pasang Baru dan Perubahan Daya dimana hal ini
merupakan proses akhir dari pendistribusian tenaga listrik karena
energi listrik akan dijual kepada konsumen.

3.7 Perlengkapan dan Perkakas Khusus Tim PDKB


Ada perlengkapan dan perkakas yang khusus dirancang untuk pekerjaan
dalam keadaan bertegangan berdasarkan SPLN 82-1:1991. Perlengkapan
dan perkakas yang khusus dirancang untuk pekerjaan dalam keadaan
bertegangan boleh digunakan apabila telah mendapat pengesahan dari LMK.
Untuk keperluan ini sebuah Lembaran Teknik (LT) perkakas tersendiri
dalam hubungan dengan masing-masing jenis perlengkapan harus
menguraikan perkakas yang dipakai dan tindakan pencegahan yang harus
dilakukan (persyaratan penyimpanan, pemeliharaan, pemulihan hingga dapat
bekerja lagi, pemeriksaan, pengangkutan, dsb).
Perlengkapan perkakas dan peralatan harus memenuhi standar, atau
apabila tidak ada haruslah sesuai dengan spesifikasi teknis. Standar atau
41

spesifikasi teknis tersebut harus menetapkan khususnya sifat isolasi dan bila
perlu kekuatan mekanisnya.

3.8 Syarat Pemeriksaan dan Pengujian


Syarat penerimaan perlengkapan dan pekakas harus sebagaimana yang
ditetapkan oleh standar atau spesifikasi teknis yang bersangkutan. Pengujian
dapat dilakukan baik di laboratorium atau pabrik yang telah disahkan oleh
LMK. Selain itu perlengkapan isolasi harus diperiksa dan diuji secara teratur
sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam Lembaran Teknik yang
bersangkutan (ayat 19).
Setiap ada penurunan atau pengurangan sifat yang ditentukan selama
pemeriksaan dan pengujian berkala tersebut harus diikuti dengan perbaikan
perlengkapan atau pemulihan kembali kerjanya sebelum digunakan lagi.
Tanggal pemeriksaan atau pengujian terakhir harus dicatat dan dicantumkan
sedemikian rupa sehingga dapat terlihat dengan jelas.

3.9 Pemeriksaan Sistematis di Lokasi


Sebelum memasuki lokasi atau memulai kembali pekerjaan di lokasi,
pengawas pekerjaan harus dapat memastikan terlebih dahulu bahwa semua
perkakas dan perlengkapan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan
dilakukan dalam kondisi baik. Disamping itu, pengawas harus memastikan
bahwa pekerja-pekerja yang ada dibawah perintahnya memastikan diri
bahwa perlengkapan pribadinya ada dalam keadaan baik, yaitu sabuk
pengaman, sarung tangan, helm, perkakas, dan sebagainya. Khususnya
pengecekan sarung tangan isolasi sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam
Lembaran Teknik yang bersangkutan, harus dilakukan sebelum memulai
pekerjaan. Setiap penurunan atau pemburukan sifat dari peralatan yang
diamati harus segera diikuti dengan penarikannya dari pemakaian bersamaan
dengan pemasangan sebuah label atau tanda yang terlihat jelas. Pemulihan
kembali ke keadaan yang dapat dipakai harus dilakukan dengan cara yang
42

diuraikan dalam Lembaran Teknik. Apabila ternyata peralatan tersebut tidak


mungkin dipulihkan kembali ke keadaan dapat dipakai, maka perlengkapan
itu harus dimusnahkan.
3.10 Pengertian PPDB
PBPD adalah Pasang Baru dan Perubahan Daya dimana hal ini merupakan
proses akhir dari pendistribusian tenaga listrik karena energi listrik akan
dijual kepada konsumen.
43

BAB IV
PEMASANGAN JUMPER TRANSFORMATOR 3 PHASA METODE
PDKB TM BERJARAK GUNA PENYELESAIAN DAFTAR TUNGGU
DAN PENGOPTIMALAN PENYELAMATAN kWh PT PLN (PERSERO)
AREA SEMARANG

4.1 Daftar Tunggu Pemasangan Jumper Transformator 3 phasa pada


bulan Januari 2018
Saat ini waktu pengerjaan PBPD yang membutuhkan transformator
baru masih lama karena daftar tunggu yang banyak berikut adalah tabel
daftar tunggu pelanggan 3 phasa periode Januari 2018 :

KOMITMEN
NO RAYON NAMA PELANGGAN DAYA BARU TGL BAYAR
NYALA

1 MONALISA DEWI
WELERI 66.000 26/01/2018 14/02/2018
SUSANTI
2 SEMARANG
TONY PRAYITNO 41.500 25/01/2018 13/02/2018
SELATAN
3 SEMARANG
HARTANA WIDJAJA 66.000 31/01/2018 16/02/2018
BARAT
4 SEMARANG POS SATPAM/DIAH
41.500 17/01/2018 02/02/2018
TENGAH CHRISTIN
5 SEMARANG
PENGOLAHAN LIMBAH 105.000 29/12/2017 02/02/2018
BARAT
6 SEMARANG
PT MERAK JAYA BETON 105.000 29/01/2018 15/02/2018
TENGAH
7 SEMARANG
CV. SLAMET WIDODO 105.000 09/01/2018 07/02/2018
TIMUR
8 SEMARANG
PT. BUC INDONESIA 105.000 11/01/2018 23/02/2018
BARAT
9 BOJA YAYASAN JATI MARGO 41.500 23/01/2018 12/02/2018
10 SEMARANG SMA ISLAM AL-AZHAR
164.000 31/01/2018 16/02/2018
BARAT 15
11
KENDAL AHMAD INDARYANTO 82.500 16/12/2017 14/02/2018
12 RSU MUH DARUL
KENDAL 105.000 05/01/2018 08/02/2018
ISTIQOMAH
13 SEMARANG
HENRY ERYFIN 164.000 09/01/2018 20/02/2018
TENGAH
14 SEMARANG CV MAKMUR
197.000 23/01/2018 12/02/2018
TIMUR SEJAHTERA
15 R.LAB BAHASA SMU N
KENDAL 41.500 16/01/2018 20/02/2018
KDL
44

KOMITMEN
NO RAYON NAMA PELANGGAN DAYA BARU TGL BAYAR
NYALA

16 SEMARANG SAMUEL TEGUH


41.500 18/01/2018 21/02/2018
TIMUR SANTOSO. ST
17 SEMARANG
PASTORAN KATOLIK 53.000 26/07/2017 02/02/2018
TIMUR
18
SEMARANG
RUSUN KUDU C 53.000 08/12/2017 06/02/2018
TIMUR
19 SEMARANG DIMAS CATUR
66.000 05/01/2018 07/02/2018
TIMUR DWIDIANTO
20 SEMARANG LAPAK SEMENTARA
131.000 11/12/2017 02/02/2018
TIMUR MAJT
Tabel 4.1 Daftar Tunggu Jumper Transformator 3 Phasa

4.2 Daftar Pengerjaan Pemasangan Jumper Transformator 3 phasa pada


bulan Januari 2018
TGL
DAYA
NO RAYON NAMA PELANGGAN
BARU
PELAKSAN NO SP2B/SP3B
AAN
1 MONALISA DEWI 111/SEMARANG/PDKB
WELERI 66
SUSANTI 25-01-2018 -TM/I/2018
2 SEMARANG 38/SEMARANG/PDKB-
TONY PRAYITNO 41.5
SELATAN 18-01-2018 TM/I/2018
3 SEMARANG 34/SEMARANG/PDKB-
HARTANA WIDJAJA 66
BARAT 17-01-2018 TM/I/2018
4 SEMARANG POS SATPAM/DIAH 94/SEMARANG/PDKB-
41.5
TENGAH CHRISTIN 16-01-2018 TM/I/2018
5 SEMARANG PENGOLAHAN 12/SEMARANG/PDKB-
105
BARAT LIMBAH 9/1/2018 TM/I/2018
6 SEMARANG PT MERAK JAYA 72/SEMARANG/PDKB-
105
TENGAH BETON 9/1/2018 TM/I/2018
7 SEMARANG CV. SLAMET 74/SEMARANG/PDKB-
105
TIMUR WIDODO 9/1/2018 TM/I/2018
8 SEMARANG 10/SEMARANG/PDKB-
PT. BUC INDONESIA 105
BARAT 8/1/2018 TM/I/2018
9 YAYASAN JATI 103/SEMARANG/PDKB
BOJA 41.5
MARGO 19-01-2018 -TM/I/2018
10 SEMARANG SMA ISLAM AL- 101/SEMARANG/PDKB
164
BARAT AZHAR 15 18-01-2018 -TM/I/2018
11 AHMAD 87/SEMARANG/PDKB-
KENDAL 82.5
INDARYANTO 12/1/2018 TM/I/2018
12 RSU MUH DARUL 88/SEMARANG/PDKB-
KENDAL 105
ISTIQOMAH 12/1/2018 TM/I/2018
45

TGL
DAYA
NO RAYON NAMA PELANGGAN
BARU
PELAKSAN NO SP2B/SP3B
AAN
13 SEMARANG 19/SEMARANG/PDKB-
HENRY ERYFIN 164
TENGAH 11/1/2018 TM/I/2018
14 SEMARANG CV MAKMUR 20/SEMARANG/PDKB-
197
TIMUR SEJAHTERA 11/1/2018 TM/I/2018
Tabel 4.2 Daftar Pelaksanaan Jumper Transformator 3 Phasa
4.3 Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa
Pekerjaan dengan metode PDKB ialah bertujuan untuk mengurangi
kerugian pada perusahaan yang di karenakan energi listrik tidak terjual
kepada pelanggan (kwh terselamatkan) sebagai contoh perbedaan
pekerjaan metode PDKB dengan pekerjaan metode offline ialah sebagai
berikut:
Rumus :
Beban (A) x Tegangan (KV) x Standart Waktu Offline (Jam) x Cos Ø x√3

Contoh pada penjumperan transformator 3 phasa di Semarang Tengah

: 62 x 20 x 2 x 0,85 x 1,732 = 3651,06 kwh

Apabila kita rupiah kan 3651,06 * 1147,73/KWH = Rp 4,190,426.50


Rupiah yang terselamatkan, apabila kita kerjakan penjumperan
transformator 3 phasa dengan cara offline maka perusahaan akan mendapat
kerugian sebesar Rp. 4,190,426.50,- Dalam hal pelaksaan pekerjaan secara
PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) harus tetap melalui survey
terlebih dahulu. Hal ini perlu dilaksanakan agar diketahui situasi atau
kondisi di lingkungan sekitar lokasi pekerjaan, konstruksi tiang yang akan
dilaksanakan nya pekerjaan karena tidak semua konstruksi bisa dilaksanakan
dengan PDKB. Selain itu juga dapat mengetahui material-material dan
peralatan yang nanti nya akan digunakan.

Dalam pemasangan jumper ini digunakan metode berjarak dengan


berbagai peralatan yang disiapkan. Pemasangan jumper transformator 3
phasa dengan metode berjarak terdapat pada Instruksi Kerja PDKB-TM
46

Nomor :019.IK PDKB-TM/11/113/KOMITE PDKB/2014 dan SOP Nomor


001.SOP PDKB-TM/11/113/KOMITE PDKB/2014. Berikut langkah-
langkahnya:
1. Mengukur Jarak Elemen Pelindung (EP):
Mengukur jarak 6 EP antara Linesman dengan bagian Konduktor yang
bertegangan dengan menggunakan Measuring Rod, posisi tangan dan
Measuring Rod lurus ke atas atau ke samping sehingga diperoleh jarak EP
yang diijinkan.
2. Mengukur Jamper baru:
Mengukur panjang Jamper dengan mengatur posisi Measuring Rod pada
Universal Hand Pole yang disesuaikan dengan kontruksi Jamper yang ada
sehingga akan didapatkan panjang Jamper sesuai kebutuhan.
3. Memasang Conductor Cover dan Pin Type Insulator Cover ketiga fase:
a. Memasang Live Line Connector pada Konduktor untuk pembatas
dengan menggunakan Hook Pole.
b. Memasang Conductor Cover pada Konduktor dengan Hook Pole
dibantu dengan Tie Pole.
c. Memasang Pin Type Insulator Cover & Door dengan Hook Pole
pada Isolator Tumpu dibantu Tie Pole.
4. Memasang Jamper pada Fuse Cut Out dan Arrester:
Memasang Jamper baru Fuse Cut Out dan Arrester sesuai standar
konstruksi secara langsung, Jamper Fuse Cut Out dibentuk kupu-kupu.
5. Melepas Pin Type Insulator Cover dan Conductor Cover ketiga fase:
a. Melepas Pin Type Insulator Cover & Door dan Conductor Cover
menggunakan Hook Pole dan Tie Pole.
b. Melepas Live Line Connector pembatas menggunakan Hook Pole.
6. Membersihkan Konduktor yang akan dipasang Jamper baru:
Membersihkan Konduktor yang akan di Jamper sampai bersih dan
mengkilap dengan menggunakan Conductor Cleaning Brush yang
dipasang pada Universal Hand Pole.
7. Menyambung Jamper Fuse Cut Out pada Main Line:
47

a. Fuse Cut Out harus dalam keadaan terbuka dan tabung


Fuse Cut Out belum terpasang.
b. Menjepit Jamper dengan Wire Holding Pole, memotong Tie Wire
pengikat kupu-kupu Jamper dengan Binding Wire Cutter Pole dan
menyambung Jamper ke Konduktor dengan Hook Pole atas
komando Pengawas Pekerjaan.
8. Memasang tabung Fuse Cut Out ketiga fase:
Memasang dan memasukkan Fuse Cut Out dilakukan oleh Petugas
Operasi dan Pemeliharaan (OPHAR).
9. Melepas Peralatan Kerja:
Melepas dan menurunkan semua peralatan kerja dengan tetap menjaga
jarak EP kemudian merapikan dan menyimpan.
10. Pengawas Pekerjaan melaporkan bahwa pekerjaan PDKB sudah selesai
melalui radio komunikasi ke Piket Pengatur Area dan memintakan kondisi
jaringan dinormalkan kembali dari posisi Standar Operasi Khusus (SOK).
11. Pengawas Pekerjaan melakukan evaluasi hasil pekerjaan, meliputi:
a. Pelaksanaan pekerjaan sesuai instruksi kerja.
b. Hasil kerja sesuai standar konstruksi yang berlaku.
12. Pengawas Pekerjaan memimpin doa penutup.
13. Pengawas Pekerjaan mengisi formulir penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan SOP Nomor 001.SOP PDKB-TM/11/113/KOMITE PDKB/2014
dan ditandatangani Kepala Operasi/Asisten Manager Jaringan.

4.4 Peralatan dan Material Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa


Untuk melakukan pemasangan jumper transformator 3 phasa pada dua
tiang dalam keadaan bertengangan menggunakan beberapa peralatan.
Peralatan yang digunakan tim PDKB-TM telah lulus uji dengan minimal
tegangan tembus 22 kV. Pelaksanaan pengujian peralatan tim PDKB-TM di
PT PLN (Persero) Udiklat Semarang dan dilakukan selama 6 bulan sekali.
Berikut peralatan penggantian isolator tumpu metode coulise phasa pinggir:
48

a. Peralatan PDKB TM
No Nama Peralatan Satuan Volume

1 Hook Pole Buah 2

2 Tie pole Buah 1

3 Universal Hand Pole Buah 1

6 Rack Wire Cutter Buah 1

4 Wire Holding Pole Buah 1

Binding Wire Cutter


5 Buah 1
pole

8 Conductor Cover Buah 9

7 Measuring Rod Set 1

Conductor Cleaning
9 Buah 1
Brush

10 Tool Kit Set 1

Tabel 4.3 Peralatan PDKB TM

b. material pemasangan jumper transformator 3 phasa:


No Nama Peralatan Satuan Volume
1 Konduktor Meter sesuai standar konstruksi
2 Live Line Connector Buah 3
3 Tie Wire Meter 1
4 Sepatu Kabel Buah 3
Tabel 4.4 Material Jumper Transformator 3 Phasa
49

c. Perlatan K3 PDKB TM

No Nama Peralatan Satuan Volume


Safety Helmet Colour
1 Red Buah 1
Safety Helmet Colour
2 Green Buah 1
Safety Helmet Colour sesuai jumlah
3 Blue Buah personil
sesuai jumlah
4 Leather Gloves Buah personil
sesuai jumlah
5 Jas Hujan Stel personil
sesuai jumlah
6 Pakaian Kerja Lapangan Stel personil
sesuai jumlah
7 Insulating Shoes Pasang personil
Insulating Gloves 1.000
8 volt Pasang 2
sesuai jumlah
9 Safety Glasses UV Buah personil
10 Kotak P3K Set 1
Safety Belt (Full Body
11 Hardness) Set 4
Tabel 4.5 Peralatan K3 PDKB TM

4.5 Pelaksanaan Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa Dalam


Keadaan Bertegangan.
Di setiap pekerjaan Tim PDKB-TM mendokumentasikan pekerjaannya.
Dokumentasi dapat berupa foto maupun video yang nantinya dijadikan
sebagai bukti tanda telah dikerjakan pekerjaan tersebut. PDKB-TM telah
melakukan pemasangan jumper trafo 3 phasa di beberapa titik.
50

Gambar 4.1 Transformator 3 phasa sebelum di jumper.

Gambar 4.2 Proses penjumperan transformator 3 phasa.

Gambar 4.3 Hasil akhir penjumperan transformator 3 phasa.


51

4.6 kWh dan Rupiah Terselamatkan Pemasangan Jumper Transformator 3


Phasa Dalam Keadaan Bertegangan.

kWh Prakiraan
NAMA
NO RAYON DAYA Diselamat Rp,
PELANGGAN kan Diselamatkan
MONALISA DEWI
WELERI 66
1 SUSANTI 5,476.58 6,285,639.75
SEMARANG
TONY PRAYITNO 41.5
2 SELATAN 5,564.92 6,387,021.04
SEMARANG
HARTANA WIDJAJA 66
3 BARAT 6,801.56 7,806,359.05
SEMARANG POS SATPAM/DIAH
41.5
4 TENGAH CHRISTIN 3,651.06 4,190,426.50
SEMARANG PENGOLAHAN
105
5 BARAT LIMBAH 8,568.20 9,833,984.78
SEMARANG PT MERAK JAYA
105
6 TENGAH BETON 2,767.74 3,176,613.64
SEMARANG CV. SLAMET
105
7 TIMUR WIDODO 4,828.82 5,542,176.99
SEMARANG
8 PT. BUC INDONESIA 105
BARAT 7,066.56 8,110,502.91
YAYASAN JATI
BOJA 41.5
9 MARGO 4,946.59 5,677,352.04
SEMARANG SMA ISLAM AL-
164
10 BARAT AZHAR 15 6,448.24 7,400,833.90
AHMAD
82.5
11 KENDAL INDARYANTO 4,239.94 4,866,301.75
RSU MUH DARUL
KENDAL 105
12 ISTIQOMAH 4,239.94 4,866,301.75
SEMARANG
HENRY ERYFIN 164
13 TENGAH 8,744.87 10,036,747.35
SEMARANG CV MAKMUR
197
14 TIMUR SEJAHTERA 6,713.23 7,704,977.76
80,058.25 91,885,239.21
TOTAL

Tabel 4.6 kWh dan Rupiah Terselamatkan Pemasangan Jumper Transformator 3


Phasa

RUMUS kWh diselamatkan


Beban (A) x Tegangan (KV) x Standart Waktu Offline (Jam) x Cos Ø x √3
52

RUMUS Rupiah diselamatkan


Jumlah kwh x Rata-rata rupiah .

4.7 Rekap SAIDI SAIFI Dari Pekerjaan Penjumperan Transformator 3


Phasa PDKB Area Semarang bulan Januari

SAIDI SAIFI
NO RAYON NAMA PELANGGAN DAYA PDKB PDKB Kali/
Mnt/Pgn plg

1 WELERI MONALISA DEWI SUSANTI 66 1.101 0.006


SEMARANG
2 TONY PRAYITNO 41.5
SELATAN 1.249 0.007
SEMARANG
3 HARTANA WIDJAJA 66
BARAT 0.363 0.002
SEMARANG POS SATPAM/DIAH
4 41.5
TENGAH CHRISTIN 0.834 0.007
SEMARANG
5 PENGOLAHAN LIMBAH 105
BARAT 0.559 0.003
SEMARANG
6 PT MERAK JAYA BETON 105
TENGAH 1.197 0.010
SEMARANG
7 CV. SLAMET WIDODO 105
TIMUR 1.007 0.008
SEMARANG
8 PT. BUC INDONESIA 105
BARAT 0.209 0.001
9 BOJA YAYASAN JATI MARGO 41.5 0.916 0.008
SEMARANG
10 SMA ISLAM AL-AZHAR 15 164
BARAT 1.421 0.008
11 KENDAL AHMAD INDARYANTO 82.5 1.000 0.008
RSU MUH DARUL
12 KENDAL 105
ISTIQOMAH 1.000 0.008
SEMARANG
13 HENRY ERYFIN 164
TENGAH 0.373 0.002
SEMARANG
14 CV MAKMUR SEJAHTERA 197
TIMUR 0.463 0.003
TOTAL 11.692 0.081

Tabel 4.7 SAIDI SAIFI Dari Pekerjaan Penjumperan Transformator 3 Phasa


PDKB Area Semarang bulan Januari
53

SAIDI:

Jumlah pelanggan padam


Lama padam x ( )x1
Jumlah pelanggan unit

SAIFI:

Jumlah pelanggan penyulang padam


1x ( )
Jumlah pelanggan unit

4.8 Rumus SAIDI SAIFI, kWh yang diselamatkan dan Rupiah yang
diselamatkan
A. SAIDI di dapat dari rumus :

jumlah pelanggan padam


Lama padam x ( )x1
jumlah pelanggan unit

B. SAIFI di dapat dari rumus:

Jumlah pelanggan penyulang padam


1x ( )
Jumlah pelanggan unit

C. KwH terselamatkan di dapat dari rumus :

Beban (A) x Tegangan (KV) x Standart Waktu Offline (Jam) x Cos Ø x √3

D. Rupiah terselamatkan di dapat dari rumus :

Jumlah kwh x Rata-rata rupiah .


54

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. PT PLN (Persero) Area Semarang memiliki 106 penyulang yang berasal
dari 7 Rayon antara lain: Rayon Semarang Tengah, Rayon Semarang
Barat, Rayon Semarang Timur, Rayon Semarang Selatan, Rayon Boja,
Rayon Kendal, dan Rayon Weleri.
2. Dalam melakukan pekerjaan PDKB harus memenuhi beberapa syarat
yaitu:
a. Keadaan cuaca yang baik dan aman.
b. Peralatan dan kelengkapan kerja yang digunakan tersedia dalam
kondisi baik.
c. Tim yang bekerja harus dalam keadaan mental dan fisik yang baik.
3. Penggantian jumper transformator dalam keadaan bertegangan
merupakan penggantian cisolator yang dilakukan pada saat jaringan
listrik dalam keadaan bertegangan dilaksanakan oleh tim PDKB yang
merupakan pegawai PLN bersertifikasi dalam bidang tersebut.
4. Penggantian jumper transformator metode berjarak menggunakan Tim
PDKB sangat menguntungkan karena Tim PDKB bekerja dalam keadaan
bertegangan maka listrik tidak ada yang padam walau sedang dalam
perbaikan maupun perawatan. Hal ini dapat meningkatkan SAIDI dan
SAIFI yang berhubungan dengan kWh yang terjual.
5. Pekerjaan Tim PDKB dilakukan Linesman dan dibantu oleh Groundman
serta dalam pengawasan kepala regu yang disupervisi oleh supervisor
PDKB.
55

5.2 Saran
1. Perlu adanya penambahan tim PDKB untuk mempermudah PDKB
dalam melayani pekerjaan di Rayon-Rayon serta dapat mengurangi kWh
yang tidak terjual karena pemadaman.
2. Perlu penambahan personil khusus untuk mengurusi pada bidang
administrasi pekerjaan.
3. Diharapkan pengoptimalan PDKB secara maksimal bukan hanya untuk
PBPD tetapi untuk segala aspek pemeliharaan jaringan yang
memungkinkan jika dilakukan tanpa padam.
4. Tetap mematuhi SOP, K2 dan K3.
56

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Listrik_Negara (diakses pada tanggal 9


Februari 2018 pukul 20.48 WIB)
http://pdkb.pln-pusdiklat.co.id/ (diakses pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 20.48
WIB)
Komisi PDKB TM. 2007. “Pedoman Pelaksanaan PDKB TM”. Semarang: PT
PLN (Persero) Distribusi Jateng DIY.
Komisi PDKB TM. 2007. “SOP PDKB TM”. Semarang: PT PLN (Persero)
Distribusi Jateng DIY.

Anda mungkin juga menyukai