Diabetes Melitus DM Alias Kencing Manis Merupakan Penyakit Yang Terjadi Akibat Terganggunya Proses Metabolisme Gula Darah Di Dalam Tubuh
Diabetes Melitus DM Alias Kencing Manis Merupakan Penyakit Yang Terjadi Akibat Terganggunya Proses Metabolisme Gula Darah Di Dalam Tubuh
terganggunya proses metabolisme gula darah di dalam tubuh. Orang dengan DM akan
mempunyai kadar gula yang sangat tinggi dalam darahnya setelah makan dan akan
sangat anjlok bila sedang puasa. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui
dengan pasti tetapi dicurigai kegemukan atau overweight merupakan salah satu faktor
pencetus dari DM. DM yang timbul akibat kegemukan ini biasanya terjadi pada usia
lanjut alias umur diatas 40 tahun.
Polyuri atau sering kencing terjadi karena pada orang dengan DM akan terjadi
penumpukan cairan dalam tubuhnya akibat gangguan osmolaritas darah yang mana
cairan tersebut kudu dibuang melalui kencing. Karena banyak cairan yang keluar
maka orang dengan DM akan merasa kehausan sehingga mereka jadi ingin sering
minum. Akibat dari menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gula dalam
darah maka sering terjadi walau kadar gulanya sedang dalam keadaan normal namun
tubuh merespon lain sehingga tubuh dipaksa untuk makan untuk mencukupi kadar
gula darah yang bisa direspon oleh insulin. Apabila kita terlambat makan maka tubuh
akan memecah cadangan energi lain dalam tubuh seperti lemak sehingga badan
menjadi tambah kurus.
Selain pemeriksaan kadar gula darah acak, perlu juga dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah makan untuk sekedar
mengkonfirmasi nilai kadar gula darah acak yang telah kita dapatkan. Pada pasien
DM kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl sedangkan pada kadar gula darah 2
jam setelah makan lebih dari 200 mg/dl. Pemeriksaan lain yang juga perlu adalah
pemeriksaan kadar gula darah dalam urine/kencing yang hasilnya positif.
Bersambung…
Baca Juga :
Berikut ini adalah rangkuman beberapa bahasan acara menarik yang disampaikan pada
Scientific Program Jakarta Diabetes Meeting 2008
Signaling from perivascular fat: a mechanism linking insulin resistance to vascular disease
Pradana Soewondo MD
Sejak dulu diketahui bahwa obesitas disertai dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Akumulasi jaringan adipose visceral merupakan faktor prediksi yang penting terhadap gangguan
lemak, glukosa, dan gangguan atherogenik.
Inflamasi tingkat rendah yang terjadi pada WAT (white adipose tissue), merupakan hasil dari
aktivasi kronik sistim imun. Kondisi ini dapat mengarah pada resistensi insulin.
Meningkatnya kadar C-reactive protein (CRP), tumor necrosis factor alfa (TNF-alfa), interleukin-6
(IL-6) pada pasien obesitas menandakan adanya inflamasi tingkat rendah.
Lemak perivaskular banyak ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki kecenderungan untuk
terjadinya proses artherosklerosis. Produksi adipositokin yang berlebihan dapat mengarah pada
inflamasi, artherosklerosis dan juga kalsifikasi koroner, serta mikroalbuminuria pada pembuluh
darah ginjal.
Selain itu analisa lain menemukan bahwa pasien diabetes dengan gangguan pada koroner
jantung dan diterapi dengan trimetazidine mangalami penurunan kadar glukosa darah puasa serta
penurunan A1c dibandingkan dengan pasien yang diberikan placebo.
Pada orang obesitas juga terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang
menstimulasi sekresi insulin ekstra (hiperinsulinemia) dan berbalik
menurunkan (downregulation) reseptor insulin dengan meningkatkan proses
internalisasi dan degradasi reseptor.
Gangguan pada level transduksi signal pada reseptor insulin dan aktivitas
subtrat reseptor inilah penyebab beragam bentuk resistensi insulin.