Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

N DENGAN
HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL ANGGREK
RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk menyelesaikan program pendidikan terakhir
Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes Cirebon)

OLEH

GHIYATS

NIM :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes Cirebon)


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
CIREBON
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa

perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi

kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi

keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan

konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap

kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah

pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penderita

gangguan jiwa diseluruh dunia mencapai hampir 450 juta orang,

dimana sepertiganya berdomisili di negara-negara berkembang. Hal ini

diperkuat dengan data dan fakta bahwa hampir separuh populasi

dunia tinggal di negara dimana satu orang psikiater melayani 200.000

orang. World Health Organization (WHO) mengungkapkan negara

miskin hanya memiliki satu orang dokter spesialis jiwa per satu juta

penduduk(Makale, 2012).

Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana dan konflik

berkepanjangan yang dialami masyarakat kita telah meninggalkan

dampak yang serius. Mereka harus mengalami kehilangan baik

2
pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan tersebut

dapat mempengaruhi individu akan kemampuan dirinya(Keliat, 2011).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang

dilakukan kementerian kesehatan pada 2007, prevalensi masalah mental

emosional yakni depresi dan ansietas ada sebanyak 11,60 persen

dari jumlah penduduk indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa.

Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni psikosis ada sekitar

0,46 persen dari jumlah penduduk indonesia atau sekitar 1.065.000 juta

jiwa(Wibisono, 2013).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang

lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih

sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan

interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam

rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi

menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara

efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang

memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif

dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).

Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya

kondisi mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari

faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat

mempengangaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi,

umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga,

3
adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan

kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa

permusuhan, hubungan antara manusia.

Menurut ( Keliat, 2011), tanda dan gejala harga diri rendah yaitu

mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang

pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan

diri. Selain tanda dan gejala diatas, dapat juga mengamati

penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang

memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan

menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak

menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara rendah. Dari data

laporan Rekam Medik RSJD surakarta pada tahun 2013, didapatkan

data dari bulan febuari-maret 2013 tercatat jumlah pasien mencapai

10.289 orang, dan diruang maespati pada bulan april 2013 tercatat

jumlah pasien mencapai 1425 orang, untuk pasien yang menderita harga

diri rendah sebanyak 83 pasien. pasien harga diri rendah diruang

maespati cenderung banyak yang sudah meningkat gangguan jiwanya

kefase halusinasi, resiko perilaku kekerasa dan menjadikan timbulnya

masalah defisit keperawatan diri pada pasien.

Berdasarkan hal-hal diatas penulis tertarik untuk mengangkat

masalah pada paien dengan harga diri rendah di RSUD Gunung Jati

Kota Cirebon.

4
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis melakukan

pengkajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pasien

yang mengalami hemoroid post hemoroidektomi dengan membuat

rumusan masalah, yaitu “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An. N

Dengan Harga Diri Rendah Di Bangsal Anggrek RSUD Gunung Jati

RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan Harga

Diri Rendah Di Bangsal Anggrek RSUD Gunung Jati.

1.3.2. Tujuan Khusus

Laporan ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi Asuhan

keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, prioritas masalah,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

1.4. Ruang Lingkup

Berdasarkan uraian diatas maka ruang lingkup penulisan adalah

pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami Harga Diri

Rendah Di Ruang Anggrek Rsud Gunung Jati dari tanggal …. Sampai

dengan ….. Januari 2018.

5
1.5. Manfaat

1.5.1. Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada An. N Dengan Harga Diri

Rendah Di Bangsal Anggrek RSUD Gunung Jati.

1.5.2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Penulis dapat memperdalampenerapan dan menambah wawasan

asuhan keperawatan pada kasus tonsilektomi.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan pembelajaran dan referensi di perpustakaan yang ada di

institusi pendidikan.

c. Bagi Profesi Kesehatan

Sebagai tambahan ilmu dan sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi

profesi keperawatan dalam memberikan pelayanan asuhan

keperawatan pada pasien Post Tonsilektomi.

1.6. Metode Penulisan

1.6.1. Metode Penyusunan

Penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode ilmiah yang

bersifat mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan

dengan pendekatan studi kasus. Penulis menggambarkan suatu proses

6
asuhan keperawatan pada An. N Dengan Harga Diri Rendah Di Bangsal

Anggrek RSUD Gunung Jati mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif adalah suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien selama dirawat di rumah sakit dan

lebih bersifat obyektif, yaitu dengan melihat respon pasien setelah

dilakukan tindakan. Penulis melakukan observasi partisipatif dengan

cara melihat respon pasien setelah penulis melakukan tindakan

keperawatan.

2. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

tentang masalah yang dihadapi pasien. Penulis melakukan wawancara

langsung dengan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain

mengenai tentang teori keadaan pasien dengan posthemoroidektomi.

Penulis melakukan perawatan secara langsung pada An.N dengan Post

Harga Diri Rendah Di Bangsal Anggrek RSUD Gunung Jati Cirebon.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah teknik pemgumpulan data dengan

melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi untuk mendapatkan data fisik pasien secara keseluruhan.

7
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada An.N

dengan Harga Diri Rendah Di Bangsal Anggrek RSUD Gunung Jati

Gunung Jati Cirebon.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup, sistematika

penulisan, metode penulisan dan teknik pengumpulan data.

BAB II : Tinjauan Pustaka yang terdiri dari konsep medis sinusitis dan

konsep asuhan keperawatan.

BAB III : Metode Penelitian

BAB IV : Tinjauan Kasus yang terdiri dari pengkajian, perumusan

diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian

Menarik diri adalah suatu sikap di mana idividu menghindari diri

dari interaksi dengan orang lain .Individu merasa bahwa bahwa ia

kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk

membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai

kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang

dinifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan

tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. (Balitbang,

2007) Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang

merupakan mekanisme individu terhdap sesuatu yang mengancam

dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan

lingkungan. (Dalami dkk, 2009)

2.1.2 Etiologi

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

Untuk membina klien dengan gangguan hubungan sosial menarik diri

digunakan pendekatan proses keperawatan. Tahap pertama adalah

pengkajian yang meliputi:

9
1. Faktor predisposisi

a. Fak Faktor Biologis

b. Faktor perkembangan

c. Fator Sosial Budaya

2. Faktor Presipitasi

a. Stresor Sosial Budaya

b. Stresor Psikologis

2.1.3 Tanda Dan Gejala

Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial:menarik

diri akan ditemukan data objektif meliputi apatis (acuh terhadap

lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih), afek tumpul,

tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal

menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain

atau perawat, menyendiri. Klien terlihat memisahkan diri dari orang lain,

misalnya pada saat makan, tidak atau kurang sadar dengan lingkungan

sekitarnya, pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine

dan feces, aktivitas menurun, kurang energy, harga diri rendah, menolak

berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau

pergi jika diajak bercakap-cakap. (Fitria, 2009)

2.1.4 Patofisiologi

Menurut Dalami (2009), salah satu gangguan berhubungan sosial

dengan diantaranya menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh

perasaan tidak berharga,dengan latar belakang yang penuh dengan

10
permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan. Perasan tidak

berharga menyebabkan semakin sulit dalam mengembangkan hubungan

dengan orang lain, akibatnya menjadi regresi atau kemunduran,

mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurang perhatian terhadap

penampilan dan kebersihan diri. Perjalanan dari tingkah laku masa lalu

serta tingkah laku menyendiri yaitu pembicaraan yang austitik dan

tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat

lanjut menjadi halusinasi.

2.1.5 Penatalaksanaan

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia

dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami

diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa

sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :

1. Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup

singkat

b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil

c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik

untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia

d. Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti

e. Tidak menyebabkan kantuk

11
f. Memperbaiki pola tidur

g. Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi

h. Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang

hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan

yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua

(atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya

chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang

termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,

Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.

2. Psikoterapi

Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul

lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.

Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia

menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.

Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.

(Maramis,2005,hal.231).

3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall

secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode

yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan

pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral

12
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis,

2005).

4. Keperawatan

Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku

merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan

pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku

menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan

kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan

praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi

skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam

hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy

aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas

kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi

realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan

Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok

diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan

konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok

stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi

persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi

dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan

dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan

13
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,

2005).

2.2 Tinjauan Teori Manajemen Keperawatan

1. Pengkajian Pasien Harga Diri Rendah

a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal

dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medic

b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi

factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor

genetic

c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap

persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri,

merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku

agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan

penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup

kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan

yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan

dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.

d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan

social dan spiritual

e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan,

aktifitas motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama

wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,

14
memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,

dan daya tilik diri.

f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif

maupun maladaptive

g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara

dapatkan adalah:

MASALAH YANG PERLU DIKAJI

Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Masalah utama : Mengungkapkan ingin diakui Merusak diri sendiri,

gangguan konsep jati dirinya. Mengungkapkan Merusak orang lain,

diri : harga diri tidak ada lagi yang peduli. Ekspresi malu,

rendah Mengungkapkan tidak bisa Menarik diri dari

apa-apa. Mengungkapkan hubungan social,

dirinya tidak berguna. Tampak mudah

Mengkritik diri sendiri. tersinggung,

Perasaan tidak mampu. Tidak mau makan dan

tidak tidur

Mk : Penyebab Mengungkapkan Tampak ketergantungan

tidak efektifnya ketidakmampuan dan terhadap orang lain

koping individu meminta bantuan orang Tampak sedih dan tidak

lain. Mengungkapkan melakukan aktivitas

15
malu dan tidak bisa ketika yang seharusnya dapat

diajak melakukan sesuatu. dilakukan

Mengungkapkan tidak Wajah tampak murung

berdaya dan tidak ingin hidup

lagi.
Mengungkapkan enggan Ekspresi wajah kosong

Mk : Akibat bicara dengan orang lain tidak ada kontak mata

isolasi sosial Klien mengatakan malu ketika diajak bicara

menarik diri bertemu dan berhadapan Suara pelan dan tidak

dengan orang lain jelas

Hanya memberi

jawaban singkat

(ya/tidak)

Menghindar ketika

didekati

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi,

wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder,

maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien

sebagai berikut:

a. Harga Diri Rendah

b. Isolasi Sosial

16
c. Defisit Perawatan Diri

3. Rencana Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien

Untuk mengatasi masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

Rendah Tindakan keperawatan pada pasien :

a. Tujuan :

1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang dimiliki

2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai

kemampuan

4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai

kemampuan

5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan

yang sudah dilatih

Tindakan keperawatan :

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki pasien. Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan

kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat

dapat :

1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah

sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya

keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

17
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali

bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.

3) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat

digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih

dapat digunakan saat ini

b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan

terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien

c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar

yang aktif

c. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan

dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien

lakukan sehari-hari.

b) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien

lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan

bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang

perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat

pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat

dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar

kegiatan sehari-hari pasien.

d. Melatih kemampuan yang dipilih pasien

18
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan

yang dipilih

b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan

c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang

dapat dilakukan pasien

e. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang

dilatih Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut,

saudara dapat melakukan hal-hal berikut :

a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan

yang telah dilatihkan

b) Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan

pasien setiap hari

c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan

perubahan setiap kegiatan

d) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah

dilatih

e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah

pelaksanaan kegiatan.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian :

Tanggal Masuk :

Ruang :

I. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien

Nama : …

Umur : …

Alamat : …

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidika : SMP

Pekerjaan : Petani

No. CM : 01xxxx

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan disuruh ibunya untuk melanjutkan berobat, sering

menyendiri dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.

20
III. ALASAN MASUK

2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membakar barang,

bicara sedikit, sulit kominikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat

jalan di RSJD.SOEDJARWADI KLATEN.

2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil

3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa.

4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia

jatuh dari sepeda.

V. PEMERIKSAAN FISIK

A. Tanda – tanda vital :

 Tekanan darah : 130/80 mmHg

 Nadi : 84 x/menit

 Suhu : 36,5 ºC

 Pernafasan : 26 x/menit

B. Ukuran :

 Tinggi badan : 179 cm

 Berat badan : 62 Kg

21
C. Kondisi Fisik :

Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL

A. Genogram

B. Konsep Diri

 Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling

disukai adalah mata karena bisa melihat.

 Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.

 Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau

dirumah sebagai anak.

 Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan

pulang, merasa bosan dan ingin bekerja lagi.

 ü Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan

orang lain selain ibu dan adiknya,klien merasa

22
tidak pantas jika berada diantara orang lain,

kurang interaksi sosial.

 Masalah Keperawatan : harga diri rendah

C. Hubungan Sosial

 Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.

 Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering

mengikuti gotong royong didesanya.

 ü Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat

jalan / berobat jalan temannya berkurang karena klien malu

berkomunikasi.

 Masalah Kepeawatan : Menarik diri

D. Spiritual

Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis

sholat klien berdoa agar cepat sembuh.

VII.STATUS MENTAL

A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang

disisir, klien menggunakan baju yang disediakan

diRSJ.

B. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan

dapat dipahami.

C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien

menyesuaikan.

23
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat

sembuh dan pulang, klien sedih belum bisa

bertemu ibu.

E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien

lambat

F. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena

menunduk,sesekali klien menengadah,selalu

menjawab jika ditanya.

G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.

H. Pola Fikir : Tidak ada waham.

I. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat

pengkajian, hari jum’at tanggal 11 januari 2013

jam 16.30 WIB,hari berikutnya juga klien sadar

hari sabtu tanggal 12 januari 2013.

J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat

masa lalunya.

K. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 –

15= 5

L. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar

setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih

membereskan kursi.

M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit

jiwa.

24
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari,

mandiri.

2. BAB / BAK

Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.

3. Mandi

Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi,

mandiri.

4. Berpakaian / berhias

Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.

5. Istirahat dan Tidur

Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB15.00 WIB,tidur

malam jam 20.00WIB 04.30 WIB.

6. Penggunaan obat

Klien minum obat 3x sehari setelah makan. Haloperidol 2x5 mg,

trihexiperidine 2x2 mg.

7. Pemeliharaan Kesehatan

Klien sudah pernah periksa diRSJD SOEDJARWADI KLATEN tetapi

rawat jalan.

8. Kegiatan di Dalam Rumah

Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

25
IX. MEKANISME KOPING

A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu

B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri

C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang

lain,lebih suka diam.

D. Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

A. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari

lingkungan

B. Masalah dengan kesehatan (-)

C. Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua

dan 2 saudaranya.

D. Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya.

XI. ASPEK MEDIK

A. Diagnosa Medis

Schizofrenia

B. Terapi

 Haloperidol 2x5 mg

 Trihexiperidine 2x2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN

A. Harga Diri Rendah

B. Menarik Diri

C. Koping Individu Tidak Efektif

26
XIII. POHON MASALAH

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Menarik Diri b/d Harga Diri Rendah

2. Harga Diri Rendah b/d Koping Individu Tidak Efektif

XV. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Harga diri Rendah Menarik Diri
- Klien mengatakan sering
menunduk, kurangnya interaksi
sosial
Do :
- Klien tampak menyendiri
2. Ds : Koping Individu Harga Diri
- Klien mengatakan remanTidak Efektif Rendah
berkurang semenjak sakit
- Klien malu dengan teman
karena klien merasa tidak
pantas diantara mereka
Do :
- Klien tampak malu saat
berbicara

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

27
Tgl Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Menarik Diri TUM - Klien ekspresi 1. Beri salam /
berhubungan Klien dapat wajah bersahabat. panggil nama
dengan harga Diri berhubungan dengan- Klien menunjukan 2. yang disukai
Rendah orang lain secara rasa senang. 3. Jelaskan BHSP
optimal. - Klien mau kontak dengan komunikasi
TUK 1 mata. terapeutik
Klien dapat - Klien mau berjabat 4. Memperkenalkan
membina hubungan tangan. diri dengan sopan
saling percaya - Klien mau 5. Tanyakan nama
membalas salam. lengkap dan
- Klien mau duduk panggilan tujuan
berdampingan. 6. Jujur dan menepati
dengan perawat. janji
- Klien mau 7. Tunjukan sikap
menyebut nama empati dan
dan mau menerima klien apa
mengutaraka adanya
masalah yang 8. 8. Lakukan
dihadapi. kontak singkat tapi
sering
TUK 2 - Klien mampu 1. Diskusikan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
mengidentifikasi kemampuan yang aspek positif yang
kemampuan dan dimiliki dimiliki
aspek positif yang - Aspek positif 2. Hindarkan dari
dimiliki keluarga penilaian yang
- Aspek positif negatif
lingkungan yang 3. Utamakan
dimilii klien pemberian pujian
yang realistik
TUK 3 - Klien mampu 1. Diskusikan

28
Klien dapat menilai menilai kemampuan yang
kemampuan yang kemampuan yang dapat digunakan
dimiliki dimiliki selama selama sakit
sakit 2. Diskusikan
kemampuan yang
dapat ditunjukan
penggunaannya
TUK 4 - Klien dapat 1. Rencanakan
Klien dapat membuat rencana bersama klien
menetapkan kegiatan harian aktifitas yang dapat
perencanaan dilakukan setiap
kegiatan sesuai hari
dengan - Kegiatan
kemampuannya mandiri
- Dibantu
sebagian
- Dengan
bantuan total
2. Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien

3. Beri contoh cara


pelaksanaan
kegiatan yang
boleh klien lakukan
TUK 5 - Klien melakukan 1. Berikesempatan
Klien dapat kegiatan yang klien untuk
melakukan kegiatan sesuai mencoba kegiatan
sesuai kondisi sakit dengankondisi yang telah

29
dan kemampuannya sakit dan direncanakan
kemampuannya 2. Beri pujian atas
keberhasilan klien
3. Diskusikan
kemungkinan
melaksanakan
dirumah.
TUK 6 - Klien dapat 1. Beri pendidikan
Klien dapat memanfaatkan kesehatan cara
memanfaatkan system pendukung perawatan klien
sistem pendukung dikeluarga secara dengan Harga Diri
yang ada optimal Rendah
- Klien daoat 2. Bantu keluarga
memanfaatkan menyiapkan
system pendukung lingkungan di
dilingkungan rumah.
sekitar.
Harga Diri Rendah TUM
berhubungan Klien dapat
dengan Koping melakukan
Individu Tidak keputusan yang
Efektif efektif untuk
mengendalikan
situasi kehidupan
yang demikian
menurunkan
perasaan rendah diri
TUK 1
Klien dapat menbina
hubungan terapeutik
dengan perawat - Klien mampu 1. Lakukan

30
duduk pendekatan dengan
berdampingan baik, menerima
dengan perawat klien apa adanya
- Klien mampu dan bersikap
berbincang - empati
bincang dengan 2. Cepat
perawat mengendalikan
- Klien mampu perasaan dan reaksi
merespon tindakan perawatan diri
perawat sendiri misalnya
rasa marah ,empati.
3. Sediakan waktu
untuk berdiskusi
dan bina hubungan
yang sopan.
4. Berikan
kesempatan kepada
klien untuk
merespon.
TUK 2 - Klien dapat 1. Tunjukan
Klien dapat mengungkapkan emosional yang
mengenali dan perasaannya sesuai
mengekspresikan - Klien mampu 2. Gunakan tekhnik
emosinya mengenali komunikasi
emosinya dan terapeutik terbuka,
dapat 3. Bantu klien
mengekspresikann mengekspresikan
ya perasaannya
4. Bantu klien
mengidentifikasika
n situasi kehidupan

31
yang tidak berada
dalam kemampuan
dan mengontrolnya
5. Dorong untuk
menyatakan secara
verbal perasaan –
perasaan yang
berhubungan
dengan ketidak
mampuannya.
TUK 3 - Klien dapat 1. Diskusikan
Klien dapat mengidentifikasi masalah yang
memodifikasi pola pemikiran yang dihadapi klien
kognitif yang negatif dengan
negative - Klien dpat memintanya untuk
menurunkan menyimpulkannya
penilaian yang 2. Identifikasi
negatifpada pemikiran negatif
dirinya. klien dan bantu
untuk menurunkan
melalui interupsi
dan substitusi
3. Evaluasi ketetapan
persepsi logika dan
kesimpulan yang
dibuat klien
4. Kurangi penilaian
klien yang negatif
terhadap dirinya
5. Bantu klien
menerima nilai

32
yang dimilikinya
atau perilakunya
atau perubahan
yang terjadi pada
dirinya.
TUK 4 - Klien mampu 1. Libatkan klien
Klien dapat menentukan dalam menetapkan
berpartisipasi dalam kebutuhan untuk tujuan yang ingin
mengambil perawatan pada dicapai
keputusan yang dirinya 2. Motivasi klien
berkenan dengan - Klien dapat untuk membuat
perawatan dirinya berpartisipasi jadwal aktivitas
dalam perawatan dirinya
pengambilan 3. Berikan privasi
keputusan sesuai kebutuhan
yang ditentukan
4. Berikan
reinsforcement
posotif tentang
pencapaian
kegiatan yang telah
sesuai dengan
keputusan yang
ditentukannya

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal
No Implementasi Evaluasi
/ Jam
1. Bina hubungan saling S:
percaya dengan :  Klien menjawab salam dan
 Menyapa klien dengan mengatakan selamat

33
ramah pagi,menyebutkan nama dan
 Memperkenalkan diri alamat
dengan sopan O:
 Menanyakan nama Klien mau berjabat tangan
lengkap serta alamat Klien mau duduk
klien berdampingan dengan perawat
 Menunjukan sikap Klien mau mengutarakan
empati, jujur dan masalahnya
menempati janji A : SP 1 tercapai
 Menanyakan masalahPp :
yang dihadapi Lanjutkan SP 2 adakan kontrak
waktu pertemuan berikutnya.
Pk :
Anjurkan klien untuk dapat
menyapa perawat jika bertemu
dan percaya jika perawat akan
membantu masalah yang dihadapi
2. Bina hubungan terapeutik S :
dengan perawat dengan :  Klien mau duduk
 Pendekatan dengan berdampingan dengan perawat
baik ,menerima klienO :
apa adanya  Klien mampu berbincang –
 Mengidentifikasi bincang dengan perawat
perasaan dan reaksi Klien mampu merespon
perawatan diri sendiri tindakan perawat.
 Menyediakan waktuA : SP 2 tercapai
untuk bina hubunganPp :
yang sopan Lanjutkan SP 3 adakan kontrak
 Menberikan waktu pertemuan berikutnya.
kesempatan untukPk :
merespon Anjurkan klien mampu

34
berkomunikasi,mampu memulai
berbicara dan tidak janggung.

3. Mengidentifikasi S:
kemampuan dan aspek  Klien mengatakan cara
positif yang dimiliki penilaian positif tidak boleh
dengan : berfikir jelek terhadap orang
 Membantu lain,sopan santun dan ramah
mengidentifikasi yang diutamakan.
dengan aspek yangO :
positif  Klien dapat mengungkapkan
 Mendorong agar perasaannya
berpenilaian positif A : SP 3 teratasi sebagian
 Membantu Pp :
mengungkapkan lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya Pk :
Anjurkan klien untuk
mempertahankan hubungan saling
percaya berinteraksi secara
terarah.

35

Anda mungkin juga menyukai