Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Manfaat ASI:
1. Bagi Ibu
a. Aspek kesehatan ibu : isapan bayi akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi
uterus dan mencegah terjadi perdarahan post partum. Penundaan haid
dan berkurangnya perdarahan post partum mengurangi prevalensi
anemia zat besi. Selain itu, mengurangi angka kejadian karsinoma
mammae.
b. Aspek keluarga berencana : merupakan KB alami, sehingga dapat
menjarangkan kehamilan. Menurut penelitian, rerata jarak kehamilan
pada ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak 11
bulan.
c. Aspek psikologis : ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh
bayinya karena dapat menyusui.
2. Bagi Bayi
a. Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi : mengandung lemak,
karbohidrat, protein, garam dan mineral serta vitamin.
b. Mengandung zat protektif : terdapat zat protektif berupa laktobasilus
bifidus,laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor
antistreptokokus, antibodi, imunitas seluler dan tidak menimbulkan
alergi.
c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan : sewaktu menyusui
kulit bayi akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan
manfaat untuk tumbuh kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan
menimbulkan rasa aman dan kasih sayang.
d. Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI akan
mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas.
e. Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis pada bayi
yang mendapat susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat
ASI, karena menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan
3
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.
f. Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang adalah
kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
botol dan dot.
Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada
stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Kolostrum : ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir.
2. ASI transisi : ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari ke
sepuluh.
3. ASI mature : ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai dengan
seterusnya.
4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI :
a. Perhatikan kebersihan alat makan.
b. Membuat makanan secukupnya.
c. Berikan makanan dengan sebaik-baiknya.
d. Membuat variasi makanan.
e. Ajak makan bersama anggota keluarga lain
f. Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan
g. Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama
5
Tabel 2. Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai menyusui Dalam waktu 30-60 menit setelah
melahirkan.
Menyusui eksklusif Umur 0-6 bulan pertama.
Makanan pendamping ASI Mulai diberikan pada umur antara 4-6 bulan
(MPASI) (umur yang tepat bervariasi, atau bila
menunjukkan kesiapan neurologis dan
neuromuskuler).
Berikan MP ASI Pada semua bayi yang telah berumur lebih
dari 6 bulan.
Teruskan pemberian ASI Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih.
2. PROTEIN
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan
tahu.
Cara memasak:
a. Telur
6
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya
akan berkurang. Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau
masak cepat menggunakan sedikit minyak dan bisa dicampur dengan sayuran
yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran
cap cay, disup, digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng
sejenak menjadi ayam pop. Jangan lupa, buang kulit ayam karena mengandung
minyak jenuh.
c. Daging-dagingan
Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi
tidak terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau
ditumis, karena itu potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging
seperti bakso dan sosis, proteinnya tidak sebaik daging segar. Selain itu juga
mengandung zat aditif sehingga jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak
bakso dan sosis sebaiknya ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay dan
bihun goreng. Jangan digoreng karena akan menambah kadar lemak yang
sudah tinggi.
7
karena itu jika direbus atau disup, jangan terlalu lama sebab vitamin akan
habis.
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih,
bubuhi garam, angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan
batangnya masih renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan
setelah dimasak. Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak,
dikhawatirkan ada reaksi kimia yang menyebabkan sayur tidak layak
dimakan.
8
3. Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur
keperluan akan makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri
akan kebutuhan zat gizi yang diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis
makanan dan toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11. Gaya hidup orang tua
12. Kemiskinan
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait.
Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor
penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi
yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan.
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang
yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak
memperoleh ASI eksklusif. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit
infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare
dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu pelayanan
kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku
hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama adalah ketersediaan air bersih,
9
sarana sanitasi dan perilaku hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan
sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok , sirkulasi udara dalam rumah
dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga,
khususnya pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-
ASI), dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu
terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan
keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
pendapatan, dan akses informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana,
dimana bayi dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan
anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu
karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok
masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi
ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak
berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut
diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan
lokal khususnya untuk bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus
mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan
perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan
dengan cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya
atau ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu
susu/donor. Apabila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi
diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas
kesehatan.
10
2.6 Pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi
dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi
jumlah ASI. Untuk itu bayi yang berumur 6 bulan di anjurkan untuk
mengkonsumsi bubur tim dengan cara pengolahan dan ragam sayuran/buah yang
telah disebutkan di atas.
3.2 Saran
1. Bagi para ibu agar tetap menjaga kebutuhan gizi seimbang bagi balitanya.
2. Bagi tenaga kesehatan, agar melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu pedesaan
akan perhitungannya pemenuhan gizi seimbang pada balita. Sebagai tenanga
kesahatan kita harus bisa memberikan pengetahuan tentang gizi yang baik dan
seimbang kepada para orang tua supaya orang tua bisa memberikan gizi yang
cukup bagi anak-anaknnya, sehingga balita dengan gizi buruk akan semakin
berkurang dan kualitas kesehatan masyarakat pun akan semakin meningkat.
12