Anda di halaman 1dari 55

2.

3 Nifas

2.3.1 Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti prahamil.

Lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu. (Sofian, Amru : 2012) Masa nifas

(Puerpenium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu, wanita yang melalui periode puerpenium disebut

Puerpura. Pada ibu nifas yang menyusui kerap dihubungkan dengan

keindahan payudara (Ani apriyanti : vol. 6 : 2012)

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira – kira 6 minggu. (Saifuddin,Abdul Bari : 2009; 122)

Sehingga dapat disimpulkan masa nifas adalah masa yang dimulai sejak

plasenta lahir dan berakhir saat alat – alat kandungan kembali seperti

sebelum hamil. Masa nifas ini biasanya berlangsung hingga 6 – 8 minggu.

2.3.2 Klasifikasi Periode Nifas

a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan – jalan. Dalam angama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari

b. Puerperium intermediet yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia

yang lama nya 6 -8 minggu


c. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali

sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan

timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat

berminggu – minggu, bulanan, atau tahunan. (Sofian, Amru : 2012)

2.3.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang parawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberiian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Saifuddin, Abdul Bari:

2009; 122)

2.3.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Pada masa ini terjadi perubahan – perubahan fisiologi, yaitu :

a. Perubahan fisik

b. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia

c. Laktasi dan pengeluaran air susu ibu (ASI)

d. Perubahan sistem tubuh lainnya

e. Perubahan psikis (Saifuddin, Abdul Bari: 2009; 122)


Menurut Sofian, Amru : 2012, perubahan fisiologis pada masaa nifas yang

terjadi pada alat – alat kandungan adalah sebagai berikut :

1. Uterus, secara berangsur – angsur menjadi kecil hingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil

2. Bekas implantasi uri, mengecil karena kontraksi dan menonjol

kekavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5

cm, dan pada minggu keenam 2.4 cm dan akhirnya pulih

3. Luka – luka, pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6 – 7 hari

4. Rasa nyeri, yang disebut after pains (merian atau mulas) disebabkan

kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan.

Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika

terlalu mengganggu dap diberikan obat – obatan antinyeri.

5. Lokia, merupakan cairan sekret yang berasal dari kaum uteri dan

vagina dalm masa nifas. Lokia terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Lokia rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa – sisa selaput

ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium,

selama 2 hari pasca persalinan

b. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning, berisi dah dan lendir,

pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan

c. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ke 7 – 14 pasca persalinan

d. Lokia alba berbentuk cairan putih pada 2 minggu setelah

persalinan
e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk

f. Lokiostatis merupakan lokia yang tidak lancar pengeluarannya.

Tabel 5

Involusi Uterus

Diameter

Berat Bekas
Keadaan
Involusi Tinggi Fundus Uteri Uterus Melekat
Serviks
Plasenta
(gr)

(cm)

Bayi lahir Setinggi pusat 1000

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek

1 minggu Pertengahan pusat 500 7,5 Beberapa hari

simpisis setelah

postpartum
2 minggu 350 3–4
dapat dilalui 2
6 minggu 50 – 60 1–2
jari

8 minggu 30 Akhir minggu

pertama dapat

dimasuki 1 jari

(Sumber : Dewi, Vivian Nia Lia : 2011;57)


Perubahan pada tanda – tanda vital juga terjadi yaitu pada suhu, nadi,

tekanan darah, dan pernafasan ibu. Berikut merupakan uraian dari

perubahan tanda – tanda vital pada masa nifas :

a. Suhu badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 – 380C)

sebagai akaibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cariran, dan

kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.

Biasanya pada hari ke 3 suhu badan akan naik lagi karena ada

pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena

banyak nya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium, mastitis,traktus genetalis,atau sistem lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa adalag 60 – 8- kali permenit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi tersebut akan menjadi lebih

cepat

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah

melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah yang tinggi pada

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum


d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya

kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran nafas. (Dewi, Vivian Nia

Lia : 2011; 60)

2.3.5 Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas

Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah

selalu menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri.

Realisasi tanggung jawab sebagai serorang ibu setelah melahirkan bayi

sering kali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan

faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual dan tingkah laku

pada seorang wanita. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh seorang

wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai seorang ibu.

Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian

lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan –

gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para

peneliti dan klinis disebut post – psrtum blues.

Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota kelluarga lainnya merupakan

dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah

melahirkan, ibu akan mengalami beberapa fase yaitu fase taking ini, fase

takking hold dan fase letting go. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 65)
2.3.5.1 Fase – fase Dalam Masa Nifas

a. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada

hari pertama sampai heri kedua ssetelah melahirkan. Pada saat itu

fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama

proses persalinan berulang kali diceritakan. Hal ini membuat ibu

cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Sehingga tenaga

kesehatan perlu menyampaikan kepada suami dan keluarganya untuk

memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk

mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat

melewati fase ini dengan baik.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah

sebagai berikut :

1. Kekecewaan karena tidak mendapatkan yang diinginkan tentang

baginya. Misalnya : jenis kelamin, warna kulit, dan sebagainya.

2. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami

ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara

bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya

3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

4. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat

bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan

merasa tidak nyaman karena hal tersebut sebenarnya bukan hanya

tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama. (Dewi,

Vivian Nia Lia : 2011; 65; 66)


a. Fase Taking Hold

Fase taking hold yaitu fase / periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak

mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu

memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan

gampang marah sehingga kita perlu berhati – hati dalam berkomunikasi

dengan ibu.

Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini berupakan

kesemapatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam

merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. Tugas sebagai

tenaga kesehatan adalah seperti mengajarkan cara merawat bayi, cara

menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, menjajarkan sena nifas,

memberikan pendidikan kesehatan yangg dieprlukan ibu seperti gizi,

istirahat, kebersihan diri, dan lian lain. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 66

b. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya

sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase

sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam hal

memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

Namun, dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.

Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, menegerjakan urusan


rumah tangga, segingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan

istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk

dapat merawat bayinya. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 66)

2.3.5.1 Postpartum Blues

Melahirkan merupakan salah satu hal yang paling penting dari peristiwa –

peristiwa paling bahagia dalam hidup bagi seorang wanita. Sebanyak 80%

mengalami gangguan suasana hati setelah kehamilan (melahirkan).

Mereka merasa kecewa, sendirin, takut, atau tidak mencintai bayi mereka

dan merasa bersalah karena perasaan ini.

Postpartumblues atau sering disebut juga maternity blues atau sindrom ibu

baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada

minggu pertama setelah persalinan yang ditandai dengan beberapa gejala.

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 67) Sedangkan menurut Yustisia

Imaninditya dan Murwati (2013) pada penelitiannya mengatakan

postpartu blues adalah depresi pasca persalinan yang mulai terjadi pada

hari ketiga setelah melahirkan yang dikategorikan sebagai gangguan

mental ringan.

Berikut adalah gelaja – gejala postpartum blues :

1. Reaksi depresi/sedih

2. Sering menangis

3. Mudah tersinggung

4. Cemas

5. Labilitas perasaan
6. Cenderung menyalahkan diri sendiri

7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan

8. Kelelahan

9. Mudah sedih

10. Cepat marah

11. Mood cepat berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula menjadi

gembira

12. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta bayinya

13. Perasaan bersalah

14. Pelupa. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 67)

Puncak dari postpartum blues ini 3 – 5 hari setelah melahirkan dan

berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Hal ini tidak

mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga

ibu dengan postpartum blues masih bisa merawat bayinya. Jecemderungan

untuk mengembangkan postpartum blues tidak berhubungan dengan

penyakit mental sebelumnya dan tidak disebabkan oleh stres. Namun,

stres dan sejarah depresi dapat mempengaruhi apakah postpartum blues

terus menjadi depresi besar, oleh karena itu harus segera ditindak lanjuti.

Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi postpartum blues, antara

lain :

1. Persiapan yang baik selama kehamilan untuk menghadapai masa nifas

2. Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan

3. Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami


4. Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami dan

berusaha melakukan peran barunya sebagai seorang ibu dengan baik

5. Cukup istirahat

6. Menghindari perubahan hidup yang drastis

7. Berolahraga ringan

8. Berikan dukungan dari semua keluarga, suami dan saudara

9. Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang perofesional

agar dapar memfasilitasi faktor risiko lainnya selama masa nifas dan

membantu dalam melakukan upaya pengawasan. (Dewi, Vivian Nia

Lia : 2011; 68)

2.3.5.3 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

Periode pospartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu waktu

kembali pada keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat – alat genetalia

interna dan eksterna akan berangsur – angsur pulih seperti pada keadaan

sebelum hamil. Untuk membantu proses penyembuhan pada masa nifas,

maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein,

memutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan – kebutuhan

yang dibutuhkan ibu nifas antara lain :

1. Nutrisi dan cairan

2. Ambulasi

3. Eliminasi : BAK / BAB

4. Kebersihan diri dan perineum

5. Istirahat
6. Seksual

7. Kularga berencana

8. Latihan / senam nifas. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 71)

2.3.5.4 Nutrisi Dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat

kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh

kemang bayi.

a. Keutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu

yang dihasikan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama

hamil. Rata – rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan

nutrisi yang baik adalah 70 Kal/100 ml dan kira – kira 85 Kal

diperluka ibu untuk menghasilkan tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata –

rata ibu harus mengkonsumsi 2.300 – 2.700 Kal ketika menyusui.

b. Ibu memerluka tambahan 20 gram protein diatas kebutuhan

normalketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tamahan 500 Kal

yang dianjurkan. Karena protein diperlukan untuk pertumbuhan dan

pergantian sel – sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat

diperoleh dari hewani dan nabati. Protein hewani seperti telur, daging,

ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sedangkan protein nabati seperti

tahu, tempe, kacang – kacangan, dan lain lain.

c. Nutrisi lain yang dibutuhkan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu

menyusui dianjurkan minum 2 – 3 liter perhari dalam bentuk air putih,


susu, dan jus buah. Mineral atau air, dan vitamin digunakan untuk

melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran

metabolisme didalam tubuh.sumber zat pengatur tersebut dapat

diperoleh dari semua jenis sayur – sayuran dan buah – buahan.

d. Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah gizi setidaknya

selama 40 hari selama pasca bersalin.

e. Vitamin A

1. Pengertian vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu zat penting yang larut dalam

lemak dan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga

harus dipenuhi dari luar (esenssial), berungsi untuk

penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit.

2. Manfaat vitamin A

a) Meningkatkan daya kesehatan ibu terhadap penyakit dan

infeksi seperti campak dan diare

b) Membantu proses penglihatan dan adaptasi dari tempat yan

terang ke tempat yang gelap

c) Mencegah kelainan pada sel-sel epitel termasuk pada

selaput lendir mata

d) Mencegah terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel

sehingga kelenjar tidak emproduksi cairan yang

menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata disebut

xerosis konjungtiva
e) Mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan

menjadi bercak bitot (bitot’t sport) bahkan kebutaan

3. Sumber dan dosis Vitamin A

Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelejar, serta

fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memilik

simpanan vitamin A, ASI tetap menjadi sumber penting dari

Vitamin A dan karoten (zat gizinya banyak terdapat secara

alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran)

Adapun sumber vitamin A:

a) Bahan-bahan makanan hewani seperti hati, kuning telur,

ikan daging, ayam dan bebek

b) Buah-buahan yang berwarna kuning, dan jingga seperti:

papaya, mangga masak, alpokat, jambu biji merah, pisang

c) Sayuran yang berwarna hijau tuda dan berawarna jingga

seperti L bayam, dan singkong, kangkung, daun katu, dan

mangkokan, daun kelor, dan bluntas, kecipir, labu

kuning,daun ubi jalar, tomat, wortel

d) Bahan-bahan makanan yang difortilasi diperkaya dengan

vitamin A seperti margarine, susu, dan mie instant.

Kebutuan Vitamin A yang dianjurkan ibu nifas 850

mikrogram retinol (vitamin a) atau 2805 SI vitamin A

perhari
4. Cara pemberian Vitamin A

Diberikan kepada ibu nifas secara periodik (2 kapsul vitamin A

warna merah yang diminum, 1 kapsul setelah melahirkan dan 1

kapsul lagi setelah 24 jam)

5. Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas

a) Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (

ASI)

b) Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi

c) Ksehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan

Ibu nifas harus mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A karena :

a) Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah

b) Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan

dan peningkatan daya tahan tubuh

c) Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah

pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan

vitamin A dalam ASI selama 60 hari

d) Pemberian 2 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah

diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam

ASI sampai bayi usia 6 bulan. (Depkes,RI:2009)

2.3.5.5 Ambulasi

Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif, dimana ibu

harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini perawatan puerperium lebih

aktif dengan dianjrkan melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah


kebijaksanaan untuk secepat mungkin membembing penderita keluar dari

ttempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan.

Pada persalinan normal mobilisasi dini dilakukan setelah 2 jam yaitu bisa

dilakukan dengan miring kenan atau miring kekiri. Ambulasi dini

dilakukan secara berangsur – angsur.

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah :

a. Ibu merasa lebih sehat dam kuat

b. Usus dan kandung kemih lebih baik

c. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat / memelihara

anaknya

d. Tidak menyebabkan perdarahan abnormal

e. Tidak mempengaruhi penyembukan luka episiotomi atau luka diperut

f. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps dan keadaan abnormal

lainnya. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 72)

2.3.5.6 Eliminasi

Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan

akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh

iritasi pada uretra sebagai akbiat persalinan sehingga ibu akan m,erasa

takut untuk BAK. Dianggap normal bila ibu dapat Bak 3 – 4 jam setelah

melahirkan. Ibu diusahakan mampu untuk bbuang air kecil sendiri, bila

tidak maka lakukan tindakan berikut :

a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat ibu


b. Mengompres air hangan diatas simpisis ibu

c. Saat berendam diair hangan ibu disuruh untuk BAK.

Namun bila tidak berhasil maka lakukan tindakan kateterisasi. Hal ini bisa

membuat ibu kurang nyaman dan risiko infeksi. Oleh karena itu,

kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum. Defekasi

atau buang air besar harus terjadi dalam 3 harus postpartum. Berikut

adalah cara agar BAB dapat teratur :

a. Diet teratur

b. Pemberian cairan yang banyak

c. Ambulasi yang baik

d. Bula takut BAB , maka berikan laksan supposotria. (Dewi, Vivian Nia

Lia : 2011; 73)

2.3.5.7 Kebersihan Diri dan Perineum

1. Personal Higiene

Mandi ditempat tidur dilakukan ibui sampai ibu bisa mandi sendiri

dikamar mandi. Bagian yang paling utama dibersihkan adalah puting

susu dan mamae.

a. Puting susu

Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pada puting susu harus

segera diobati karena kerusakan pada puting susu dapat

mengakibatkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi

kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh

karena itu puting susu sebaiknya dibersihkan dengan air yang telah
dimasak, setiap kali sebellum dan sesudah menyusukan bayi dan

puting yang luka / lecet segera diobati.

b. Partum lokia

Lokia yang keluar dari vagina haruslah sesuai dengan periodenya

yaitu rubra, sanguinolenta, serosa kemudian alba. Karena jika tidak

sesuai kemungkinan telah terjadi infeksi atau keadaan tidak normal

lainnya. Mengganti celana dalam setiap sehabis mandi harus

dilakukan untuk menghindari berkembangnya bakteri dan mencegah

terjadinya infeksi.

2. Perineum

Bila sudah buang air besar dan buang air kecil, perineum harus

dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang

lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut akan jahitan

yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan

atau dicuci. Sesudah dan sebelum mengganti pembalut harus cuci

tangan dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara

mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi

oleh tangan.

Langkah–langkah penanganan kebersihan diri adalah sebagai berikut :

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b. Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang, baru


kemudian dibersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu

untuk membersihkan daerah vula setiap kali BAK/BAB.

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari, kain pembalut dapat digunakan berulang

setelah dicuci dan dikerigkan dibawah sinar matahari dan disetrika.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kehamilannya

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, serahkan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh luka. (Dewi, Vivian Nia Lia :

2011; 75)

Selain menjaga kebersihan ibu, kebersihan bayi juga harus tetap

terjaga. Bayi dapat dimandikan setelah 6 – 8 jam pasca persalinan.

Berikut langkah – langkah untuk menjaga kebersihan bayi, antara lain :

a. Memandikan bayi

Tujuan memandikan bayi adalah untuk menjaga kebersihan,

memberikan rasa segar dan memberikan rangsangan pada kulit.

Namun pada saat memandikan bayi harus memperhatikan beberapa

hal seperti mencegah kedinginan, mencegah masuknya air kedalam

mulut, hidung dan telinga, serta memperhatikan adanya lecet pada

pantat, lipatan – lipatan kulit (ketiak, paha dan punggung bayi).

b. Memberikan pakaian bayi

Bahan pakaian yang dikenakan oleh bayi hendaknya lembut dan

mudah menyerap keringat.

c. Personal higiene pada bayi


Setiap kali bayi buang air kecil atau buang air besar, bersihkan

kelaminnya dengan menggunakan air dan saun, serta keringkan

dengan aik. Karena kotoran bayi dapat menyebabkan infeksi

sehingga harus dibersihkan. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 76)

2.4.6.5 Istirahat

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah

bila partus erlangsung agak lama. Seorang ibu akan cemas apakah dia

mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini

mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola

tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk

meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dianjurkan kepada ibu :

1. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan

2. Sarankan ibu untuk kembali kekegiatan – kegiatan yang tidak berat.

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 76)

2.4.6.6 Seksual

Dinding vagina kembali kekeadaan seperti sebelum hamil sekitar 6 – 8

minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri ketika

darah merah telah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Bagitu darah merah berhenti dan ibu

tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai hubungan suami

istri kapan saja ibu siap.


Hubungan seksual dapat dilakukan secara aman ketika luka episiotomi

telah sembuh dan lokia telah berhenti. Seaiknya hubungan seksual dapat

ditunda sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan

organ – organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan

mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah

persalinan. Oleh kerena itu, bila senggama tidak mungkin menunggu

sampai 40 hari, suami dan istri perlu melakukan usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan

konseling tentang KB. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 77)

2.4.6.7 Keluarga Berencana

Tujuan dari kontrasepsi adalah untuk mencegah / menghindari terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sel sperma. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas adalah

metode amenorhea laktasi (MAL), pil progestin (mini pil), suntikan

progestin, implan, dan alat kontrasepsi dalam rahim. (Dewi, Vivian Nia

Lia : 2011; 77)

2.4.6.8 Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu – ibu setelah melahirkan

saat tubuhnya sudah pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk

mempercepat proses penyembuhan, mencegah timbulnyya komplikasi,

serta memulihkan dan menguatkan otot – otot punggung, otot dasar


panggul dan otot perut. Terdapat beberapa tahap dalam melakukan senam

nifas yaitu :

a. Latihan tahap pertama (24 jam setelah bersalin)

b. Latihan tahap kedua (tiga hari pasca persalinan)

c. Latihan tahap tiga (setelah pemeriksaan pasca persalinan). (Dewi,

Vivian Nia Lia : 2011; 81)


Tabel 6

Senam Nifas

NO GERAKAN KETERANGAN

A. SENAM SIRKULASI

1. Tarik napas dalam 3-4 x

melalui hidung lalu keluarkan

lewat mulut

2.

Berbaring dengan lutut lurus,

regangkan sedikitnya 12 x pilih

gerakan dorso fleksi (buka

tutup) bukan plantar fleksi

untuk mencegah kram.


3. Mengencangkan kaki, berbaring

dengan kaki lurus, tarik kedua

kaki ke atas pada pergelangan

kaki dan regangkan pada bagian

belakang lutut ke tempat tidur,

tahan posisi dalam hitungan

detik, bernafaslah secara

normal dan rileks, ulangi

gerakan sebanyak 10 x.

B. SENAM DASAR PANGGUL

1.

Lutut dalam posisi ditekuk,

angkat panggul tanpa

mengangkat perut dengan

prinsip visualisasi dan

konsentrasi pada otot,

angkat, tarik masuk dan

tahan.

(seperti buang air kecil dan

ditahan di tengah*)
C. SENAM ABDOMEN

1. Posisi berbaring dengan kedua

lutut ditekuk dan telapak kaki

datar menapak di lantai,

letakkan kedua telapak tangan

di abdomen depan paha, tarik

napas dan pada saat akhir

hembuskan napas. Lakukan

sebanyak 10 x
2. Masih dalam posisi berbaring,

telapak tangan berada di

samping pinggang dan

menempel di lantai, kaki di

tekuk dan telapak kaki

menempel di lantai,

kencangkan otot abdomen dan

otot pangguldengan sedikit

menekan area belakang ke

lantai, tahan posisi sampai

hitungan ke 5 lalu bernapas

normal dan rileks, lakukan 5

kali dan tinggkatkan 10 x di

minggu selanjutnya.

D. STABILITAS BATANG

TUBUH

1. Posisi duduk dengan kaki datar

di atas lantai dan tangan di atas

otot abdomen bawah, tarik otot

dasar panggul dan naikkan lutut

dengan kaki beberapa inci

Di atas lantai, tahan gerakan

selama 5 detik, dengan bagian

panggul dan tulang belakang

tetap berada pada posisinya.


Tingkatkan secara bertahap

sehingga ibu bisa mengulang

dan menahan gerakan selama

10 detik dan diulang sebanyak

10 x

2. Berbaring miring, tekuk kedua

lutut ke atas depan dengan

tangan menopang kepala dan

tangan lainnya monopang tubuh

dengan telapak tangan

menempel pada lantai.

Tarik otot transfsersum dan

dasar panggul serta angkat lutut

ke atas dengan memutar paha

ke arah luar sementara tumit

tetap berdekatan. Tahan selama

5 detik dan ulangi sebanyak 5 x.

Tingkatkan dengan menahan

selama 10 detik dan ulangi 10

x.

3. Posisi berbaring miring dan

lutut kaki dibawah ditekuk ke

arah belakang, tarik abdomen

bagian bawah dan naikkan kaki

yang atas sejajar dengan tubuh.

Tahan gerakan selama 5 detik

dan ulangi 5x. Tingkatkan

penahanan 10 detik dan ulangi


10x

4. Posisi berbaring terlentang,

tekuk kedua lutut ke atas dan

kaki datar di atas lantai, tarik

abdomen bawah dan biarkan

lutut kanan sedikit ke arah luar,

dengan sedikit mengendalikan

untuk memastikan pelvis tetap

berada pada posisi dan

punggung tetap datar secara

perlahan kembalikan lutut pada

posisi semula yang tegak lurus.

Ulangi 5 x pada masing-masing

kaki dan ulangi secara bertahap

hingga sampai 10 kali.

5. Tetap pada posisi berbaring

terlentang tekuk kedua lutut ke

atas dan kaki datar di atas

lantai, letakkan tangan di atas

abdomen depan paha, tarik

abdomen bawah, secara

perlahan luruskan tumit, setelah

1 kaki dengan tetap

mempertahankan punggung

datar setinggi panggul. Ulangi

gerakan 5x pada masing-

masing kak, dan tingkatkan


hingga 10x pada masing-

masing kaki.

2.4.6.9 Program dan Kebijakan Teknis

Tabel 7

Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 – 8 jam - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

setelah uteri

persalinan - Mendeksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut

- Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri

- Pemberian ASI awal

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir

- Menjaga bayi tetap sehat dan mencegah

hipotermia
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, maka ia

harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan stabil.

2 6 hari - Memastikan involusi uterus berjalan normal,

setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah

persalinan umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau

- Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi

atau perdarahan abnormal

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,

cairan dan istirahat

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda – tanda penyulit

- Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.

3 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

setelah

persalinan
4 6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang penyulit –

setelah penyulit yang ia atau bayi alami

persalinan - Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Sumber :Saifuddin, abdul Bari :2009; 123)

2.4.6.10 Anatomi dan Fisiologis Laktasi

Payudara atau kelenjar mamae manusia, mulai berbentuk pada minggu

kelima kehidupan embrionik dari lapisan susu, lapisan jaringan

glandular. Kelenjar mamae adalah satu-satunya organ yang tidak

terbentuk secara lengkap dalam kehidupan janin dengan pertumbuhan

lanjut saat pubertas menjadi tahap duct and-bud dan pertumbuhan

lebih lanut dalam kehamilan dan laktasi. Jaringan payudara meliputi

dua bagian utama parenkim dan stroma, parenkim terdiri dari duktus

laktifetus yang menyerupai cabang pohon yang teratur dan terbuka

pada ermukaan putting susu dan pada struktur alveoli lobus. Stroma

mencakup jaringan ikat, jaringan lemak (adipose), pembuluh darah,

dan limfatik. Unit fungsional pembuatan air susu adalah sel alveoli

yang memproduksi air susu dan mengskresikannya kedalam lumen

sakus alveoli. Duktulus dan duktus membawa susu dari alveolus

kedalam pori susu. Ujung putting susu memiliki 15-25 lubang kecil

yang merupakan bagian akhir duktus yang menghubungkan kembali

dengan sistem lobulus-alveoli. Putting susu elastis terdiri dari serat otot

polos dan dipersarafi baik dengan ujung saraf sensori maupun otonom,
ini adalah sistem yang menyebabkan putting susu menjadi putting susu

menjadi lebih kecildan lebih tegas dalam berespon terhadap dingin,

sentuhan dan stimulasi seksual. Saat laktasi kelenjar mammae

fungsional berespons terhadap sistem saraf kompleks dan sinyal sistem

endokrin untuk memproduksi dan mengeluarkan air susu. Berat

ayudara saat laktasi sekitar 600-800 g. Kelenjar mammae berinvolusi,

atau regresi, selama dan setelah menyapih, tetapi tidak kembali pada

keadaan prakehamilan. Hormon luteum dan plasenta mempengaruhi

pembentukan payudara wanita hamil, mengakibatkan peningkatan

pertumbuhan, dan percabangan duktus, serta ertumbuhan lobules.

Prolaktin adalah hormone esensial untuk penyempurnaan lobules-

alveolus dalam kehamilan dan memulai sekresi air susu melalui

reseptor pada dinding sel alveolus. Meskipun kadar prolaktin

meningkat sebanyak sepuluh sampai duapuluh kali lipat sela

kehamilan, air susu tidak diproduksi karena eningkatan kadar

progesterone. Selama menyusui oksitosin dilepas karena utting susu

terstimulasi dan merenggang serta melalui jalur sensori saat melihat,

merasakan, menyentuh, atau mendengar stimulus yang

mengingatkannya tentang bayi dan menyusui.

(Varney:2008;984-986)

2.4.6.11 Fisiologi Pengluaran ASI


Pengluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks

antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormone.

Pengaturan terhadap pengluaran ASI, dapat dibedakan menjadi tiga

bagian, yaitu sebagi berikut.

1. Pembentukan

kelanjar

payudara

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari

duktus yang baru, percabangan-percabangan dan lobules, yang

dipengaruhi oleh hormone-hormon plasenta dan korpus luteum.

Pada trimester pertama kehamilaan, prolaktin dari

adenohipofisis/hipofisis anterior mulai merangsang kelanjar air

susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum.

Pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai

merangsang untuk pembuatan kolostrum.

2. Pembentukan

air susu

Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflex yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengluaran air susu yaitu

sebagai berikut.

a. Refleks prolaktin

Pada akhir kehamilan, hormone prolaktin memegang pernan

untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas


karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan

progesterone yang kadarnya memang tinggi.

Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya

korpus luteum membuat estrogen dan progesterone sangat

berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang

merangsang putting susu dan kalang payudara yang akan

mernagsang ujung-ujung sensoris yang berfungsi sebagai

reseptor mekanik.

b. Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin dan hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang

dilanjutkan ke hipofisis posterior (neuorohipofisis) yang

kemudian dikeluarkan oksitosin.

Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah

sebagai berikut :

1. Melihat bayi

2. Mendengarkan suara bayi

3. Mencium bayi

4. Memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat reflex let down adalah stress,

seperti keadaan bingung/pikiran


3. Pemeliharaan pengluaran air susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur

kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat

perlu untuk pengluaraan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama

menyusui.

4. Mekanisme menyusui

a. Refleks mencari (Rooting refleks)

Keadaan yang menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting

susu yang menempel diikuti dengan membuka mulut dan

kemudian putting susu ditarik masuk kedalam mulut.

b. Refleks menghisap (Sucking refleks)

Putting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan

lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara

dibelakang putting susu yang saat itu sudah terletak pada langit-

langit keras.

c. Refleks menelan (Swallowing refleks)

Gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi

sehingga pengluaraan susu akan bertambah dan diteruskan

dengan mekanisme menelan masuk kelambung.

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 11)


2.4.6.11 Manfaat Pemberiaan ASI

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi, ASI tidak hanya

memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga, dan

Negara.

Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagi berikut :

1. Nutrient (zat gizi)

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat,

protein, garam, mineral, serta vitamin.

2. ASI mengandung zat protektif

Dengan adanya zat protektif maka bayi jarang mengalami sakit, zat-zat

protektif tersebut antara lain :

a. Laktobasilus bifuda

Zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme

b. Lakoferin

Mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan

kuman

c. Lisozim

Enzim yang memecah dinding bakteri dan inflamatori bekerja sama

dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E coli dan

Salmonella, serta menghancurkan dinding sel bakteri, terdapat

dalam ASI dalam konsentrasi 5.000 kali lebih banyak dari susu sapi
d. Komplemen C3 dan C4 membuat daya opsenik

e. Immunoglobulin (IgC,IgM,IgA,IgD,IgE)

f. Faktor-faktor anti alergi

3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi

4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik

5. Mengurangi kejadian karies dentis

6. Mengurangi kejadian maloklusi

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 17)

2.4.6.12 ASI Ekslusif

ASI eklsusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi

sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI

dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun, pemberian ASI ekslusif

selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan

pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga,

maupun negera.

WHO dan UNICEFF merekomendasikan kepada para ibu bila

memungkinkan ASI Eksulusif diberikan sampai 6 bulan dengan

menerapkan hal—hal berikut:

1. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahairan bayi

2. ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan

tambahan dan minuman

3. ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap

hari setiap malam


4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 25)

2.4.6.13 Perawatan Payudara

Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara lain putting

tidak menonjol atau bendungan payudara, tujuannya memperlancar

pengluaran ASI.

Pengurutan payudara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengurutan pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak, tempatkan kedua tangan

diantara payudara, pengurutan dilakukan dimulai kea rah atas, lalu

telapak tangan kanan kea rah sisi kiri dan telapak tangan kiri kea rah

sisi kanan, lakukan terus pengurutan ke bawah dan samping,

selanjutnya pengurutan melintang, ulangi masing-masing 20-3-

gerakan untuk tiap payudara.

2. Pengurutan kedua

Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari

tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari

pangkal payudara dan berakhir pada putting susu, lakukan 2 gerakan

tiap payudara bergantian.

3. Pengurutan ketiga

Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangakan

lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi kea rah putting

susu, lakukan sekitar 30 kali.


4. Pengompresan

Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu

ganti dengan kompres air dingin. Kompres bergantian sselama 3 kali

dan akhiri dengan kompres air hangat.

5. Pengosongan ASI

Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI,

keluarkan ais susu dengan melatakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2

cm sampai 3 cm dari putting susu dan tamapung ASI yang keluar,

tekan payudara kea rah dada dan perhatikan agar jari-jari jangan

diregangkan, angkat payudara yang agak besar dahulu lalu tekan ke

arahdada, gerakan ibu jari dan telunjuk kea rah putting susu untuk

menekan dan mengosongkan tempat penampungan susu pada

payudara tanpa rasa sakit, ulangi untuk masing-masing payudara.

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 29)


Tabel 8

PERAWATAN PAYUDARA MASA NIFAS

NO LANGKAH GAMBAR

1 Cuci tangan dengan sabun dan air

mengalir sampai bersih dan

keringkan dengan handuk.


2 Kompres putting susu ibu dengan

kapas/kassa minyak selama 5 menit.

Selanjutnya angkat kapas/kassa

sambil membersihkan payudara ibu

dari kotoran yang menempel.

3 Jika putting susu normal, lakukan

perawatan berikut:

Oleskan minyak pada ibu jari

telunjuk, lalu letakkan pada kedua

putting susu. Lakukan gerakan

memutar kearah dalam sebanyak

30x putaran untuk kedua putting

susu.
4 Jika putting susu datar atau masuk

ke dalam, lakukan tahap berikut:

a. Letakkan kedua ibu jari di

sebelah kiri dan kanan putting

susu, kemudian tekan dan

hentakkan ke arah luar menjauhi

putting susu secara perlahan.

b. Letakkan kedua ibu jari di atas

dan di bawah putting susu, lalu

tekan serta hentakkan ke arah

luar menjauhi putting susu

secara perlahan.

5 Licinkan tangan dengan

minyak/baby oil secukupnya.

Tempatkan kedua tangan diantara

kedua payudara ibu, kemudian

diurut ke arah atas, terus ke

samping, ke bawah, melintang

sehingga tangan menyangga


payudara (mengangkat payudara)

kemudian lepaskan tangan dari

payudara.

6 Sokong payudara kiri dengan tangan

kiri, kemudian 3 jari tangan kanan

membuat gerakan memutar sambil

menekan mulai dari pangkal

payudara berakhir pada putting

susu. Lakukan tahap yang sama

pada payudara kanan. Lakukan 2

kali gerakan pada setiap payudara.

7 Sokong payudara kiri dengan tangan

kiri. Telapak tangan kiri menopang

payudara kiri dan jari-jari tangan

sisi kelingking mengurut payudara


kearah putting susu, gerakan diulang

sebanyak 30 kali untuk tiap

payudara.

8 Telapak tangan kiri menopang

payudara, tangan dikepalkan

kemudian buku-buku jari tangan

mengurut payudara mulai dari

pangkal ke arah putting susu,

gerakan ini diulang sebanyak 30 kali

untuk setiap payudara.


9 Kompres kedua payudara dengan

waslap hangat selama 2 menit,

kemudian ganti dengan kompres

washlap dingin selama satu menit.

10 Cuci tangan dan keringkan dengan

handuk yang bersih.

2.4.6.14 Cara Menyusui Yang Benar

Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI

keepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar

1. Pembentukan dan persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilaan.

Pada kehamilaan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak,

serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan

tegang sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,


perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak.

Payudara makin besar, putting susu makin menonjol, pembuluh darah

semakin tampa dan aerola mamae makin menghitam.

2. Persiapan memperlancar pengluaran ASI dilaksanakan dengan jalan

sebagai berikut :

a. Membersihkan putting susu dengan air susu atau minyak sehingga

epitel yang lepas tidak menumpuk

b. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi

c. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu

atau dengan jalan oprasi

Tabel 9

LANGKAH-LANGKAH TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR


Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan

disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

NO GAMBAR LANGKAH-LANGKAH

1 Ibu harus mencari posisi yang

nyaman, biasanya duduk tegak di

tempat tidur/kursi ibu harus merasa

rileks.

2 Lengan ibu menopang kepala, leher,

dan seluruh badan bayi (kepala dan

tubuh bearada dalam garis lurus),

maka bayi menghasdap ke payudara

ibu, hidung bayi di depan puting susu

ibu. Posisi bayi harus sedemikian

rupa sehingga perut bayi menghadap

perut ibu. Bayi seharusnya berbaring

miring dengan seluruh tubuhnya

menghadap ke ibu. Kepalanya harus

sejajar dengan tubuhnya, tidak

melengkung ke

belakang/menyamping, teling, bahu,

dan panggul bayi berada dalam satu

garis lurus.
3 Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya

(muka bayi ke payudara ibu) dan

mengamati bayi yang siap menyusu :

membuka mulut, bergerak mencari ,

dan menoleh. Bayi harus berada

dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak

harus mencondongkaan badan dan

bayi tidak merenggangkan lehernya

untuk mencapai puting susu ibu.

4 Ibu menyentuhkan puting susunya ke

bibir bayi, menunggu hingga mulut

bayi terbuka lebar kemudian

mengarahkan mulut bayi ke puting

susu ibu hingga bibir bayi dapat

menangkap puting susu tersebut. Ibu

memrngang payu dara dengan satu

tangan dengan cara meletakan empat

cari di payudara dan ibu jari di atas

payudara . ibu jari dan telunjuk harus

membentuk huruf “C”. Semua jari

ibu tidak boleh terlalu dengan dengan

areola.

5 Pastikan bahwa sebagian besar areola

masuk ke dalam mulut bayi. Dagu

rapat ke payudara ibu dan hidungnya

menyentuh bagian atas payudara.

Bibir bawah bayi melengkung keluar.


6 Bayi di letakan ke ibu dengan posisi

sanggah seluruh tubuh bayi, jangan

hanya leher dan bahunya saja, kepala

dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan

bayi ke dada ibu sehingga hidung

bayi berhadapan dengan puting susu,

dekatkan badan bayi ke badan ibu,

menyuntuh bibir bayi ke puting

susunya dan menunggu sampai mulut

bayi terbuka lebar.

7 Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu

mengeluarkan puting dari mulut bayi

dengan cara memasukkan jari

kelingking ibu di antara mulut dan

payudara.
8 Menyendawakan bayi dengan

menyandarkan bayi di pundak atau

menelungkupkan bayi melintang

kemudian menepul-nepuk punggung

bayi.

(Dewi, Vivian Nia Lia : 2011; 31)

2.4.6.15 Masalah Dalam Pemberian ASI

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya

beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi, pada

sebagaian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering

dianggap masalah pada anak saja.

Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak

sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini,

dan masa pasca persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya berkaitan

dengan manajemen laktasi sehingga bayi sering menjadi “bingung

putting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan

keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.

Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus. Selain

itu, ibu sering sekali mengeluhkan bayinya sering menangis, menolak

menyusu, dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASI tidak cukup,

atau ASI tidak enak, tidak baik, atau apa pun pendapatnya sehingga
sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan

menyusui.

Banyak ibu yang merasa kurang atau salah informasi susu formula sama

baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu

formula bila merasa bahwa ASI kurang, petugas kesehatanpun masih

banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan

kehamilan atau saat memulangkan bayi, contohnya seperti :

1. Bayi pada minggu-minggu pertama ASI encer sering dikatakan bayi

diare dan mengehntikan menyusu padahal sifat encer pada kolostrum

memang demikian karena kolostrum bersifat laksan (zat pencahar)

2. ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu

diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan

dan sehat mempunyai persedian kalori yang dan cairan yang dapat

mempertahankan tanpa minum selam beberapa hari.

3. Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal

ukuran payudara tidak mentukan apakah produksi ASI cukup atau

kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada

payudara

4. Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/ menyusui meliputi

hal-hal sebagai berikut :

a. Fisiologi laktasi

b. Keuntungan pemberian ASI

c. Keuntungan rawat gabung

d. Cara menyusui yang baik dan benar


e. Kerugian pemeberian susu formula

f. Menunda memberikan makanan lainnya selama 6 bualan

Masalah dalam pemeberian ASI antara lain :

1. Putting susu datar atau terbenam

Putting susu yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak

selalu menjadi maslah, secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui

bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berguna,

misalnya dengan memanipulasi hofman, menarik-naik putting, atau

penggunaan breast shield dan breast shell.

2. Putting susu lecet (Abraded and or Cracked Nipple)

Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui, selain

itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah, retakan pada

putting susu dapat sembuh dalam waktu 48 jam.

3. Putting melesak (masuk kedalam)

Jika putting susu melesak diketahui sejak masa kehamilan hendaknya

putting susu ditarik-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap

amndi 2-3 kali sehari.

4. Abses payudara (mastitis)

Mastitis adalah peradangan pada payudara, payudara menjadi

merah,bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan panas, serta suhu

tubuh meningkat, pada bagain dalam terasa ada masa apdat (lump) dan

diluar kulit menjadi merah

5. Payudara bengkak
Perbedaan anatara payudara penuh Karen aterisi ASI dengan payudara

bengkak, jika payudara penuh terasa berat pada payudara, panas, dank

eras bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam dan payudara

bengkak terasa sakit,udem, sakit, putting kencang, kulit mengkilap

walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar, badan

bida demam setelah 24 jam. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011)

Penyebab payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak

kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini

terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat

menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang ASI

dikeluarkan, dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Hal

ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Selain itu,

penggunaan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak

bersih dapat menyebabkan sumbatan duktus.

Gejala perlu dibedakan anatara payudara bengkak dengan payudara

penuh, pada payudara bengkak payudara udem, sakit, putting susu

kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan ASI tidak keluar

kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam sementara pada

payudara penuh payudara terasa berat, panas, keras bila ASI

dikeluarkan tidak ada demam.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah payudara

bengkaka dalah sebagai berikut :

1. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perletakan

yang benar
2. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal atau on demand)

3. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi

4. Jangan memberikan minuman lain pada bayi

5. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase dan

sebagainya

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara

bengkak adalah sebagai berikut :

1. Setiap 2 jam sebelum menyusu kompreslah payudara dengan lap

bersih atau dengan daun papaya basah

2. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih

lembek sehaingga lebih mudah memasukannya kedalam mulut

bayi

3. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan

atau pompa diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok

4. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai

bendungan teratasi

5. Untuk mengurangi rasa sakit bisa diberikan kompres hangat dan

dingin

6. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan

pengurang sakit

7. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak,

bermanfaat untuk membantu memperlancar pengluaran ASI

8. Pada saat menyusui sebainya ibu tetap rileks


9. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatakan daya tahan

tubuh danperbanyak minum

10. Jika ibu sedang menyusi terserang penyakit missal nya pilek,

usahakan tetap memebrikan ASI ddengan menutup mulut dan

hidung denagn masker. (Dewi, Vivian Nia Lia : 2011)

Anda mungkin juga menyukai