Variabel Kinerja
Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembang
an atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan
(jumlah koperasi perprovinsi,jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi,
jumlah koperasi aktif dan nonaktif),
keanggotaan, volume usaha, permodalan,
asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable
tersebut pad a dasarnya belumlah dapat
mencerminkan secara tepat untuk dipakai
melihat peranan atau pangsa (share)
koperasi terhadap pembangunan ekonomi
nasional. Demikian pula dampak dari
koperasi (cooperative effect) terhadap
peningkatan kesejahteraan anggota atau
masyarakat belum tercermin dari variabel-
variabel yang disajikan.
1
d) Faktor sistem (system factors). Faktor system berkaitan dengan system / metode
kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e) Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan
tekanan dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
2
Prinsip Pengukuran Kinerja
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
1. Seluruh aktivitas kirja yang signifikan harus diukur.
2. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya
tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan hasilnya.
3. Kerja yang tak di ukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang
diukur.
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-
alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
6. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan
adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja
operasional.
7. Pelaporan kinerja
dan analisis
variansi harus
dilakukan secara
periodik.
8. Laporan yang
kerap
memungkinkan
adanya tindakan
korektif yang
segera dan tepat
waktu.
9. Tindakan korektif
yang tepat waktu
begitu dibutuhkan
untuk manajemen
kendali yang
efektif.
Kelembagaan
Bidang Kelembagaan Koperasi mempunyai tugas melaksanakan sebagaian tugas
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM dibidang Kelembagaan Koperasi dan
menyiapkan perumusan kebijakan teknis pembinaan, penyiapan bahan dan proses
3
pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar
dan Pembubaran Koperasi.Bidang Kelembagaan
Koperasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Untuk melaksanakan
tugasnya, Bidang Kelembagaan Koperasi mempunyai fungsi :
4. Pelaksanaan
evaluasi dan pendampingan
serta pemberian bantuan
bagi koperasi yang memiliki
potensi untuk dikembangkan;
4
6. Penyiapan bahan
pembinaan perangkat organisasi
koperasi (anggota, pengurus,
pengawas) untuk meningkatkan
mutu pengelolaan dan kinerja
koperasi;
5
Masing-masing Seksi pada Bidang Kelembagaan Koperasi dipimpin
6
3. Melaksanakan pembinaan akuntansi koperasi.
Keanggotaan
Sebagai suatu perkumpulan, koperasi tidak akan terbentuk tanpa anggota
sebagai tulang punggungnya Semakain banyak anggota maka semakin kokoh
kedudukan koperasi. Sebab badan usaha koperasi dikelola serta dibiayai oleh para
anggota, hal ini terlihat dari pemasukan modal koperasi yang bersumber dari
simpanan - simpanan para anggota, yang dikelompokkan sebagai modal sendiri
atau modal equity. Disamping itu menurut ketentuan Pasal 17 ayat ( 1 ) UU No.
25 Tahun 1992, dinyatakan bahwa anggota koperasi Indonesia adalah merupakan
pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.
7
Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesadaran dan kehendak secara
bebas. Didalam koperasi dijunjung tinggi asas persamaan derajat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam keanggotaan koperasi dikenal adanya sifat
bebas, sukarela dan terbuka. Di dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU No.25
Tahun 1992, dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi didasarkan pada
kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi.Dalam ketentuan
Pasal 18 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa yang dapat menjadi
anggota koperasi adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan
tindakan hukum, atau koperasi yang memenuhi persyaratan seperti ditetapkan
dalam anggaran dasar. Menurut ketentuan Pasal 18 ayat (2) UU No.25 tahun
1992, koperasi Indonesia dapat memiliki anggoa luar biasa. Oleh ketentuan dari
Pasal tersebut, keanggotaan mereka sebagai anggota luar biasa adalah
dimungkinkan, sepanjang mereka memenuhi ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
8
batasan – batasan terhadap tindakan – tindakan anggota koperasi,
Sedangkan hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam pasal
20 ayat (2) UU No.25 Tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hadir di dalam Rapat Anggota
2. Menyatakan pendapat di dalam Rapat Anggota
3. Memberikan suara di dalam Rapat Anggota
4. Memilih dan / atau dipilih dalam kepengurusan (sebagai Pengurus atau
sebagai pengawas)
5. Meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan – ketentuan
menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
Koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
9
Kinerja koprasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja
koperasi yang khas dari suatu organisasi harus diketahui dengan menetapkan
VOLUME USAHA
Volume Usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang dan
PERMODALAN KOPERASI
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatanusahanya koperasi
memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri
atas:
Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah
organisasi koperasi adalah untuk
mengakumulasikan potensi keuangan para
pendiri dan anggotanya yang meskipun pada
Modal Sendiri
a) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke
dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat
masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali oleh
10
anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat
menjadi anggota koperasi.
b) Simpanan Wajib
c) Dana Cadangan
Dana cadangan ialah sejumlah uang
yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang
tidak dibagikan kepad anggoya; tujuannya
adalah untuk memupuk modal sendiri yang
dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi
membutuhkan dana secara mendadak atau
menutup kerugian dalam usaha.
d) Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan
11
Modal Pinjaman
12
menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas
pasar modal yang ada.
menentukan bahwa 25% dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota
4. Perluasan usaha
13
Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
• Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
• Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan);
• Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.
14
• Aset Tidak Lancar Lain,
SHU
Pengertian SHU
Menurut Pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992 , adalah sebagai berikut :
15
4. Total seluruh transaksi usaha
( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
5. Jumlah simpanan per anggota
6. Omzet atau volume usaha per anggota
7. Bagian (presentase) SHU untuk simpanan anggota
8. Bagian (presentase) SHU untuk transaksi usaha anggota
16
Istilah-Istilah Informasi Dasar
SHU Total adalah SHU yang terdapat pada neraca atau laporan laba-rugi
koperasi setelah pajak (profit after tax)
Transaksi anggota adalah
kegiatan ekonomi (jual beli
barang atau jasa), antara
anggota terhadap
koperasinya.
Partisipasi Modal adalah
kontribusi anggota dalam
memberi modal
koperasinya, yaitu bentuk
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha, dan simpanan lainnya.
Omzet atau Volume Usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan
dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku
yang bersangkutan.
Bagian(Presentase) SHU untuk Simpanan Anggota adalah yang diambil
dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal anggota.
Bagian (Presentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah SHU
yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa
transaksi anggota.
Rumus Pembagian SHU
dan keadilan”.
17
• Di dalam AD/ADRT koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut : Cadangan Koperasi 40%,
jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana Karyawan 5%, dana pembangunan lingkungan 5%.
• Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari
18
Prinsip-Prinsip Pembagian SHU
Agar tercermin asas keadilan,
demokrasi, transpansi, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip
koperasi, maka perlu
diperhatikan prinsip-prinsip
SHU sebagai berikut :
1. SHU yang dibagi adalah
yang bersumber dari
anggota.
2. SHU anggota adalah jasa
dari modal dan transaksi
usaha yang dilakukan anggota sendiri.
3. Pembagian SHU anggota dilakukam secara transparan.
4. SHU anggota dibayar secara tunai.
3. EFISIENSI KOPERASI
Pendapat Thoby Mutis sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ima
Suwandi dalam pengukuran efisiensi organisasi dan usaha koperasi, yaitu bahwa
tingkat efisiensi usaha dapat diketahui dengan menentukan rasio-rasio tertentu dari
laporan keuangan seperti neraca dan rugi/laba. Efisiensi usaha koperasi mempunyai
19
a. Economic of Scale
b. Manfaat External Economics
c. Manfaat Non Ekonomi
d. Reduksi biaya Transaksi
e. Mengurangi Resiko Ketidakpastian.
20
Efisiensi Koperasi Yang Terintegrasi
Dalam rangka mendorong koperasi untuk kembali kepada jatidirinya, dan untuk membangun citra koperasi
yang profesional dalam sistem ekonomi pasar, maka dipandang perlu disosialisasikan dan digalakan akuntanbilitas
kinerja koperasi secara internal dan akuntabilitas kinerja secara publik, sehingga pada akhirnya koperasi diakui
eksistensi secara publik, misalnya oleh: Pemerintah Daerah – Pusat, Lembaga Keuangan – Perbankan, investor,
atau pihak lainnya yang potensial menjadi mitra bisnisnya koperasi.
Akuntabilitas kinerja koperasi akan terwujud apabila ada kemamuan dan keinginan yang kuat dari para
pengelola koperasi untuk memperbaiki kinerja koperasinya dan melakukan hijrah menuju koperasi yang sejati.
21
Penilaian akreditasi yang dilakukan berdasarkan 3 (tiga) asas yaitu :
1. Prinsip-prinsip Koperasi
2. Kaidah Etika - Bisnis
3. Ketaatan pada Peraturan & Perundangan yang berlaku.
Penilaian kinerja koperasi di bingkai dalam tiga (3) pilar utama yaitu:
1. Pilar Kondisi Koperasi
2. Pilar Perkembangan Koperasi
3. Pilar Prospek Koperasi.
4. KLASIFIKASI KOPERASI
Klasifikasi adalah suatu penilaian kinerja melalui sistem penilaian yang obyektif dan
transparan dengan kriteria dan persyaratan yang jelas dan dilakukan dalam satu periode tertentu.
Klasifikasi koperasi adalah kegiatan untuk
menilai kondisi dan atau kinerja sesuatu koperasi
22
dalam suatu periode tertentu, dengan menggunakan kriteria atau standar penilaian yang ditetapkan
oleh kementrian koperasi dan UKM.
peringkat:
1. Kelas A yaitu koperasi dengan peringkat sangat baik, dengan jumlah penilaian 85 – 100.
2. Kelas B yaitu koperasi dengan peringkat baik, dengan jumlah penilaian 70 – 84.
3. Kelas C yaitu koperasi dengan peringkat cukup baik, dengan jumlah penilaian 55 – 69.
4. Kelas D yaitu koperasi dengan peringkat kuran g baik, dengan jumlah penilaian lebih kecil dari 55.
Keputusan klasifikasi koperasi bersifat final dan berlaku untuk satu periode tertentu dalam jangka
waktu paling lama dua tahun.Dengan dikeluarkannya keputusan ini, maka keputusan Menteri Koperasi No.
23
139/M/KPTS/XI/1984 tanggal 28 November 1984 tentang klasifikasi koperasi dan seluruh peraturan
pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat
24