Anda di halaman 1dari 24

1.

VARIABEL KINERJA KOPERASI DAN PRINSIP PENGUKURAN KIN


ERJA KOPERASI

Variabel Kinerja
Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembang
an atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan
(jumlah koperasi perprovinsi,jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi,
jumlah koperasi aktif dan nonaktif),
keanggotaan, volume usaha, permodalan,
asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable
tersebut pad a dasarnya belumlah dapat
mencerminkan secara tepat untuk dipakai
melihat peranan atau pangsa (share)
koperasi terhadap pembangunan ekonomi
nasional. Demikian pula dampak dari
koperasi (cooperative effect) terhadap
peningkatan kesejahteraan anggota atau
masyarakat belum tercermin dari variabel-
variabel yang disajikan.

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beber
apa faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut
Armstrong (1998 : 16-17) adalah sebagai berikut:
a) Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian,
motivasi, komitmen, dll.
b) Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan
kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau
ketua kelompok kerja.
c) Faktor kelompok / rekan kerja (team factors). Faktor
kelompok / rekan kerja berkaitan dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh
rekan kerja.

1
d) Faktor sistem (system factors). Faktor system berkaitan dengan system / metode
kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e) Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan
tekanan dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.

Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi

Pengertian Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja adalah proses
dimana organisasi menetapkan
parameter hasil untuk dicapai oleh
program, investasi, dan akuisisi yang
dilakukan. Proses pengukuran
kinerja sering kali membutuhkan
penggunaan bukti statistic untuk
menentukan tingkat kemajuan suatu
organisasi dalam meraih tujuannya.
Tujuan mendasar dibalik
dilakukannya pengukuran adalah
untuk meningkatkan kinerja secara
umum. Jadi, pengukuran kinerja
adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer
perusahaan untuk menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan
non keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik
yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan
dan pengendalian.

2
Prinsip Pengukuran Kinerja
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
1. Seluruh aktivitas kirja yang signifikan harus diukur.
2. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya
tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan hasilnya.
3. Kerja yang tak di ukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang
diukur.
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-
alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
6. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan
adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja
operasional.
7. Pelaporan kinerja
dan analisis
variansi harus
dilakukan secara
periodik.
8. Laporan yang
kerap
memungkinkan
adanya tindakan
korektif yang
segera dan tepat
waktu.
9. Tindakan korektif
yang tepat waktu
begitu dibutuhkan
untuk manajemen
kendali yang
efektif.

2. KELEMBAGAAN, KEANGGOTAAN, VOLUME USAHA, PERMODALAN ,

ASSET DAN SHU

Kelembagaan
Bidang Kelembagaan Koperasi mempunyai tugas melaksanakan sebagaian tugas
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM dibidang Kelembagaan Koperasi dan
menyiapkan perumusan kebijakan teknis pembinaan, penyiapan bahan dan proses

3
pendirian Koperasi, Perubahan Anggaran Dasar
dan Pembubaran Koperasi.Bidang Kelembagaan
Koperasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Untuk melaksanakan
tugasnya, Bidang Kelembagaan Koperasi mempunyai fungsi :

1. Penyusunan program pembinaan, kebijakan teknis


pembinaan, menyiapkan bahan dan menyusun materi Akta
Pendirian, Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga
Koperasi;
2. Pelaksanaan pembubaran Koperasi baik atas permintaan
Anggota maupun pembubaran oleh Pemerintah;

3. Penyiapan bahan teknis


Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi dan pengelolaan
administrasi Badan Hukum
Koperasi;

4. Pelaksanaan
evaluasi dan pendampingan
serta pemberian bantuan
bagi koperasi yang memiliki
potensi untuk dikembangkan;

5. Penyiapan bahan koordinasi dengan


bidang-bidang lain dalam rangka
penyusunan program pembinaan terpadu
dan kerjasama dengan Notaris Pembuat
Akta Koperasi (NPAK);

4
6. Penyiapan bahan
pembinaan perangkat organisasi
koperasi (anggota, pengurus,
pengawas) untuk meningkatkan
mutu pengelolaan dan kinerja
koperasi;

7. Penyusunan rencana teknis pengendalian atas


pelaksanaan pengelolaan organisasi, administrasi,
usaha serta manajemen-manajemen koperasi dan
melakukan inventarisasi bagi koperasi yang memerlukan
pembinaan akuntansi;
8. Penyiapan data dan laporan
tentang perkembangan kelembagaan
koperasi untuk Kepala Dinas baik
diminta maupun tidak;
9. Pelaksanaan rapat staf
dalam rangka pembinaan dan
menerima input dari para
staf; dan
10. Pelaksanaan tugas lain

yang diberikan oleh atasan.

Bidang Kelembagaan Koperasi,


membawahi :

1. Seksi Pelatihan, Penyuluhan dan Pengawasan


2. Seksi Organisasi dan Tatalaksana

5
Masing-masing Seksi pada Bidang Kelembagaan Koperasi dipimpin

oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Bidang Kelembagaan Koperasi.

Seksi Pelatihan, Penyuluhan dan Pengawasan mempunyai tugas

menyusun rencana teknis kebijakan pembinaan, bimbingan serta

konsultasi dalam rangka pembuatan Badan Hukum Koperasi.

Rincian tugas Seksi Pelatihan, Penyuluhan dan Pengawasan, adalah


sebagai berikut :

1. Menyusun rencana teknis bimbingan dan


penyuluhan yang berkaitan dengan
pembentukan Koperasi, Perubahan Anggaran
Dasar dan Pembubaran Koperasi;
2. Meneliti usulan
Perubahan Anggaran Dasar (PAD)
Penggabungan, Peleburan dan Pembubaran
Koperasi;
3. Melakukan inventarisasi terhadap masa
berlakunya Badan Hukum Koperasi tingkat
Kabupaten;

4. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan kegiatan; dan


5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Seksi Organisasi dan tatalaksana mempunyai tugas menyusun, mengolah bahan
perumusan kebijakan teknis dalam rangka pelaksanaan Rapat Anggota (RA)
serta pemeringkatan atau klasifikasi koperasi.

1. Melakukan inventarisasi dan evaluasi atas kinerja kelembagaan Organisasi


Koperasi;
2. Melaksanakan koordinasi penyusunan rencana pembinaan manajemen
akuntansi koperasi;

6
3. Melaksanakan pembinaan akuntansi koperasi.

Rincian tugas seksi Organisasi dan Tatalaksana, adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan serta


bimbingan terhadap perangkat Organisasi Koperasi;
2. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan RAT Koperasi;
3. Melakukan peningkatan atau klasifikasi;
4. Mengusulkan koperasi yang berprestasi, Pembina dan Tokoh
masyarakat untuk mendapatkan penghargaan;
5. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan kegiatan;
6. Melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh
atasan
7. Menyelenggarakan
pendidikan dan latihan akuntansi
bagi koperasi;
8. Menyiapkan bahan
laporan pelaksanaan kegiatan.
9.

Keanggotaan
Sebagai suatu perkumpulan, koperasi tidak akan terbentuk tanpa anggota
sebagai tulang punggungnya Semakain banyak anggota maka semakin kokoh
kedudukan koperasi. Sebab badan usaha koperasi dikelola serta dibiayai oleh para
anggota, hal ini terlihat dari pemasukan modal koperasi yang bersumber dari
simpanan - simpanan para anggota, yang dikelompokkan sebagai modal sendiri
atau modal equity. Disamping itu menurut ketentuan Pasal 17 ayat ( 1 ) UU No.
25 Tahun 1992, dinyatakan bahwa anggota koperasi Indonesia adalah merupakan
pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.

7
Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesadaran dan kehendak secara
bebas. Didalam koperasi dijunjung tinggi asas persamaan derajat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam keanggotaan koperasi dikenal adanya sifat
bebas, sukarela dan terbuka. Di dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU No.25
Tahun 1992, dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi didasarkan pada
kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi.Dalam ketentuan

Pasal 18 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa yang dapat menjadi
anggota koperasi adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan
tindakan hukum, atau koperasi yang memenuhi persyaratan seperti ditetapkan
dalam anggaran dasar. Menurut ketentuan Pasal 18 ayat (2) UU No.25 tahun
1992, koperasi Indonesia dapat memiliki anggoa luar biasa. Oleh ketentuan dari
Pasal tersebut, keanggotaan mereka sebagai anggota luar biasa adalah
dimungkinkan, sepanjang mereka memenuhi ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.

Dalam ketentuan Pasal 19 ayat (3) UU No.25 tahun 1992,


dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi tidak dapat dipindah
tangankan. Dalam hal anggota koperasi meninggal dunia maka
keanggotaannya dapat dipindah tangan / diteruskan oleh ahli
warisnya, yang memenuhi syarat dalam Anggaran Dasar.
Ketentuan Pasal 17 ayat (2) UU No.25 tahun 1992 menyatakan

bahwa keanggotaan koperasi dicatat dalam buku anggota yang ada

pada koperasi bersangkutan. Buku daftar

anggota koperasi tersebut harus

diselenggarakan oleh Pengurus Koperasi

dan dipelihara dengan baik. Untuk

menghindari adanya kecenderungan

anggota hanya akan mementingkan dirinya

pribadi, maka di dalam UU No.25 tahun

1992 diatur keentuan yang member

8
batasan – batasan terhadap tindakan – tindakan anggota koperasi,

khususnya pada Pasal 20.

Adapun kewajiban dari setiap anggota koperasi seperti


tercantum di dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UU No.25
tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mematuhi Anggaran Dasar Koperasi.


2. Mematuhi Anggaran Rumah Tangga Koperasi.
3. Mematuhi hasil keputusan – keputusan Rapat Anggota
Koperasi.
4. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang
diselenggarakan koperasi.
5. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar
atas asas kekeluargaan.

Sedangkan hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam pasal
20 ayat (2) UU No.25 Tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hadir di dalam Rapat Anggota
2. Menyatakan pendapat di dalam Rapat Anggota
3. Memberikan suara di dalam Rapat Anggota
4. Memilih dan / atau dipilih dalam kepengurusan (sebagai Pengurus atau
sebagai pengawas)
5. Meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan – ketentuan
menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
Koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

9
Kinerja koprasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja

berdasarkan ketentuan undang-undang umum mengenai organisasi usaha

(perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang dan hokum Organisasi

koperasi yang khas dari suatu organisasi harus diketahui dengan menetapkan

anggaran dasar yang khusus.

VOLUME USAHA
Volume Usaha adalah total nilai penjualan/pendapatan barang dan

jasa padatahun buku yang bersangkutan.

PERMODALAN KOPERASI
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatanusahanya koperasi
memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri
atas:

Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah
organisasi koperasi adalah untuk
mengakumulasikan potensi keuangan para
pendiri dan anggotanya yang meskipun pada

awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.

Modal Sendiri

a) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke
dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat
masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali oleh

10
anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat
menjadi anggota koperasi.

b) Simpanan Wajib

Konsekwensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua


anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan
usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan, arena itu
akumulasi simpanan wajib para anggota harus diarahkan mencapai jumlah
tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan
menjalankan usaha koperasi.

c) Dana Cadangan
Dana cadangan ialah sejumlah uang
yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang
tidak dibagikan kepad anggoya; tujuannya
adalah untuk memupuk modal sendiri yang
dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi
membutuhkan dana secara mendadak atau
menutup kerugian dalam usaha.

d) Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan

atau pemberian cuma-cuma yang tida

mengharapkan pengembalian atau pembalasan

dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat

memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk

apapun sepanjang memiliki pengertian seperti itu; untuk menghindarkan

koperasi menjadi tergantung dengan pemberi hibah sehingga dapat mengganggu

prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

11
Modal Pinjaman

a) Pinjaman dari Anggota

Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat

disamakan dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam

simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan

tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya dalam pinjaman,

koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan

uang yang berasal dari anggota.

b) Pinjaman dari Koperasi Lain


Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha
koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama
yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit; tergantung dari
kebutuhan modal yang diperlukan.

c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan


Pinjaman komersial
dari lembaga keuangan
untuk badan usaha koperasi
mendapat prioritas dalam
persyaratan. Prioritas
tersebut diberikan kepada
koperasi sebetulnya
merupakan komitmen
pemerintah dari negara-
negara yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi
rakyat khususnya usaha koperasi.

d) Obligasi dan Surat Utang


Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau
surat utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari
masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk

12
menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas
pasar modal yang ada.

e) Sumber Keuangan Lain


Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah
dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.

F) Distribusi Cadangan Koperasi

Cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang

diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk

memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila

diperlukan. Sesuai Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No. 12/1967

menentukan bahwa 25% dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota

disisihkan untuk Cadangan, sedangkan SHU yang berasal bukan dari

usaha anggota sebesar 60% disisihkan untuk Cadangan. Banyak sekali

manfaat distribusi cadangan, seperti contoh di bawah ini:


1. Memenuhi kewajiban tertentu

2. Meningkatkan jumlah operating capital koperasi

3. Sebagai jaminan untuk kemungkinan kemungkinan rugi di kemudian hari

4. Perluasan usaha

Asset dan SHU


Komponen Aset
1. Aset lancar yaitu aset yang

memiliki masa manfaat

kurang dari satu tahun.

13
Pengklasifikasian aset lancar antara lain:

• Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
• Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan);
• Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.

Aset lancar meliputi komponen perkiraan:


• Kas
• Bank
• Surat berharga
• Piutang Usaha
• Piutang Pinjaman Anggota
• Piutang Pinjaman Non anggota

• Penyisihan Piutang Tak Tertagih


• Persediaan
• Biaya dibayar di muka
• Pendapatan Yang Masih Harus Diterima Aset Lancar Lain-lain.

2. Aset Tidak Lancar


• Investasi Jangka Panjang,
• Properti Investasi,
• Akumulasi Penyusutan Properti
Investasi,
• Aset Tetap
• Akumulasi Penyusutan Aset Tetap,
• Aset Tidak Berwujud,
• Akumulasi Amortisasi Aset Tidak
Berwujud

14
• Aset Tidak Lancar Lain,

SHU
Pengertian SHU
Menurut Pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992 , adalah sebagai berikut :

Sisa hasil usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang


diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota
dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam rapat
Anggota
Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta
jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART
Koperasi.
Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda,
tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota
terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan
koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.
Beberapa informasi dasar dalam penghitungan SHU anggota
diketahui sebagai
berikut :
1. SHU Total Koperasi pada satu tahun
buku
2. Bagian (presentase) SHU anggota
3. Total simpanan seluruh anggota

15
4. Total seluruh transaksi usaha
( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
5. Jumlah simpanan per anggota
6. Omzet atau volume usaha per anggota
7. Bagian (presentase) SHU untuk simpanan anggota
8. Bagian (presentase) SHU untuk transaksi usaha anggota

16
Istilah-Istilah Informasi Dasar
 SHU Total adalah SHU yang terdapat pada neraca atau laporan laba-rugi
koperasi setelah pajak (profit after tax)
 Transaksi anggota adalah
kegiatan ekonomi (jual beli
barang atau jasa), antara
anggota terhadap
koperasinya.
 Partisipasi Modal adalah
kontribusi anggota dalam
memberi modal
koperasinya, yaitu bentuk
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha, dan simpanan lainnya.
 Omzet atau Volume Usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan
dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku
yang bersangkutan.
 Bagian(Presentase) SHU untuk Simpanan Anggota adalah yang diambil
dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal anggota.
 Bagian (Presentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah SHU
yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa
transaksi anggota.
Rumus Pembagian SHU

• Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan

bahwa “Pembagian SHU kepada anggota dilakukan

tidak semata-mata berdasarkan Modal yang dimiliki

sesorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan

perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi.

Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan

dan keadilan”.

17
• Di dalam AD/ADRT koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut : Cadangan Koperasi 40%,

jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana Karyawan 5%, dana pembangunan lingkungan 5%.

• Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari

keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota


SHU Per Anggota
SHUA = JUA + JMA
Dimana :
SHUA = Sisa Hasil Usaha Anggota
JUA = Jasa Usaha Anggota
JMA + Jasa modal bingung

SHU Per Anggota dengan Model Matematika


SHUPa = Va X JUA + SA X JMA
VUK TMS
Dimana :
SHUPa : Sisa hasil usaha per anggota
JUA : Jasa usaha anggota
JMA : Jasa Modal Anggota
VA : Volume usaha anggota ( total transaksi anggota)
UK : Volume usaha total Koperasi (total transaksi Koperasi)
Sa : Jumlah simpanan anggota
TMS : Modal sendiri total ( simpanan anggota total)

18
Prinsip-Prinsip Pembagian SHU
Agar tercermin asas keadilan,
demokrasi, transpansi, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip
koperasi, maka perlu
diperhatikan prinsip-prinsip
SHU sebagai berikut :
1. SHU yang dibagi adalah
yang bersumber dari
anggota.
2. SHU anggota adalah jasa
dari modal dan transaksi
usaha yang dilakukan anggota sendiri.
3. Pembagian SHU anggota dilakukam secara transparan.
4. SHU anggota dibayar secara tunai.

3. EFISIENSI KOPERASI

Efisiensi dalam koperasi dapat diartikan sebagai suatu pencapaian


keuntungan maksimum dengan memperhatikan berbagai kendala yang ditentukan
dalam rapat anggota.Peningkatan efisiensi koperasi perlu dilakukan setiap saat,
sehingga laju pertumbuhan efisiensi koperasi tidak kalah jauh dengan laju
pertumbuhan efesiensi badan usaha lainnya. Persoalannya adalah bagaimana
efisiensi koperasi mampu menyesuaikan diri dengan era efisiensi nasional. Hal yang
kurang diperhatikan adalah dalam bidang apa saja efesiensi usaha dapat dilihat.
Secara umum efesiensi adalah merupakan perbandingan antara output dan input.

Pendapat Thoby Mutis sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ima
Suwandi dalam pengukuran efisiensi organisasi dan usaha koperasi, yaitu bahwa
tingkat efisiensi usaha dapat diketahui dengan menentukan rasio-rasio tertentu dari
laporan keuangan seperti neraca dan rugi/laba. Efisiensi usaha koperasi mempunyai

beberapa manfaat yaitu sebagai berikut:

19
a. Economic of Scale
b. Manfaat External Economics
c. Manfaat Non Ekonomi
d. Reduksi biaya Transaksi
e. Mengurangi Resiko Ketidakpastian.

20
Efisiensi Koperasi Yang Terintegrasi

Pada pasal 14 UU No.25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa untuk keperluan


pengembangan dan efisiensi usaha satu koperasi atau lebih dapat menggabungkan
diri menjadi satu dengan koperasi lain atau bersama koperasi lain meleburkan diri
dengan membentuk koperasi baru. Pasal 14 tersebut memberi isyarat dua
pertimbangan koperasi yaitu kebutuhan dan efisiensi.

Dua jalur yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi tersebut


adalah:

a. Melalui pembaharuan-pembaharuan structural


b. Melalui perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dasar pemerintah dalam membangun, mengupayakan dan menumbuhkembangkan serta membina koperasi,
adalah Pasal 33 UUD Republik Indonesia bahwa, koperasi harus menjadi soko-guru perekonomian nasional.
Soko-guru = turus negeri = tiang tengah, yang artinya harus lebih depan lebih maju dan menguasai perekonomian
Indonesia, yang selanjutnya di atur lebih lanjut dalam UU Perkoperasian No. 25/ 1992 mengenai kewajiban
Pemerintah dalam melakukan pembinaan terhadap koperasi, sehingga apa yang dicita-citakan dapat terwujud.
Kita harus yakini bahwa “usaha koperasi akan berkembang dan sejajar dengan badan usaha lain jika koperasi
bisa memberikan manfaat bagi anggotanya dan mendapat pengakuan secara publik, baik dari mitra usaha,
lembaga keuangan maupun masyarakat”. Untuk itu tidak ada pilihan, selain koperasi harus membangun citra
melalui peningkatan profesionalisme dan akuntabilitas manajemen yang dapat diakui secara publik.

Dalam rangka mendorong koperasi untuk kembali kepada jatidirinya, dan untuk membangun citra koperasi
yang profesional dalam sistem ekonomi pasar, maka dipandang perlu disosialisasikan dan digalakan akuntanbilitas
kinerja koperasi secara internal dan akuntabilitas kinerja secara publik, sehingga pada akhirnya koperasi diakui
eksistensi secara publik, misalnya oleh: Pemerintah Daerah – Pusat, Lembaga Keuangan – Perbankan, investor,
atau pihak lainnya yang potensial menjadi mitra bisnisnya koperasi.

Akuntabilitas kinerja koperasi akan terwujud apabila ada kemamuan dan keinginan yang kuat dari para
pengelola koperasi untuk memperbaiki kinerja koperasinya dan melakukan hijrah menuju koperasi yang sejati.

21
Penilaian akreditasi yang dilakukan berdasarkan 3 (tiga) asas yaitu :
1. Prinsip-prinsip Koperasi
2. Kaidah Etika - Bisnis
3. Ketaatan pada Peraturan & Perundangan yang berlaku.

Penilaian kinerja koperasi di bingkai dalam tiga (3) pilar utama yaitu:
1. Pilar Kondisi Koperasi
2. Pilar Perkembangan Koperasi
3. Pilar Prospek Koperasi.

Masing-masing pilar memuat 6 (enam) unsur yaitu:


1. Organisasi,
2. Pelayanan,
3. Bisnis,
4. Keuangan,
5. Manfaat-Promosi Ekonomi Anggota, dan
6. Dampak bagi Lingkungan sekitarnya/ Corporate Social Responsibility (CSR).
Sehingga penilaian yang dilakukan diharapkan dapat mencerminkan kondisi koperasi pada saat ini,
perkembangan koperasi, dan prospek koperasi yang akan datang.Proses penilaian dalam akreditasi dilakukan
dengan melibatkan seluruh unsur dalam koperasi, baik pengurus, pengawas, karyawan dan terutama anggotanya.
Dengan keterlibatan seluruh unsur dalam koperasi tentunya kualitas penilaian yang dilakukan akan semakin baik
dan diharapkan dapat mendorong serta menggugah para koperasiwan untuk memperbaiki kinerja koperasinya
dan menyusun rencana tindak lanjut perbaikan.

4. KLASIFIKASI KOPERASI

Klasifikasi adalah suatu penilaian kinerja melalui sistem penilaian yang obyektif dan
transparan dengan kriteria dan persyaratan yang jelas dan dilakukan dalam satu periode tertentu.
Klasifikasi koperasi adalah kegiatan untuk
menilai kondisi dan atau kinerja sesuatu koperasi

22
dalam suatu periode tertentu, dengan menggunakan kriteria atau standar penilaian yang ditetapkan
oleh kementrian koperasi dan UKM.

Tujuan Klasifikasi Koperasi


1. Mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu.
2. Menetapkan peringkat kualifikasi koperasi.
3. Mendorong koperasi agar menerapkan prinsip2 koperasi dan kaidah bisnis yang sehat.

Persyaratan koperasi yang dapat diklasifikasi:


1. Koperasi primer atau koperasi sekunder.
2. Berbadan hukum minimal satu tahun.
3. Telah melaksanakan RAT.

Mekanisme Pelaksanaan Klasifikasi


a. Pelaksanaan klasifikasi untuk koperasi tingkat nasional dilakukan oleh kelompok kerja yang
dibentuk Menteri Negara Koperasidan UKM.
b. Pelaksaan klasifikasi untuk koperasi tingkat Propinsi dilakukan oleh kelompok kerja yang
dibentuk Gubernur.
c. Pelaksaan klasifikasi untuk koperasi tingkat kabupaten / kota dilakukan oleh kelompok kerja
yang dibentuk Bupati / Walikota.

Hasil klasifikasi koperasi ditetapkan dalam empat

peringkat:
1. Kelas A yaitu koperasi dengan peringkat sangat baik, dengan jumlah penilaian 85 – 100.
2. Kelas B yaitu koperasi dengan peringkat baik, dengan jumlah penilaian 70 – 84.
3. Kelas C yaitu koperasi dengan peringkat cukup baik, dengan jumlah penilaian 55 – 69.
4. Kelas D yaitu koperasi dengan peringkat kuran g baik, dengan jumlah penilaian lebih kecil dari 55.

Keputusan klasifikasi koperasi bersifat final dan berlaku untuk satu periode tertentu dalam jangka
waktu paling lama dua tahun.Dengan dikeluarkannya keputusan ini, maka keputusan Menteri Koperasi No.

23
139/M/KPTS/XI/1984 tanggal 28 November 1984 tentang klasifikasi koperasi dan seluruh peraturan
pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Andini. 2010. Klasifikasi Jenis Koperasi .http://jatoeandini.blogspot.com/2010/11/klasifikasi-


jenis-koperasi.html.
Anoraga , Pandji dan Ninik Widiyanti.
1993. Dinamika Koperasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarka : LP –FE UI.
http://www.slideshare.net/darminliya/proposal-penelitian-koperasi.
Robi, Rio. 2017. Variabel kinerja koperasi dan prinsip pengukuran
kinerja koperasi, Kelembagaan, keanggotaan, volume
usaha,permodalan, asset dan SHU, Efisien koperasi, Klasifikasi
koperasi.
http://riorobimaulana.blogspot.co.id/2017/01/variabel-kinerja-
koperasi-dan-prinsip.html. Diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat

24

Anda mungkin juga menyukai