Anda di halaman 1dari 5

27/5/2017 LA JAUDI,SH.

, MH: KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK DENGAN KUHAP

0   Lainnya    Blog Berikut» Buat Blog   Masuk

LA JAUDI,SH., MH
Senin, 01 September 2014

KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK
DENGAN KUHAP

Pengertian Ilmu Kedokteran Forensik
Kedokteran forensik sebenarnya suatu ilmu yang dimiliki oleh setiap dokter karena tanpa terkecuali
semua  dokter  pernah  mendapatkan  pengetahuan  ilmu  kedokteran  forensik  diwaktu  perkuliahan.
Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi dokter untuk tidak memberikan bantuan dalam penegakan
hukum  dan  keadilan.  Satu  lagi  yang  harus  diingat  bahwa  dokter  juga  dapat  menerima  sanksi  bila
tidak  memberikan  bantuan  tersebut  seperti  tercantum  dalam  pasal  224  Kitab  Undang­undang
Hukum  Pidana  (KUHP):  Barang  siapa  yang  dipanggil  menurut  undang­undang  menjadi  saksi  ahli
atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan suatu kewajiban menurut undang­undang
yang  harus  dijalankannya  dalam  kedudukan  tersebut  di  atas,  dalam  perkara  pidana  dihukum
dengan  hukuman  penjara  selama­lamanya  9  bulan  dan  untuk  perkara  lain  dihukum  dengan
hukuman selama­lamanya 6 bulan.
Menurut  Prof.Dr.Budi  Permana,Sp.F  pelayanan  di  bidang  forensik  mencakup  kriminalistik  yaitu
pusat laboratorium Polri dan laboratorium lain, kedokteran forensik cs yaitu termasuk pelayanan di
rumah  sakit,  fakultas  kedokteran  negeri,  Ladokpol,  Polri,  Patologi  forensik,  Forensik  klinik  yang
mencakup  penganiayaan  fisik,  kekerasan  seksual,  peracunanan,  fitness  to:  be  derained,  be
interviewed, stand trial, competence. Prinsip kerja kedokteran forensik berdasarkan sumpah dokter,
etika, dan standar kebebasan profesi yang mempertimbangkan aspek obyektifitas ilmiah, impartial,
komprehensif, menyeluruh dan sesuai prosedural.
Pelayanan  di  bidang  Ilmu  Kedokteran  Forensik  dan  Medikolegal  dalam  beberapa  kasus
masih diperlukan disiplin ilmu lain. Di bidang kesehatan bantuan tersebut dapat mencakup
Patologi  Forensik,  Psikiatri  Forensik,  Toksikologi  Forensik,  Antopologi  Forensik,
Odontologi Forensik dan Radiologi Forensik yaitu. Jurusan Biologi yang dekat dengan ilmu
kedokteran yaiu Entomologi Forensik yang dalam dua decade ini menunjukkan peranan yang
meningkat.  Patologi  forensik  adalah  pengetahuan  tentang  pemeriksaan  kelainan  pada
jaringan  tubuh  oleh  karena  kekerasan  atau  mati  tiba­tiba  untuk  kepentingan  pengadilan.
Psikiatri  Forensik  tentang  pembuktian  adanya  kelainan  jiwa  pada  tersangka.  Toksikologi
Forensik adalah peristiwa keracunan yang berhubungan dengan peristiwa pidana. Radiologi
Forensik  yang  sudah  lama  berperan  adalah  cabang  ilmu  kedokteran  yang  sudah  banyak
membantu  dalam  pemeriksaan  korban  dan  jaringan  tubuh  menggunakan  pengetahuan  dan
teknologi radiologi.

Kaitan  Ilmu kedokteran forensik yang berkaitan langsung dengan KUHAP yaitu:
Dasar Pengadaan Visum et Repertum 
Pasal 133 KUHAP

http://jaudi.blogspot.co.id/2014/09/kaitan­hukum­pidana­forensik­dengan.html 1/5
27/5/2017 LA JAUDI,SH., MH: KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK DENGAN KUHAP

1.    Dalam  hal  penyidik  untuk  kepentingan  peradilan  menangani  seorang  korban  baik
luka,  keracunan  ataupun  mati  yang  diduga  karena  peristiwa  yang  merupakan  tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2.   Permintaan keterangan ahli sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis,  yang  dalam  surat  itu  disebutkan  dengan  tegas  untuk  pemeriksaan  luka  atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3.   Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan  terhadap  mayat  tersebut
dan  diberi  label  yang  memuat  identitas  mayat,  dilak  dengan  diberi  cap  jabatan  yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Menurut pasal 133 KUHAP permintaan visum et repertum merupakan wewenang penyidik,
resmi dan harus tertulis, visum et repertum dilakukan terhadap korban bukan tersangka dan
ada  indikasi  dugaan  akibat  peristiwa  pidana.  Bila  pemeriksaan  terhadap  mayat  maka
permintaan visum disertai identitas label pada bagian badan mayat, harus jelas pemeriksaan
yang  diminta,  dan  visum  tersebut  ditujukan  kepada  ahli  kedokteran  forensik  atau  kepada
dokter di rumah sakit.
Sanksi Hukum bila Menolak
Pasal 216 KUHP
Barang  siapa  dengan  sengaja  tidak  menuruti  perintah  atau  permintaan  yang  dilakukan
menurut  undang­undang  oleh  pejabat  yang  tugasnya  mengawasi  sesuatu,  atau  oleh  pejabat
berdasarkan  tugasnya,  demikian  pula  yag  diberi  kuasa  untuk  mengusut  atau  memeriksa
tindak  pidana;  demikian  pula  barangsiapa  dengan  sengaja  mencegah,  menghalang­halangi
atau  menggagalkan  tindakan  guna  menjalankan  ketentuan,  diancam  dengan  pidana  penjara
selama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan Ribu Rupiah.
Pemeriksaan Mayat untuk Peradilan
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa  dengan  sengaja  mencegah,  menghalang­halangi  atau  menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara palling lama Sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak Empat Ribu Lima Ratus Rupiah.
Permintaan Sebagai Saksi Ahli
Pasal 179 (1) KUHAP
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang­undang dengan
sengaja  tidak  memenuhi  kewajiban  berdasarkan  undang­undang  yang  harus  dipenuhinya,
diancam dalam perkara pidana dengan penjara paling lama Sembilan Bulan.
Pembuatan Visum et Repertum bagi tersangka ( VeR Psikiatris)
Pasal 120 KUHAP            
(1)   Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus.
Pasal 180 KUHAP
(1)  Dalam  hal  diperlukan  untuk  menjernihkan  duduknya  persoalan  yang  timbul  di  sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan saksi ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
Pasal 53 UU Kesehatan
(3)  Tenaga  kesehatan  untuk  kepentingan  pembuktian  dapat  melakukan  tindakan  medis
terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
Keterangan Ahli
Pasal 1 Butir 28 KUHAP

Keterangan  ahli  adalah  keterangan  yang  diberikan  seorang  yang  memiliki  keahlian  khusus
tentang hal  yang  diperlukan  untuk  membuat  terang  suatu  perkara  pidana  guna  kepentingan
pemeriksaan. (pengertian keterangan ahli saecara umum)

Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, keterangan ahli harus
“dikemas” dalam betuk alat bukti sah.

http://jaudi.blogspot.co.id/2014/09/kaitan­hukum­pidana­forensik­dengan.html 2/5
27/5/2017 LA JAUDI,SH., MH: KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK DENGAN KUHAP

Alat Bukti Sah
Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang­
kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar­
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Pasal 184 KUHAP

Alat bukti yang sah adalah:

(a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) Surat, (d) petunjuk,
(e) keterangan terdakwa
Keterangan ahli diberikan secara lisan
Pasal  186

keterangan ahli adalah apa yang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Penjelasan Pasal 186
Keterangan  ahli  dapat  juga  sudah  diberikan  pada  waktu  pemeriksaan  oleh  penyidik  atau
penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan (BAP saksi ahli).
Keterangan ahli diberikan secara tertulis
Pasal 187 KUHAP

Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan  dengan  sumpah,  adalah:  (c)  surat  keterangan  dari  seorang  ahli  yang  memuat
pendapat  bedasarkan  keahliannya  mengenai  sesuatu  hal  atau  suatu  keadaan  yang  diminta
secara resmi daripadanya.

Dengan  melihat  regulasi  tersebut  diatas  diharapkan  kedepan  penyidik  khusunyapihak


kedokteran forensik dan  Kepolisian dapat memberikan  kontribusi terhadap hak­hak korban
dengan melihat peraturan­peraturan tersebut diatas. Seperti misalnya dalam regulasi tersebut
mengatur apa dan harus berbuat apa, tidak hanya terpaku pada peraturan dalam KUHAP dan
UU  NO  2  tahun  2002  yang  fokusnya  hanya  mencari  dan  menemukan  saerta  mebuat  titik
terang  terjadinya  tindak  pidana  (termasuk  didalamnya  menemukan  pelaku  tindak  pidana).
Dengan  pengaturan­pengaturan  yang  jelas  ke  depan  pasal  98  KUHAP  bukan  hanya  milik
korban tindak pidana, tetapi juga merupakan bagian dari jalannya sistem peradilan pidana.

Jadi  Peranan  dari  kedokteran  forensik  dalam  penyelesaian  perkara  pidana  di  Pengadilan
adalah  membantu  hakim  dalam  menemukan  dan  membuktikan  unsur­unsur  yang  di
dakwakan dalam pasal yang diajukan oleh penuntut. Serta memberikan gambaran bagi hakim
mengenai  hubungan  kausalitas  antara  korban  dan  pelaku  kejahatan  dengan  mengetahui
laporan dalam visum et repertum.
Disamping  itu,  diperoleh  hasil  bahwa  dalam  setiap  praktek  persidangan  yang  memerlukan
keterangan dari kedokteran forensik, tidak pernah menghadirkan ahli dalam bidang ini untuk
diajukan di sidang pengadilan sebagai alat bukti saksi. Implikasi teoritis persoalan ini adalah
bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan suatu perkara yang memerlukan keterangan dokter
forensik,  hanya  memerlukan  keterangan  yang  berupa  visum  et  repertum  tanpa  perlu
menghadirkan  dokter  yang  bersangkutan  di  sidang  pengadilan.  Sedangkan  implikasi
praktisnya bahwa hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam menangani perkara
yang memerlukan peran dari kedokteran forensik.

http://jaudi.blogspot.co.id/2014/09/kaitan­hukum­pidana­forensik­dengan.html 3/5
27/5/2017 LA JAUDI,SH., MH: KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK DENGAN KUHAP

Diposting oleh LSM KARYA MANDIRI di 18.07 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya

LSM KARYA MANDIRI
LSM KARYA MANDIRI. Lahir, 19 Agustus
2013 di Wangkarara, Desa Wambona Kec.
Wakorumba Selatan, di Kab. Muna, Provinsi
Sulawesi Tenggara (SULTRA). Pendidikan
Strata 1 (S1) F.H (Pidana) Universitas Halu
Oleo (UHO), Kendari SULTRA. Pendidikan
Strata 2 (S2) F.H (Pidana) Universitas Islam
Sultan Agung (UNISSULA). Semarang, Prov.
Jawa Tengah, Indonesia

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
▼  2014 (33)
▼  September (10)
HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA
KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK DENGAN
KUHAP
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI
DELIK­DELIK DALAM KUHP
KONSEP ANTROPOLOGI
DELIK­DELIK KHUSUS

http://jaudi.blogspot.co.id/2014/09/kaitan­hukum­pidana­forensik­dengan.html 4/5
27/5/2017 LA JAUDI,SH., MH: KAITAN HUKUM PIDANA FORENSIK DENGAN KUHAP

WEWENANG SERTA KEWAJIBAN PENYIDIK DAN
PENYELIDIK
CONTOH SURAT REKOMENDASI
PENGERTIAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

►  Agustus (23)

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

http://jaudi.blogspot.co.id/2014/09/kaitan­hukum­pidana­forensik­dengan.html 5/5

Anda mungkin juga menyukai