BIOPESTISIDA
Kelompok 2
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Biopestisida
dengan judul “ Tahap – Tahap Pengembangan Biopestisida”.
Laporan ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari kelompok kami. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian laporan ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan biopestisida?
2. Bagaimana perkembangan biopestisida
BAB II
ISI
1. Pengertian Biopestisida
· Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik
dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun
terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk
mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal).
· Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik
berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya
(penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik
bagi serangga ( hama ) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman).
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi
dan asalnya. Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungisida Biologi (Biofungisida) berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani
spongos yang berarti jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
Beberapa fungisida yang telah digunakan adalah:
· Spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman
karet dan layu fusarium pada cabai.
· Gliocladium spesies G. roseum dan G. virens. untuk mengendalikan busuk akar pada
cabai akibat serangan jamur Sclerotium Rolfsii.
· Bacillus subtilis yang merupakan bakteri saprofit mampu mengendalikan serangan
jamur Fusarium sp. pada tanaman tomat.
2. Herbisida Biologi (Bioherbisida)
Termasuk dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan
penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus. Phytophthora palmivora yang
digunakan untuk mengendalikanMorrenia odorata, gulma pada tanaman
jeruk. Colletotrichum gloeosporioides digunakan pada tanaman padi dan kedelai.
3. Insektisida Biologi (Bioinsektisida)
Berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida. Mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-
hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida
harus mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran
dan tidak pada jenis-jenis lainnya. Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi sebagai
insektisida biologi salah satunya adalah Bacillus thuringiensis.
Jenis insektisida biologi yang lainnya adalah yang berasal dari protozoa, Nosema
locustae, yang telah dikembangkan untuk membasmi belalang dan jangkrik. Cacing yang
pertama kali sebagai insektisida ialah Neoplectana carpocapsae. Insektisida ini digunakan
untuk membunuh semua bentuk rayap.
4. Nematisida Biologi (Bionematisida), berasal dari kata latin nematoda atau
bahasa Yunani nema yang berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam
cacing yang hidup di akar).
2. Pengembangan Biopestisida
PENUTUP
1. Kesimpulan
Al Hasan, R., Jatoe ,J.B.D., and Egyir, I.S. 2010. Biopesticides in Ghana : Vegetable
Farmer’s Perception and Willingness to Pay. The IUP Journal of Agriculture Economics,
VII- 4. Ameriana, M. 2006. “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepedulian Konsumen
terhadap Sayuran Aman Residu Pestisida (Kasus pada Buah Tomat di Kota Bandung)”.
Jurnal Hortikultura 16(1):77-86.
Elad, Y., I. Chet, and J. Katan. 1980. Trichoderma harzianum:A biocontrol agent
effective against Sclerotium rolfsiiand Rhizocionia solani. Phytopathology 70:119-121.
Erturk, O. 2006. Antibacterial and antifungal activity ofethanolic extract from eleven
spice plants. Biologia
Bratislava 61(3):275-278.
Garming, Hildegard and Waibel, Herman. 2009. “Pesticides and farmer health in
Nicaragua: a willingness-to-pay approach to evaluation”. Europa Journal Health Economy
10:125– 133
Gupta, Suman and A.K. Dikshit. 2010. “Biopesticides : An ecofriendly approach for
pest control”. Journal of Biopesticides 3(1 Special Issue) 186 - 188 (2010)