Anda di halaman 1dari 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/315969535

DINAMIKA PERIKANAN TUNA LONG LINE


INDONESIA (STUDI KASUS TUNA SIRIP BIRU
SELATAN)

Article · April 2017


DOI: 10.24319/jtpk.4.113-122

CITATIONS READS

0 337

4 authors, including:

Eko Sri Wiyono


Bogor Agricultural University
32 PUBLICATIONS 32 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Komposisi, Diversitas dan Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasar di Perairan Pantai Cirebon, Jawa
Barat View project

All content following this page was uploaded by Eko Sri Wiyono on 25 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2November 2013: 113-122 _____________ ISSNN 2087-4871

DINAMIKA PERIKANAN TUNA LONG LINE INDONESIA


(STUDI KASUS TUNA SIRIP BIRU SELATAN)

(FIESHERIES DYNAMICS OF INDONESIA TUNA LONG LINE: CASE


STUDY OF THE SOUTHERN BLUEFIN TUNA)
Novia Tri Rahmawati1,2, Sugeng Hari Wisudo3, Eko Sri Wiyono3,Tri Wiji Nurani3
1Corresponding author
2DitjenPerikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan
3Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor


E-mail: novia_tri @yahoo.co.id

ABSTRACT

As the member of Commission for The Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Indonesia shall follow the
quota measure of SBT fishing that has determined. Therefore, good management and rules were needed for SBT exploitation in
Indonesia in order to align with measures and international regulation that has agreed by Indonesia as part of CCSBT. The
objectives of this research wereto determine catch composition, productivity of Indonesia tuna longline fisheries especially that doing
SBT fishing activity; to estimatesfishing season; and to determine mean size at capture of SBT in Indonesia. Theresult
showedthat catch composition of tuna longline has the smallest percentage value for the type of SBT. Trend of SBT production
percentage was increase every year in 19 years period. Fishing season of SBT in Indonesia was in August to March that assumed
same with nursery season of SBT. Mean size at capture of SBT (L50%)was 145 cmFL. This size that assumed has feasible to
be caught or has beyond spawning period.

Keywords: Southern bluefin tuna(SBT), tuna long line

ABSTRAK

Sebagai anggota Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Indonesia harus
mengikuti aturan kuota penangkapan tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna/SBT) yang telah ditetapkan.
Untuk itu diperlukan pengaturan dan tata kelola yang baik dalam pemanfaatan SBT di Indonesia agar selaras
dengan kaidah dan aturan-aturan internasional yang telah disepakati Indonesia sebagai bagian dari CCSBT.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung komposisi hasil tangkapan dan tingkat produktivitas armada tuna
long line Indonesia khususnya yang melakukan aktivitas penangkapan SBTmenduga bulan musim penangkapan
dan menghitung ukuran rata-rata tertangkap SBT hasil tangkapan tuna long line Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan jenis SBT memiliki nilai persentase terkecil dari komposisi hasil tangkapan tuna long line di
Indonesia. Namun demikian, tren persentase produksi SBT memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke
tahun seiring dengan meningkatnya tren produktivitas tuna long line. Musim penangkapan SBT di Indonesia
terjadi pada bulan Agustus-Maret, yang diduga juga merupakan musim pemijahan tuna sirip biru selatan.
Ukuran rata-rata tertangkap SBT (L50%) adalah berukuran 145 cm FL sehingga bisa dikategorikan sudah layak
tangkap karena telah melalui fase ikan melakukan pemijahan atau recruitment.

Kata kunci: Tuna sirip biru selatan, tuna long line

I. PENDAHULUAN nomi tinggi. Ikan SBT sebagian besar


diekspor ke Jepang karena adanya per-
Tuna sirip biru selatan (Thunnus mintaan sashimi yang kuat di pasar
maccoyii)atauyang dikenal dengan Jepang.Harga SBT berdasarkan hasil
sebutan southern bluefin tuna (SBT) interview diperoleh informasi bahwa rata-
adalah jenis tuna besar, bisa berenang rata SBT fresh sashimi grade di pasar
dengan cepat, beruaya sangat jauh ekspor berkisar ¥1000 - ¥2500 per kg.
(highly migratory),dan merupakan jenis Daerah operasi penangkapan SBT
ikan pelagis besar. Kawasan perairan di Indonesia umumnya berada di Wilayah
selatan Indonesia merupakan jalur Pengelolaan Perikanan Republik Indo-
migrasi SBT. Tuna sirip biru selatan bagi nesia (WPP-RI) 573, disekitar perairan
Indonesia merupakan salah satu jenis Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa.
tangkapan yang mempunyai nilai eko- Wilayah ini juga merupakan wilayah

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB _______________________________ E-mail: jtpkipb@gmail.com


nomor 1 (satu) dari Area Statistical of menangkap SBT, mengestimasi musim
Catch yang diatur Commission for The penangkapan SBT, dan menghitung uku-
Conservation of Southern Bluefin Tuna ran rata-rata tertangkap SBThasil tang-
(CCSBT). Para ahli menduga bahwa wila- kapan tuna long lineIndonesia. Hasil
yah tersebut diduga sebagai wilayah pe- penelitian ini diharapkan dapatdijadikan
mijahan (spawning ground)SBT. Pene- sebagai bahan argumentasi Indonesia
litian yang dilakukan oleh beberapa dalam pengaturan kuota penangkapan
ilmuwan seperti Proctor et al, (1995), SBT oleh CCSBT.
Yukinawa (1987), Farley dan Davis (1998)
menyatakan bahwa sumber daya SBT
diduga mempunyai tempat pemijahan II. METODOLOGI
(spawning ground) tunggal yaitu antara
barat laut Australia dan perairan selatan 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
pulau Jawa. Penelitian ini dilaksanakan pada
Pemanfaaan SBT di Indonesia seba- bulan November 2012sampai Juli 2013
gian besar menggunakan alat tangkap di dua tempat, yakni di Jakarta dan
tuna long linedengan berbagai ukuran Pelabuhan Umum Benoa Bali. Pemilihan
kapal. Umumnya armada penangkapan lokasi penelitian dilakukan dengan per-
tersebut berpangkalan di Pelabuhan timbangan bahwa hasil tangkapan SBT
Benoa Bali dan Pelabuhan Perikanan di Indonesia sebagian besar didaratkan
Samudera Nizam Zachman Jakarta. di Pelabuhan Benoa Bali dan pemangku
Armada penangkapan yang berpangkalan kebijakan yang berada di Jakarta.
di Bali adalah anggota Asosiasi Tuna
Long LineIndonesia (ATLI).Armada 2.2. Metode Pengumpulan Data
penangkapan yang berpangkalan di Ja- Metode yang digunakan dalam
karta umumnya adalah anggota Asosiasi penelitian ini adalah metode survei
Tuna Indonesia (ASTUIN). Kedua organi- dengan analisis deskriptif dan meng-
sasi tersebut mendapat jatah kuota hitung komposisi hasil tangkapan, pro-
penangkapan SBT yang diberikan oleh duktivitas, serta ukuran rata-rata ter-
CCSBT. Secara administrasi kedua orga- tangkap SBT. Data yang dikumpulkan
nisasi tersebut harus melakukan penca- adalah data sekunder dan primer. Data
tatan data dalam pemanfaatan SBT. yang diperoleh diolah untuk mencapai
Industri perikanan tuna sirip biru tujuan dari penelitian ini.
selatan, secara global, mengacu pada Data yang dikumpulkan
kuota penangkapan yang telah diatur meliputiCatch Documentation Scheme
oleh CCSBT. Commission for the Conser- (CDS) ta-hun 2010-2013, hasil
vation of Southern Bluefin Tunameng- tangkapan tuna long lineATLI tahun
alokasikan kuota penangkapan SBT bagi 2005-2012, hasil tangkapan tuna long
masing-masing negara anggota dan coo- linedari PT. Per-ikanan Samodra Besar
perating non-members (CNMs)berdasar- (PSB) tahun 1990-2000 dan hasil
kan pada kriteria yang telah disepakati wawancara dengan pihak terkait.
dan diatur oleh Komisi. Responden terdiri dari tiga asosiasi yaitu
Upaya pengelolaan dan konservasi ATLI, ASTUIN dan ASPER-TADU (Asosiasi
sumber daya SBT sangat diperlukan un- Perikanan Tangkap Ter-padu),
tuk menjaga keberlangsungan industri perusahaan perikanan tuna, Di-rektorat
perikanan SBT di Indonesia. Upaya pe- Sumberdaya Ikan (Dit. SDI) - Direktorat
ngelolaan dan konservasi tersebut harus Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT),
diperkuatdengan data ilmiah yang baik petugas Pelabuhan Perikanan Nusantara
dan akurat. Kajian penting terkait hal (PPN) Pengambengan, petu-gas
tersebut adalah mengenai pengkajian enumerator Statistik Perikanan Dit. SDI-
stock. Beberapa informasi dan data yang DJPT, Loka Penelitian Perikanan Tuna
diperlukan dalam pengkajian stockanta- (LPPT) BenoaBadan Penelitian dan
ra lain data mengenai: ukuran,musim Pengembangan Kelautan dan Perikanan
penangkapan,komposisi hasil tangka- (Balitbang KP)dan observer LPPT Benoa.
pan, dan tingkat produktivitas perikanan Selain data tersebutjuga dikumpulkan
tuna long line.Oleh karena itu, penelitian data dari studi pustaka dan dokumentasi
ini bertujuan untuk menghitungkompo- terkait dengan pemanfaatan perikanan
sisi hasil tangkapan dantingkat pro- tuna sirip biru selatan.
duktivitas armada tuna long lineyang

114 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013: 113-122
ISSN 2087-4871

3. Analisis Pendugaan Musim Penang-


2.3. Analisis Data kapan
1. Analisis Komposisi Hasil Tangkapan Menurut Uktolseja (1993) secara
Komposisi hasil tangkapan tuna sederhana musim ikan dalam setiap
long lineIndonesia yang menangkap SBT tahun adalah periode (bulan) pada saat
dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis hasil tangkapan lebih besar dari rata-
disajikan secara naratif, diagram lingkar, rata hasil tangkapan bulanan selama
dan grafik. periode tahun tersebut.Musim penang-
2. Analisis Produktivitas Unit Penang- kapan SBT dianalisis secara deskriptif
kapan Ikan dan hasil analisis disajikan secara naratif
Nilai produktivitas suatu unit pe- dan grafik.
nangkapan ikan akan menentukan ting- 4. Analisis Ukuran Rata-rata Tertang-
kat efektivitas dan efisiensi unit pe- kap ( L50% )
nangkapan tersebut selama proses pe- Menurut Saputra et al (2008), me-
nangkapan di laut. Analisis yang dila- tode penentuan ukuran ikan rata-rata
kukan dalam tulisan ini bertujuan untuk tertangkap dapat dilakukan mengunakan
mengetahui efektivitas daya tangkap metode kurva logistik baku, yaitu dengan
tuna long lineIndonesia yang menangkap memplotkan presentase frekuensi kumu-
SBT dengan melihat tren nilai produk- latif ukuran panjang.
tivitas selama beberapa tahun. Untuk
mengetahui nilai produktivitas ini dapat
dianalisis dengan menggunakan perhi- III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tungan nilai catch per unit effort
(CPUE).Dalam penelitian ini data catch 3.1. Komposisi Hasil Tangkapan Tuna
adalah hasil tangkapan SBT yang Long line
didaratkan dari kapal tuna long line Ikan tuna sirip biru selatan yang
(unit) yang merupakan upaya didaratkan di Indonesia selama ini ter-
penangkapan (effort)(Gulland, catat tertangkap dengan menggunakan
1991danAstuti, 2005). Berikut rumus alat tangkap tuna long line. Rata-rata
yang digunakan dalam penelitian: hasil tangkapan utama tuna long
lineIndonesia adalah kelompok ikan tuna
seperti madidihang atau tuna sirip ku-
ning (yellowfin tuna; Thunnus albacares),
dimana: Ct=hasil tangkapan pada tahun tuna mata besar (bigeye tuna; Thunnus
ke-t(ton) obesus), albakora (albacore; Thunnus
Et=upaya penangkapan pada ta- alalunga), dan tuna sirip biru selatan
hun ke-t (unit) (southern bluefin tuna; Thunnus
macoyii).Komposisihasil tangkapantuna
long linedisajikan pada Gambar 1di
bawah ini.

ALB SBT
895,186 kg 4,446,320
11% ALB kg
SBT
25,137,480 4%
64,849 kg
1% kg
25%

YF BE
1,248,033 kg 39,949,970
16% kg
39%
BE
5,745,865 kg
72%

YF
33,076,630
kg
32%

(a) (b)
Keterangan : BE = bigeye tuna (tuna mata besar), YF = yellowfin tuna (tuna sirip kuning), SBT
= southern bluefin tuna(tuna sirip biru selatan), ALB = albacore (albakora)

Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia ............................................................. (RAHMAWATI, dkk) 115
Gambar 1. Komposisi hasil tangkapan tuna long linemilik (a) PT. PSB tahun 1990-
2000, (b) ATLI tahun 2005-2012
Berdasarkan data hasil tangkapan 2010dalam Noordiningroomet et al,
tuna long linepada Gambar 1 dapat dike- 2012).Berdasarkan data yang diperoleh
tahui bahwa rata-rata hasil tangkapan selama 4 tahun (2010-2013) perhitungan
tuna long lineterbesar adalah bigeye rata-ratacatch per unit effort (CPUE) di
tuna. Rata-rata hasil tangkapan tuna pelabuhan Benoa Bali dan Pelabuhan
long lineterkecil adalah southern bluefin Perikanan Samudera Nizam Zachman
tunasebesar1 persendan 4 persen. Hasil Jakarta adalah sebesar 4.40ton/unit
penelitian Prisantoso et al (2010) mem- setiap tahunnya. Rata-rata hasil tang-
peroleh jenis tuna yang mendominasi kapan per satuan upaya penangkapan
hasil tangkapan kapal rawai tuna atau periode 2010-2013 secara umum
tuna long linedi Samudera Hindia adalah mengalami peningkatan (Gambar 3). Hal
yellowfin tuna sedangkan SBT merupa- ini menggambarkan bahwa tingkat
kan hasil tangkapan terkecil.Hasil kemampuan tuna long lineIndonesia
tangkapan SBT yang memiliki rata-rata untuk menangkap SBT dapat dikatakan
terkecil dari hasil tangkapan tuna lain- baik seiring dengan mening-katnya
nya. Sehingga dapat menyebabkan SBT produktivitas dalam tiga tahun terakhir
dianggap sebagai hasil tangkapan sam- dan persentase produksi SBT selama
pingan (by-catch). Nilai ekonomi yang periode 19 tahun.
tinggi kemudian menjadikan SBT sebagai
hasil tangkapan tambahan (by-product) 3.3. Pendugaan Musim Penangkapan
dari industri perikanan tuna di Indonesia Ikan SBT tertangkap oleh kapal
secara keseluruhan. Namun demikian, tuna long line Indonesia secara musiman.
tren kontribusi SBT terhadap total pro- Sifat musiman SBT ditunjukkan oleh
duksi tuna dari tahun ke tahun mening- rata-rata bulanan hasil tangkapan SBT
kat (Gambar 2). dalam kurun waktu 1991-2002 dan
2010-2012 (Gambar 4).
3.2. Produktivitas Tuna Long line Gambar 4a menunjukkan bahwa
Produktivitas tuna long linemeru- musim penangkapan SBT berdasarkan
pakan kemampuan kapal tuna long hasil tangkapan bulanan SBT tahun
lineuntuk memperoleh hasil tangkapan 1991-2002 dimulai pada bulan Septem-
SBT per tahun. Tinggi rendahnya nilai ber-April. Sementara, berdasarkan data
pro-duktivitas tuna long lineakan tiga tahun terakhir (2010-2012), terjadi
mencer-minkan tingkat efisiensi dan upaya penangkapan yang intensif karena
efektivitas dari unit penangkapan tuna dipacu oleh harga ikan yang tinggi.
long lineselama pada proses Upaya penangkapan SBT pada bulan
penangkapantuna berlangsung. Mei-Agustus yang dulunya jarang dilaku-
Produktivitas kapal tuna long kan sekarang banyak dilakukan sehing-
linedihitung berdasarkan hasil ga pada bulan tersebut tetap mendapat
tangkapan SBT per unit penangkapan SBT. Namun demikian, musim penang-
(CPUE). Nilai CPUE yang lebih tinggi kapan SBT dimulai pada bulan Juli-April
dapat mencerminkan tingkat efisiensi (Gambar 4b).
penggunaan effort yang lebih baik.(Fauzi,

7
6
Persentase (%)

5
4
3
2
1
0
2000
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999

2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Tahun
Sumber : PT. PSB dan ATLI Bali, olah

116 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013: 113-122
ISSN 2087-4871

Gambar 2. Tren persentase produksi SBT Indonesia tahun 1990-2000 dan 2005-2012

Produktivitas (ton/unit)
6
5
4
3
2
1
0
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Sumber : CDS 2010-2013, olah


Data Tahun 2013 merupakan angka sementara per Juni 2013

Gambar 3. Tren produktivitas SBT kapal tuna long linetahun 2010-2013

1200
Hasil Tangkapan SBT (kg)

1000
800
600
400
200
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan Penangkapan

(a)

100000
Hasil Tangkapan (kg)

80000

60000

40000

20000

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan Penangkapan

(b)
Catatan: Data CDS Tahun 2012 merupakan angka sementara

Gambar 4. Rata-rata hasil tangkapan bulanan SBT berdasarkan (a) PT. PSB tahun
1991-2002, (b) CDS tahun 2010-2012

Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indoneia ............................................................... (RAHMAWATI, dkk) 117
25.000

Hasil Tangkapan SBT (kg)


20.000

15.000

10.000 11,214.14 kg

5.000

-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan penangkapan

Sumber : PT. PSB dan CDS

Gambar 5. Rata-rata hasil tangkapan bulanan SBT tahun 1991-2002 dan 2010-2012

Musim penangkapan SBT berdasar- dari Samudera Hindia memijah dari


kan data hasil tangkapan bulanan SBT bulan Oktober sampai Februari. Ber-
dari tahun 1991-2002 dan 2010-2012 dasarkan hasil penelitian Andamari et
secara keseluruhanberlangsung dari al(2005 dalam Mahrus 2012)
bulan Agustus-Maretdan menurun pada disimpulkan bahwa pemijahan SBT
bulan April-Juli. Puncak musim yang berlangsung dari bulan September-April
tertinggi terdapat dalam bulan Oktober yang ditandai dengan banyaknya hasil
(Gambar 5). Penentuan musim penang- tangkapan SBT oleh nelayan Indonesia.
kapan ini didasarkan kepada nilai hasil Penelitian yang sama juga menyimpulkan
tangkapan yang lebih besar dari rata-rata bahwa per-airan selatan Jawa dan Bali di
hasil tangkapan bulanan selama 15 Samudera Hindia pada akhir musim
periode sebesar 11,214.14 kg. timur sampai awal musim barat (periode
Menurut National Report Indonesia Agustus sampai Desember) merupakan
Southern Bluefin Tuna Fisheries(2011) musim penangkapan yang paling penting
musim penangkapan SBT jika dilihat dari bagi perikanan SBT di Indonesia. Dengan
rata-rata hook rate per bulan terjadi pada de-mikian dapat dikatakan bahwa musim
bulan Agustus–April. Puncak tertinggi penangkapan SBT di Indonesia adalah
hook rate SBT terjadi pada bulan Oktober bersamaan dengan pemijahan SBT. Jadi,
dan November berkisar antara 0.1 sam- dalam pemanfaatan SBT perlu adanya
pai 0.3 per 1000 mata pancing. Se- kehati-hatian dalam melakukan aktivitas
dangkan hook rate terendah diperoleh penangkapan SBT untuk menghindari
pada bulan April-Agustus berkisar 0 tertangkapnya baby tuna sirip biru sela-
sampai 0.01 per 1000 mata pancing. tan.
Sementara, sumber daya SBT diduga
mempunyai tempat pemijahan (spawning 3.4. Ukuran Rata-rata Tertangkap (L50%)
ground) tunggal yaitu antara barat laut Hasil penelitian SBT yang dida-
Australia dan perairan selatan pulau ratkan oleh kapal tuna long lineIndo-
Jawa (Proctor et al, 1995; Yukinawa, nesia berdasarkan data CDS tahun
1987). 2010-2012 dapat dilihat pada Gambar 6
Menurut Farley dan Davis (1998) berikut ini.
menyebutkan bahwa SBT yang berasal

118 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013:113-122
ISSN 2087-4871

n =5,211

L50%=151
cm

(a)

n =11,937

L50%=132
cm

(b)

n =6,569

L50%=164
cm

(c)

n =23,717

L50%=145
cm

(d)
Gambar 6. Struktur ukuran dan ukuran rata-rata tertangkap SBT (a) Tahun 2010,
(b) Tahun 2011, (c) Tahun 2012, (d) Tahun 2010-2012

Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia ............................................................. (RAHMAWATI, dkk) 119
Tuna sirip biru selatan yang dida- Lm=130 cm. Hasil perhitungan diperoleh
ratkan di Indonesia selama tahun 2010- bahwa ukuran rata-rata tertangkap SBT
2012 memiliki distribusi frekuensi pan- pertama kali (L50% ) lebih besar dari Lm.
jang berfluktuatif yang didominasi oleh Rata-rata persentase hasil tangkapan
panjang fork length (FL) pada kisaran SBT yang mempunyai panjang FL >
161-170 cm, 111-120 cm dan 171-180 Lm=119 cm dan FL > Lm=130 cm adalah
cm. Ukuran panjang rata-rata tertangkap sebesar 78.43 persendan 65.87 persen
SBT (L50% ) adalah 151 cm, 132 cm dan (Tabel 1). Menurut penelitian Mahrus
164 cm. Rata-rata distribusi frekuensi (2012) distribusi frekuensi ukuran pan-
panjang SBT tahun 2010-2012 didomina- jang ikan SBT terbanyak pada fork length
si oleh panjang FL kisaran 171-180 cm antara 171-180 cm. Panjang pertama kali
dengan L50% adalah 145 cmFL (Gambar tertangkap (length at first capture/Lc)
6). ikan SBT selama penelitian adalah ber-
Ukuran ikan layak tangkap adalah ukuran 158.2 cm yang diduga ukuran
ukuran ikan yang lebih besar dari uku- tersebut telah melewati masa ikan mela-
ran panjang ikan saat pertama kali ma- kukan pemijahan (spawning). Hal ini
tang gonad (length at first maturity = Lm). mengasumsikan bahwa dari sisi peluang
Menurut Robins JP. (1963) menyatakan reproduksi masih terjamin dan dari ting-
bahwanilai Lm ikan SBT adalah 119 cm. kat pemanfaatan SBT masih belum me-
Sedangkan menurut Shingu (1970), nunjukan indikasi berlebih (under-explo-
Warashina dan Hisada (1970), Collette ited).
dan Nauen (1983) bahwa panjang per- Rata-rata distribusi frekuensi pan-
tama kali kematangan gonad atau Lm jang SBT bulanan dengan nilai FL >
ikan SBT diperkirakan pada ukuran 130 Lm=119 cm dan FL > Lm=130 cm banyak
cm atau setara dengan berat sekitar 40 tertangkap pada bulan Agustus-Maret.
kg. Bulan tersebut sama dengan hasil
Length at first maturity (Lm) diguna- pendugaan musim penangkapan SBT
kan sebagai batasan minimal dalam yang terjadi pada bulan Agustus-Maret
mengeksploitasi sumberdaya ikan. Ber- (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa
dasarkan hal tersebut maka panjang pada bulan-bulan tersebut ikan SBT
rata-rata tertangkap seharusnya tidak telah layak tangkap.
boleh lebih kecil dari Lm=119 cm atau

Tabel 1.Persentase distribusi fork length SBT tahun 2010-2012

Jumlah
Ukuran
2010 2011 2012 Rata-rata
Fork length (cm)
(ekor) (%) (ekor) (%) (ekor) (%) (%)
Robin J.P (1963)
≤ Lm=119 cm 682 13.09 3667 35.58 1053 16.03 21.57
> Lm=119 cm 4529 86.91 6639 64.42 5516 83.97 78.43
TOTAL 5211 100 10306 100 6569 100 100
Shingu (1970), Warashina and Hisada (1970), Collette & Nauen (1983)
≤ Lm=130 cm 1391 26.69 5480 53.17 1479 22.51 34.13
> Lm=130 cm 3820 73.31 4826 46.82 5090 77.49 65.87

TOTAL 5211 100 10306 100 6569 100 100

120 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013:113-122
ISSN 2087-4871

3000

Hasil Tangkapan SBT (ekor)


2500

2000

1500
> Lm=119 cm
1000 > Lm=130 cm
500

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan penangkapan

Gambar 7.Distribusi frekuensi panjang SBT bulanan tahun 2010 – 2012

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
4.1. Kesimpulan
1. Southern bluefin tuna memiliki nilai Astuti EM. 2005. Dimensi Unit Penang-
persentase terkecil sebesar 4 kapan Pukat Udang dan Tingkat
persendari komposisi hasil tangkapan Pemanfaatan Sumberdaya Udang di
tuna long linedi Indonesia.Tren Perairan Laut Arafura. [skripsi].
persentase produksi SBT memiliki Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
kecenderungan meningkat dari tahun Collette BB, Nauen CE. 1983. FAO Spe-
ke tahunseiring dengan meningkatnya cies Catalogue. Vol. 2. Scombrids of
tren nilai - tuna long lineyang the world. An Annotated and Illus-
menangkap SBT. Hal ini berarti bahwa trated Catalogue of Tunas, Macke-
tingkat kemampuan efektivitas tuna rels, Bonitos and Related Species
long lineIndonesia dapat dikatakan Known to Date. FAO Fish. Synop.
masih tergolong baik. 125 (2):137p. Rome: FAO.
2. Berdasarkan analisis rata-rata hasil Farley JH, Davis TLO. 1998. Reproduc-
tangkapan bulanan SBT didugamu- tive Dynamics of Southern Bluefin
sim penangkapan SBT di Indonesia Tuna, Thunnus maccoyii. Fishery
dimulai pada bulan Agustus-Maret. Bulletin. 96(2):223-236.
3. Ukuran rata-rata tertangkap SBT Gulland JA. 1991. Fish Stock Assess-
(L50% ) yang didaratkan di Indonesia ment: A Manual of Basic Methods.
adalah berukuran 145 cm FL yang Rome: Food and Agricultural Orga-
lebih besar dari length at first maturity nization of The United Nations.
(Lm). Mahrus. 2012. Distribusi Ukuran Pan-
jang dan Berat Tuna Sirip Biru
4.2. Saran Selatan (Thunnus macoyii Castel-
1. Perlu adanya pengaturan bulan pe- nau, 1872) Yang Tertangkap Dari
nangkapan SBT untuk efisiensi waktu Perairan Samudera Hindia dan
dan kelestarian sumber daya SBT itu Didaratkan di Pelabuhan Benoa Bali
sendiri. [tesis]. Depok (ID): Universitas
2. Perlu adanya penelitian lebih Indonesia.
lanjutmengenai tingkat kematangan Noordiningroom R, Anna Z, Suryana
gonad (TKG) untuk SBT yang AAH. 2012. Analisis Bioekonomi
tertangkap pada musim penangkapan. Model Gordon-Schaefer Studi Kasus
3. Perlu perbaikan sistem pengelolaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di
kuota penangkapan SBT di Indonesia. perairan Umum Waduk Cirata Ka-
bupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(3):263-274.
Prisantoso BI, Widodo AA, Mahiswara,
Sadiyah L. 2010. Beberapa Jenis
Hasil Tangkap Sampingan (bycatch)

Dinamika Perikanan Tuna Long Line Indonesia ............................................................. (RAHMAWATI, dkk) 121
Kapal Rawai tuna di Samu-dera
Hindia Berbasis di Cilacap. Jurnal
Penelitian Perikanan Indo-nesia.
16(3):173-258.
Proctor CH, Thresher RE, Gunn JS, Mills
DJ, Harrowfield IR, Sie SH. 1995.
Stock Structure of The Southern
Bluefin Tuna Thunnus maccoyii: An
Investigation Based on Probe Micro-
analysis of Otolith Composition.
Marine Biology. 122:511-526.
Robins JP. 1963. Synopsis of The Biolo-
gical Data on Bluefin TunaThunnus
thynnus maccoyii (Castelnau) 1872.
FAO Fish. Rep. 2(6):562-587.
Saputra SW, Rudiyanti S, Mahardhini A.
2008. Evaluasi Tingkat Eksploitasi
Sumberdaya Ikan Gulamah (Johni-
us sp) Berdasarkan Data TPI PPS
Cilacap. Jurnak Saintek Perikanan.
4(1):56-61.
Shingu C. 1970. Studies Relevant to Dis-
tribution and Migration of The
Southern Bluefin Tuna. Bulletin of
Far Seas Fisheries Research Labora-
tory. 3:57-113.
Uktolseja JCB. 1993. Status Perikanan
Ikan Pelagis Kecil dan Kemung-
kinan Pemanfaatannya sebagai
Ikan Umpan Hidup untuk Perika-
nan Rawai Tuna di Prigi, Jawa
Timur. Jurnal Penelitian Perikanan
Laut. 80:18-45.
Warashina I, Hisada K. 1970. Spawning
Activity and Discoloration of Meat
and Loss of Weight in The Southern
Bluefin Tuna. Bulletin of Far Seas
Fisheries Research Laboratory.
3:147-165.
Yukinawa M. 1987. Report on 1986 Re-
search Cruise of The R/V Shoyo
Maru. Distribution of Tuna and
Billfishes Larvae and Oceanogra-
phic Observation in The Eastern
Indian Ocean January – March,
1987. Rep. Res. Div. Fish. Agency
Jpn. 61:1-100.

122 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 2. November 2013: 113-122

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai