Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DASAR PENDIDIKAN MIPA

HAKIKAT MIPA BIOLOGI

OLEH :
KELOMPOK 7
NURKUMALASARI
NOLA IRJANINA WATI MATONDANG
NOVERA SEBAYANG
NURMENI BR SINURAYA
NURUL INDAH PRATIWI

PENDIDIKAN KIMIA EKS B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Pendidikan Dasar MIPA, yaitu
mengenai “HAKIKAT MIPA BIOLOGI “ . Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas
perkuliahan semester 5 dan memenuhi tugas mata kuliah Dasar Pendidikann MIPA.

Terima Kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Terima Kasih juga penulis ucapkan kepada Dosen
pengampuh yang telah memberikan pengarahan dan gambaran tugas makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya
penulis dapat membuat makalah yang lebih berkualitas lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 30 Agustus 2014

Hormat Kami

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………...………………………………..i

Daftar Isi………………………………………………………………………………………..ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang………………………………………………………………….………1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………………..2
1.3 Manfaat Penulisan Makalah ……….………………………………………………….2

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Biologi ………………………..………………………………………………3


2.1.1 Pengertian Biologi ……..……………..…...…………………………..……….3
2.1.2 Biologi dalam perspektif ilmu …………………………………………………3
2.1.3 Karakteristik Biologi sebagai ilmu …………………………………………….4
2.1.4 Didirikannya Biologi Modern …………………………………………………7
2.1.5 Manfaat mempelajari Biologi …………………………………………………8
2.2 Pendidikan Biologi………………….………………………………………..……......8
2.2.1 Pengertian Pendidikan ………………………………...……………………….8
2.2.2 Pendidikan sebagai disiplin ilmu ……………………………………………...9
2.2.3 Substansi Pendidikan dan Biologi …………………………………………….9
2.2.4 Tujuan Pendidikan Biologi ……………………………………………..…….11

2.3 Hakikat Tugas Guru dan Tugas Guru MIPA……………………………………………12

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..………..14
3.2 Saran …………………………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………..………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) atas berbagai obyek yang ada di alam
semesta tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pengetahuan hanya terbatas pada apa yang diketahui
saja. Kebenaran dari pengetahuan perlu dipertanyakan kembali. Pengetahuan dimulai dari rasa
ingin tahu yang besar, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang
belum kita tahu. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita pelajari sejak mulai bangku sekolah
dasar sampai pendidikan tinggi. Ilmu pengetahuan adalah serangkaian pengetahuan yang
diperoleh melalui kegiatan penyelidikan, pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen)
yang didukung oleh bukti nyata serta dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Ilmu
pengetahuan membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Jadi, terlihat jelas
perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dengan ilmu pengetahuan (science).
Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu prestasi besar dari pikiran
manusia. Tanpa pengetahuan tentang perkembangan atau pertumbuhan ilmu adalah sukar
untuk mengerti sejarah modern dewasa ini. Kesemua hal ini merupakan kemajuan dari proses
berpikir manusia yang berhubungan dengan filsafat. Sehingga pada masa sekarang kita
mengenal adanya filsafat ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan alam (matematika,
biologi, fisika dan kimia) telah mengubah sejarah kehidupan manusia. Perkembangan itu
semakin pesat setelah diketemukannya komputer yang dapat membantu manusia dalam
merancang dan menganalisis hasil-hasil penelitian. Di dunia kedokteran telah ditemukan
berbagai teknik bedah, transplantasi organ, terapi genetik, bayi tabung, serta obat-obatan
penyembuh berbagai penyakit. Itu semua berkat perkembangan IPA. Ilmu pengetahuan alam
adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan ingin memahami alam apa adanya.
Biologi bagian dari sains yang memiliki karakteristik yang sama dengan ilmu sains lainnya.
Adapun karakteristik ilmu pengetahuan alam termasuk biologi (SAINS/IPA) yaitu:
 Obyek kajian berupa benda konkret dan dapat ditangkap indera.
 Dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris (pengalaman nyata) memiliki
langkah-langkah sistematis yang bersifat baku.
 Menggunakan cara berfikir logis, yang bersifat deduktif artinya berfikir dengan
menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi ketentuan yang berlaku umum.
 Bersifat deduktif artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum
menjadi ketentuan khusus.Hasilnya bersifat obyektif atau apa adanya, terhindar dari
kepentingan pelaku (subyektif).
Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat luas, bersentuhan
dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali dipandang sebagai ilmu yang mandiri.
Namun, pencabangan biologi selalu mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus:
keanekaragaman (berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari
sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara unit kehidupan
dengan lingkungannya).
Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat biologi dan pendidikan biologi
dalam kerangka NOS (Nature of Science). Dimana NOS (Nature of Science) adalah istilah
yang digunakan untuk menunjukkan ilmu yang bersifat natural (alam), biasanya telah
digunakan untuk merujuk pada epistemologi ilmu, ilmu sebagai cara mengetahui, atau nilai-
nilai dan keyakinan yang melekat dengan perkembangan pengetahuan ilmiah.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah ini adalah:


1. Memenuhi tugas mata kuliah Dasar Pendidikan MIPA.
2. Memahami hakikat biologi dan pendidikan biologi dalam kerangka NOS (Nature of Science).

1.3. Manfaat Penulisan Makalah yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi penulis dan pembaca tentang hakikat biologi dan pendidikan
biologi dalam kerangka NOS (Nature of Science).
2. Sebagai informasi tambahan dalam mata kuliah filsafat biologi dan bioetika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Biologi
2.1.1 Pengertian Biologi
Biologi atau ilmu hayat adalah ilmu yang mempelajari aspek fisik kehidupan. Istilah
"biologi" dipinjam dari bahasa Belanda, biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata
bahasa Yunani, βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos ("lambang", "ilmu"). Istilah "ilmu hayat"
dipinjam dari bahasa Arab, juga berarti "ilmu kehidupan". Jadi, biologi adalah ilmu yang
mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan.
Pada masa kini, biologi mencakup bidang akademik yang sangat luas, bersentuhan
dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali dipandang sebagai ilmu yang mandiri.
Namun, pencabangan biologi selalu mengikuti tiga dimensi yang saling tegak lurus:
keanekaragaman (berdasarkan kelompok organisme), organisasi kehidupan (taraf kajian dari
sistem kehidupan), dan interaksi (hubungan antarunit kehidupan serta antara unit kehidupan
dengan lingkungannya.
Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya
dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang
lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi,
ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi,
mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya.

2.1.2 Biologi Dalam perspektif Ilmu


Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cara utama yakni filsafat
alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral
yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu social (the social sciences). Ilmu-ilmu alam
membagi diri kepada kedua kelompok lagi yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu
hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam
semesta yang terbagi lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energy), kimia (mempelajari
substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan ilmu bumi.
Aristoletes (384-322 SM) adalah seorang ilmuwan dan filosof Yunani yang dipercayai
sebagai perintis ilmu biologi. Ia telah mempelajari tentang 500 jenis hewan dengan sistem
klasifikasinya, hal ini memberi pengaruh yang besar pada pemikiran dalam perkembangan
ilmu-ilmu biologi (Salam, 1997). Aristoteles melakukan penelitian sejarah alam di pulau
Lesbos. Hasil penelitiannya, termasuk Sejarah Hewan, Generasi Hewan, dan Bagian Hewan,
berisi beberapa observasi dan interpretasi, dan juga terdapat mitos dan kesalahan. Bagian yang
penting adalah mengenai kehidupan laut. Ia memisahkan mamalia laut dari ikan, dan
mengetahui bahwa hiu dan pari adalah bagian dari grup yang ia sebut Selachē (selachians).
Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan
bahwa organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran
sekolah dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan makalah dibuat setiap tahun
dalam susunan luas jurnal biologi dan kedokteran. Hal ini juga mendukung perkembangan
ilmu pendidikan biologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana
hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi
dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal.
Biologi menduduki posisi sangat strategis dan mempunyai kedudukan unik dalam
struktur keilmuan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam atau natural science, biologi
mempunyai kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam sains, yaitu mempelajari
gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip- teori (produk sains), cara kerja atau
metode ilmiah (proses sains), dan di dalamnya terkandung sejumlah nilai dan sikap. Sebagai
bagian dari ilmu-ilmu yang mempelajari manusia, biologi berbeda dari sosiologi atau
psikologi. Biologi mempelajari struktur-fisiologi dan genetika manusia. Sosiologi
mempelajari aspek hubungan sosial antar manusia, sedangkan psikologi aspek perilaku dan
kejiwaan manusia.

2.1.3.Karasteristik Biologi Sebagai Ilmu


Ilmu pengetahuan berkembang karena hakikat manusia yang serba ingin tahu.
Mengembangkan ilmu pengetahuan tidak harus berawal dari nol, melainkan bisa dari hasil
penelitian orang lain asal sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri. Biologi yang memiliki
karakteristik yang sama dengan ilmu sains lainnya.
Adapun karakteristik biologi sebagai ilmu yaitu:
 Obyek kajian berupa benda konkret dan dapat ditangkap indera dikembangkan berdasarkan
pengalaman empiris (pengalaman nyata)
 Memiliki langkah-langkah sistematis yang bersifat baku
 Menggunakan cara berfikir logis, yang bersifat deduktif artinya berfikir dengan menarik
kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi ketentuan yang berlaku umum. Bersifat deduktif
artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum menjadi ketentuan
khusus.
 Hasilnya bersifat obyektif atau apa adanya, terhindar dari kepentingan pelaku (subyektif)
Hasil berupa hukum-hukum yang berlaku umum, dimanapun diberlakukan.
 Komponen biologi sebagai ilmu

Biologi merupakan cabang sains yang mempelajari berbagai permasalahan makhluk


hidup, dan untuk mempelajari melalui proses dan sikap ilmiah ini sebagai konsekuensi
biologi. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah akan memperoleh produk ilmiah.
Dalam mempelajari sains terdiri dari 3 komponen yaitu :
a. Sikap ilmiah
Merupakan sikap yang harus dimiliki untuk berlaku obbyektif dan jujur saat mengumpulkan
dan menganalisa data.
b. Proses ilmiah
Merupakan perangkat ketrampilan kompleks yang digunakan dalam melakukan kerja ilmiah.
Proses ilmiah dapat dilakukan dengan pendekatan ketrampilan proses dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Keterampilan proses sains dasar, meliputi:
 Mengobservasi, Mencari gambaran atau informasi tentang objek penelitian melalui
indera. Dalam biologi hasil observasi seringkali dibuat dalam bentuk gambar (misal
gambar dunia dll), bagan (missal bagan siklus hidup kupu-kupu), tabel (misal tabel
pertumbuhan penduduk suatu wilayah), grafik (misal grafik hubungan antara tabel
pertumbuhan kecambah), dan tulisan.
 Menggolongkan, Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi suatu permasalahan
 Menafsirkan, Memberikan arti sesuatu fenomena/kejadian berdasarkan atas kejadian
lainnya.
 Mempraktikkan/meramalkan, Memperkirakan kejadian berdasarkan kejadian
sebelumnya serta hukum-hukum yang berlaku. Prakiraan dibedakan menjadi dua
macam yaitu prakiraan intrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan pada data yang telah
terjadi; kedua prakiraan ekstrapolasi yaitu prakiraan berdasarkan logika di luar data
yang terjadi.
 Mengajukan pertanyaan, Berupa pertanyaan bagaimana, karena pertanyaan ini
menuntut jawaban yang diperoleh dengan proses.

2) Ketrampilan proses sains terpadu, yang terdiri dari:


 Mengidentifikasi variable
 Menyusun tabel data
 Menyusun grafik
 Mendeskripsikan hubungan antar variable
 Perolehan data dan pemrosesan data
 Menganalisia penyelidikan
 Merumuskan hipotesis
 Mendefinisikan variabel secara operasional
 Melakukan eksperimen

3) Langkah sistematis dalam proses ilmiah/metode ilmiah meliputi:


 Merumuskan masalah
Ada tiga cara dalam merumuskan permasalahan yaitu:
1. Apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat objek eksperimen?
2. Bagaimana pengeruh variabel bebas terhadap variabel terikat objek eksperimen?
3. Apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat objek eksperimen?
 Menyusun kerangka berfikir
Kerangka berfikir dicari melalui kepustakaan atau fakta empiris.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan suatu dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah
sebelum dibuktikan. Ada 2 macam hipotesis dalam eksperimen yaitu:
1. Hipotesis nol (H0) : tidak ada pengnaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
2. Hipotesis alternatif (H1) : ada pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Melakukan eksperimen
Untuk mendukung atau menyangkal hipotesa itu perlu dibuktikan melalui eksperimen. Dalam
melakukan eksperimen melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Taraf perlakuan
b. Pengendalian faktor lain
c. Ulangan
d. Pengukuran

Analisis data
Analisa data dapat menggunakan statistik atau secara deskriptif.

Menarik kesimpulan
Ada dua kemungkinan dalam kesimpulan yaitu hipotesis diterima (dugaan sementara sesuai
dengan eksperimen) atau ditolak (dugaan sementara tidak sesuai dengan eksperimen).

Publikasi
Hasil penelitian di publikasikan ke kalayak melalui jurnal penelitian, seminar atau lewat
internet
2.1.4. Didirikannya Biologi Modern
Istilah biologi dalam pengertian modern kelihatannya diperkenalkan secara terpisah
oleh Gottfried Reinhold Treviranus (Biologie oder Philosophie der lebenden Natur, 1802) dan
Jean-Baptiste Lamarck (Hydrogéologie, 1802). Namun, istilah biologi sebenarnya telah
dipakai pada 1800 oleh Karl Friedrich Burdach. Bahkan, sebelumnya, istilah itu juga telah
muncul dalam judul buku Michael Christoph Hanov jilid ke-3 yang terbit pada 1766, yaitu
Philosophiae Naturalis Sive Physicae Dogmaticae: Geologia, Biologia, Phytologia Generais et
Dendrologia

2.1.5. Manfaat mempelajari biologi


Peran biologi dalam kehidupan memberikan dampak negatif dan dampak positif.
Dampak positif atau manfaatnya yaitu:
a. Manusia sadar terhadap hidup dan kehidupan dalam lingkungan
b. Diciptakan bibit unggul yang ramah lingkungan,
c. pemanfaatan mikroorganisme dalam segala bidang.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu
a. Mengeksploitasi SDA dengan sembarangan,
b. Penggunaan bibit unggul dan pestisida berlebihan yang akan berdampak pada
biodeversitas
c. Penggunaan senjata biologi yang mematikan, yang akan merusak lingkungan biotik
maupun abiotik.
Oleh karena itu kemajuan biologi yang demikian pesatnya harus diimbangi dengan iman dan
takwa, sehingga pemanfaatan lebih optimal dan meminimalkan dampak negatif yang ada.

2.2. Pendidikan Biologi


2.2.1 Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna
seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan
yang mengantar dan menjemput disebut paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan
diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu sesuatu yang berada di dalam.
Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral
dan melatih intelektual (Suwarno, 2006).
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses memanusiakan manusia muda (Hartoko, 1985;
Dryarkara, 2006). Melalui pendidikan banyak aspek diharapkan akan dapat dicapai. Proses
pendidikan merupakan proses aktif, yang dilakukan oleh peserta pendidikan dengan kesadaran
untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab penuh terhadap dirinya dan terhadap
masyarakat. Secara gamblang Dyarkara mendefinisikan mendidikan sebagai pertolongan atau
pengaruh yang diberikan oleh oranga yang bertanggung jawab kepada anak suaya anak
menjadi dewasa. Dalam pendidikan terjadi hidup bersama dalam kesatuan yang
memungkinkan terjadi pemanusiaan anak. Dengan pendidikan terjadi pelaksanaan nilai-nilai
dan manusia berproses untuk akhirnya bisa membudaya (melaksanakan) sendiri sebagai
manusia purnawan (Dryarkara, 2006).

2.2.2 Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu


Para ahli memberikan beragam pengertian ilmu pendidikan. Carter V. Good (1985)
dalam Suwarno (2006) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan
pengetahuan sistematis yang mencakup aspek-aspek kuantitatif dan objektif dari proses
belajar, dan juga menggunakan insrumen secara seksama dalam mengajukan hipotetis-
hipotesis pendidikan untuk diuji berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk
eksperimen.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas fenomena pendidikan dalam perspektif
luas dan integrative. Dalam perspektif luas, pendidikan merupakan upaya memanusiakan
manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. Dalam arti integrative,
pendidikan dikaji secara historis, sosiologis, psikologis, dan filosofis. Upaya pendidikan
mencakup seluruh aktivitas pendidikan, sekaligus pemikiran sistematisnya.
Ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang mempunyai tujuan, dan tujuan
itu ditentukan oleh nilai normative yang dijunjung tinggi oleh seseorang.

2.2.3 Substansi Pendidikan dan Biologi


Dalam mempertahankan hidupnya di alam, manusia pada awalnya sangat bergantung
pada lingkungan. Manusia mengambil semua keperluan hidupnya dari lingkungan di
sekitarnya. Apabila lingkungan setempat sudah tidak mendukung keperluannya, manusia
mulai berpindah membuka tempat baru. Selanjutnya manusia mulai memanfaatkan
lingkungannya.
Manusia mencoba bercocok tanam dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bahkan manusia mulai mengawetkan bahan-bahan makanan yang berlebih untuk disimpan
sebagai cadangan makanan dan digunakan apabila diperlukan., atau mengadakan tukar
menukar bahan makanan tersebut sehingga manusia dapat menikmati bahan olahan dengan
sesamanya. Setelah memberdayakan lingkungan, manusia mulai mengubah lingkungan untuk
kebutuhannnya sendiri. Manusia mulai membawa taman ke dalam rumahnya, atau bahkan
membawa ”hutan kecil” di lingkungan kediamannya. Manusia mulai melupakan hubungannya
dengan alam atau lingkungan. Manusia memandang dirinya terpisah dari lingkungannya.
Manusia lupa dengan daya dukung alam atau lingkungan. Dengan bercocok tanam satu jenis
tanaman tertentu, manusia mulai mengubah ligkungan menjadi homogen. Oleh karena hama
mulai menyerang tanaman produksi, manusia mulai menggunakan pestisida untuk
memberantasnya. Manusia memasukkan ”zat & energi” ke dalam ekosistem alami. Manusia
mulai mengganggu lingkungan dan ekosistem alami dengan produk-produk buatan manusia
berupa pupuk buatan, insektisida, pestisida dan banyak lagi bahan lainnya. Mulai terjadi
ketidakseimbangan dan manusia juga yang mengalaminya. Longsor, banjir, kekeringan terjadi
di mana-mana. Akibatnya lingkungan manusia tidak lagi memberikan kenyamanan, karena
ulah manusia yang mengubah lingkungan.
Pendidikan biologi mestinya memberikan andil dalam perkembangan biologi dari
waktu ke waktu. Pengenalan berbagai organisme yang berguna diperlukan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Karena yang dikenal manusia banyak, pengetahuan tersebut perlu
dikelompokkan sehingga berkembang taksonomi dan sistematik. Selanjutnya manusia
mempelajari biofungsi, bioperkembangan, dan bioteknologi. Manusia memperoleh banyak
manfaat dari semua itu, tetapi pendidikan biologi perlu membekali biomanajamen dan
bioetika agar penerapan pengetahuan di lingkungannya membawa arah pemberdayaan
berkelanjutan. Seyogianya pendidikan biologi memberi siswa bekal keterampilan,
pengetahuan dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan pentingnya etika dalam mengolah
bahan di lingkungannya. Manusia hendaknya menjadi pemelihara keanekaragaman dan fungsi
lingkungan agar manusia tetap dapat mengambil manfaat dari keanekaragaman dan
lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada masa kini, maupun pada masa
yang akan datang. Jadi dari semua itu sebenarnya pendidikan biologi atau bioedukasi yang
perlu berperan agar lingkungan dan alam tetap bersahabat dengan manusia.
Jadi pendidikan biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana
hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi
dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan
untuk pengajaran Biologi perlu dan dapat dimuati unsure pembentukan karakter melalui
pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan melalui pengajaran sains antara lain meliputi: curiosity (sikap ingin tahu),
respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes
terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living
things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan). Cara
pengajaran dapat diintegrasikan dengan penyisipan dan penanaman nilai-nilai sains di
dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai
religius, nilai sosial-ekonomi, dan nilai pendidikan.

2.2.4 Tujuan Pendidikan Biologi


Tujuan pendidikan biologi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kebiasaan membaca literasi ilmiah dan bahasa
2. Rendahnya pengetahuan dan penguasaan ilmu dipengaruhi oleh kebiasaan membaca dan
menguasai bahasa. Habits of reading dan habits of mind memberikan kontribusi penting
dalam pengembangan diri dan pengembangan ilmu selanjutnya. Dalam pendidikan di Jepang
dan kini sedang disebarluaskan di Indonesia di sekolahsekolah menengah pertama di tiga
daerah (Sumedang, Bantul, Pasuruan) guruguru saling belajar melalui observasi pada lesson
study. Melalui observasi pada saat lesson study, guru-guru pengamat belajar bagaimana
rencana pembelajaran yang dirancang bersama diimplementasikan, bagaimana siswa belajar
berdasarkan rancangan bersama, dan bersama-sama pula mereka melakukan refleksi member
masukan untuk menyempurnakannya. Terbentuknya masyarakat belajar (learning society)
merupakan salah satu tujuan diadakannya lesson study.
3. Menumbuhkan kebiasaan untuk berpikir kritis dan ilmiah
4. Pembelajaran biologi bisa memotivasi generasi muda untuk berpikir kritis dan
memaksimalkan fungsi otak untuk memahami ilmu yang dipelajari.
5. Menumbuhkan sikap ilmiah dan kerja ilmiah
6. Dari sejumlah sikap ilmiah yang dikemukakannya beberapa sikap sangat penting untuk
pembentukan karakter anak bangsa. Sikap yang dimaksud adalah kemelitan (curiosity), sikap
untuk senantiasa mendahulukan bukti (respect for evidence), luwes terhadap gagasan baru
(fllexibility), merenung secara kritis (critical reflection), dan yang paling penting adalah peka/
peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan (sensitivity to living things and environment).
Sikap ilmiah tersebut dikembangkan melalui pembelajaran sains pada pendidikan dasar dan
menengah. Di tingkat pendidikan tinggi khususnya di jurusan-jurusan life sciences sikap
ilmiah sangat potensial untuk membekali pengembangan karakter mereka.
7. Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
8. Selain sikap ilmiah yang telah dibahas di atas, pada setiap kurikulum sains sikap mencintai
dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa menjadi rujukan perumusan tujuan atau
kompetensi. Dengan kata lain selain sikap ilmiah, diharapkan dikembangkan juga
pengembangan nilai-nilai dalam pembelajaran sains, baik berupa nilai religius, nilai praktis
(manfaat), maupun nilai intelektual.
9. Pendidikan biologi sebagai bekal hidup
10. Tidak kalah pentingnya adalah penggunaan pengetahuan dan pandangan biologi dalam
mempersiapkan generasi yang akan datang. Pengetahuan tentang gizi, perkembangan janin
dalam rahim, replikasi DNA beserta kerusakan dan perbaikannya, sintesis protein dan masih
banyak lagi yang lainnya diperlukan untuk mendidik manusia yang bermoral atau beretika dan
saleh. Rekayasa genetic dan bioteknologi yang menurut Callahan (dalam Shanon, 1985; dalam
Rustaman, ) termasuk teknologi perbaikan perlu didampingi dengan bioetika. Biologi sering
dianggap kurang mengembangkan proses berpikir. Temuan dalam biologi masih belum
banyak diterapkan dalam dunia pendidikan. Penerapan bioetika dalam pendidikan sains sudah
merupakan suatu keharusan sebagaimana dikemukakan oleh Capra (dalam Rustaman.

2.3. HAKEKAT TUGAS GURU DAN TUGAS GURU MIPA


Dalam upaya menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang selalu
dikemukakan, seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar melainkan juga sebagai
pendidik.
Misi utama guru sebagai pengajar ialah mengupayakan tercapainya tujuan – tujuan
instruksional mata pelajaran yang diajarkannya, sedangkan misi utama guru sebagai pendidik
ialah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik dalam dimensi
yang lebih luas untuk memberikan iuran (sumbangan) nyata bagi pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Sejalan dengan pikiran pokok di atas, tugas guru MIPA tidak hanya sekedar
mengupayakan diperolehnya berbagai pengetahuan dan ketrampilan dalam MIPA dikalangan
peserta didik. Lebih penting dari itu, seorang guru MIPA hendaknya dapat mendorong
berkembangnya pemahaman dan penghayatan akan prinsip – prinsip dan nilai – nilai IPA
dikalangan peserta didik dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis,
sistematis dan kreatif, kecerdasan, serta sikap kritis, terbuka dan ingin tahu.
Sehubungan dengan itu, seorang guru MIPA :
 Hendaknya tidak sekedar menyampaikan informasi/cerita tentang MIPA kepada
peserta didik tetapi betul – betul membimbing para siswanya berbuat sesuai dengan
prinsip – prinsip dan nilai – nilai yang terkandung dalam MIPA. Dengan kata lain,
guru MIPA hendaknya dapat membawa peserta didiknya untuk menjalani proses
MIPA itu sendiri melalui kegiatan pengamatan, percobaan, pemecahan masalah,
diskusi dengan teman – temannya dan sebagainya.
 Dapat menumbuhkan kesenangan belajar MIPA dikalangan peserta didik. Ini akan
besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dari pengajaran MIPA
 Hendaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga tidak segan mengakui
keterbatasan pengetahuannya tentang hal – hal tertentu kepda peserta didik tanpa
mengabaikan tanggungjawabnya membantu mereka menemukan jawaban terhadap
persoalan – persoalan yang diajukan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biologi menduduki posisi sangat strategis dan mempunyai kedudukan unik dalam
struktur keilmuan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam atau natural science, biologi
mempunyai kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam sains, yaitu mempelajari
gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip- teori (produk sains), cara kerja atau
metode ilmiah (proses sains), dan di dalamnya terkandung sejumlah nilai dan sikap.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas fenomena pendidikan dalam perspektif
luas dan integrative. Dalam perspektif luas, pendidikan merupakan upaya memanusiakan
manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. Dalam arti integrative,
pendidikan dikaji secara historis, sosiologis, psikologis, dan filosofis. Upaya pendidikan
mencakup seluruh aktivitas pendidikan, sekaligus pemikiran sistematisnya.

3.2 Saran
Perlu pengkajian lebih lanjut tentang substansi pendidikan dan biologi sehingga
pembelajaran biologi dapat berlangsung dengan baik. Disarankan kepada para orangtua
memiliki peran yang sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang. Ada yang
menyebutkan "lost generation" karena memperhatikan kondisi generasi muda dalam keluarga
yang kurang beruntung dalam memperoleh kesempatan pemerataan pendidikan. Mereka tidak
dapat memperoleh pendidikan yang layak, bahkan mereka terpaksa harus meminta-minta
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan orangtuanya tanpa dapat memilih. Jadi bukan
rekayasa genetik saja yang patut diwaspadai dalam mempersiapkan generasi yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khalick, Fouad Abd., Randy L. Bell, dkk. 1998. Journal: The Nature of Science and
Instructional Practice: Making The Unnatural Natural. John Wiley & Sons, Inc. Sci Ed 82: 417-
436, 1998.

McComas, W. F. 1998. The Principal Elements of The Nature of Science: Dispelling The
Myths. Adapted from the chapter The Nature of Science in Science Education, 53-70. Kluwer
Academic Publishers, 1998.

Rustaman, N.Y. 2006. Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Peniliaian Pendidikan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional..

Rustaman, N. Y. Tanpa tahun. Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya. FPMIPA UPI.

Salam, B. 1997. Logika Materiil: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suriasumantri, J. S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
harapan.

Suwarno, W. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai