Anda di halaman 1dari 2

KASUS EKSPOR AYAM: Brasil Batal Gugat

Indonesia Gara-gara Eksekusi Hukuman


Mati?
Maret
11
/ 2015
00:22 WIB
Oleh : Irene Agustine
Share this post :





Ilustrasi - Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Kurang harmonisnya hubungan Indonesia-Brasil belakangan ini


dinilai menjadi salah satu alasan ditundanya proses gugatan ekspor ayam ke Badan Penyelesaian
Sengketa (Dispute Settlement body /DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sebelumnya, Brasil menggugat Indonesia ke WTO tertanggal 16 Oktober 2014 karena


pemerintah dianggap menghambat masuknya produk daging ayam beku dan olahan dari negara
itu.

Rencananya, pengajuan gugatan itu akan dilanjutkan pada Maret ini melalui DSB. DSB
merupakan panel resmi yang bertugas membantu pembuatan keputusan atau rekomendasi kepada
negara yang bersengketa.

Namun, sampai saat ini belum ada surat resmi pengajuan Brasil terkait penyelesaian sengketa
kepada Indonesia untuk maju dari forum konsultasi menuju ke tingkatan yang lebih tinggi
tersebut.

Vice President for Feed Technology Charoen Phokpand/ Sekjen Asosiasi Produsen Pakan
Indonesia Desianto Budi Utomo memperkirakan Brasil tengah mencermati kembali posisi
dagang Indonesia setelah hubungan politik internasional antar keduanya merenggang

“Mereka tidak mengajukan dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan, seharusnya Maret
ini. Mungkin karena mempertimbangkan situasi keduanya sekarang ini,” katanya seperti dikutip
Bisnis, (10/3/2015).
Sejauh ini Brasil Brasil merupakan eksportir utama dunia untuk produk ayam dan olahannya
dengan rata-rata nilai ekspor mencapai US$ 7 miliar per tahun.

Brasil mengklaim dapat memproduksi 4 juta ton daging ayam berlabel halal dari total 1,8 juta ton
daging ayam yang diekspor setiap tahun. Selama ini, Brasil sudah mengekspor ayam beku ke
Asia seperti ke Jepang, Hong Kong, Singapura dan China.

Di sisi lain, Indonesia mengalami over suplai produksi day old chick (doc) atau ayam umur
sehari sepanjang tahun lalu. Rata-rata produksi DOC mencapai 49 juta ekor, padahal
kebutuhannya hanya 42 juta ekor.

Desianto mengatakan penundaan tersebut menguntungkan Indonesia. Pasalnya, apabila putusan


WTO menguntungkan Brasil, harga ayam produksi dalam negeri akan semakin tertekan dan
kalah bersaing.

Soalnya, biaya produksi ayam dan olahan di Brasil sangat kecil disebabkan industri perunggasan
negara itu bergerak secara masif sehingga biaya yang dikeluarkan efisien.

“Semua bisnis peternak kecil sampai besar akan terancam karena produk unggas kita akhirnya
lebih mahal,” jelasnya.

Dia berharap pemerintah bisa melakukan kajian secara menyeluruh mengenai standar halal yang
menjadi keberatan Indonesia dengan mendatangkan ahli untuk menepis gugatan itu.

“Bahwa dalam menetapkan produk ayam secara halal harus fully dedicated,” katanya.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syukur Iwantoro mengatakan ayam yang masuk ke
Indonesia hanya boleh masuk dalam bentuk utuh dan dari rumah pemotongan hewan halal yang
cara penyembelihanya dilakukan satu per satu.

“Seperti yang sudah kita lakukan disini (standar halal). Yang jelas tahun ini mereka tidak akan
mengajukan ke panel,” katanya.

Peraturan Menteri Pertanian No. 139/2014 pasal 13 ayat 1 menyebutkan unit usaha
harusmempunyai juru sembelih halal bagi rumah potong hewan selain rumah potong hewan babi
dan disupervisi oleh lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh otoritas halal Indonesia.

Adapun, rumah potong hewan unggas harus menerapkan penyembelihan secara manual untuk
setiap unggas oleh juru sembelih halal. Sementara itu, Brasil diduga belum menerapkan kedua
hal itu.

Tag : ayam
Editor : Andhika Anggoro Wening

Anda mungkin juga menyukai