Anda di halaman 1dari 40

Vol. 3, No.

1, Juni 2011 ISSN 2086-3602

Sain Med
JURNAL KESEHATAN

DAFTAR ISI (CONTENTS)

Halaman (Page)

1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Perolehan Indeks Prestasi D-III di STIKES Husada Jombang
Tahun Akademik 2010
(Relation Between Motivation Learn with Acquirement of Coed Achievement Index Mount I
Prodi D-III Midwifery of STIKES Husada Jombang Year 2010)
Siti Mudrikatin............................................................................................................................ 1–4
2. Hubungan Kepatuhan Menggosok Gigi dengan Terjadinya Caries Gigi di SDN Jabon I
Jombang
(Relation Compliance Brush Teeth with the Happening of Karies Tooth in SDN Jabon I
Jombang)
Siti Mudrikatin............................................................................................................................ 5–8
3. Strategi Penanganan Obesitas secara Aman dan Efektif
(Obesity Management Strategy in a Safe and Effective)
Nur Iffah...................................................................................................................................... 9–15
4. Penggunaan Garam Beryodium pada Ibu Rumah Tangga di Desa Bungu Kecamatan Bungkal
Ponorogo
(The Use Iodium Salt of House Wife in Bungu Bungkal District Ponorogo Village)
Mohamad Badri.......................................................................................................................... 16–19
5. Pola Pantang Makan Berhubungan dengan Proses Penyembuhan Luka Sirkumsisi
(Restriction Diet Related with Wound Healing Process of Sircumsisi)
Zauhani Kusnul H....................................................................................................................... 20–22
6. Hubungan antara Pengetahuan Remaja tentang Pendidikan Seks dengan Perilaku Seks Remaja
di SMU PGRI 2 Tuban
(The Correlation between Teenager’s Knowledge about Sexual Education and Their Sexual
Behavior among Teenagers in SMU PGRI 2 Tuban)
Miftahul Munir........................................................................................................................... 23–26
7. Hubungan Mutu Pelayanan Antenatal Care 7T terhadap Kepuasan Pasien di RSB Al Hasanah
Madiun
(Connection for Service Quality Antinatal Care 7T to the Patient Satisfaction Al Hasanah
Matering Hospital Madiun)
Rumpiati...................................................................................................................................... 27–30
8. Optimasi Formula Tablet Lepas Lambat Kaptopril Menggunakan Sistem Kombinasi Polimer
HPMC K4M dan Guar Gum
(Optimization of Formula Sustained Release Captopril Using Combination Polymer System
HPMC K4M and Guar Gum)
Angeline Rosiana dan Lannie Hadisoewignyo.......................................................................... 31–36

Dicetak oleh (printed by): Airlangga University Press. (137/09.11/AUP-120E). Kampus C Unair, Jln. Mulyorejo Surabaya 60115, Indonesia.
Telp. (031) 5992246, 5992247, Telp./Fax. (031) 5992248. E-mail:aupsby@rad.net.id. Kesalahan penulisan (isi) di luar tanggung jawab AUP
PANDUAN UNTUK PENULISAN NASKAH

Jurnal ilmiah SAINMED adalah publikasi ilmiah rujukan buku urutannya sebagai berikut: nama
enam bulanan yang diterbitkan oleh Kopertis Wilayah VII penulis, editor (bila ada), judul buku, kota penerbit,
Jawa Timur. Untuk mendukung penerbitan selanjutnya tahun penerbit, volume, edisi, dan nomor halaman.
redaksi menerima artikel ilmiah yang berupa hasil Untuk terbitan berkala urutannya sebagai berikut:
penelitian empiris dan artikel konseptual dalam bidang nama penulis, judul tulisan, judul terbitan, tahun
Ilmu Kesehatan. penerbitan, volume, dan nomor halaman.
Naskah yang diterima hanya naskah asli yang belum
pernah diterbitkan di media cetak dengan gaya bahasa Contoh penulisan Daftar Pustaka:
akademis dan efektif. Naskah terdiri atas: 1. Grimes EW, A use of freeze-dried bone in
1. Judul naskah maksimum 15 kata, ditulis dalam bahasa Endodontic, J. Endod, 1994: 20: 355–6
Indonesia atau bahasa Inggris tergantung bahasa 2. Cohen S, Burn RC, Pathways of the pulp. 5th ed., St.
yang digunakan untuk penulisan naskah lengkapnya. Louis; Mosby Co 1994: 127–47
Jika ditulis dalam bahasa Indonesia, disertakan pula 3. Morse SS, Factors in the emergence of infectious
terjemahan judulnya dalam bahasa Inggris. disease. Emerg Infect Dis (serial online), 1995
2. Nama penulis, ditulis di bawah judul tanpa disertai Jan–Mar, 1(1): (14 screen). Available from:
gelar akademik maupun jabatan. Di bawah nama URL: http//www/cdc/gov/ncidod/EID/eid.htm.
penulis dicantumkan instansi tempat penulis bekerja. Accessed Desember 25, 1999.
3. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris tidak lebih dari 200 kata diketik 1 (satu) spasi. Naskah diketik 2 (dua) spasi 12 pitch dalam program
Abstrak harus meliputi intisari seluruh tulisan yang MS Word dengan susur (margin) kiri 4 cm, susur kanan
terdiri atas: latar belakang, permasalahan, tujuan, 2,5 cm, susur atas 3,5 cm, dan susur bawah 2 cm, di atas
metode, hasil analisis statistik, dan kesimpulan, kertas A4.
disertakan pula kata kunci. Setiap halaman diberi nomor halaman, maksimal
4. Artikel hasil penelitian berisi: judul, nama penulis, 12 halaman (termasuk daftar pustaka, tabel, dan gambar),
abstrak, pendahuluan, materi, metode penelitian, naskah dikirim sebanyak 2 rangkap dan 1 disket atau CD.
hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, dan daftar Redaksi berhak memperbaiki penulisan naskah tanpa
pustaka. mengubah isi naskah tersebut. Semua data, pendapat
5. Artikel konseptual berisi: judul, nama penulis, abstrak, atau pernyataan yang terdapat pada naskah merupakan
pendahuluan, analisis (kupasan, asumsi, komparasi), tanggung jawab penulis. Naskah yang tidak sesuai dengan
kesimpulan dan daftar pustaka. ketentuan redaksi akan dikembalikan apabila disertai
6. Tabel dan gambar harus diberi nomor secara berurutan perangko.
sesuai dengan urutan pemunculannya. Setiap gambar
dan tabel perlu diberi penjelasan singkat yang
Naskah dapat dikirim ke alamat:
diletakkan di bawah untuk gambar. Gambar berupa
foto (kalau ada), disertakan dalam bentuk mengkilap Redaksi/Penerbit:
(gloss). Kopertis Wilayah VII Jawa Timur d/a Sub Bagian
7. Pembahasan berisi tentang uraian hasil penelitian, Kelembagaan dan Kerja Sama
bagaimana penelitian yang dihasilkan dapat Jl. Kertajaya Indah Timur No. 55
memecahkan masalah, faktor-faktor apa saja yang Telp. (031) 5925418-5925419, 5947473,
memengaruhi hasil penelitian dan disertai pustaka Fax. (031) 5947479
yang menunjang. E-mail: info@kopertis7.go.id
8. Daftar pustaka, ditulis sesuai aturan penulisan Homepage: www.kopertis7.go.id.
Vancouver, disusun berdasarkan urutan SURABAYA
kemunculannya bukan berdasarkan abjad. Untuk


Hubungan Motivasi Belajar dengan Perolehan Indeks Prestasi D-III


di STIKES Husada Jombang Tahun Akademik 2010
(Relation Between Motivation Learn with Acquirement of Coed Achievement
Index Mount I Prodi D-III Midwifery of STIKES Husada Jombang Year 2010)

Siti Mudrikatin
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang

abstrak
Motivasi belajar merupakan kekuatan yang dapat menggerakkan individu untuk belajar. Motivasi belajar ini dapat berasal dari
dalam diri mahasiswa (intrinsik) dan dari luar diri mahasiswa (ekstrinsik). Indeks prestasi merupakan salah satu tolak ukur dari
mahasiswa terhadap tingkat kecerdasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara motivasi belajar dengan
perolehan indeks prestasi mahasiswi tingkat I Prodi D-III Kebidanan STIKES Husada Jombang. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi tingkat I Prodi D-III Kebidanan STIKES Husada Jombang
yang berjumlah 127 mahasiswi. Sedangkan teknik sampling yang digunakan yaitu dengan teknik total sampling. Pengumpulan
data dengan kuesioner dan data sekunder (studi dokumentasi). Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
korelasi rank spearman. Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa sebagian besar motivasi belajar responden
adalah sedang yaitu sebanyak 84 responsden, dan hanya 3 responden yang mempunyai motivasi belajar yang lemah. Sedangkan
untuk indeks prestasi sebagian besar reponden penelitian ini adalah sangat memuaskan yaitu sebanyak 76 responsden. Dari hasil
uji korelasi statistik rank spearman didapatkan hasil t hitung < t tabel (0,38, 1,962), sehingga dalam penelitian ditemukan bahwa tidak
terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan perolehan indeks prestasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah indeks prestasi
mahasiswa tidak dipengaruhi oleh motivasi belajar, namun masih ada faktor lain yang dapat memengaruhi indeks prestasi belajar, di
antaranya adalah kondisi fisiologis, kondisi psikologis, sikap terhadap guru dan mata kuliah, kemampuan pembawaan, bimbingan dan
ulangan. Untuk itu, hendaknya pada penelitian selanjutnya meneliti variabel lain untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan
memengaruhi perolehan indeks prestasi mahasiswa.

Kata kunci: motivasi, belajar, indeks prestasi

abstract
Motivation learn to represent strength of which can move individual to learn. Motivation learn this can come from within student
them self (intrinsik) and from outside student them self (ekstrinsik). Achievement index represent one of the yardstick of student to its
intellegence storey; level. This research aim to identify relation between motivation learn with acquirement of coed achievement index
mount I Prodi D-III Midwifery of STIKES of Husada Jombang. This research use descriptive method of correlation. Population in this
research is all coed mount I Prodi D-III Midwifery of STIKES Husada Jombang amounting to 127 coed. While used sampling technique
that is with total technique of sampling. Data collecting with data and kuesioner of sekunder (documentation study). Data-Processing
technique in this research use correlation technique of rank spearman. Result of research which have been done, to be got by data that
most motivation learn responsder is that is counted 84 responsder, and only 3 responsder having motivation learn weak. While for the
index of achievement most this research reponden is very gratifying that is counted 76 responsdent. From result of statistical correlation
test of spearman rank got by result of thitung < ttables of (0.38, 1.962), so that in research found that not relation between motivation learn
with acquirement of achievement index. Conclusion of which can pulled is student achievement index not influence by motivation learn,
but factor there is still be able to other influence achievement index learn, among others is the condition of physiologis, psychological
condition, attitude to eye and teacher of study, ability of born in, restating and tuition. For that, shall research hereinafter check other
variable to know factor what most dominant influence acquirement of student achievement index.

Key words: motivation, learn, achievement index

pendahuluan yang berat dan harus kita lakukan adalah bagaimana


mempersiapkan seorang anak didik untuk hidup dalam
Pada saat ini kita sudah memasuki tahun 2011 atau lingkungan yang selalu dinamis dan penuh kompetitif
memasuki millenium ketiga. Tantangan yang dihadapi dengan tuntutan sebagai seorang bidan adalah dapat
tidak sedikit, kita bukan lagi hidup dalam alam kehidupan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
tradisional dan kehidupan industri, tetapi menurut Hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 10
futurulog Alvin Toffler, kita sedang hidup dalam alam Januari 2010 terhadap 15 mahasiswa Tingkat I STIKES
kehidupan komunikasi dan informasi. Institusi pendidikan Husada Prodi D-III Kebidanan di Jombang didapatkan
memainkan peranan yang cukup besar dalam mendidik data bahwa motivasi belajar kuat sebanyak 20% dengan
mahasiswa yang sesuai dengan kompetensinya. Tugas indeks prestasi antara 2,90–3,10, sedangkan motivasi
 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 1–4

belajar sedang 60% dengan indeks prestasi antara Menurut jenis hubungannya terdapat bermacam-
2,43–2,78, dan motivasi belajar lemah sebanyak 20% macam variabel, antara lain variabel bebas (independen),
dengan indeks prestasi antara 2,10–2,35. Berdasarkan data tergantung (dependen), moderator (intervening),
di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi memengaruhi perancu (confounding), kendali atau control dan random
perolehan indeks prestasi. Hal ini juga sama seperti (Nursalam, 2003). Adapun variabel yang didefinisikan
yang dikemukakan oleh Irawan dalam penelitiannya dalam penelitian ini tersaji pada Tabel 1.
tentang prestasi belajar mahasiswa menunjukkan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
motivasi belajar sebagai faktor yang banyak berpengaruh (Arikunto, 2002). Populasi penelitian ini adalah
terhadap proses dan hasil belajar mahasiswa (Mustakim, mahasiswa Kebidanan tingkat I STIKES Husada Jombang
1997). Padahal untuk standar Indeks Prestasi minimal Tahun Akademik 2010 yang keseluruhan berjumlah
yang ditetapkan oleh STIKES Husada Jombang adalah 127 mahasiswa.
3,0. Dari hasil studi pendahuluan dengan melihat indeks Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
prestasi mahasiswa pada kartu hasil studinya dapat yang diteliti. 3 Dalam penelitian ini menggunakan
diketahui bahwa ± 70% mahasiswa tingkat I Prodi D-III total sampling, yaitu teknik penentuan sampel di mana
Kebidanan memiliki nilai Indeks prestasi di bawah 3,0. seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel.4
Dengan motivasi diharapkan hasil belajar mahasiswa Hal ini berarti sampel dalam penelitian ini adalah
dapat meningkat dengan metode atau cara-cara seperti seluruh mahasiswa Kebidanan tingkat I STIKES Husada
mahasiswa harus belajar meski tidak ada tugas atau ujian. Jombang.
Berdasar latar belakang di atas, maka peneliti dapat Lokasi penelitian di STIKES Husada Jombang
merumuskan masalah penelitian, yaitu “Adakah hubungan kampus Jl. Veteran Mancar Peterongan Jawa Timur yang
antara motivasi belajar dengan perolehan Indeks Prestasi dilakukan pada bulan Januari tahun 2010.
mahasiswi tingkat I STIKES Husada Jombang Prodi Instrumen adalah alat ukur atau fasilitas yang
D-III Kebidanan Tahun Akademik 2010?” digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
Motivasi Belajar dengan Perolehan Indeks Prestasi dalam arti cermat, lengkap, dan sistematisnya sehingga
mahasiswi tingkat I STIKES Husada Jombang Prodi lebih mudah diolah.3 Pengumpulan data pada penelitian
D-III Kebidanan Tahun Akademik 2010. ini dengan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner
untuk motivasi belajar yang terdiri atas 15 pernyataan
positif dan 5 pernyataan negatif yang diukur dengan
materi dan metode penelitian menggunakan skala likert.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan
3 langkah, yaitu: Tabulasi, Coding, Pengolahan Data.
untuk menjawab pertanyaan dan mengantisipasi beberapa
Dalam penelitian ini menggunakan korelasi tata
kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian.1
jenjang yang disebut dalam istilah bahasa inggris Rank
Rancangan penelitian Case Control adalah rancangan
Difference Correlation atau Rank Order Corelation,
penelitian dengan cara membandingkan kelompok kasus
karena untuk menentukan hubungan dua gejala yang
dengan kelompok kontrol dengan tujuan mengetahui
kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang.
proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya
Rumus ini dikemukakan oleh Spearman.
sebuah paparan.2

Tabel 1. Variabel penelitian

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Variabel bebas Kekuatan yang dapat 1. Perasaan menyenangi materi Kuesioner Ordinal Kuat: 76–100%
(independent) menggerakkan individu 2. Kebutuhan terhadap materi Sedang: 56–75%
Motivasi Belajar untuk belajar 3. Pujian atau hadiah Lemah: £ 55%
4. Peraturan atau tata tertib
5. Suri tauladan orang tua
6. Guru atau Dosen

Variabel Hasil dari evaluasi proses Kartu Hasil Studi D-III Data Ordinal Cumlaude 3,51–4
tergantung belajar yang diperoleh Kebidanan yang diterbitkan oleh sekunder Sangat memuaskan
(dependent) dari penjumlahan masing- STIKES Husada Jombang 3,01–3,50
Indeks Prestasi masing nilai mata kuliah Memuaskan 2,01–3,00
dibagi dengan jumlah mata Kurang Memuas < 2,01
kuliah dalam satu semester
Mudrikatin: Hubungan motivasi belajar dengan perolehan indeks prestasi 

hasil yang mendapatkan indeks prestasi kurang memuaskan


(Tabel 3).
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Januari
2010 di STIKES Husada Jombang, mahasiswi tingkat I Analisis Hasil
program studi D-III Kebidanan. Jumlah sampel adalah Analisis hasil penelitian hubungan motivasi belajar
127 responden (total sampling). Lembar kuesioner yang dengan perolehan indeks prestasi mahasiswi tingkat I
digunakan sebagai alat pengumpul data dari responden Kebidanan STIKES Husada Jombang Tahun Akademik
yang terdiri atas 20 pernyataan tertutup dengan 2010. Setelah dilakukan analisis statistik nonparametrik
menggunakan skala likert. Sedangkan indeks prestasi dengan uji korelasi rank spearman dengan tingkat
yang dipakai dalam penelitian ini adalah indeks prestasi kemaknaan 0,05 dan didapatkan hasil (t hitung < t tabel)
mahasiswa semester I. Adapun data yang berhasil (0,57 < 2,162). Hal ini berarti Ho diterima, yaitu tidak
dikumpulkan adalah sebagai berikut: ada hubungan antara motivasi belajar dengan perolehan
indeks prestasi (Tabel 4).
Tabel 2. Distribusi frekuensi motivasi belajar mahasiswi Adapun analisis datanya adalah sebagai berikut:
tingkat I D-III Kebidanan STIKES Husada
Jombang, Tahun Akademik 2010 r Ön - 2 0,032 Ö127 - 2 0,032 × 11,18 0,38
t= = = = = 0,38
Ö1 - r2 Ö1 - (0,032)2 Ö1 - 0,001024 0,99
No Motivasi Belajar Frekuensi Persentase (%)
1 Kuat   38   29,9 t hitung < t tabel = 0,38 < 1,962, artinya Ho diterima,
2 Sedang   86   67,7 jadi tidak ada hubungan antara motivasi belajar dengan
3 Lemah   3   2,4 perolehan Indeks Prestasi.
Jumlah 127 100
Sumber: Kuesioner Tahun 2010
pembahasan

Tabel 3. Distribusi frekuensi indeks prestasi mahasiswi Hasil analisis statistik nonparametrik korelasi rank
tingkat I D-III Kebidanan STIKES Husada spearman dengan tingkat kemaknaan 0,05 dan didapatkan
Jombang, Tahun Akademik 2010 hasil t hitung 0,38. Karena t hitung < t tabel atau 0,38 < 1,962
maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan antara
No Indeks Prestasi Frekuensi Persentase (%) motivasi belajar dengan perolehan indeks prestasi. Tidak
1 Cumlaude   3   2,4 adanya hubungan tersebut dimungkinkan karena adanya
2 Sangat Memuaskan   74   58,3 perbedaan motivasi dari masing-masing mahasiswi
3 Memuaskan   48   37,8 untuk mencapai hasil yang maksimal, motivasi tersebut
4 Kurang Memuaskan   2   1,6 antara lain ingin mendapatkan penghargaan baik dari
Jumlah 127 100 STIKES Husada Jombang maupun dari orang tuanya
Sumber: Kuesioner Tahun 2010 jika memperoleh indeks prestasi yang baik dan takut
tertinggal atau terhambat masa studinya jika mereka
Sebagian besar motivasi belajar mahasiswa yaitu mempunyai indeks prestasi yang tidak memuaskan.
sedang sebanyak 86 responden (67,7%), dan hanya
3 responden yang memiliki motivasi belajar yang lemah
(2,4%) (Tabel 2). simpulan
Sebagian besar responden yang mendapatkan
indeks prestasi sangat memuaskan sebanyak Pada bagian ini akan diuraikan beberapa simpulan
74 responden (58,3%), dan hanya 2 (1,6%) responden dari penelitian ini yakni sebagai berikut: Sebagian

Tabel 4. Tabel silang hubungan motivasi belajar dengan perolehan mahasiswi tingkat I Prodi D-III Kebidanan STIKES
Husada Jombang Tahun Akademik 2010

Indeks Prestasi Total


Motivasi Belajar Sangat Kurang
Cumlaude Memuaskan Frekuensi Persentase
Memuaskan Memuaskan
Kuat 1 18 19 0   38   29,9
Sedang 2 54 28 2   86   67,7
Lemah 0  2  1 0   3   2,4
Total 3 74 48 2 127 100
Sumber: Kuesioner Tahun 2010
 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 1–4

besar motivasi responden sedang yaitu sebanyak 86 daftar pustaka


responden (67,7%) dan hanya 3 responden (2,4%) yang
memiliki motivasi belajar yang lemah. Sebagian besar 1. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
responden dengan indeks prestasi sangat memuaskan 2. Alimul, 2003.
yaitu 74 responden (58,3%), dan hanya 2 responden 3. Arikunto S, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
(1,6%) yang mendapatkan indeks prestasi kurang Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
memuaskan. Uji statistik rank spearman dengan 4. Notoatmodjo, Soekidjo, 1999. Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: Rineka Cipta.
tingkat kemaknaan p = 0,05, didapatkan hasil 0,38 dan
t tabel = 1,962, sehingga t hitung < t tabel. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima.


Hubungan Kepatuhan Menggosok Gigi dengan Terjadinya Caries


Gigi di SDN Jabon I Jombang
(Relation Compliance Brush Teeth with the Happening of Karies Tooth in SDN
Jabon I Jombang)

Siti Mudrikatin
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang

abstrak
Lubang pada gigi (karies gigi) merupakan masalah utama pada anak usia sekolah. Salah satu penyebabnya adalah sisa makanan
yang tertinggal pada gigi atau pada suatu permukaan gigi dan kemudian meluas kebagian yang lebih dalam dari gigi. Jika gigi tidak
dirawat dengan baik, maka akan menyebabkan bau mulut dan terjadi karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh kepatuhan menggosok gigi terhadap terjadinya karies gigi di SDN Jabon I Jombang, dengan jumlah sampel 36 siswa dan
menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011. Data ini didapatkan dengan cara
wawancara, kuesioner dan observasi, untuk mengumpulkan data dilakukan scoring, dihitung dan ditabulasi dengan menggunakan
teknik presentasi. Hasil penelitian kepatuhan ini bahwa kepatuhan menggosok gigi di SDN Jabon I Jombang adalah cukup dengan
presentasi 55,6% dari 36 responden dan terjadinya karies gigi di SDN Jabon I Jombang adalah sedang dengan presentasi 50% dari
36 responsden. Karies gigi dapat disebabkan oleh jenis makanan yang dikonsumsi, cara perawatan gigi yang kurang baik, kurangnya
frekuensi memeriksakan gigi ke dokter gigi, kurangnya menjaga kebersihan sikat gigi, kurangnya pengetahuan terhadap penularan
karies gigi. Agar tidak terjadi karies gigi maka kita harus menjaga makanan yang dikomsumsi dan melakukan perawatan gigi secara
benar, yaitu menggosok gigi sebelum tidur, sebelum dan sesudah makan pagi, serta tidak lupa untuk memeriksakan gigi setiap 6 bulan
sekali.

Kata kunci: Karies gigi, kepatuhan menggosok gigi

abstract
Hole at tooth (tooth carries) representing main problem at school age child. One of th its cause is pigswill which is left behind
at tooth or at one particular surface of tooth and later then extend shares which is deeper than tooth. If tooth is not taken care of
better, hence will cause aroma trap and happened tooth carries. This research aim to identify compliance influence brush teeth to the
happening of tooth carries in SDN Jabon I Jombang, with amount of sample 36 student and use sampling purposive technique. Intake
of Data done/conducted in January 2011. This data is got by interview, observation and questioner, to collect data done/conducted by
scoring, counted/calculated and tabulation by using presentation technique. Result of research of this compliance that compliance brush
teeth in SDN Jabon I Jombang is enough with presentation 55.6% from 36 responsder and the happening of tooth carries in SDN Jabon
I Jombang is medium with presentation 50% from 36 responsder. Tooth Carries earn because of consumed food type, unfavorable tooth
cures, lack of frequency check tooth to dentist, lack of toothbrush keep cleaning, lack of knowledge to infection of tooth carries. In order
not to happened tooth carries hence we have to take care of food which is consumed and conduct]treatment of tooth real correctly, that
is brush teeth before sleep, before and after breakfast, and also do not forget to check tooth each every 6 months once.

Key words: Carries Tooth, compliance brush teeth

pendahuluan Akibat dari gigi berlubang, dapat memengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyakit gigi dan
Lubang pada gigi (karies gigi) merupakan masalah
mulut lainnya adalah penyakit yang sangat bisa dicegah.
utama pada anak usia sekolah. Salah satu penyebabnya dari
Penelitian menunjukkan menyikat gigi di pagi hari
karies gigi adalah sisa-sisa makanan yang tertinggal pada
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur dengan
gigi. Menurut Statistik, karies gigi adalah penyakit yang
pasta gigi ber-fluoride sangat efektif untuk bisa mencegah
paling sering terjadi pada manusia. Penyakit gigi yang
gigi berlubang hingga 50%.
sering diderita oleh anak-anak adalah gigi berlubang.1
Oleh karena itu dalam upaya pencegahan terhadap
Sedangkan pada Studi Lapangan di Jombang 90%
penyakit gigi anak, memerlukan peranan ibu yang cukup
anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80%
besar dalam mendidik dan mengajarkan cara hidup
menderita penyakit gusi. Sebanyak 89% anak di Jombang
sehat bagi anak-anaknya. Departemen Kesehatan telah
di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut.
Kondisi seperti ini akan berpengaruh pada derajat memprogramkan upaya promotif dan preventif untuk
kesehatan mereka, proses tumbuh kembang bahkan masa anak usia sekolah melalui Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
depan mereka. Sebanyak 60% penduduk kota Jombang (UKGS) dan untuk masyarakat melalui Usaha Kesehatan
menderita penyakit gigi dan mulut.2 Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 5–8

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan 60 siswa. Pada penelitian ini, sampel yang diambil
masalah sebagai berikut “Apakah kepatuhan menggosok adalah siswa/siswi kelas IV SDN Jabon I Jombang.
gigi berhubungan dengan terjadinya Caries Gigi Siswa Untuk menentukan banyaknya anggota sampel, peneliti
SD Kelas IV SDN Jabon I Jombang Tahun 2011?”. menggunakan rumus sebagai berikut:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
N
hubungan kepatuhan menggosok gigi dengan terjadinya
n = 1 + N(d2)
Caries Gigi Siswa SD Kelas IV SDN Jabon I Jombang
tahun 2011. 60 siswa
n = 1 + 60(0,052)
materi dan metode penelitian n = 52
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling yang digunakan adalah purposive
desain studi korelasi yaitu mengkaji hubungan antara sampling adalah sampel bertujuan dilakukan dengan cara
variabel. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini mengambil subjek bukan didasarkan atas strata. Random
yaitu dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.4
Pendekatan retrospective adalah penelitian yang Diambil dari responden di SDN Jabon I Jombang.
berusaha melihat kebelakang (backward looking) artinya Variabel independen, adalah kepatuhan menggosok
pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah gigi, Variabel dependen adalah karies gigi (Tabel 1).
terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya Penelitian dilakukan di SDN Jabon I Jombang mulai
atau variabel yang memengaruhi akibat tersebut.3 bulan Januari–Mei 2011.
Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa/ Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
siswi SD Kelas IV di SDN Jabon I Jombang sebanyak penelitian ini adalah kuesioner, yang dimaksud kuesioner

Tabel 1. Definisi operasional penelitian hubungan kepatuhan menggosok gigi dengan terjadinya karies gigi siswa SD
kelas IV SDN Jabon I Jombang Tahun 2011

Definsi
No Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
1 Variabel Sikap positif a. Definisi kepatuhan Quesioner Nominal Patuh : 1
Independen: yang ditunjukkan b. Faktor-faktor yang memengaruhi Tidak patuh: 0
Kepatuhan dalam mencapai kepatuhan
tujuan terapi. 1. Pola kepatuhan umum
(Dongoes, et. all, 2. Persepsi kerantanan diri sendiri
2004) terhadap penyakit
3. Peran serta keluarga
c. Faktor-faktor yang memengaruhi
ketidakpatuhan.
d. Strategi untuk meningkatkan
kepatuhan.
e. Mengurangi kepatuhan

2 Variabel Kerusakan 1. Karies gigi rendah Observasi Ordinal Skor 1 = Karies gigi
Dependen: pada gigi yang a. Terjadi pada permukaan licin rendah = karies pada
Karies gigi disebabkan oleh b. Karies ditandai dengan bintik permukaan licin/rata
bakteri dan sisa putih buram (white spot) Skor 2 = Karies gigi
makanan. (Aziz c. Bisa dicegah dengan gosok sedang = karies pada
Ahmad, 2004) gigi pit/fissure
2. Karies gigi sedang Skor 3 = Karies gigi
a) Terbentuk pada gigi belakang tinggi = Karies pada
b) Karies mengenai dentin akar gigi
c) Mulai merasa sakit jika
minum-minuman dingin atau
manis
d) Masih bisa ditambal
3. Karies gigi tinggi
a) Pembusukan pada pulpa
b) Tumbuh rasa sakit meskipun
tidak ada rangsangan
c) Ada peradangan pada gusi
Mudrikatin: Hubungan kepatuhan menggosok gigi dengan terjadinya caries gigi 

adalah jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan Tabel 3 menunjukkan bahwa 24 responden (46,2%)
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti adalah tingkat Caries gigi sedang dan 6 responden
laporan pribadinya didata penelitian ini kuesioner yang (11,5%) tingkat Caries gigi tinggi.
digunakan adalah angket yang tertutup artinya angket
sudah disediakan jawabannya dan responden tinggal Hubungan Kepatuhan menggosok gigi dengan terjadinya
memberikan tanda cek (V) atau silang (X) pada jawaban caries gigi
yang disediakan.3
Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data Tabel 4. Tabulasi Silang Kepatuhan Menggosok Gigi
dengan tahapan sebagai berikut: Editing (Pengeditan), dengan Terjadinya Caries Gigi pada Siswa
Editing, Coding (Memberi kode), Skoring, Tabulating SD Kelas IV SDN Jabon I Jombang Periode
(Tabulasi). Januari–Mei tahun 2011
Jenis analisis data yang digunakan Karena pada
Caries gigi
penelitian ini menggunakan analisa bivariate maka uji Kepatuhan Jumlah
statistiknya menggunakan Mann-Whitney digunakan Menggosok Tinggi Sedang Rendah
untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel independen gigi Frek % Frek % Frek % Frek %
bila datanya terbentuk ordinal. Yang akan diukur melalui Patuh 0   ,0 11 21,2 16 30,8 27   51,9
SPSS 16. Tidak
Dengan tingkat signifikan r > 0,05 dinyatakan 6 11,5 13 25,0  6 11,5 25   48,1
patuh
ada hubungan 2 variabel yang signifikan dan berarti Jumlah 6 11,5 24 46,2 22 42,3 52 100,0
Ho ditolak dan Hi diterima, bila tidak ada hubungan Sumber: Data primer diolah tahun 2011.
signifikan berarti Ho diterima dan Hi ditolak (kombinasi
antara Hidayat, 2008 dan Dahlan, 2008).
Tabel tabulasi silang Hubungan Kepatuhan
Menggosok Gigi dengan Terjadinya Caries Gigi pada
Siswa SD Kelas IV SDN Jabon I Jombang Periode
hasil
Januari–Mei tahun 2011 menunjukkan bahwa sebanyak
Kepatuhan Menggosok gigi 16 responden (30,8%) responden patuh dalam menggosok
gigi dan caries giginya rendah, 11 responden (21,2%)
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan siswa patuh menggosok gigi dan caries giginya sedang.
Kepatuhan Mengosok Gigi Siswa SD Kelas IV Sedangkan siswa yang tidak patuh menggosok gigi 25
di SDN Jabon I Jombang Periode Januari–Mei responden (48,1%) terdiri dari 13 responden (25,0%)
tahun 2011 caries giginya sedang, dan 6 responden (11,5%) caries
giginya tinggi.
No Kepatuhan Frekuensi Persentase (%) Hasil U test (Mann-Whitney Test), selengkapnya
1 Patuh 27   51,9 penulis sajikan pada Tabel 5.
2 Tidak patuh 25   48,1
Jumlah 52 100
Sumber: Data primer diolah tahun 2011 Tabel 5. Hasil Uji Mann Whitney Test Correlation
Hubungan Kepatuhan Menggosok Gigi dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa 27 responden (51,9%) Terjadinya Caries Gigi pada Siswa SD Kelas IV
adalah patuh menggosok gigi dan 25 responden (48,1%) SDN Jabon I Jombang
tidak patuh menggosok gigi. Test Statisticsa
Karier gigi
Caries gigi
Mann-Whitney U 185.500
Wilcoxon W 563.500
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Caries Gigi Siswa SD Kelas IV di SDN Jabon I Z -3.065
Jombang Periode Jan-Mei tahun 2011 Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a Grouping Variable: Kepatuhan
No Caries Gigi Frekuensi Prosentase (%)
1 Ringan 22   42,3 Berdasarkan ketentunan di atas maka Zh = -3,065 <
2 Sedang 24   46,2 1,96, dan sig. 0,000 < 0,05, dengan demikian H0 ditolak,
3 Tinggi  6   11,5 kesimpulannya, ada hubungan kepatuhan menggosok
Total 52 100,0 gigi dengan terjadinya caries gigi pada siswa SD Kelas
Sumber: Data primer diolah tahun 2011 IV SDN Jabon I Jombang.
 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 5–8

pembahasan sama. Di mana hasil penelitian Ana Nurmaningsih


Kepatuhan Menggosok Gigi
memberikan kesimpulan bahwa ada hubungan antara
kepatuhan menggosok gigi dengan terjadinya caries gigi,
Data hasil penelitian seperti yang telah ditunjukkan hal ini dibuktikan dengan hasil < 0,05, penelitian ini
pada tabel kepatuhan menggosok gigi siswa SDN Jabon menyebutkan bahwa karies gigi dapat disebabkan oleh
I Jombang yang ditabulasikan pada Tabel 2 menunjukkan jenis makanan yang dikonsumsi, cara perawatan gigi
bahwa 27 responden (51,9%) adalah patuh menggosok yang kurang baik, kurangnya frekuensi memeriksakan
gigi dan 25 responden (48,1%) tidak patuh menggosok gigi ke dokter gigi. Kurangnya menjaga kebersihan
gigi. sikat gigi, kurangnya pengetahuan terhadap penularan
Safarino5 dikutip oleh Smet B. (2002) berpendapat karies gigi. Dan rekomendasi yang diberikan dalam
bahwa dan perilaku kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penelitiannya adalah agar tidak terjadi karies gigi maka
penderitaan melaksanakan pengobatan yang disarankan kita harus menjaga makanan yang dikonsumsi dan
oleh dirinya atau orang lain. melakukan perawatan gigi secara benar, yaitu menggosok
Berdasarkan teori-teori tentang kepatuhan maka gigi sebelum tidur, sebelum dan sesudah makan pagi serta
upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan tidak lupa untuk memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali
kepatuhan siswa dalam segala peraturan khususnya perlu dilakukan berbagai pendekatan yang mendukung
masalah kesehatan gigi antara lain adalah menerapkan kepatuhan sehingga kepatuhan siswa khususnya SDN
pola kepatuhan yang fleksibel dan bersahaja, dengan cara Jabon I Jombang dengan melakukan kontrol perlaku;
memberikan contoh positif pada saat melakukan gosok memberikan dukungan sosial dan dukungan profesional.
gigi.

Kejadian Caries Gigi Siswa SD Kelas IV SDN Jabon I


simpulan
Jombang
Hasil penelitian seperti disajikan pada Tabel 3 Kepatuhan menggosok gigi siswa SD SDN Jabon I
menunjukkan bahwa 24 responden (46,2%) adalah Jombang menunjukkan sebanyak 27 responden (51,9%)
tingkat caries gigi sedang, 22 responden (42,3%) caries adalah patuh menggosok gigi dan 25 responden (48,1%)
gigi ringan dan 6 responden (11,5%) tingkat Caries gigi tidak patuh menggosok gigi.
tinggi. Karies gigi siswa SD kelas IV SDN Jabon I Jombang
Dalam buku Kapita Selekta, Jilid I dinyatakan menunjukkan bahwa 24 responden (46,2%) adalah
bawah karies gigi adalah Suatu penyakit jaringan keras tingkat caries gigi sedang, 22 responden (42,3%) caries
gigi (email, dentin dan sementum) yang bersifat kronik gigi ringan dan 6 responden (11,5%) tingkat Caries gigi
progresif dan disebabkan aktivitas jasad renik dalam tinggi.
karbohidrat yang dapat diragikan. Analisis hubungan Kepatuhan Menggosok Gigi
Hal senada juga diungkapkan oleh Dorland (2006) dengan Terjadinya Karies Gigi pada Siswa Kelas IV
menyatakan caries gigi merupakan suatu penyakit yang SDN Jabon I Jombang menunjukkan adanya hubungan
mengenai jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan kepatuhan menggosok gigi dengan terjadinya karies
sementum, berupa daerah yang membusuk pada gigi, gigi pada siswa kelas IV SDN Jabon I Jombang. Hal ini
terjadi akibat proses yang secara bertahap melarutkan dibuktikan dari hasil uji U test di atas, di mana didapat
mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian harga Zh = -3,065. dengan Asymp. sig = 0,000, dengan
dalam gigi. demikian H0 ditolak dan Ha diterima, kesimpulannya,
Berdasarkan data dan teori-teori tentang karies gigi di ada hubungan kepatuhan menggosok gigi dengan
atas, pada simpulan pertama peneliti tetap menekankan terjadinya caries gigi pada siswa SD Kelas IV SDN Jabon
pada aspek yang pertama dan aspek kedua. Aspek I Jombang.
1) yaitu menjaga kebersihan mulut dengan melakukan
gogok gigi secara teratur dan banyak mengunya. Aspek
2) adalah makanan. Siswa SDN menjaga makanan yang daftar pustaka
dimakan, tidak sembarangan. Karena makanan yang
mengandung karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan 1. Pratiwi, Donna. Gigi Sehat dan Cantik Perawatan Praktis Sehari-
gigi, terutama gula. Berkumur-kumur setelah memakan hari. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 2009.
makanan manis akan sedikit mengurangi gula yang 2. Dinkes Jombang, 2011.
3. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi
menempel pada gigi, tetapi cara yang lebih efektif adalah Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005.
menggosok gigi. 4. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
PT Rineka Cipta. Jakarta. 1998.
Hubungan Kepatuhan Menggosok Gigi dengan Terjadinya 5. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Pedoman Praktis Pelayanan
Karies Gigi pada Siswa Kelas IV SDN Jabon I Jombang. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI.
2000.
Penelitian ini bila dibandingkan dengan hasil
penelitian Ana Nurmaningsih menunjukkan hasil yang


Strategi Penanganan Obesitas secara Aman dan Efektif


(Obesity Management Strategy in a Safe and Effective)

Nur Iffah
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPIEK IKIP Budi Utomo

abstrak
Dahulu kegemukan menjadi kebanggaan, mode bagi eksekutif, namun pandangan itu berubah setelah diketahui obesitas bukan
hanya masalah estetika, tetapi penyebab: (1) faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, stroke, hipertensi,
gout, batu kandung empedu, (2) penyulit waktu kehamilan dan pembedahan, (3) memengaruhi sistem gerak tubuh, (4) obesitas berat
mengganggu paru-paru. Obesitas suatu keadaan fisiologis akibat penimbunan lemak di dalam tubuh merupakan epidemik di negara
maju dan berkembang. Prevalensinya meningkat signifikan dalam beberapa dekade terakhir sebagai masalah kesehatan masyarakat
yang utama. Peningkatan sosial ekonomi berpengaruh terhadap perubahan pola makan masyarakat, banyak mengkonsumsi
karbohidrat, lemak menjadi pemicu. Bouchard 1991 membuktikan, penyebab utamanya 95% akibat gangguan pola makan dan hanya
5% yang disebabkan faktor genetik. Dari tipenya, tipe android visceral yang paling berisiko terjadinya penyakit degenerative dan faktor
lain: (1) makan berlebihan (sering gemil, konsumsi lemak dan karbohidrat yang semula bahan tepung bergeser ke bahan yang mudah
diserap, (2) salah memilih jenis makanan, (3) pengaruh lingkungan, (4) psikologis, (5) keturunan, (6) ras, (7) jenis kelamin, (8) umur
dan kehamilan, (9) penyakit, serta (10) pengaruh aktivitas. Strategi penanganannya dengan motivasi yang kuat perlu ditumbuhkan
dan disadarkan bahwa penurunan berat badan (BB) bertujuan agar lebih menarik dan yang terpenting lebih sehat. Dengan mengubah
gaya hidup, support dari orang terdekat dan berolahraga secara teratur dapat menurunkan BB. Diet dan olahraga tidak hanya waktu
tertentu, tetapi sesudah tercipta BB yang dikehendaki, harus tetap dipertahankan agar terjadi pengeluaran kalori dan untuk membentuk
tubuh, bila tidak tercapai maka obat (terutama isomeride) membantu penanganan obesitas secara aman dan efektif.

Kata kunci: obesitas dan permasalahannya, strategi penanganan obesitas

abstract
Formerly overweight pride, for the executive mode, but that view changed after it was revealed obesity is not just an
aesthetic issue, but the cause: (1) risk factor for coronary heart disease, diabetes mellitus, stroke, hypertension, gout,
gall bladder stones, (2) time and surgical complications of pregnancy, (3) affect the body’s motion system, (4) severe obesity
disrupt the lungs. Obesity is a physiological condition due to accumulation of fat in the body is an epidemic in developed and
developing countries. Prevalence increased significantly in recent decades as a major public health problem. Improved socio-
economic influence on dietary change society, consume lots of carbohydrates, fats become the trigger. Bouchard 1991
proved, the main cause of 95% due to an eating disorder and only 5% are caused by genetic factors. Of its kind, the type of
visceral android most at risk of degenerative diseases and other factors: (1) overeating (often gemil, consumption of fats and
carbohydrates that originally bergesar flour ingredients are easily absorbed into the material, (2) the wrong type of food,
(3) environmental influences, (4) psychological, (5) offspring, (6) race, (7) gender, (8) age and pregnancy, (9) disease, and (10)
influences the activity. The strategy of handling with a strong motivation need to be developed and made aware that weight Badab
(BB) aims to make it more interesting and most importantly, healthier. With changing lifestyles, support from significant others and
exercising regularly can reduce the BB. Diet and exercise are not only time, but after creating BB desired, must be maintained to
enable the caloric expenditure and to form the body, if not achieved then the drug (especially isomeride) help treatment of obesity
safely and effectively.

Key words:

pendahuluan Gorontalo, DKI Jakarta dan Sulawesi Utara. Secara


nasional prevalensi obesitas umum terjadi pada pria
Kegemukan (obesitas) bukan lagi lambang sebesar 13,9% lebih rendah dibanding wanita 23,8%, dan
kemakmuran, karena diketahui sebagai salah satu lebih tinggi diperkotaan. Obesitas telah menjadi masalah
faktor risiko penyakit degenerative terutama penyakit dunia, diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk di
kardiovaskuler (PKV) yang mengancam negara 10–15 tahun terakhir menderita obesitas. Jurnal terbaru
berkembang pada umumnya dan Indonesia khususnya. Human Brain Mapping tahun 2009 menyebutkan, orang
Riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan dengan obesitas memiliki jaringan otak 8% lebih sedikit
prevalensi obesitas pada penduduk usia 15 tahun ke atas dibandingkan yang BB-nya normal. Otak terlihat 16
sebanyak 19,1%. Ada 14 provinsi obesitas umum di tahun lebih tua dari orang dengan BB normal.1
atas prevalensi nasional, sedangkan 5 provinsi dengan Arus informasi dan globalisasi ikut meningkatnya
prevalensi tertinggi Kalimantan Timur, Maluku Utara, behavior risk, kecenderungan bergesernya pola makan
10 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 9–15

yang akan terus meningkatkan PKV. Hasil SKRT tahun BB < 90% :  kurus
1992 urutan pertama dan 16,5% dari sebab kematian. Dan BB 90–110% :  ideal
SKRT tahun 1995 juga urutan pertama pada masyarakat BB 110–120% :  kelebihan
dengan rincian: kelompok usia 35–44 tahun sebesar BB > 120% :  obesitas
23,5%; usia 45–54 tahun sebesar 34,0%; dan usia > 55 2) Skinpold Caliper dibagian belakang tricep
tahun sebesar 36,6%, (SKRT, yang dikutip oleh Budhi Gemuk bila tebal lemak: pria > 15 mm, sedangkan
Darmojo).2 wanita > 25 mm
Obesitas disebabkan oleh faktor genetik, nutrisi, 3) Body Mass Index (BMI)
lingkungan dan sosial, konsekuensi psikologis (minder
bahkan sampai depresi dan somatik (erat hubungannya W (BB dalam kg)
dengan risiko penyakit). Hasil statistik Pusat Kesehatan H (TB dalam meter)
Nasional Amerika: penderita obesitas tahun 1976
Pria: 20 – 24, dan wanita: 18,7–23,8 = ideal
hingga tahun 1980 dari 14,5% meningkat 30,5%, tahun
> 25–30, wanita > 23,8–28,6 = kelebihan
1999–2000, 64% dari dewasa (usia > 20 th) mengalami
> 30, wanita > 28,6 = obesitas
overweight. Survei yang dilakukan perusahaan asuransi di
New York melibatkan lebih dari 50.000 pasien, diadakan
Berdasarkan perhitungan indeks masa tubuh membagi
perbandingan angka kematian pada pasien dengan
BB dalam kg dengan TB dalam meter kuadrat, klasifikasi
beberapa kondisi penyakit dengan atau tanpa kegemukan,
kelebihan BB:
ternyata angka kematian pada pasien (diabetes) yang
1) Obesitas biasa : bila kelebihan BB < 20% BB ideal
disertai kegemukan empat kali lipat, baik pria maupun
2) Obesitas ringan : bila kelebihan BB 20–30% BB
wanita dibanding pasien diabetes tanpa kegemukan.
ideal
Kegemukan lebih sering menjadi keluhan wanita, dan data
3) Obesitas sedang : bila kelebihan BB 30–60% BB
yang telah dipresentasikan dikongres obesitas tahun 1990
ideal
prevalensi kegemukan/obesitas di beberapa negara maju
4) Obesitas berat : bila kelebihan BB > 60% BB ideal
seperti Amerika, hasilnya cukup mengejutkan ternyata
25–40% prevalensi kelebihan BB lebih banyak terdapat
Berdasarkan bentuknya, Flier dalam (Hendromartono
pada pria dibanding wanita.1
dkk.)5 secara praktis membagi obesitas:
1) Upper body obesity = tipe android/tipe sentral/
apple type penimbunan lemak terutama pada daerah
analisis
abdomen. Biasanya pada pria. Parameter yang
Pengertian Obesitas digunakan, rasio lingkar pinggang dibagi lingkar
Obesitas adalah suatu keadaan di mana terdapat panggul (Weist to Hip Ratio = WHR), pada kasus
penimbunan lemak secara berlebih di dalam tubuh. ini adalah > 0,85. Tipe ini mempunyai kaitan dengan
Wanita dikatakan obesitas bila lemak tubuhnya lebih PKV, tekanan darah, trigliserida, glukosa darah
dari 25% BBnya, sedang pria 20% BB (Hendromartono, serta HDL kolesterol, juga berhubungan erat dengan
1986). Jaringan lemak terdiri atas banyak sel yang terisi hiperlipidemi dan resistensi insulin.
oleh molekul lemak trigliserida dengan derajat berbeda. 2) Lower body obesity = tipe gynoid/tipe perifer/peer
Orang muda masa jaringan total dapat diperbesar type penimbunan pada daerah gluteal dan femoral.
oleh peningkatan jumlah cadangan lemak di tiap sel, Rasio lingkar pinggang dibagi lingkar panggul
biasanya meningkat kira-kira sampai umur 16. Jumlah (WHR) adalah < 0,85. Kelompok ini tidak begitu
ini tidak menurun dengan hilangnya BB, tetapi ukuran berisiko untuk mengalami resistensi insulin, DM,
sel berkurang dengan diet dan olahraga. Lemak tubuh hiperlipidemia dan hipertensi. Lebih banyak pada
wanita usia 16–25 tahun 25%, sedang pria 13–15%; wanita lebih berisiko untuk mendapatkan varices dan
wanita usia 35–40 tahun 29–34%, pria usia 27–59 tahun gangguan ortopedi.
22–27%. Ketidakseimbangan antara tinggi badan dan BB
akibat jumlah lemak tubuh berlebihan, yaitu 20% atau Berdasarkan distribusi lemaknya, Bouchard, 6
lebih di atas lemak tubuh normal. Jumlah normal lemak membagi atas tipe:
tubuh pria adalah 11–20% dari BB dan untuk wanita 18– 1) Tipe intermediate kelebihan lemak seluruh tubuh
28%.3 penyebabnya ialah faktor genetik
2) Tipe android kelebihan lemak perut (subkutan)
Kriteria Obesitas penyebabnya ialah karena gangguan pola makan
Dalam praktik sehari-hari dapat menggunakan rumus 3) Tipe android kelebihan lemak perut visceral,
di bawah ini Guy Grand B dalam:4 gangguan pola makan
1) Presentasi berat badan relative 4) Tipe gynecoid kelebihan lemak paha dan pantat,
penyebabnya hormon.
BB
× 100%
TB–100
Iffah: Strategi penanganan obesitas secara aman dan efektif 11

Penyebab Obesitas bila perlu gunakan obat secara benar. Mengubah perilaku
Mekanisme dasar terjadinya adalah masukan kalori lebih menarik dan lebih “sehat“, diperlukan motivasi
yang melebihi pemakaian dan ini berlangsung cukup yang kuat, prinsip yang harus ditekankan:
lama akibatnya akan disimpan dalam jaringan lemak
yang lama kelamaan menimbulkan obesitas. Jadi faktor Penataan Pola Makan
makan merupakan faktor penting terhadap terjadinya Meningkatnya sosial ekonomi berpengaruh terhadap
obesitas, baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama perubahan pola makan dan kebanyakan mengkonsumsi
penyakit lain. Hal ini didukung oleh Bouchard 1991 karbohidrat dan lemak, dengan jumlah berlebih akan
yang membuktikan penyebab utamanya 95% karena disimpan sebagai jaringan lemak, Guy Grand B dalam
gangguan pola makan, hanya 5% yang disebabkan Hendromartono5 menyatakan gangguan pola makan
faktor genetik. Selain pola makan juga fisik, kultur, adalah bila dalam satu kelompok masyarakat memiliki
ekonomi dan sebagainya. Sebaliknya pengeluaran kalori tingkat sosial, ekonomi dan budaya yang sama ada
ditentukan oleh metabolism basal, aktivitas fisik dan sebagian orang yang memiliki kebiasaan yang berbeda
specific dynamic action of food. Kalori yang berlebih, dengan kebanyakan orang di lingkungannya.
ditimbun sebagai trigliserida di dalam lemak (adiposit), Yang termasuk dalam kategori ini: Makan terlalu
penimbunan ini menyebabkan sel lemak mengalami banyak. Sering ngemil, ngemil walaupun bukan suatu
hipertrofi, bila kelebihannya berlangsung terus terjadi kebutuhan yang pokok namun Wurtman, dalam5 telah
perbanyakan dari sel lemak (hiperplasi) dan selanjutnya memegang 35% (sepertiga) dari konsumsi karbohidrat
sel lemak yang sudah berlipat ganda ini akan terisi lemak, tiap harinya. Frekuensi ngemil yang tertinggi terjadi pada
sehingga timbunan lemak tubuh terus bertambah.5 sore dan malam hari (jam 18–24) yaitu saat nonton tv dan
Kebutuhan energi total dapat dihitung bila kita saat tubuh tidak memerlukan tambahan enersi (karena
mengetahui BB yang ideal dikalikan dengan suatu faktor akan pergi tidur). Rakus akan makanan tertentu, misalnya
untuk setiap aktivitas fisik sebagai berikut: suka makanan yang kaya karbohidrat dan lemak seperti
a. Aktivitas biasa : 30 kalori/kg BB/24 jam; kacang, coklat, es krim. Tidak seimbang mengkonsumsi
b. Aktivitas sedang : 35–40 kalori/kg BB/24 jam dan bahan makanan utama. Secara epidemiologi, penelitian
c. Aktivitas berat/hebat : 45 kalori/kg/24 jam. mengenai nutrisi menunjukkan perubahan komposisi
bahan makanan utama dalam makanan yang di konsumsi
Gangguan pola makan tetap merupakan penyebab pada tiga dekade terakhir, di mana bahan makanan
utama terjadinya kegemukan yang berisiko, bahkan Van terutama (hampir 50%) berupa lemak dan karbohidrat
Itallie (seperti yang diutarakan pada European Congress bergeser dari bahan yang terutama tepung ke bahan yang
on Obesity ke-5 di Ulm Jerman 10–12 Juni 1993 bahwa mudah diserap (gula).
kegemukan tipe android viseral perlu mendapat perhatian
para klinisi.1 Program Diet
Diet berhasil menurunkan BB yang lebih besar dan
Beberapa Aspek Penyakit sebagai Komplikasi Obesitas lebih cepat di banding olahraga, namun hasilnya jarang
Obesitas bukan hanya masalah estetika, tetapi lestari karena BB naik lagi setelah program diet selesai
harus dipandang sebagai penyebab penyakit karena (kembali ke gaya hidup lama) penurunan metabolism
menyebabkan beberapa komplikasi: pada keadaan istirahat akibat massa otot mengecil. Upaya
a. Faktor risiko untuk terjadinya penyakit kencing manis mengubah pola makan, komposisi, frekuensi, besar porsi
(DM), penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, perkali makan, saat perolehan dan jenis bahan yang sering
gout (pirai), batu kandung empedu dan batu kandung dikonsumsi. Kurangi jumlah dengan jadwal perolehan
kemih. (harus ditepati, tepat), makan sesuai jadwal menyebabkan
b. Faktor penyulit pada waktu kehamilan dan ritme rasa lapar terbentuk, golongan karbohidrat diganti
pembedahan. protein karena lebih lama tinggal dilambung hingga
c. Memengaruhi sistem gerak tubuh (lokomotorius), rasa kenyang lebih lama, gunakan sayur dan buah
sering terjadi kecelakaan dan osteoarthritis. mengganti karbohidrat yang sangat terolah yang biasa
d. Pada obesitas berat, mengganggu paru-paru dengan digunakan sebagai selingan. Susun strategi diet disertai
tertumpuknya lemak pada alveoli dengan gejala kebiasaan aktivitas, untuk jarak dekat tidak naik mobil,
Pickwiekian dengan keluhan sesak napas.7 lift, tidak gemar menyuruh orang, olahraga menambah
penggunaan lemak cadangan energi dan aerobik untuk
Strategi Penanganan Obesitas meningkatkan kebugaran. Adakan kontak ulang untuk
Prinsip pengobatan PKV adalah mengatasi obesitasnya mengatasi kesulitan dalam melaksanakan kedua program
lebih dahulu sebelum PKVnya. Penurunan BB adalah hal tadi misalnya seminggu sekali memonitor kondisi fisik,
yang mutlak, dia harus mengetahui dengan benar tentang memelihara kepatuhan dan memonitor perubahannya.
mekanisme timbulnya penyakit dan diberikan pengertian Mengubah kebiasaan harus secara bertahap, progresif,
bahwa keberhasilan pengelolaan penyakitnya sangat dengan tekad, disiplin, motivasi yang kuat, kesabaran dan
tergantung pada kepatuhan diet, latihan fisik, perilaku, pengertian namun tegas. Pelihara kebiasaan baru, lakukan
12 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 9–15

kontak ulang pasca program secara periodik, diskusi portal akan meningkat, sehingga meningkatkan
antaranggota kelompok senasib dan seminat.8 masuknya FFA ke dalam hati. Dengan meningkatnya
FFA mengakibatkan, menurunnya pelepasan insulin,
Diet obesitas dikelompokkan (Pi-Sunjer Fs, 1988) sebagai meningkat sintesa trigliserid, meningkatnya pelepasan
berikut: VLDL, jadi memengaruhi kadar gula darah dan
a. Diet untuk menghambat absorpsi; Diet fiber ditujukan metabolisme lemak.
untuk menimbulkan rasa kenyang dan menghambat
proses absorpsi nutrient penghasil energi terutama Olahraga pada Obesitas
karbohidrat di dalam usus. Diet ini menimbulkan Penyusunan program latihan perlu
defisiensi beberapa mineral (besi, seng, mangan). mempertimbangkan:
b. Diet rendah kalori tidak seimbang, dengan cara:
1) diet dengan komposisi tinggi protein, tinggi lemak, Prinsip latihan Ribisi P.L, dalam Moeloek,9 menyatakan:
rendah karbohidrat 20% (diet harimau/Dr. Atkins) 1) Tipe latihan akan memberikan efek pada faal tubuh
bersifat ketogenik. 2) diet tinggi karbohidrat-rendah sesuai dengan gerakan yang dilakukan. Latihan
protein 35 g/hari dan sangat rendah lemak 10% (diet aerobic/endurance meningkatkan kesegaran
buah, sayuran, cereal/diet monyet). kardiovaskuler.
c. Puasa total; tanpa nutrient/energi sama sekali, 2) Pemanasan, mempersiapkan tubuh menghadapi
vitamin, mineral, elektrolit dan air tetap diberikan latihan, otot, jaringan ikat menjadi elastic dan
dalam jumlah cukup, sumber energi diperoleh menguntungkan kerja jantung.
dari cadangan lemak dan protein tubuh sedikit dari 3) Intensitas latihan, makin berat, makin baik pula efek
cadangan glikogen dengan pengawasan dokter/rumah yang diperoleh dengan meningkatkan frekwensi, lama
sakit. latihan, macam, repetisi, berat beban yang digunakan
d. Diet rendah kalori; energi berkisar 800–1000 kkal, dan memperpendek interval istirahat.
diet ini kurang seimbang karena rendah kandungan 4) Frekuensi latihan/ulangan dianjurkan tiga kali
karbohidrat dan lemak, perlu ditambahkan vitamin seminggu, makin tinggi intensitas dan makin lama tiap
dan mineral serta dalam pengawasan. latihannya maka frekuensi seminggunya makin kecil.
e. Diet seimbang rendah kolori; berkisar 1000–1300 5) Lama latihan, bila intensitasnya makin tinggi maka
kkal dengan komposisi 55–65% karbohidrat, protein lama latihan makin singkat.
10–15% dan sisanya lemak, penambahan vitamin dan 6) Regularitas juga mempunyai pengaruh penting terhadap
mineral harus dipertimbangkan. efek dari program dan Pendinginan (cool-down).
Secara fisiologi bila makan yang kadar
Peran olahraga dalam penanggulangan obesitas:
karbohidratnya tinggi, maka terjadi peningkatan kadar
gula darah yang merangsang pelepasan insulin, sehingga 1) Efek olahraga terhadap BB. Jumlah kalori yang
memengaruhi rasio asam amino di dalam darah. Setelah dikeluarkan berkaitan dengan intensitas dan lama
trytopan/asam amino yang merupakan precursor aktivitas mencapai 20–30% di atas pengeluaran
serotonin menembus blood brain barier (sawar otak), kalori pekerjaan sedang. Efek ini tidak berhenti
maka terjadi aktivasi serotonin yang mengakibatkan meskipun tidak aktif melakukan gerakan, pengeluaran
terjadinya modifikasi pola makan berupa konsumsi kalori tetap tinggal selama 30 menit. Peningkatan
kalori keseluruhan menurun melalui seleksi makanan: kalori pasca-olahraga sering dilupakan dalam
(1) konsumsi karbohidrat menurun, (2) konsumsi protein mempertimbangkan keuntungan berolahraga Ellison
tetap dipertahankan, (3) jumlah dan lamannya makan dalam Moeloek9 dari unsur BB dengan desain yang
berkurang, tanpa merubah pola makannya, Wurtman diberikan di laboratorium ilmu faal FKUI selama
dalam Hendromartono, dkk.5 12 minggu diperoleh penurunan BB 5,44 kg pada
Tujuan diet: memperbaiki gangguan pola makan kelompok yang melakukan olahraga dan 7,65 kg pada
yang tidak sehat, yang sering menjadi masalah “Diet kelompok diet dan olahraga.
suatu hal yang sangat mudah diucapkan tapi sangat sulit 2) Efek olahraga terhadap komposisi tubuh. Akibatnya
dilaksanakan”. Berdasarkan hasil penelitian pada 792 densitas tubuh meningkat sedang tebal lapisan lemak
pria dan di-follow-up selama 13 tahun membuktikan: menurun Astrand PO and Rohadi dalam Moeloek9
peningkatan distribusi lemak abdominal (yang dinilai peningkatannya mengimbangi pengurangan lemak
melalui BMI dan W:H) akan meningkatkan insiden hingga BB terlihat tetap, hal ini dapat mematahkan
terjadinya stroke, inchemic heart disease bahkan semangat pada orang yang menilai, misalnya program
kematian. Lemak abdominal (subkutan dan viseral) jogging dan lari dapat terjadi peningkatan massa tubuh
ternyata lemak viseral jauh lebih berbahaya dibanding tanpa lemak. Pada orang yang relatife fit, jaringan
lemak subkutan karena meningkatkan trigliserid, tanpa lemak dapat meningkat akibat latihan beban,
kolestrol, dan glukosa. Selain letak anatomi meliputi senam, gulat dan latihan lain yang melawan beban.
hati pada sirkulasi portal dan meningkatkan aktivitas Mereka yang latihan beban memperlihatkan BB
lipolitik, akibatnya Free Fatty Acid (FFA) pada sirkulasi 20–30% lebih berat daripada daftar yang tercantum
Iffah: Strategi penanganan obesitas secara aman dan efektif 13

dalam asuransi jiwa untuk tinggi badan yang sama. olahraga memperlihatkan penurunan lemak lebih
Kelebihan BB dalam hal ini terdiri dari massa otot. banyak dari yang hanya diet saja. Keuntungan lain
Jadi dapat mengubah komposisi tubuh tidak hanya penurunan frekuensi denyut jantung dan perubahan
mengurangi lemak juga meningkatkan massa tubuh frekuensi denyut jantung pada periode pemulihan
tanpa lemak. setelah berolahraga Ellison dalam Moeloek.9 Frekuensi
3) Efek olahraga terhadap kadar lemak darah. Kadar ini denyut nadi dipakai sebagai tolak ukur besarnya
tidak hanya berasal dari lemak yang dimakan tetapi intensitas latihan yang dilakukan (intensitas tinggi
jumlah kalori dalam diet dan pengeluaran energi. dengan denyut nadi latihan = denyut nadi istirahat +
Banyak penelitian menyimpulkan olahraga tertentu 70%, denyut nadi maksimal – denyut nadi istirahat).
berkaitan dengan peningkatan HDL dan penurunan
LDL Astrand PO and Rohadi dalam Moeloek9 selain Mengubah Perilaku Kesehatan
itu dapat menurunkan kadar kholesterol darah dan Perilaku manusia merupakan hasil dari segala
trigliserida. Kadar HDL yang tinggi diharapkan macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
(kadar rendah risiko penyakit jantung koroner), lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
peningkatan HDL mengakibatkan meningkatnya sikap dan tindakan.10 Jadi merupakan respons/interaksi
keaktifan kapiler sehingga aktivitas enzim lipoprotein seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari
lipase meningkat, enzim ini mempunyai aktivitas luar maupun dari dalam dirinya, dapat bersifat pasif
lebih tinggi pada otot terlatih dibanding otot tidak maupun aktif. Menurut Green dalam (Notoatmodjo 1993)
terlatih. Kerjanya mentransfer lebih banyak bahan perilaku seseorang ditentukan oleh: (a) Predisposing
untuk HDL ke plasma. faktor (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan
4) Efek olahraga terhadap tekanan darah. Ada dan berbagai nilai yang dianut); (b) Enabling faktor
korelasi positif antara kenaikan BB dan tekanan (lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas/sarana
darah Tumonggor memperlihatkan penurunan BB pelayanan kesehatan); (c) Reinforcing faktor (sikap
menghasilkan penurunan nilai tekanan darah. dan perilaku petugas kesehatan, para profesional atau
5) Efek olahraga terhadap insufisiensi koroner. kelompok dalam masyarakat)
Olahraga dapat memperbaiki hampir semua fungsi Perilaku kesehatan dipengaruhi minat, dukungan
sistem kardiovaskuler, peningkatan vaskularisasi sosial, ada atau tidak adanya informasi, otonomi pribadi
miokardium, perbaikan efesiensi jantung secara umum yang bersangkutan serta situasi yang memungkinkan
pada penderita PJK terlihat penurunan abnormalitas untuk bertindak. Rogers dan Shoemaker dalam
EKG (olahraga harus dilakukan sering dan intensif) Subarniati,9 menyatakan perubahan perilaku melalui
penderita obesitas yang mempunyai bakat PJK dengan proses awareness, interest, evaluation, trial, adoption
olahraga memperbaiki fungsi jantung.7 (AIETA) lalu dimodifikasi kembali oleh Rongers
6) Efek olahraga terhadap insulin plasma. Olahraga menjadi knowledge, persuasion, decision, implementas,
teratur akan menurunkan konsentrasi insulin dalam corfirmation (KPDIC). Proses awareness (pemberian
plasma Elsworth D dalam Moelock9 dan terdapat ceramah, diskusi dan liflet), interes dicapai dengan
bukti tak langsung bahwa olahraga dapat secara diskusi, evaluasi melalui diskusi dan konseling serta trial
klinik menghasilkan peningkatan sensitivitas insulin. melalui kegiatan olahraga, diet, pemeriksaan laboratorium
Penurunan kadar insulin akibat penurunan sekresi/ dan konsultasi, penderita melakukan adopsi semua bentuk
peningkatan pembuangan insulin atau kombinasi intervensi. Teori KPDIC pada tahap persuasion dapat
keduanya, penurunan insulin akibat olahraga adalah melalui manfaat intervensi (konfirmasi dari hasil evaluasi
perubahan konsentrasi asam amino dalam hormone peserta secara kualitatif dengan pengurangan konsumsi
dengan efek berlawanan terhadap insulin. makanan, obat) relatif tidak rumit pelaksanaannya,
7) Efek olahraga terhadap ukuran lingkar tubuh. Jumlah dapat mereka coba dan diamati misalnya penurunan
total sel lemak tidak berkurang, yang kurang adalah lingkar pinggang, lingkar panggul dan BB serta melalui
ukuran sel lemak. Penurunan sel lemak paling jelas pemeriksaan laboratorium dapat mereka amati status
di daerah glutea lalu diikuti di daerah perut dan paha normal tidaknya. Semua kegiatan yang ditawarkan
Astrand PO and Rohadi dalam Moeloek9 memperoleh melalui intervensi sehingga tidak bertentangan dengan
penurunan lingkar pinggang yang terbesar pada norma di masyarakat yang berlaku. Hosland dalam
kelompok yang melakukan olahraga dengan diet (Notoatmodjo, 1993) perubahan perilaku/proses belajar
sedangkan pada kelompok yang melakukan olahraga yaitu stimulus yang diberikan kepada organism diterima,
saja penurunan terbanyak pada lingkar paha. berarti ada perhatian individu/ stimulus tersebut efektif,
8) Efek olahraga terhadap parameter tubuh yang lain. jika ditolak tidak efektif dalam memberikan perhatian
Selain itu juga memberikan efek peningkatan volume atau akan berhenti. Bila stimulus mendapat perhatian,
mitokondria, peningkatan konsentrasi hemoglobin, maka dia mengerti dan akan diteruskan pada proses
peningkatan potensi menyimpan glikogen dan berikutnya, organism akan mengolah stimulus akhirnya
peningkatan VO2 maks dan lain-lain. terjadi kesediaan bertindak dan terbentuk sikap, dengan
9) Olahraga versus diet. Hasil penelitian selama enam dukungan fasilitas serta dorongan lingkungan maka
bulan penderita obesitas yang melakukan diet dan stimulus tersebut mempunyai efek tindakan yang
14 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 9–15

disebut perubahan perilaku (penataan pola makan dan di dalam lambung dan menyebabkan peregangan. Obat
olahraga). Strateginya dengan teknik monitor diri sendiri ini dapat menimbulkan diare sehingga akibatnya seperti
(self monitoring techniques) seperti mengukur BB dan pemberian pencahar.
menakar jumlah makanan. Selanjutnya manajemen stres, Berbagai macam obat penurun BB bekerja dengan
kontrol stimulus (makan dengan piring ukuran lebih cara menekan nafsu makan sehingga disebut (OPNM).
kecil, tidak makan di depan tv), dukungan sosial, dan Golongan anfetamin merupakan yang pertama digunakan
restrukturisasi kognitif sehingga penderita berpikir positif secara luas, dan penekan nafsu makan dan efek samping
dan realistik tentang dirinya. Untuk mencapai jumlah terhadap jantung, serta mempunyai kecenderungan
penurunan BB sebaiknya secara perlahan-lahan dan stabil kuat untuk menimbulkan ketergantungan obat. Dewasa
(paling aman bagi tubuh adalah 0,5–kg/minggu). ini golongan anfetamin tidak dianjurkan untuk OPNM,
karena telah banyak beredar derivat lain dengan efek yang
Obat/farmakoterapi. sebanding dengan anfetamin tetapi kurang menimbulkan
Obat anti-obesitas diberikan pada individu dengan efek samping dan ketergantungan obat misalnya
IMT >30 kg/m2 atau IMT >27 kg/m2 dengan penyakit fenfluramin, dexfenfluramine dan mazindol. Cara kerja
penyerta (diabetes, jantung koroner) atau modifikasi gaya OPNM tersebut masing-masing berbeda tergantung
hidup yang tidak berhasil. Obat anti-obesitas bekerja golongannya. Anfetamin dengan cara merangsang pusat
menekan pusat lapar di hipotalamus (sentral) atau dengan kenyang, sedangkan OPNM lainnya bekerja memengaruhi
menghambat penyerapan lemak di usus (perifer). Obat pusat-pusat yang mengontrol nafsu makan di hipotalamus
yang sering dijumpai adalah yang bekerja menghambat (suatu bagian otak), kecuali mazindol yang bekerja pada
penyerapan lemak di usus yaitu orlistat (Xenical®). bagian lain dari otak.
Dalam pemilihan obat sering dipakai obat yang Fenfluramin dan dexfenfluramine merangsang
tidak rasional, yang sebenarnya tidak boleh digunakan pelepasan dan menghambat ambilan kembali
sebagai penurun nafsu makan, karena efek samping serotonin diotak yang mempercepat rasa kenyang.
lebih besar dari manfaatnya misalnya: (a) Hormon tiroid. Untuk mendapatkan efek yang sama dexfenfluramine
Penggunaan hormon ini sebagai obat penurun BB dengan memerlukan dosis yang lebih rendah dibanding
tujuan meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh, fenfluramin dan efek sampingnya jauh lebih rendah.
sehingga kebutuhan kalori bertambah dan mengambilnya Dexfenfluramine (Isomeride), produk yang diindikasikan
dari cadangan di dalam tubuh. Hal ini tidak tepat karena untuk penanganan gangguan pola makan bekerja
pemberian hormon tiroid pada seseorang yang tidak merangsang pelepasan serotonin, menghambat
defisiensi hormon tersebut, akan menekan fungsi kelenjar yang direuptake, hingga terjadi aktivitas serotonin,
tiroid. (b) Diuretik, adalah obat yang meningkatkan mengakibatkan terjadinya modifikasi pola makan yang
produksi urin sehingga pemberian obat ini pada seseorang prosesnya sama seperti fisiologi pola makan bila seseorang
akan menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah makan yang kaya karbohidrat. Isomeride bekerja seperti
yang cukup untuk mengurangi sedikit berat badannya. makanan yang kadar karbohidratnya tinggi, hingga orang
Ini dapat mengganggu keseimbangan elekrolit tubuh. yang penurunan BB akan lebih mudah mematuhi dietnya.
(c) Digitalis, adalah obat jantung. Penggunaan digitalis Wurtman dalam Hendromartono, dkk.,5 isomeride mampu
sebagai penekan nafsu makan sangat berbahaya, karena memperbaiki, di mana secara selektif mampu menurunkan
anoreksia yang timbul merupakan gejala dini keracunan konsumsi makanan terutama kaya karbohidrat dan lemak.
obat tersebut. (d) Pencahar. Penggunaan obat ini Melalui perbaikannya, isomeride mampu menurunkan
sebagai obat penurun BB tidak tepat, karena tubuh BB dan rata-rata mencapai 3 kg selama satu bulan dan 7
akan kehilangan cairan dan elektrolit zat gizi serta kg dalam 3 bulan. Selain efektif terbukti aman, sekalipun
mineral. Bila berlangsung lama dapat terjadi dehidrasi dalam pemakaian jangka panjang, dari penelitian lebih
dan kurang gizi. (e) Pembentuk massa. Obat golongan dari 800 pasien yang kelebihan BB di 9 negara Eropa,
ini menimbulkan rasa kenyang, karena mengembang terbukti Isomeride: (1) tidak mengakibatkan adiksi

Tabel 1.  Panduan untuk memilih penanganan Obesitas

Penanganan Kategori BMI


25�����
–����
26,9 27�����
–����
29,9 30���
–��
35 35�����
–����
39,9 40
Diet, olah raga terapi Dengan penyakit
Dengan penyakit penyerta + + +
perilaku penyerta
Obat-obatan
Dengan penyakit penyerta + + +
Anti-Obesitas
Dengan penyakit
Operasi +
penyerta
Tabel di atas membantu dokter/praktisi kesehatan dalam memilih terapi yang tepat bagi penderita obesitas berdasarkan IMT. Sekarang segera timbang
berat badan dan ukur tinggi badan anda dan tentukan anda berada diskala mana. Ditulis oleh: dr. Fajar Lamhot Gultom
Iffah: Strategi penanganan obesitas secara aman dan efektif 15

(ketagihan), (2) tidak menimbulkan efek samping pada secara menyeluruh dan harus memelihara BB setelah
mood (gairah), kewaspadaan maupun tidur, (3) sehingga penurunan.
pasien tidak ada yang diberhentikan pengobatannya (4) Obat boleh digunakan jika lingkar pinggang
secara klinik dan laboratorium keamanannya sangat meningkat dan timbul penyakit, tidak boleh bila BB
prima. Menurunkan lemak yang sangat berbahaya, sedang masih ideal dan digunakan jika semua syarat utama
masa yang bukan lemak seperti otot, tulang dan organ- di atas tidak berhasil. Isomeride 2 kapsul pagi dan sore
organ tubuh tidak mengalami pengikisan. Setelah 3 bulan hari dapat membantu karena: (1) dorongan nafsu makan,
terapi mampu menurunkan lemak viseral abdominal 28%. (2) konsumsi karbohidrat dan lemak, baik selama makan
Perlu diperhatikan pasien obesitas sering disertai kadar maupun antara waktu makan/ngemil, (3) meningkatkan
gula darah tinggi (diabetes) dan kadar lemak darah yang kepatuhan diet, (4) membantu mendapatkan kembali
tinggi (trigliserida, kolestrol). BB yang optimum, (5) secara selektif menurunkan masa
lemak tubuh yang paling berbahaya, (6) secara bermakna
Operasi mampu memperbaiki gangguan parameter metabolik yang
Operasi/pembedahan bila obesitas berat dilakukan sering ditemui pada penderita seperti kadar gula darah
pada IMT > 40 kg/m2 atau dengan IMT > 35 kg/m2 dan lemak darah yang tinggi, (7) keamanannya optimal
disertai penyakit penyerta. sekalipun dalam pemakaian jangka panjang, (8) harganya
sangat ekomonis. Pada kasus tertentu, obesitas dengan
penyakit penyerta diperlukan obat-obatan bahkan operasi
simpulan tergantung dari IMT jika tidak ada jalan keluar lagi.
Obesitas suatu keadaan menahun (kronis) sering dianggap
Ketidakseimbangan energi mengakibatkan obesitas suatu keadaan sementara yang bisa di atasi selama
(penyakit), maka penderita harus menata pola makan, beberapa bulan, pengendalian merupakan suatu usaha
diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan dengan yang lama, agar aman dan efektif setiap programnya harus
komposisi (setengah porsi karbohidrat, sepertiga lemak ditujukan untuk pendekatan jangka panjang.
dan sisanya protein) dengan porsi lebih kecil, kaya serat,
perbanyak buah, hindari makanan yang digoreng dan
produk cepat saji. Olahraga, untuk kesegaran jasmani daftar pustaka
akan lebih baik, bila memenuhi criteria: (1) Macamnya,
misalnya jalan kaki, jogging, senam erobik, (2) Intesitas, 1. Nguyen, T. 2010. Obesitas jadi ancaman. (Online), (https//panjil
102, wordpress, com, diakses 29 mai 2010).
dihitung melalui denyut nadi maksimum dikurangi umur 2. Darmojo, Boedhi. Peranan pola konsumsi makanan dalam
(220–umur). Intesitas yang cukup adalah 60–75% DNM, pencegahan penyakit kardiovaskuler, UNDIP, Semarang. 1997
(3) Lamanya mencapai zone latihan, makin lama makin 3. Davidson SS, Passmore R, Rrock JF Trusswell AS. Human nutrition
baik harus (lebih dari 30 menit), (4) Frekuensi, 4 hari/ and dietetic, 6th ed. Edinburhh: Churchill Livingstone. 1975.
4. Hendromartono, 1986. Obesity dan problematikaya FK. UNAIR
minggu. Harus ada keinginan yang kuat dan support Surabaya.
turut mendukung. Ketidaksiapan menyebabkan frustasi 5. Hendromartono, Pranoto A. Gizi lebih obesitas dan penyakit
dan menghambat usaha penurunan BB (weight loss). degenerative serta penanggulangannya dengan pendekatan
Metode yang efektif menilai kesiapan mengaitkan minat/ diitetik di RS, Semiloka prawidyakarya pangan dan gizi VI, Pusat
diabetes dan nutrisi RSUD Dr. Soetomo FK UNAIR, Surabaya.
keyakinan misal ke dalam skala numeric (0 merasa tidak 1997.
penting sampai 10 sangat penting). 6. Bouchard C. Genetic and environmental influence on regional fat
Mengubah perilaku termasuk pendidikan yang sehat distribution. In Oomura Y eds. Progress in Obesity Research 1990,
dan rencana jangka panjang mengatasi bentuk tubuh, agar London, John Libey, 1991: 303–308.
7. Sargowo, Djanggan. Beberapa aspek penyakit karena kegemukan,
langsing, panjang umur, kuat, bugar, berenergi, pede, upaya penanggulangan, FK.UNIBRAW/RS. Dr.Syaiful Anwar
trend fashion, lutut awet terjaga, hidup sejahtera, napas Malang. 1990.
lancar dan hormonal jadi normal. Dengan modifikasinya 8. Wiramihardja KK. Kondisi gizi anak sekolah dasar umur 10–13
dapat menurunkan BB 3–5 kg (secara perlahan-lahan tahun di Kodya Bandung. MKB 1993, 25: 160–167.
9. Moeloek, D. dkk. Perubahan lemak darah setelah mengikuti
dan stabil, yang aman 0,5–1 kg/minggu atau 2–5 kg program latihan fisik, Kongres nasional dan seminar ilmiah IAIFI,
perbulan). Terapi ini berguna menguatkan perilaku dari Surabaya. 1986.
pola makan dan olahraga yang masih baru bagi penderita 10. Subarniati, Rika, dkk. Dasar-dasar pendidikan kesehatan dan ilmu
obesitas. Strateginya adalah teknik monitor diri sendiri perilaku, FKM. UNAIR, Surabaya. 1996.
11. Notoatmodjo S. Pengatar pendidikan kesehatan masyarakat. FKM.
(self monitoring techniques) seperti mengukur BB dan UI, Jakarta. 1984.
menakar jumlah makanan. Lalu manajemen stress, 12. Pi-Sunjer FS. 1988. Obesity. In: Shils ME, Young VR editors. Modern
kontrol stimulus (makan dengan piring ukuran lebih kecil, nutrition in health and disease 7th ed. Philadelphia: Lea & Febringer,
tidak di depan tv), dukungan sosial, dan restrukturisasi 795–816.
13. Tumonggor J. Gizi lebih sebagai salah satu faktor risiko, Simposium
kognitif hingga penderita berpikir positif dan realistik Obesitas, Surabaya. 1980.
tentang dirinya. Sebelumnya lakukan pemeriksaan
16

Penggunaan Garam Beryodium pada Ibu Rumah Tangga


di Desa Bungu Kecamatan Bungkal Ponorogo
(The Use Iodium Salt of House Wife in Bungu Bungkal District Ponorogo Village)

Mohamad Badri
Akper Pemkab. Ponorogo

abstrak
Garam beryodium diperlukan untuk mencegah penyakit gondok. Sumber yodium di samping berasal dari garam yang beryodium
juga dapat berasal dari makanan terutama yang berasal dari laut misalnya ikan dan lain-lain. Penggunaan garam beryodium
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, lingkungan, sosial ekonomi dan informasi. Garam
���������������������������������������
beryodium bermanfaat antara lain
untuk pertumbuhan otak dan saraf janin dalam kandungan, mencegah terjadinya penyakit gondok, kretin, dan mengatur penggunaan
energi.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan dan sikap tentang penggunaan garam beryodium, macam garam
yang digunakan, cara penggunaan garam beryodium, dan cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah tangga di Desa Bungu
Kecamatan Bungkal Ponorogo. Rancangan penelitian ini adalah diskriptif. Populasinya adalah ibu rumah tangga di Desa Bungu
Kecamatan Bungkal berjumlah 367 orang. Sampelnya 36 orang ibu rumah tangga. Teknik pengambilan sampel Cluster Random
Sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dan check list. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang
penggunaan garam beryodium setengahnya (50%) buruk. Sikap ibu tentang penggunaan garam beryodium 52,78% negatif. Jenis
garam yang digunakan 94,44% beryodium. Cara penggunaan garam beryodium 41,66% buruk. Cara penyimpanan garam beryodium
36,11% Buruk. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, cara menggunakan dan cara menyimpan garam beryodium diperlukan
penyuluhan kepada ibu-ibu rumah tangga.

Kata Kunci: Penggunaan Garam Beryodium, Bungu

abstract
Iodium salt needed to prevent of goiter disease. Iodium not only from iodium salt but also from sea menu as fish etc. The use iodium
salt impacted by knowledge, attitude, environment, economic social and information factors. Iodum salt benefide suct as to brain
growing and featus neuron, prevent goiter disease, cretine and managing used energy. The purpuse of this research was to analysis
knowledge and attitude about used iodium salt, the kind of used salt, the way of used iodium salt, and the way of save iodium salt
wife house in Bungu Bungkal District Ponorogo Village. Design of this research was descriptive. The population was house wife in
Bungu village Bungkal district with number 367 person. Number of samples 36 house wife, and with Cluster Random Sampling. The
instrument used quisionare and check list. Result of analysis showed: knowledge about the use iodium salt 50% bad. Attitude about the
use iodium salt 52.78% negative. the kind of used salt 94.44%, the way of used iodium salt 41.66% bad, and the way of save iodium salt
36.11% bad. To increase knowledge, attitude, the way of used iodium salt and the way of save iodium salt needed health education for
house wife.

Key words: The use iodium salt, Bungu village

pendahuluan Berdasarkan hasil survei prevalensi gondok 273 desa


di Kabupaten Ponorogo tahun 2005, 78 desa dinyatakan
Garam beryodium sangat diperlukan dalam rangka endemik berat dan 90 desa dinyatakan nonendemik.
pencegahan terhadap penyakit gondok. Sumber yodium Sedangkan Total Goiter Rate (TGR) pada anak SD
di samping berasal dari garam yang beryodium juga tertinggi di Wilayah Puskesmas Bungkal 17% (Dinkes,
dapat berasal dari makanan terutama yang berasal dari 2005). Sedangkan Desa Bungu Kec. Bungkal TGR-nya
laut misalnya ikan, udang kerang dan ganggang laut. Air paling tinggi yaitu 53,3%.2
dan tanah di daerah pantai banyak mengandung yodium, Daerah endemik GAKY (Gangguan akibat
sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai banyak Kekurangan Yodium) adalah penduduknya mengalami
mengandung yodium.1 Penggunaan garam beryodium pembesaran gondok, dengan klasifikasi sebagai berikut:
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, lingkungan, Berat TGR ³ 30%, Sedang TGR 20–29,9%, Ringan
sosial ekonomi dan informasi (Azwar S, 2002). Garam TGR 5–19,9%, Non endemic < 5%. 3 Berdasarkan
beryodium bermanfaat antara lain untuk 1) Perumbuhan kriteria tersebut Desa Bungu termasuk Daerah Endemik
otak dan saraf janin dalam kandungan, 2) Mencegah GAKY berat. Penyakit tersebut dimungkinkan karena
terjadinya penyakit seperti gondok, penyakit kretin, kekurangan dalam mengkonsumsi makanan atau garam
3) Mengatur penggunaan energi (Warta Posyandu, 1998). yang mengandung yodium. Konsumsi makanan dan
Badri: Penggunaan garam beryodium pada ibu rumah tangga 17

penggunaan garam beryodium banyak dilakukan oleh ibu (4) Cara penggunaan garam beryodium ibu rumah tangga
rumah tangga yang setiap hari memasak.1 di desa Bungu. (5) Cara penyimpanan garam beryodium
Adapun jumlah penduduk Desa Bungu tahun 2007 ibu rumah tangga di Desa Bungu.
adalah 1.206 orang yang terdiri dari perempuan 685 Rancangan Penelitian ini adalah diskriptif.
orang dan Laki-laki 521 orang, sedangkan jumlah KK Populasinya adalah ibu rumah tangga di Desa Bungu
341 yang terbagi dalam 3 Dusun 12 RT dan 6 RW. Kecamatan Bungkal yang terdiri dari 3 RW 12 RT
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perlu dilakukan berjumlah 367 orang. Sampelnya 36 orang ibu rumah
penelitian tentang penggunaan garam beryodium pada ibu tanga. Teknik pengambilan sampel Cluster Random
rumah tangga di Desa Bungu Kec. Bungkal Ponorogo. Sampling yaitu tiap RT 3 orang secara random.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Dokumenter untuk mengumpulkan data Demografi
Bagaimana Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang terdiri dari jumlah penduduk, jumlah KK dan lain-
penggunaan garam beryodium ibu rumah tangga di Desa lain dari Kantor Desa Bungu.
Bungu kec. Bungkal Ponorogo? Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data
Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Menganalisis tentang pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga tentang
pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam garam beryodium.
beryodium di desa Bungu. 2) Menganalisis Sikap ibu rumah Observasi untuk mengumpulkan data tentang macam
tangga tentang penggunaan garam beryodium di desa garam yang digunakan ibu, cara penggunaan garam, dan
Bungu. 3) Menganalisis macam garam yang digunakan cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah tangga di
ibu rumah tangga di desa Bungu. 4) Menganalisis cara desa Bungu dengan menggunakan check list (daftar tilik).
penggunaan garam beryodium ibu rumah tangga di Data yang telah dikumpulkan dianalisis sebagai
desa Bungu. 5) Menganalisis cara penyimpanan garam berikut:
beryodium ibu rumah tangga di desa Bungu. 1. Pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan
garam beryodium dianalisis secara proporsi dengan
rumus:
materi dan metode penelitian SP
N=   ×100 %
Sm
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai
Keterangan:
bulan Januari sampai dengan Juni 2010. N : Nilai yang didapat
Variabel dalam penelitian ini adalah: (1) Pengetahuan SP : Skor yang didapat
ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beryodium Sm : Skor maksimal
di desa Bungu. (2) Sikap ibu rumah tangga tentang 2. Sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan garam
penggunaan garam beryodium di desa Bungu. (3) Macam beryodium dianalisis secara Skor T dengan rumus:
garam yang digunakan ibu rumah tangga di desa Bungu.

Definisi operasional variabel:


No Variabel Definisi Operasional Indikator Instrumen
1 Pengetahuan Apa yang dimengerti dan Pengetahuan Baik bila nilai ≥ 76, Cukup Kuesioner 20 soal
dipahami ibu tentang garam bila nilai ≥ 60, kurang bila nilai < 60
beryodium.
2 Sikap Pendapat ibu tentang garam Sikap positip bila nilai T ≥ Mean T, sikap skala likert. Pertanyaan
beryodium. negatif bila nilai T < mean T favorable 10, unfavorabel 10.
3 Macam garam Garam yang digunakan ibu beryodium iodin test
untuk memasak tidak beryodium
4 Cara penggunaan Cara ibu menggunakan Baik bila digerus bersama bumbu sedikit, check list
garam garam pada saat memasak ditambahkan setelah diangkat dari
kompor dan ditutup
Cukup bila digerus bersama bumbu
sedikit, ditambahkan setelah diangkat
dari kompor dan dibuka
Buruk bila digerus dan dimasukkan
bersama bumbu dan dibuja
5 Cara penyimpanan Cara ibu menyimpan garam Baik bila disimpan dalam wadah yang Check list
garam kering dan tertutup
Cukup bila ditaruh di tempat yang sejuk,
jauh dari panas api/cahaya matahari
langsung
Buruk bila disimpan dalam wadah yang
kering dan terbuka
18 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 16–19

[X–X] beryodium ibu rumah tangga di desa Bungu sebagaimana


T = 50 + 10 Tabel 4.
S
3. Macam garam yang digunakan dianalisis secara
proporsi dengan rumus di atas.
Tabel 4. Cara penggunaan garam beryodium ibu rumah
4. Cara penggunaan garam beryodium dianalisis secara
tangga di Desa Bungu tahun 2010
proporsi dengan rumus di atas.
5. Cara penyimpanan garam beryodium dianalisis secara No. Cara penggunaan Jumlah Persentase
proporsi dengan rumus di atas. 1 Baik 11   30,56
2 Cukup 10   27,78
3 Buruk 15   41,66
hasil
Jumlah 36 100
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Sumber: kuesioner 2010
Pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan
garam beryodium di Desa Bungu sebagaimana Tabel 1. Cara penggunaan garam beryodium ibu rumah tangga
di desa Bungu 41,66% buruk.
Cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah
Tabel 1. Pengetahuan ibu rumah tangga tentang tangga di desa Bungu sebagaimana Tabel 5.
penggunaan garam beryodium di Desa Bungu
tahun 2010
Tabel 5. Cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah
No. Variabel Pengetahuan Jumlah Persentase tanggadi Desa Bungu tahun 2010
1 Baik  5   13,89
2 Cukup 13   36,11 No. Cara Penyimpanan Jumlah Persentase
3 Kurang 18   50 1 Baik 17   47,22
Jumlah 36 100 2 Cukup  6   16,67
Sumber: kuesioner 2010 3 Buruk 13   36,11
Jumlah 36 100
Pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan Sumber: kuesioner 2010
garam beryodium di Desa Bungu setengahnya (50%)
buruk. Sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan Cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah
garam beryodium di desa Bungu sebagaimana Tabel 2. tangga di desa Bungu 47,22% baik.

Tabel 2. Sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan


garam beryodium di Desa Bungu tahun 2010 pembahasan
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang Penggunaan
No. Variabel Sikap Jumlah Persentase
Garam Beryodium
1 Positip 17   47,22
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu,
2 Negatif 19   52,78
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
Jumlah 36 100
terhadap suatu objek tertentu melalui penglihatan,
Sumber: kuesioner 2010
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, namun sebagian
Sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan garam besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera
beryodium di Desa Bungu 52,78% Negatif. penglihatan dan pendengaran. 4 Pengetahuan tentang
Jenis garam yang digunakan ibu rumah tangga di desa penggunaan garam beryodium tersebut dipengaruhi oleh
Bungu sebagaimana Tabel 3. berbagai informasi yang mereka lihat dan mereka dengar
dari berbagai media yang ada sekarang. Di samping itu
menurut Teori Kognitif Sosial atau Social Cognitive
Tabel 3. Jenis garam yang digunakan ibu rumah tangga Theory dari Bandura,5 menekankan bahwa pengetahuan
di Desa Bungu tahun 2010 dipengaruhi oleh hubungan segitiga antara faktor external
(lingkungan), faktor internal dan tingkah laku (reciprocal
No. Macam Garam Jumlah Persentase
determinism).
1 Beryodium 34   94,44%
Pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan
2 Tidak Beryodium  2   5,56% garam beryodium di Desa Bungu setengahnya (50%)
Jumlah 36 100% buruk. Kebanyakan responden belum mengetahui tentang
Sumber: kuesioner 2010 upaya jangka pendek untuk penanggulangan penyakit
gondok, akibat kekurangan garam beryodium bagi ibu
Jenis garam yang digunakan ibu rumah tangga di
hamil, cara mengetahui mutu garam beryodium secara
desa Bungu 94,44% beryodium. Cara penggunaan garam
Badri: Penggunaan garam beryodium pada ibu rumah tangga 19

tradisional, manfaat garam beryodium, akibat kekurangan ibu salah dalam menggunakan garam beryodium yaitu
garam beryodum pada masa anak-anak, cara penggunaan garam semua digerus bersama bumbu dan setelah garam
garam beryodium yang benar, upaya jangka panjang dimasukkan ke dalam sayuran panci dibiarkan terbuka.
untuk penanggulangan penyakit gondok dan makanan Ini akan menyebabkan penguapan kandungan yodium
yang dapat menghambat penyerapan yodium (kuesioner tersebut. Seharusnya garam dimasukkan setelah sayuran
pengetahuan garam beryodium 2010). Hasil tersebut masak dan setelah dimasukkan sayuran ditutup.1 Hasil
dipengaruhi oleh kurangnya informasi tentang garam tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang kurang
beryodium terutama poin-poin pernyataan di atas. tentang cara penggunaan garam tersebut.

Sikap Ibu Rumah Tangga tentang Penggunaan Garam Cara Penyimpanan Garam Beryodium
Beryodium Cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tangga di desa Bungu 36,11% Buruk. Hasil observasi
tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. menunjukkan kebanyakan ibu tidak menyimpan
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi garam dalam wadah yang tertutup rapat dan kering,
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku menggunakan sendok yang basah atau menggunakan
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi tangan untuk mengambilnya, dan tidak menutup sesudah
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang menggunakan. Hal demikian akan mengurangi kualitas
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang garam beryodium tersebut.
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Seharusnya dalam menyimpan garam beryodium
Interaksi sosial individu membentuk pola sikap. dalam wadah yang tertutup rapat dan kering, menaruh di
Pembentukan sikap tersebut dipengaruhi oleh berbagai tempat yang sejuk, jauh dari panas api/ cahaya matahari
faktor di antaranya adalah pengalaman, kebudayaan, langsung, menggunakan sendok yang bersih dan kering
orang lain yang dianggap penting, media masa, interaksi untuk mengambilnya dan menutup kembali dengan rapat
lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosi dalam sesudah menggunakannya.3 Hasil tersebut disebabkan
diri individu.6 karena para ibu belum mengetahui bahwa cara
Notoatmodjo, 4 mengutip pernyataan Newcomb, penyimpanan garam yang tidak benar dapat mengurangi
salah seorang ahli psikologi sosial, yang menyatakan kandungan yodium dalam garam (check list penyimpanan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan garam 2010).
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan kesimpulan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah 1. Pengetahuan ibu rumah tangga tentang penggunaan
laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi garam beryodium di Desa Bungu setengahnya (50%)
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu buruk.
penghayatan terhadap objek. Sikap yang dimaksud adalah 2. Sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan garam
respons ibu rumah tangga terhadap stimuli sosial yang beryodium di desa Bungu 52,78% Negatif
telah dikondisikan yaitu penggunaan garam beryodium. 3. Jenis garam yang digunakan ibu rumah tangga di desa
Sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan garam Bungu 94,44% beryodium.
beryodium di Desa Bungu 52,78% Negatif. Hasil tersebut 4. Cara penggunaan garam beryodium ibu rumah tangga
mungkin dipengaruhi oleh pengalaman yang kurang, di desa Bungu 41,66% buruk.
pengetahuan yang kurang, dan informasi yang kurang. 5. Cara penyimpanan garam beryodium ibu rumah
tangga di desa Bungu 36,11% Buruk
Jenis Garam yang Digunakan Ibu Rumah Tangga
Jenis garam yang digunakan ibu rumah tangga di desa
Bungu 94,44% beryodium. Hasil observasi menggunakan daftar pustaka
uji iodin menunjukkan dari 36 keluarga yang di uji hanya
satu keluarga yang garamnya tidak mengandung iodium. 1. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
2001.
Hasil tersebut dipengaruhi oleh hampir seluruhnya 2. Puskesmas Bungkal. Rekapitulasi survei Prevalensi Gondok di
garam yang dijual di pasaran berlebel mengandung Puskesmas Bungkal. 2006.
yodium. Sehingga garam yang dimiliki ibu rumah tangga 3. Depkes RI. (1999). Pedoman Penyuluhan Bagi Petugas Puskesmas.
mengandung yodium. Jakarta.
4. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.
PT Rineka Cipta. Jakarta. 2005.
Cara Penggunaan Garam Beryodium Ibu Rumah Tangga 5. Bandura. Social Learning Theory. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-
Cara penggunaan garam beryodium ibu rumah Hall. 1986.
6. Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka
tangga di desa Bungu 41,66% buruk. Kebanyakan ibu-
Pelajar. Yogyakarta. 2005
20

Pola Pantang Makan Berhubungan dengan Proses Penyembuhan


Luka Sirkumsisi
(Restriction Diet Related with Wound Healing Process of Sircumsisi)

Zauhani Kusnul H
Akper Bahrul Ulum Jombang

abstrak
Kepercayaan untuk berpantang makan setelah proses sirkumsisi/khitan dengan tujuan luka khitan menjadi cepat sembuh masih
banyak dianut oleh masyarakat terutama oleh para orang tua. Kepercayaan ini diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang.
Secara teori proses penyembuhan luka justru membutuhkan nutrisi ekstra untuk menumbuhkan jaringan baru. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara perilaku makan (pantang dan tidak pantang) dengan proses kesembuhan luka anak
yang menjalani khitan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan “kohort” yaitu merupakan jenis
penelitian di mana menggunakan waktu secara longitudinal pada 30 anak yang menjalani khitan massal. Setiap anak diwawancarai
untuk mengetahui termasuk berpantang makan atau tidak dan proses penyembuhan luka diamati tiap hari untuk menilai lamanya
waktu yang dibutuhkan hingga luka sembuh kemudian dikategorikan luka sembuh cepat atau lambat. Hasil penelitian dianalisa dengan
uji korelasi spearman didapatkan nilai signifikasi = 0,023 < a (a = 0,05) yang artinya ada hubungan pola makan dengan proses
penyembuhan luka sircumsisi. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pola makan anak post sirkumsisi berhubungan
dengan lamanya proses penyembuhan, anak yang tidak berpantang makan proses penyembuhan lukanya lebih cepat.

Kata kunci: pola makan, penyembuhan luka, sirkumsisi

abstract
Believe on diet restriction after sircumsisi in order to faster wound healing process is still exist in many people, this believe is
transferred from parent to their sons. Teoritically, wound healing need more nutrition to grow new tissue. The aim of this study is to
identify the correlation between diet and wound healing process post sircumsisi. This study is analytic correlational study with cohort
approach to 30 boy after sircumsisi. Every responsdent be interviewed to ask about diet and wound healing be observed everyday.
The result be analized statistically with rank spearmen test and we get significancy value 0.023 < a (a = 0.05), it mean that there is
significant correlation between diet and wound healing process on boy post sircumsisi. So we can make a conclution that diet related
with wound healing process.

Key words: diet, wound healing, sircumsisi

pendahuluan dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/


kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.
Sircumsisi disebut juga khitan dalam bahasa Indonesia, Dampak masalah pantang makan terhadap proses
penyembuhan luka sircumsisi merupakan suatu proses penyembuhan luka sircumsisi adalah penyembuhan luka
yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-seluler, bio- yang lama karena kurangnya zat-zat gizi yang berfungsi
kimia terjadi berkesinambungan. Penggabungan respons sebagai unsur pembangun, serta terjadinya komplikasi
vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia pada luka sircumsisi seperti pendarahan, infeksi,
sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan sukar kencing, pengerutan pada saluran kencing,
komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan pembengkokan pada batang penis.2
luka sircumsisi. Tetapi di kalangan masyarakat masih ada
budaya pantang makan makanan tertentu untuk pasien
khitan. Di antaranya mereka dilarang makan Ikan, telur, materi dan metode penelitian
ayam, kacang-kacangan, bahkan minum air juga harus
dibatasi. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang Penelitian ini merupakan penelitian analitik
terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh korelasional dengan pendekatan kohort yang dilakukan
untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada 30 anak laki-laki yang mengikuti kegiatan khitan
luka agar lebih cepat kering. Ikan, telur dan daging massal di Kelurahan Ngaglik kecamatan Batu pada bulan
hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” September 2010. Variabel yang diteliti adalah pola makan
terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali anak, di mana dikategorikan berpantang makan atau tidak
orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka dan lamanya proses penyembuhan luka sirkumsisi. Data
menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain),1 pola pantang makan didapat dengan wawancara pada
Kusnul: Pola pantang makan 21

anak maupun keluarga, sedang proses penyembuhan didapatkan data bahwa lebih dari separuh anak mengalami
luka diobservasi langsung, proses penyembuhan luka proses penyembuhan luka yang cepat (Tabel 2).
dikatakan cepat bila luka sembuh kurang dari 10 hari, Selanjutnya kedua data ditabulasi silangkan untuk
sedangkan 10 hari atau lebih dikatakan lambat. Data yang melihat perbandingan proses kesembuhan luka dari kedua
terkumpul dianalisa secara statistik dengan uji korelasi kelompok (Tabel 3).
spearman untuk menentukan adanya hubungan antara
kedua variabel.
Tabel 3. Tabulasi silang pola makan dan proses
penyembuhan luka sircumsisi
hasil dan pembahasan
Kategori Percepatan
Pola makan setelah proses penyembuhan
Berdasarkan hasil wawancara tentang pola makan dilakukan sircumsisi luka sircumsisi Total
anak setelah khitan didapatkan data bahwa ternyata masih Cepat Lambat
banyak dikalangan masyarakat yang memegang teguh
Tidak pantang makan 10  3 13
kepercayaan untuk berpantang makan makanan tertentu
Pantang makan  6 11 17
terutama golongan sumber protein hewani (ayam, ikan,
Total 16 14 30
telor, susu, dan kacang-kacangan) dan mengajarkan
pada anaknya. Hal ini terlihat dari persentase anak yang
berpantang makan lebih besar dibanding yang tidak Dari tabel di atas dapat kita baca bahwa 10 dari 13
berpantang makan (Tabel 1). anak yang tidak berpantang makan mengalami proses
penyembuhan luka yang cepat, sebaliknya hanya 6 dari
17 anak yang berpantang makan mengalami proses
Tabel 1. Distribusi frekuensi pola makan anak post penyembuhan luka yang cepat. Secara kasat mata
sirkumsisi dapat dilihat bahwa anak yang tidak berpantang makan
memiliki potensi yang lebih tinggi untuk mengalami
No. Pola makan Frekuensi Persentase % penyembuhan luka yang cepat. Hasil ini dikuatkan
1 Tidak pantang makan 13   43,3% dengan analisis statistik menggunakan uji spearman
2 Pantang makan 17   56,7% rank dengan nilai signifikasi = 0,023 < a (a = 0,05)
Jumlah 30 100 yang berarti ada hubungan signifikan antara pola makan
dengan proses penyembuhan luka sircumsisi.
Hal ini ditunjang kenyataan di lapangan bahwa Pada tindakan sirkumsisi jaringan mengalami
responsden/anak yang menjalani khitan rata-rata masih perlukaan dan membutuhkan bahan-bahan pembangun
dalam usia sekolah dasar sehingga dalam hal penyediaan untuk kembali menutup,3 dengan logika ini bila bahan-
makanan mereka masih tergantung sepenuhnya pada bahan pembangun dalam hal ini terutama protein kurang
orang tua sehingga mereka hanya makan apa yang maka luka berpotensi mengalami proses penyembuhan
memang disediakan orang tuanya. Rata-rata anak yang yang lebih lama.
melakukan pantang makan mengatakan tidak tahu Kebutuhan nutrisi (kalori dan protein tinggi) sangat
alasannya, mereka sekadar menuruti apa yang dikatakan dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka sircumsisi,
orang tuanya. karena kedua zat ini berfungsi sebagai zat pembangun
Hal ini menunjukkan masih perlunya upaya sel-sel jaringan tubuh dan zat pengganti sel-sel yang
peningkatan pengetahuan masyarakat terutama tentang telah rusak. Sehingga jika asupan nutrisi (kalori dan
pentingnya nutrisi dalam proses penyembuhan luka protein) tidak terpenuhi dengan baik dapat menyebabkan
melalui berbagai media atau bahkan perlu peningkatan sel-sel jaringan yang rusak, dengan kata lain defisiensi
konseling keluarga tentang perlunya nutrisi yang baik nutrien dapat menghambat proses penyembuhan luka
pada saat anak menjalani khitan. sehingga berlangsung lebih lambat atau lama. Luka dapat
Berdasar hasil observasi langsung terhadap lamanya mengalami proses penyembuhan yang cepat jika bahan-
waktu yang dibutuhkan hingga luka sirkumsisi sembuh bahan (kalori dan protein dapat tercukupi dengan baik).4
Hasil penelitian ini ditunjang oleh asumsi5 bahwa
nutrisi perlu mendapat perhatian dalam proses
Tabel 2. Distribusi frekuensi percepatan proses penyembuhan karena dapat memulihkan kesehatan,
penyembuhan luka sircum responsden termasuk dalam hal ini dapat mempercepat penyembuhan
luka setelah sirkumsisi.
Percepatan proses Nutrisi merupakan salah satu asupan yang
No. penyembuhan luka Frekuensi Persentase % harus diperhatikan karena nutrisi digunakan untuk
sircumsisi mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
1 Cepat 16   53,3 normal dan organ serta untuk menghasilkan energi.
2 Lambat 14   46,7
Kalori dan protein tinggi merupakan zat pembangun
Jumlah 30 100 sel-sel yang telah rusak jadi jika tubuh sampai kekurangan
22 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 20–22

dapat menyebabkan tubuh terhambat dalam membangun daftar pustaka


sel-sel yang telah rusak tersebut.6 Hal ini menunjukkan
bahwa setelah dilakukan sircumsisi nutrisinya harus 1. Persagi. Penuntun Diit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1999.
2. Asep. Sirkumsisi dalam Kesehatan, Jakarta, Gramedia Pustaka
terpenuhi dengan baik sehingga dapat membantu proses Utama. 2008.
penyembuhan luka sircumsisi. 3. Sabiston. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC. 1999.
4. Boyle, Maureen. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC. 2009.
5. Manuaba. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia,
Jakarta: EGC. 2000.
kesimpulan
6. Marison J. Moya. Manajemen Luka, Jakarta: EGC. 2003.

Pola makan berhubungan signifikan dengan proses


penyembuhan luka sirkumsisi.
23

Hubungan antara Pengetahuan Remaja tentang Pendidikan Seks


dengan Perilaku Seks Remaja di SMU PGRI 2 Tuban
(The Correlation between Teenager’s Knowledge about Sexual Education and
Their Sexual Behavior among Teenagers in SMU PGRI 2 Tuban)

Miftahul Munir
STIKES NU Tuban

abstrak
Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks, sehingga ia
dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,
baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama lawan jenis. Survei pendahuluan dengan kuesioner, yang dilakukan pada Januari
2010 pada 78 remaja usia 16–19 tahun di Kecamatan Tuban, ditemukan 89,7% remaja pernah berpacaran. Dari 70 remaja tersebut,
interaksi lawan jenis atau perilaku berpacaran yang pernah dilakukan di antaranya, 41,4% remaja pernah berpegangan tangan dan
berpelukan. Perilaku dengan berciuman dan meraba daerah sensitif sebesar 38,5%, sedangkan 20% di antaranya pernah melakukan
hubungan badan. Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian tentang pengetahuan remaja tentang pendidikan dengan
perilaku seks remaja. Populasinya adalah semua siswa SMA PGRI 2 Tuban pada tahun angkatan 2010 sebanyak 353 responsden.
Besar sampel yang diambil dengan tehnik simple random sampling adalah sebesar 184 responsden. Berdasarkan hasil penelitian
dengan analisa uji statistik secara chi-square antara variabel pengetahuan remaja tentang pendidikan seks dengan perilaku seks
remaja di dapatkan hasil x2 hitung = 24,6522 > x2 tabel = 5,591. p < 0,05, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
remaja tentang pendidikan seks dengan perilaku seks remaja.

Kata kunci: pengetahuan remaja tentang pendidikan seks, perilaku seks remaja

abstarct
Knowledge is ”to know” after doing sensory perception to the ceratain thing. Sex education is to lead and to care someone
to understand about the meaning, the function, and the purpose of sex, in order that they can channel it well, and legally. Sex
behavior is all of behavior that is urged by sexual desire; it’s one of kind or different. The result of the preface survey at January
2010 was showed that 78 teenagers (16–19 years old) in Tuban district, 89.7% among of them were ever been engaged. From 70
teenagers, 41.4% among of them were ever hold hands and embrace. And 38.5% among of them were ever kissed and grope each
other, beside that 20% among of them were ever having intercourse. Based on the reason, reseacher conduct an experiment about
the correlation between the teenager’s knowledge levels about sexual education and their sex behavior among teenagers in SMA
PGRI 2 Tuban. Research design in this research is”Cross Sectional”. The population is all of students of Senior High School PGRI
2 Tuban at 2010 amount of 353 students. The samples are 184 responsdents by simple random sampling. The result of this research
showed x2 table (5.591) < x2 calculate (33,73177446) there are relationship between teeneger’s knowledge about sex education with
teeneger’s sexual behavior.

Key words: teenager’s knowledge about sexual education, sexual behavior

pendahuluan yang paling mencengangkan, di beberapa kota besar,


hampir semua remaja pernah menonton film porno yang
Beberapa waktu ini masalah remaja dengan alat sebenarnya menjadi konsumsi orang dewasa. Dan angka
reproduksinya sering mendapat perhatian, dan menjadi ini jelas lebih meningkat jika dibandingkan dengan tahun
fenomena yang cukup ironis. Remaja yang sedang 2005, yang angkanya hanya 44%.2
mencari identitas diri telah sangat mudah menerima Hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak SMA
informasi dunia berkaitan dengan masalah fungsi PGRI 2 Tuban, yaitu dengan guru BK, dikatakan bahwa
alat reproduksinya, sehingga cenderung mengarah ke hampir setiap tahun didapatkan ada beberapa siswa yang
pelaksanaan hubungan seksual yang semakin bebas.1 harus dikeluarkan dari sekolah dikarenakan hamil di luar
Perilaku seks bebas di negeri ini memang masih nikah, dan diperkirakan masih banyak kasus-kasus yang
tinggi. Terbukti dengan adanya data hasil survei 2008 sama juga terjadi dan tidak diketahui oleh pihak sekolah.
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Hal ini juga disampaikan oleh Glasier,3 pendidikan
menunjukkan, sebanyak 63% remaja SMP sudah seks akan menyebabkan kaum muda berkembang menjadi
melakukan hubungan seks di luar perkawinan. Sedangkan orang yang sehat secara seksual, yang mampu membuat
21% siswa SMA pernah melakukan aborsi. Temuan keputusan, berdasarkan yang mereka peroleh, tentang
24 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 23–26

kehidupan seks mereka saat ini dan di masa yang akan variabel terikat atau dependent adalah perilaku seks
datang. Pendidikan tersebut tidak saja memberikan fakta- remaja.
fakta penting pada remaja, tetapi juga mengembangkan Instrumen atau metode penelitian yang akan
keterampilan mereka dalam menerapkan pengetahuan digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner yang
ini ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dan juga akan dibagikan kepada responden dan akan dikembalikan
yang disampaikan oleh Mammoar4 bahwa faktor paling kepada peneliti untuk kemudian data tersebut diolah.
dominan yang menyebabkan remaja melakukan seks Setelah data terkumpul, data ini diperiksa
bebas atau seks pranikah adalah faktor ekonomi dan kelengkapannya, kemudian ditabulasi serta memberi kode,
pendidikan. Oleh karena itu, tenaga kesehatan memiliki memilih atau mengelompokkan data sesuai jenis data
peran serta dalam memberikan konseling pengetahuan yang dikehendaki, memasukkan data ke dalam lembar
tentang pendidikan seks. pengumpulan data sesuai kelompok data masing-masing,
Berdasarkan uraian di atas diduga ada hubungan memeriksa kembali kelengkapan data, dan menganalisis
antara pengetahuan remaja tentang pendidikan seks data sesuai dengan hasil penelitian yang diinginkan,
dengan perilaku seks remaja, khususnya pada siswa SMA kemudian data yang telah terkumpul dianalisis dengan
PGRI 2 Kecamatan Tuban. menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan
a 0,05 (5%) = 3,841 artinya Ho ditolak bila x2 hitung
> x2 tabel.
materi dan metode penelitian
∑ (fo – fh)2
x2 =
fh
Pendidikan seks lebih dari sekadar kajian tentang
seksualitas manusia dalam pelajaran biologi atau ilmu Untuk menguji kuatnya hubungan 2 variabel, dengan
sosial. Tujuan mempelajari seksualitas manusia adalah cara membandingkan koefisien kontigensi dengan
agar siswa lebih banyak mengetahui lebih banyak tentang kontigensi maksimal.
seks. Dan tujuan pendidikan seks terhampar di balik x2
ini, termasuk mendorong semacam keterampilan atau CI =
n + x2
kecakapan, sikap kecenderungan, perilaku dan refleksi
kritis terhadap pengalaman pribadi. (Reiss, 2007). No Perilaku Seks Remaja f %
Pendidikan seks seharusnya menyebabkan kaum muda 1 Pernah 84   45.65
berkembang menjadi orang yang sehat secara seksual, 2 Tidak Pernah 100   54,34
yang mampu membuat keputusan, berdasarkan yang Jumlah 184 100
mereka peroleh, tentang kehidupan seks mereka saat
ini dan di masa yang akan datang. Pendidikan tersebut m–1
C max =
seharusnya tidak saja memberikan fakta-fakta penting m
pada remaja, tetapi juga mengembangkan keterampilan
mereka dalam menerapkan pengetahuan ini ke dalam Keterangan:
C max = kontigensi maksimal
kehidupan mereka sehari-hari. Karena itu, pendidikan
m = jumlah kolom
seks akan mencakup tidak saja belajar mengenai fakta-
fakta biologis yang pasti, tapi juga masalah-masalah etik, CI
kepercayaan, moralitas, dan nilai-nilai pribadi. Jika hasil x2 = Cmax di antara: 0,01–0,20 hubungannya
Penelitian ini merupakan penelitian analitik yaitu sangat lemah, 0,21–0,40 hubungannya lemah, 0,40–0,60
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan hubungannya sedang, 0,61–0,80 hubungannya kuat, 0,81–1
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Dan penelitian hubungannya sangat kuat (Siregar, 2004).
ini menggunakan desain penelitian ”Cross Sectional”,
yaitu penelitian untuk yang mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan hasil
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point the approuch). Artinya Hasil penelitian ini memuat data tentang pengetahuan
setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja remaja tentang pendidikan seks, perilaku seks remaja,
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau hubungan pengetahuan tentang pendidikan seks dengan
variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, perilaku seks remaja, dan analisa hasil penelitian di SMA
2005). PGRI 2 Tuban, pada bulan Mei–Agustus 2010 sebanyak
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah 184 responsden. Adapun hasil distribusi data tersebut
pengetahuan remaja tentang pendidikan seks sebagai dapat disimak di Tabel 1.
variabel bebas atau independent, dan yang dijadikan
Munir: Hubungan antara pengetahuan remaja 25

Tabel 1. Distribusi responden Berdasarkan Pengetahuan atau tayangan seputar seks yang mengatasnamakan
Remaja tentang Pendidikan Seks pada Siswa pendidikan seks tanpa memperhatikan pedoman
SMA PGRI 2 Tuban Mei–Agustus 2010 pemberian pendidikan seks. Selain itu masih ada beberapa
remaja yang masih belum dapat memilih informasi yang
Pengetahuan remaja tentang
No f % tepat bagi dirinya.
pendidikan seks
Jumlah siswa di SMA PGRI 2 Tuban yang tidak
1 Baik 70   38,04
pernah melakukan beberapa perilaku seks remaja lebih
2 Cukup 92   50,00
3 Kurang 22   11,95 besar jika dibandingkan dengan yang pernah melakukan,
Jumlah 184 100
yaitu 54,34%����������������������������������������������
����������������������������������������������������
dikarenakan sarana pendidikan saat ini telah
mulai banyak dipergunakan sebagai tempat pemberian
pengetahuan tentang pendidikan seks. Contohnya melalui
Tabel 2. Distribusi responden Berdasarkan Perilaku Seks pelajaran yang dapat dijadikan sebagai perantara untuk
Remaja pada Siswa SMA PGRI 2 Tuban Mei– menyampaikan pengetahuan tentang pendidikan seks
Agustus 2010 yaitu Ilmu Biologi. Para guru di SMA PGRI 2 Tuban
sendiri biasanya memulainya dengan menyampaikan
No Perilaku Seks Remaja f % materi tentang makhluk hidup, anatomi fisiologi
1 Pernah 84   45.65 tumbuhan dan hewan dan biasanya berlanjut pada
2 Tidak Pernah 100   54,34 manusia dan sistem reproduksinya. Dari situlah para guru
Jumlah 184 100 dapat secara tidak langsung menyampaikan pengetahuan
tentang pendidikan seks. Selain itu dengan keberadaan
guru BK atau konseling di SMA tersebut juga cukup
Tabel 3. Distribusi responden Hubungan Pengetahuan membantu, dengan komunikasi yang baik para siswa
Remaja tentang Pendidikan Seks dengan dapat mengutarakan masalah serta pertanyaan-pertanyaan
Perilaku Seks Remaja Pada Siswa SMA PGRI 2 mereka dan akhirnya mereka dapat menentukan sikap
Tuban Mei–Agustus 2010 dalam berperilaku, khususnya yang berkaitan dengan
perilaku seksual.
Perilaku Seksual Remaja Seperti yang diketahui bahwa banyak faktor yang
Pengetahuan Jumlah
Tidak memengaruhi perilaku seks remaja, bukan hanya
No remaja tentang Pernah
Pernah pengetahuan tentang pendidikan seks. Norma, agama,
pendidikan seks
n % n % n % keluarga, dan lingkungan adalah contoh faktor-faktor
1 Baik 36 51,42 34 48,57 70 100 lainnya yang dapat memengaruhi perilaku seks remaja.
2 Cukup 38 41,30 54 58,69 92 100 Siswa SMA PGRI 2 sendiri tidak hanya menghabiskan
3 Kurang 10 45,45 12 54,54 22 100 waktunya di sekolah saja, namun mereka pun memilki
waktu-waktu di luar jam sekolah, yang mana lingkungan
Jumlah 84 45,65 100 54,34 184 100 di luar jam sekolah dan rumah tersebutlah yang juga
x2 hitung = 33,7317 p = < 0,05 dapat memengaruhi perilaku mereka. Karena hal-hal
tersebutlah diperkirakan ada beberapa siswa yang pernah
Lebih besarnya jumlah siswa SMA PGRI 2 Tuban melakukan beberapa perilaku seks remaja, yaitu sebesar
dengan pengetahuan yang cukup dan baik tentang 45,65%.
pendidikan seks, yaitu 38% dan 50%, bisa disebabkan Besarnya angka siswa di SMA PGRI 2 Tuban yang
oleh kepedulian beberapa pihak terhadap proses alamiah memilki pengetahuan yang cukup tentang pendidikan
yang terjadi pada remaja. Proses alamiah tersebut adalah seks dengan tidak pernah melakukan beberapa bentuk
proses yang dimulai saat remaja yang merupakan fase perilaku seks merupakan wujud dari keberhasilan
terpenting dalam kehidupan seseorang, yaitu tahapan beberapa tujuan dari pendidikan seks, yaitu mengurangi
transisi pra dewasa termasuk perkembangan hormon dan kehamilan remaja dan mengurangi risiko yang diambil
organ biologisnya, sehingga baik pakar seksologi maupun seperti kemungkinan adanya penyakit menular seksual,
pengamat ikut peduli dengan fase remaja tersebut. yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak
Banyak hal yang dilakukan untuk mengimplementasikan lansung dari materi-materi di kelas maupun dari ceramah
kepedulian mereka. Misalnya dengan menerbitkan buku- atau konseling hasil kerja sama pihak sekolah dengan
buku yang membahas seputar pengetahuan tentang seks, tenaga kesehatan
artikel-artikel seputar pendidikan seks yang dapat diakses Angka siswa SMA PGRI 2 Tuban yang memiliki
baik dari media cetak maupun media elektronik, buku- pengetahuan baik tentang pendidikan seks dengan pernah
buku seputar hal-hal kritis yang sering muncul menjadi melakukan beberapa bentuk perilaku seks dibandingkan
pertanyaan para remaja yang berkaitan dengan masalah dengan yang tidak pernah melakukan, dan besarnya
seks dan reproduksi. Sedangkan siswa yang memiliki angka siswa dengan pengetahuan yang kurang dengan
pengetahuan yang kurang tentang pendidikan seks, tidak pernah melakukan beberapa bentuk perilaku
kemungkinan dikarenakan oleh banyaknya tulisan, artikel seks dibandingkan dengan yang pernah melakukan,
26 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 23–26

menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja
pendidikan seks bukanlah satu-satunya faktor dominan tentang pendidikan seks dengan perilaku seks remaja. Ini
yang memengaruhi perilaku seks remaja.�������� Banyak adalah sebagian dari wujud
�����������������������������������
keberhasilan beberapa tujuan
penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa dari pendidikan seks, yaitu mengurangi kehamilan remaja
remaja yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian, dan mengurangi risiko yang diambil seperti kemungkinan
hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam adanya penyakit menular seksual, yang disampaikan baik
menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan secara langsung maupun tidak lansung dari materi-materi
lingkungan di sekitarnya. Remaja yang mempunyai di kelas maupun dari ceramah atu konseling hasil kerja
penyesuaian diri yang baik di sekolah, biasanya memiliki sama pihak sekolah dengan tenaga kesehatan.
latar belakang keluarga yang harmonis, menghargai
pendapat orang lain. Hal ini disebabkan karena
anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan saran
mengartikan rumah mereka sebagai suatu tempat yang
membahagiakan.����������������������������������
Dalam hal orang tua dan pendidik Pendidikan seks yang diberikan kepada remaja sangat
berarti juga memilki peran besar untuk mewujudkan membantu remaja dalam melalui masa transisi mereka,
remaja yang sehat secara fisik, moral, maupun spiritual. dan menjawab semua kebimbangan remaja. Manfaat
Selain itu pergaulan dalam masyarakat dan juga media pengetahuan tentang pendidikan seks dapat dapat
sangat memengaruhi persepsi mereka tentang semua hal terwujud secara maksimal dengan adanya partisipasi dari
yang berkaitan dengan seksual. Oleh karena itu butuh segala pihak, baik orang tua, pendidik, masyarakat sekitar,
kerja sama yang baik antar masyarakat, baik secara maupun lingkungan di mana remaja menghabiskan waktu
langsung maupun tidak langsung, dalam menyelesaikan dan aktifitasnya.
problematika yang terjadi pada remaja kita saat ini.

daftar pustaka
simpulan
1. Manuaba, 1999
2. JPS, Surya Online 07-01-2009
B�����������������������������������������������
erdasarkan hasil penelitian dengan analisa uji 3. Glasier, Anna. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
statistik secara chi-square antara variabel pengetahuan Jakarta: EGC. 2007.
������
remaja tentang pendidikan seks dengan perilaku seks 4. Mammoar (2009)
remaja di dapatkan hasil x2 hitung = 24,6522 > x2 tabel = 5. Reiss, 2007
6. Notoatmojo, 2005
5,591. p < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat
27

Hubungan Mutu Pelayanan Antenatal Care 7T terhadap Kepuasan


Pasien di RSB. Al Hasanah Madiun
(Connection for Service Quality Antinatal Care 7T to the Patient Satisfaction
Al Hasanah Matering Hospital Madiun)

Rumpiati
Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun

abstrak
Latar Belakang: Kepuasan pelanggan atau pasien terhadap pelayanan antenatal, tentu didasarkan pada mutu dari layanan
antenatal tersebut. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya hubungan saling percaya dengan ibu dan keluarga atau pasien. Hasil
studi pendahuluan bulan Mei 2011 di RSB. Al Hasanah selama 1 minggu dari 10 ibu hamil melakukan antenatal care sebanyak 7 ibu
hamil mengatakan tidak puas dengan pelayanan pemeriksaan kehamilan dan 3 orang mengatakan puas. Tujuan: untuk mengetahui
hubungan mutu pelayanan antenatal care 7T terhadap kepuasan pasien di RSB. Al Hasanah Madiun. Metode: Desain penelitian
menggunakan cross sectional. Variabel penelitian berupa indenpenden (variabel bebas) pelayanan antenatal 7T di RSB. Al Hasanah
Madiun1 dan variabel dependent (variabel terikat) adalah kepuasan pasien. Populasi penelitian semua ibu hamil yang periksa dan
dilayani antenatal care 7T di RSB. Al Hasanah Madiun pada bulan Juni 2011.2 Sampelnya semua ibu hamil yang periksa dan dilayani
antenatal care 7T di RSB. Al Hasanah Madiun pada bulan Juni 2011. Analisa data yang digunakan univariat dan bivariat dengan
uji chi-square. Hasil: Ada hubungan mutu pelayanan antenatal care 7T terhadap kepuasan pasien di RSB. Al Hasanah dengan nilai
r value sebesar 0,002. Mutu pelayanan sangat berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Kehilangan loyalitas konsumen dalam hal
antenatal care dapat diartikan ibu hamil akan beralih ke tempat pelayanan yang lain dalam melakukan antenatal care. Kesimpulan:
Kepuasan pasien yang baik terhadap mutu pelayanan antenatal care 7T lebih besar dibandingkan yang tidak baik dan terdapat
hubungan mutu pelayanan antenatal care 7T terhadap kepuasan pasien di RSB. Al Hasanah.

Kata kunci: Kepuasan, mutu pelayanan, antenatal care

abstract
Patient satisfaction for Antenatal service are based on Antenatal servie Quality. It takes trust with the family, mother or patient to
make it happen. Preliminary study result on May '2011 at Al-Hasanah Maternity Hospital for a week said, from 10 pregnant mother
had antenatal care, 7 mother are unsatisfied with pregnancy examination service, and 3 mother are not. Coals: to determine patient
satisfaction at Maternity Hospital Al-Hasanah Madiun to quality service for antenatal care 7T. Method: Research Design using cross
sectional, research variables are antenatal 7T at Maternity Hospital Al-Hasanah Madiun Independent, and patient satisfaction are
dependent variables. Research population are all pregnant mother which antenatal care 7T examined and service at Maternity Hospital
Al-Hasanah Madiun on June 2011. Univarat and Bivaratwith chi-square test are data analysis. Result: there are connection antenatal
care 7T Quality to patient satisfaction at Maternity Al-Hasanah Hospital with 0.002 pralue. Customer loyality are reacting on service
Quality losing customer loyality in antenatal care will cause pregnant mother proceed to another antenatal care. Conclusion: Patient
satisfaction for antenatal care 7T Quality Service at Maternity Al-Hasanah Hospital Madiun are bigger than unsatisfied patient.

Key words: satisfaction, service quality , antenatal care

pendahuluan keadaan di mana kebutuhan, keinginan dan harapan


pasien dapat terpenuhi.4 Untuk mewujudkan hal tersebut
Pelayanan antenatal berkualitas jika dilaksanakan perlu adanya hubungan saling percaya dengan ibu dan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang keluarga atau pasien. Apabila seorang ibu mempercayai
ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK). bidan, maka kemungkinan besar ia akan kembali ke bidan
Berdasarkan kebijakan program pelayanan asuhan yang sama untuk persalinan dan kelahiran bayinya.5
antenatal harus sesuai standar “7T”, yaitu: (Timbang) Data prasurvei di RSB. Al Hasanah, rata-rata
berat badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi) kunjungan ibu hamil 80 pasien setiap bulannya untuk
fundus uteri, Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) memeriksakan kehamilannya. Pada tahun 2010 jumlah
TT lengkap, Pemberian (Tablet) zat besi sebanyak 90 ibu hamil K1 adalah 420 ibu hamil, dan K4 462 ibu
tablet selama kehamilan, Tes terhadap penyakit menular hamil. Pada bulan Januari–April 2011 jumlah K1 adalah
Seksual, Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.3 76 ibu hamil, dan K4 adalah 84 ibu hamil.
Kepuasan pelanggan atau pasien terhadap pelayanan Berdasarkan studi pendahuluan bulan Mei 2011 di
antenatal, tentu didasarkan pada mutu dari layanan RSB. Al Hasanah selama 1 minggu dari 10 ibu hamil
antenatal tersebut. Kepuasan pasien sebagai suatu yang melakukan antenatal care sebanyak 7 ibu hamil
28 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 27–30

mengatakan tidak puas dengan pelayanan pemeriksaan


kehamilan karena bidan kurang menyeluruh dalam
melakukan pemeriksaan, yaitu tidak memeriksa
tekanan darah, kurang jelas memberi penjelasan, dan
pemeriksaannya tidak lengkap serta 3 orang mengatakan
puas dengan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan
uraian dalam latar belakang masalah di atas maka
rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada
hubungan mutu pelayanan antenatal care 7T terhadap
kepuasan pasien di RSB. Al Hasanah Madiun?” Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan mutu Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan umur di RSB.
pelayanan antenatal care 7T terhadap kepuasan pasien di Al Hasanah pada bulan Juni 2011.
RSB Al Hasanah Madiun.
yaitu 14 responden (46,7%). Sementara yang paling
sedikit kelompok umur > 40 tahun sebesar 2 responden
materi dan penelitian (6,7%).

Jenis penelitian ini adalah korelasi, yaitu penelitian


yang dapat mencari, menjelaskan hubungan, dan
menguji berdasarkan teori yang ada. Desain penelitian
menggunakan cross sectional, yaitu menekankan
waktu mengukur atau observasi 2 variabel hanya 1 kali
pada satu saat.2 Pada penelitian ini terdapat 2 variabel
yaitu variabel indenpenden (variabel bebas) pelayanan
antenatal 7T di RSB. Al Hasanah Madiun1 dan variabel
Dependent (variabel terikat) adalah kepuasan pasien.
Populasi penelitian ialah semua ibu hamil yang
periksa dan dilayani antenatal care 7T di RSB. Al
Hasanah Madiun pada bulan Juni 2011.2 Sampel dalam Gambar 2. Karakteristik responden Berdasarkan Pendidikan
penelitian ini adalah semua ibu hamil yang periksa Pasien di RSB. Al Hasanah bulan Juni 2011.
dan dilayani antenatal care 7T di RSB. Al Hasanah
Madiun pada bulan Juni 2011.6 Adapun penentuan Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa
sampel berdasarkan kriteria inklusi adalah ibu hamil sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak
periksa dilayani antenatal care 7T di RSB. Al Hasanah 14 responden (46,7%) dan yang paling sedikit responden
Madiun, bersedia diteliti/kooperatif, dan bisa membaca berpendidikan SD sebanyak 9 responden (30%).
serta menulis. Kriteria eksklusinya ibu hamil periksa
dan dilayani antenatal care 7T tidak bersedia diteliti,
tidak dapat membaca dan menulis, serta tidak dilayani
antenatal care 7T.2
Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah
total populasi jika jumlah populasi relatif kecil, < 30
orang.1 Instrumen penelitian ini meliputi data primer
yang diperoleh langsung dari ibu hamil yang periksa
dan dilayani antenatal care 7T menggunakan kuesioner
tertutup. 6-7 Analisa data dengan analisa univariate Gambar 3. Karakteristik responden Berdasarkan Pekerjaan di
berupa distribusi/persentase dan analisis bivariat dengan RSB. Al Hasanah pada bulan Juni 2011.
menggunakan tabulasi silang menggunakan uji Chi Berdasarkan diagram di atas sebagian besar
Square dengan tingkat kelemahan a = 0,05.8 Penelitian responden adalah ibu rumah tangga sebesar 15 responden
ini dilaksanakan bulan Juni–Juli 2011 di RSB. Al (50%) sementara yang paling sedikit adalah sebagai PNS
Hasanah Madiun. sebesar 3 responden (10%).
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan responden
yang memberikan tanggapan baik terhadap mutu
hasil pelayanan antenatal care 7T adalah lebih besar, yaitu
26 responden (86,7%) dari pada yang memberikan
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa tanggapan tidak baik terhadap mutu pelayanan antenatal
kelompok umur yang paling banyak yaitu 31–35 tahun, care 7T, yaitu sejumlah 4 responden (13,3%).
Rumpiati: Hubungan mutu pelayanan antenatal care 7T 29

pembahasan
Mengidentifikasi Mutu Pelayanan Antenatal Care 7T
Berdasarkan Gambar 4 jumlah responden yang
memberikan tanggapan mutu pelayanan antenatal care 7T
baik adalah lebih banyak dibandingkan yang memberikan
tanggapan tidak baik terhadap mutu pelayanan antenatal
care 7T. Hal ini disebabkan karena RSB. Al Hasanah
Gambar 4. Karakteristik responden Berdasarkan Tanggapan telah dengan optimal mungkin menerapkan standar mutu
Terhadap Mutu Pelayanan di RSB. Al Hasanah pada pelayanan antenatal care 7T, sehingga para pasien dapat
bulan Juni 2011. merasakannya.

Mengidentifikasi Kepuasan Pasien


Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa sudah
banyak pasien yang merasakan puas terhadap pelayanan
antenatal care 7T yang diberikan oleh RSB Al Hasanah.
Kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai suatu keadaan di mana kebutuhan, keinginan,
dan harapan pelanggan dapat terpenuhi, melebihi produk
yang dikonsumsi. Terdapat 5 ukuran untuk menilai mutu
Gambar 5. Karakteristik responden Berdasarkan Kepuasan atau kualitas produk jasa atau pelayanan: responsiveness
Pasien di RSB. Al Hasanah pada bulan Juni 2011. (ketanggapan), reliability (kehandalan), assurance
Berdasarkan diagram di atas bahwa 20 responden (jaminan), emphaty (empaty), dan tangibles (berwujud).
(66,7%) merasakan puas terhadap pelayanan antenatal
Menganalisa Hubungan Mutu Pelayanan Antenatal Care 7T
Care 7T di RSB Al Hasanah dan 10 responden (33,3%) terhadap Kepuasan Pasien di RSB Al Hasanah
merasakan tidak puas terhadap pelayanan Antenatal care
7T di RSB. Al Hasanah. Berdasarkan Tabel 1 didapatkan persentase pasien
yang menanggapi mutu pelayanan antenatal care 7T
baik dan merasakan puas terhadap pelayanan antenatal
Tabel 1. Tabulasi Silang Hubungan Mutu Pelayanan care 7T, yaitu 20 responden (66,7%). Sedangkan yang
Antenatal Care 7T terhadap Kepuasan Pasien di menanggapi mutu pelayanan antenatal care 7T tidak baik
RSB Al Hasanah pada bulan Juni 2011 dan merasakan tidak puas terhadap pelayanan, yaitu 4
responden (13,3%).
Mutu Pelayanan Kepuasan Pasien Kepuasan pasien merupakan suatu tingkat perasaan
Jumlah
ANC 7T Tidak Puas Puas pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja
Tidak Baik 4 0 4 layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
(13,3%) (0%) (13,3%) membandingkan dengan apa yang diharapkannya.4
Baik 6 20 26 Apabila apa yang diterima lebih tinggi atau setidaknya
(20%) (66,7%) (86,7%) sama dengan yang diharapkan, maka seorang pasien
Jumlah 10 20 30 akan merasa puas terhadap layanan kesehatan yang
(33,3%) (66,7%) (100%) diterimanya, sebaliknya, bila apa yang diterima lebih
rendah dari yang diharapkan, maka seorang pasien
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu 20 akan merasa tidak puas atau kecewa dengan pelayanan
responden (66,7%) menilai mutu pelayanan antenatal kesehatan yang diterimanya.
care 7T di RSB Al Hasanah adalah baik dan menyatakan Mutu pelayanan antenatal care harus dapat
bahwa mereka puas terhadap pelayanan yang diberikan. memenuhi aspek standar pelayanan antenatal care
Sedangkan sebagian kecil, yaitu 4 responden (13,3%) dan dapat mengedepankan kelengkapan dari 5 dimensi
menilai mutu pelayanan Antenatal care 7T di RSB. pelayanan yang diberikan. Berkurangnya mutu pelayanan
Al Hasanah adalah tidak baik dan menyatakan bahwa disebabkan karena di antara dimensi mutu pelayanan ada
mereka tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan. yang tidak dilaksanakan dengan baik, misalnya jadwal
Hasil penghitungan menggunakan program komputer pelayanan yang tidak jelas dan peralatan pendukung yang
didapatkan nilai chi-square sebesar 9,231 dengan r value tidak memadai.7
sebesar 0,002. Oleh karena nilai r value < a (0,002 < Berkurangnya mutu pelayanan antenatal care
0,05), berarti menerima hipotesis penelitian, yaitu H1 berakibat pada berkurangnya minat ibu hamil untuk
diterima dan H0 ditolak, sehingga ada hubungan mutu melaksanakan antenatal care pada fasilitas pelayanan
pelayanan antenatal care 7T terhadap kepuasan pasien di tersebut. Mutu pelayanan sangat berpengaruh terhadap
RSB. Al Hasanah. loyalitas konsumen. Kehilangan loyalitas konsumen
30 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 27–30

dalam hal antenatal care dapat diartikan ibu hamil akan kesehatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
beralih ke tempat pelayanan yang lain dalam melakukan antenatal care 7T di lingkungannya; dan 3) peneliti
antenatal care.9 selanjutnya menindaklanjuti, dengan melengkapi data
yang telah mendukung agar hasil penelitian lebih akurat
dan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi.
simpulan

Responsden yang memberikan tanggapan baik daftar pustaka


terhadap mutu pelayanan antenatal care 7T lebih besar,
yaitu 26 responden (86,7%) dari pada yang memberikan 1. Sugiyono. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: CV.
Alfabeta; 2000.
tanggapan tidak baik terhadap mutu pelayanan antenatal 2. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodogi Penelitian Ilmu
care 7T, yaitu sejumlah 4 responden (13,3%). Sebagian Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika; 2008.
besar responsden, yaitu 20 responden (66,7%) merasakan 3. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
puas terhadap pelayanan antenatal care 7T di RSB. Al YBP-SP; 2008.
4. Mamik. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dan
Hasanah dan 10 responden (33,3%) merasakan tidak puas Kebidanan. Surabaya: Prins Media Publishing; 2010.
terhadap pelayanan antenatal care 7T. Terdapat hubungan 5. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Asuhan Antenatal: JHPIEGO;
mutu pelayanan antenatal care 7T terhadap kepuasan 2003.
pasien di RSB. Al Hasanah. 6. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta 2006.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan 7. Depkes RI. Standar Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI;
terhadap pasien di RSB. Al Hasanah Madiun, maka 2002.
ada beberapa saran sebagai berikut: 1) bagi intansi 8. Notoatmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kesehatan perlu peningkatan mutu pelayanan antenatal Cipta; 2005.
9. Kotler P. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis,
care 7T dengan menerapkan berbagai standar mutu yang Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba
sesuai; 2) masyarakat dapat ikut membantu aktif instansi Empat; 2002.
31

Optimasi Formula Tablet Lepas Lambat Kaptopril Menggunakan


Sistem Kombinasi Polimer HPMC K4M dan Guar Gum
(Optimization of Formula Sustained Release Captopril Using Combination
Polymer System HPMC K4M and Guar Gum)

Angeline Rosiana dan Lannie Hadisoewignyo


Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Dinoyo 42–44, Surabaya-60265
e-mail: lanhadi@yahoo.com

abstrak
Kaptopril merupakan obat anti hipertensi dengan frekuensi penggunaan berulang kali dalam sehari, oleh sebab itu kaptopril perlu
diformulasikan dalam bentuk lepas lambat. Formula tablet lepas lambat kaptopril diperoleh dengan menggunakan metode factorial
design. Faktor yang diteliti adalah perbandingan HPMC K4M – Guar gum pada tingkat 1:1 dan 4:1 serta konsentrasi asam tartrat
pada tingkat 0% dan 5%. Respons terpilih adalah kekerasan tablet, kerapuhan tablet, floating lag time, dan konstanta laju disolusi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kedua faktor dan interaksinya terhadap sifat fisik massa tablet, pelepasan
kaptopril, floating lag time, seta memperoleh formula optimum yang memenuhi persyaratan dan menghasilkan tablet dengan pola
pelepasan obat menurut kinetika orde nol. Faktor kombinasi perbandingan HPMC K4M – Guar gum dapat meningkatkan kekerasan,
menurunkan kerapuhan, mempercepat floating lag time, dan memperbesar konstanta laju disolusi. Faktor konsentrasi asam tartrat
dapat menurunkan kekerasan, meningkatkan kerapuhan, mempercepat floating lag time, dan memperbesar konstanta laju disolusi.
Faktor interaksi keduanya dapat menurunkan kekerasan, meningkatkan kerapuhan, memperlambat floating lag time, dan memperbesar
laju disolusi. Formula optimum dapat diperoleh dengan kombinasi perbandingan HPMC K4M – Guar gum 3,04:1 dan konsentrasi
asam tartrat 1,33%, dengan respons kekerasan 12,48 kp, kerapuhan 0,29%, floating lag time 0,92 menit, dan konstanta laju disolusi
0,04 mg/menit.

Kata kunci: kaptopril, HPMC K4M, guar gum, asam tartrat, factorial design

abstract
Captopril is a hypertension drug with repeatedly used frequency in a day. Therefore captopril should be formulated in the form of
sustained release and find the optimum formula using factorial design. Factor used is the ratio of HPMC K4M - Guar gum factor at
the level of 1:1 and 4:1 and the concentration of tartaric acid at levels of 0% and 5%. Responses are chosen based on tablet hardness,
tablet friability, floating lag time, and dissolution rate constants. The purpose of this study was to determine the influence of both factors
and their interactions on mass physical properties of tablets, captopril release, floating lag time, and obtained the optimum formulation
that meets the requirements and produce tablets with drug release pattern according to zero order kinetics. Combination of factors
HPMC K4M - Guar gum ratio can increase the hardness, lower friability, accelerate the floating lag time, and increase the dissolution
rate constant. Tartaric acid can reduce the factors of hardness, increase the friability, accelerate the floating lag time, and increase the
dissolution rate constant. Interaction of both factors can reduce the hardness, increase the friability, slow floating lag time, and increase
the rate of dissolution. Based on Design Expert optimation program was obtained the optimum formula using a combination of HPMC
K4M – Guar gum ratio 3.04:1 and concentration of of tartaric acid 1.33% would be result hardness respons 12.48 Kp the friability
0.29%, the floating lag time 0.92 minutes, and the rate of dissolution 0.04 mg/min.

Key words: captopril, HPMC K4M, guar gum, tartaric acid, factorial design

pendahuluan berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama.


Beberapa keuntungan tersebut antara lain pengurangan
Kaptopril merupakan senyawa aktif yang berfungsi frekuensi pemberian obat, serta mengurangi fluktuasi
sebagai inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE) konsentrasi obat dalam darah sehingga dapat memperkecil
yang banyak digunakan untuk pengobatan gagal jantung efek samping obat. Sifat kaptopril yang mudah larut dalam
dan hipertensi karena keefektifannya serta toksisitasnya air dan mudah teroksidasi pada pH usus, menyebabkan
yang rendah. Kaptopril memiliki waktu paruh yang perlunya suatu strategi pengembangan tablet lepas lambat
singkat yaitu 2–3 jam, sehingga cocok untuk dibuat kaptopril yang dapat cukup kuat menahan pelepasan
sediaan tablet lepas lambat. Pengembangan tablet lepas obat dan dapat bertahan dalam lambung dalam waktu
lambat kaptopril akan memberikan beberapa keuntungan yang cukup lama.1 Kaptopril diabsorpsi di lambung dan
kepada pasien yang perlu mengkonsumsi obat ini secara di bagian proksimal usus halus secara pasif dan sebagian
32 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 31–36

lagi diabsorpsi dengan bantuan peptida, sementara lebih dapat memberi suatu rintangan alami untuk terjadinya
dari 40% dieliminasi dalam bentuk kaptopril utuh melalui difusi obat dari tablet dan pada akhirnya menyebabkan
urine.2 Absorpsi kaptopril berlangsung cepat sehingga pelepasan obat menjadi lambat.5,6
kadar terapeutik obat dalam plasma cepat tercapai dan
karena waktu paruh yang singkat, kadar terapeutik obat
dalam plasma menjadi sukar dipertahankan. Oleh karena materi dan metode penelitian
itu, kaptopril merupakan obat yang sangat potensial untuk
diformulasi dalam bentuk sediaan lepas lambat. Dengan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini
adanya tablet lepas lambat kaptopril, konsentrasi terapeutik mempunyai spesifikasi pharmaceutical grade (p.g), yang
obat dalam plasma dapat lebih dipertahankan, sehingga meliputi kaptopril (Kunze Indopharm bv, Den Haag,
terapi dapat berjalan lebih optimal. Kenyamanan pasien Holland), HPMC K4M (Merchant, Singapore), guar gum
juga meningkat dengan adanya pengurangan frekuensi (Degussa, Jerman), asam tartrat, natrium bikarbonat, PVP
pemberian obat.3 K-30 (Nanhang Industrial Co., Ltd., Cina), talk (Sun
Sistem matriks hidrofilik yang digunakan pada Plan Development Ltd., Cina), magnesium stearat (Peter
penelitian ini adalah kombinasi Hidroxypropyl Greven, Venlo), kalsium sulfat (Sigma Aldrich, Jerman).
Methylcellulose (HPMC) K4M dan guar gum yang dapat Bahan-bahan yang memiliki spesifikasi pro analytical
membentuk gel matrik hidrofilik dalam media air yang grade (p.a.) adalah HCl (E. Merck, Jerman) dan FeCl3 (E.
akan menghambat pelepasan zat aktif. Hidroxypropyl Merck, Jerman).
Methylcellulose K4M (HPMC K4M) adalah polimer Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
yang larut dalam cairan lambung dan umum digunakan mesin cetak tablet single punch (model TDT, Shanghai,
pada salut film. HPMC K4M umum digunakan untuk China); alat uji kekerasan tablet (Schleuniger tipe 6D-
sediaan tablet lepas lambat dengan sistem floating, yang 30, Jerman); alat uji kerapuhan tablet (Erweka tipe TA-
mampu menahan lama sediaan tablet di dalam lambung 3, Jerman); alat uji disolusi tablet (Erweka tipe DT-70,
selama ± 6 jam. Untuk sediaan tablet lepas lambat dengan Jerman); spektrofotometer UV-VIS (Hitachi tipe U-
sistem floating effervescent maka dibutuhkan bahan yang 1100, Jepang); alat uji kadar air granul (Sartorius MA-
dapat menghasilkan gas, sehingga dapat memberikan 30, Jerman); timbangan analitis (Sartorius tipe AL-500,
kemampuan untuk mengapung. Hal ini dapat diberikan Jerman).
dengan penggabungan natrium bikarbonat, kalsium Pada penelitian ini digunakan metode factorial design
karbonat dengan atau tanpa asam sitrat atau asam tartrat.4 dengan dua faktor (perbandingan konsentrasi kombinasi
Guar gum disebut juga dengan guaran yang dari HPMC K4M - Guar gum dan konsentrasi asam
diekstraksi dari biji legumen Cyamopsis tetragonolobus. tartrat) dan dua tingkat (konsentrasi kombinasi HPMC
Guar gum merupakan galactomannan yang memiliki K4M-Guar gum: tingkat rendah = 1:1; tingkat tinggi
rantai utama b - D mannopyranosil yang dihubungkan = 4:1; konsentrasi asam tartrat: tingkat rendah = 0%,
dengan ikatan (1–4) dan rantai cabang a - D tingkat tinggi = 5%). Komposisi dari tiap formula bisa
galactopyranosil yang berhubungan melalui ikatan (1–6). dilihat pada Tabel 1.
Guar gum dapat digunakan sebagai matriks hidrofilik Pembuatan Tablet Lepas Lambat Kaptopril.
karena mampu mengembang dan membentuk massa yang Kombinasi matriks (HPMC K4M - Guar gum), kalsium
kental dalam air, tidak toksik, murah, dapat digunakan sulfat, kaptopril, dan PVP K-30 dicampur, kemudian
sebagai matriks obat yang larut air dan yang tidak larut ditambahkan alkohol 96% sampai terbentuk massa
air, dan mempunyai viskositas yang tinggi sehingga granul, diayak dengan mesh 16 dan dikeringkan dengan

Tabel 1. Formula Tablet Lepas Lambat Kaptopril

F I (1:1) F II (1:1) F III (4:1) F IV (4:1)


(HPMC 15% : Guar (HPMC 15% : Guar (HPMC 24% : Guar (HPMC 24% : Guar
Nama Bahan
gum 15%) gum 15%) gum 6%) gum 6%)
(����������������
Asam tartrat 0%)
��� (����������������
Asam tartrat 5%)
��� (����������������
Asam tartrat 0%)
��� (����������������
Asam tartrat 5%)
���
Kaptopril   50   50   50   50
HPMC K4M   45   45   72   72
Guar gum   45   45   18   18
Kalsium sulfat   85   70   85   70
Asam tartrat   0   15   0   15
Na bikarbonate (10%)   30   30   30   30
PVP K-30 (10%)   30   30   30   30
Talk (4%)   12   12   12   12
Magnesium stearat (1%)   3   3   3   3
Total bobot tablet (mg) 300 300 300 300
Rosiana dan Hadisoewignyo: Optimasi formula tablet lepas lambat kaptopril 33

oven 50° C hingga kelembaban granul 3–5%. Granul per menit. Suhu medium dijaga konstan 37 ± 0,5° C dan
kering diayak lagi dengan pengayak mesh 18, selanjutnya volume medium disolusi adalah 900 mL. Sampel obat
ditambahkan asam tartrat, natrium bikarbonat, talk, dan yang terlepas ke dalam medium diambil pada menit ke
magnesium stearat, kemudian dilakukan pengujian mutu 10, 15, 30, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360. Tiap
granul. Campuran dicetak dengan bobot 300 mg per sampel yang diambil dari media disolusi diperiksa
tablet. Pentabletan dilakukan dengan tekanan kompresi serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada
yang sama pada semua formula, kemudian dilakukan uji panjang gelombang serapan maksimum.
mutu tablet.
Pengamatan Sifat Fisik Granul dan Tablet. Uji
sifat fisik granul yang dilakukan adalah pengukuran hasil dan pembahasan
kelembaban granul, waktu alir, sudut diam, dan Carr’s Karakterisasi Granul
index. Uji sifat fisik tablet meliputi uji keragaman bobot,
uji keseragaman kandungan, uji kekerasan tablet, uji Hasil uji mutu fisik granul dapat dilihat pada Tabel
kerapuhan tablet, dan uji floating lag time. 2, menunjukkan bahwa granul memiliki kelembaban
Penetapan Kadar Kaptopril dalam Tablet. Diambil granul dan sifat alir yang baik, yang berarti granul
20 tablet kaptopril secara acak, timbang satu persatu dapat mengalir dengan baik saat memasuki ruang cetak
10 tablet dari 20 tablet, dihitung bobot rata-ratanya pada proses kompresi tablet sehingga akan diperoleh
dan digerus. Ditimbang seksama 300 mg serbuk yang keseragaman dalam pengisian yang akan menjamin
setara dengan 50 mg kaptopril, kemudian dilarutkan keseragaman sediaan.
dalam larutan HCl 0,1 N. dan ditambahkan HCl 0,1 N
Karakterisasi Tablet
sampai 100 mL, dikocok, kemudian disaring dengan
kertas whatman nomor 40. Dipipet 0,14 mL filtrat Hasil Uji Keseragaman Sediaan
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL Uji keseragaman sediaan meliputi uji keragaman
dan ditambahkan HCl 0,1 N sampai 10 mL, kemudian bobot dan uji keseragaman kandungan (Tabel 3).
dipipet 2 mL, dimasukkan dalam tabung reaksi dan Uji keragaman bobot dan keseragaman kandungan
ditambahkan 2 mL larutan FeCl 3 dan 1 mL larutan pada semua formula memenuhi persyaratan menurut
K 3 FeCN 6 . Dilakukan pengamatan serapan pada Farmakope Indonesia edisi IV10, yaitu jumlah zat aktif
pengamatan panjang gelombang serapan maksimum dari masing-masing 10 satuan sediaan terletak antara
dengan larutan 2 mL HCl 0,1 N, 2 mL FeCl3 dan 1 mL 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan
K3FeCN6 sebagai blangko. koefisien variasinya kurang dari 6,0%.

Uji Pelepasan Obat Hasil Uji Kekerasan Tablet


Uji pelepasan obat dari matriks dilakukan dengan Uji ini dilakukan untuk menggambarkan ketahanan
menggunakan alat disolusi model apparatus II USP tablet terhadap tekanan, goncangan maupun pengikisan
yaitu model paddle. Tablet dimasukkan ke dalam labu selama proses produksi, pengemasan transportasi ataupun
yang berisi larutan HCl pH 3,0 sebagai medium. Jarak distribusi. Tablet lepas lambat yang baik mempunyai
pengaduk dayung dari dasar labu adalah 2,5 ± 0,2 cm dan kekerasan 10–20 kgf.12 Persamaan terkait dengan respons
pengaduk dayung diputar dengan kecepatan 50 putaran kekerasan tablet yaitu:

Tabel 2. Hasil uji mutu fisik granul

Mutu Fisik FI F II F III F IV Persyaratan


Kadar air (MC) (persen) 3,59 ± 0,47 3,63 ± 0,08 3,48 ± 0,23 3,77 ± 0,40 3–5% 7
Waktu alir (detik) 8,65 ± 0,04 8,74 ± 0,09 8,81 ± 0,03 8,72 ± 0,04 < 10 detik 8
Sudut diam (persen) 28,17 ± 0,59 29,03 ± 0,38 28,47 ± 0,65 29,23 ± 0,47 25–30° 9
Carr’s index (persen) 13,67 ± 1,15 13,33 ± 1,53 12,33 ± 1,53 12,67 ± 2,08 < 20% 9

Tabel 3. Hasil uji mutu fisik tablet

Keseragaman Kekerasan Kerapuhan Floating Lag


Keragaman KV KV
Formula Kandungan Tablet Tablet Time
Bobot (%) (%)
(%) (Kp) (%) (menit)
I 100,51 ± 0.45 0,45 102,08 ± 0,94 0,92 15,49 ± 0,03 0,163 ± 0,00 1,77 ± 0,03
II 99,37 ± 0,21 0,22 101,46 ± 1,30 1,28 13,55 ± 0,24 0,486 ± 0,00 0,75 ± 0,06
III 99,97 ± 0,42 0,42 100,87 ± 1,39 1,38 11,28 ± 0,02 0,326 ± 0,00 0,61 ± 0,03
IV 99,78 ± 0,71 0,71 100,94 ± 1,39 1,38 10,21 ± 0,05 0,489 ± 0,00 0,36 ± 0,03
34 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 31–36

Y = 12,63 – 1,89 Xa – 0,75 Xb + 0.22 XaXb.................. (1)


Y adalah respons kekerasan, Xa adalah tingkat faktor
perbandingan kombinasi polimer HPMC K4M - guar
gum dan Xb adalah tingkat faktor konsentrasi asam
tartrat. Dari persamaan yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa kombinasi polimer merupakan komponen yang
paling dominan dalam memengaruhi kekerasan tablet,
ditandai dengan nilai koefisien -1,89. Hal ini disebabkan
karena adanya sifat deformasi elastik dari HPMC. Faktor
konsentrasi asam tartrat dapat memberikan pengaruh
yang negatif yang ditandai dengan nilai koefisien -0,75,
berarti menurunkan kekerasan tablet, hal ini disebabkan Gambar 2. Contour plot kerapuhan tablet kaptopril.
karena sifat higroskopis dari asam tartrat. Sedangkan
interaksi kedua faktor memberikan pengaruh positif
Hasil Uji Penetapan Kadar Kaptopril dalam Tablet
terhadap kekerasan tablet yang ditandai dengan nilai
koefisien +0,22. Kadar kaptopril pada uji penetapan kadar tablet
Berdasarkan persamaan (1) diperoleh dapat dibuat (Tabel 4) memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang
suatu contour plot sebagai berikut: dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,0%. 10 Hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna
pada uji penetapan kadar antarformula (F hitung (0,0941) <
F (0,05: 3,8= 4,07)), sehingga bisa dikatakan bahwa proses
pembuatan tablet berlangsung baik.

Tabel 4. Hasil Uji Penetapan Kadar kaptopril dalam


Tablet

Hasil Penetapan Kadar


Formula
(persen)
I 100,83 ± 0,59
II 101,77 ± 0,52
III 101,5 ± 1,00
Gambar 1. Contour plot kekerasan tablet kaptopril. IV 101,44 ± 1,61

Hasil Uji Kerapuhan Tablet Hasil Uji Floating Lag Time

Kerapuhan menggambarkan kekuatan tablet yang Uji floating lag time ini menggambarkan kecepatan
berhubungan dengan kekuatan ikatan partikel pada bagian mengapung tablet terhadap medium HCl pH 1,0 di mana
tepi atau permukaan tablet. Kerapuhan tablet memenuhi sesuai dengan yang diharapkan yaitu cepat mengapung
syarat bila kurang dari 0,8%.8 Persamaan yang terkait dalam lambung (Tabel 3).
dengan respons kerapuhan tablet yaitu: Persamaan yang terkait dengan respons floating lag
time tablet yaitu:
Y = 0,37 + 0,042 Xa + 0,12 Xb – 0,040 XaXb ............. (2)
Y = 0,88 – 0,40 Xa – 0,31 Xb + 0,20 XaXb....................(3)
Y adalah respons kerapuhan, Xa adalah tingkat faktor
perbandingan kombinasi polimer HPMC K4M - guar gum Y adalah respons floating lag time, Xa adalah tingkat
dan Xb adalah tingkat faktor konsentrasi asam tartrat. faktor perbandingan kombinasi polimer HPMC K4M - guar
Dari persamaan yang diperoleh dapat disimpulkan gum dan Xb adalah tingkat faktor konsentrasi asam tartrat.
bahwa asam tartrat memberikan pengaruh positif Dari persamaan (3) tampak bahwa kombinasi polimer
terhadap kerapuhan tablet yang ditandai dengan nilai HPMC K4M - guar gum memberikan pengaruh yang
koefisien +0,12 yaitu meningkatkan kerapuhan tablet dominan terhadap floating lag time yang ditandai dengan
kaptopril, karena semakin besar proporsi asam tartrat nilai koefisien -0,40, yaitu mempercepat floating lag time
maka pengaruh sifat higroskopis akan semakin tampak, tablet kaptopril, karena semakin cepat daya mengembang
yaitu menyebabkan ikatan antargranul melemah. Interaksi polimer, maka akan semakin cepat tablet itu mengapung.
kedua faktor memberikan pengaruh negatif yang ditandai Sedangkan konsentrasi asam tartrat memberikan pengaruh
dengan nilai koefisien –0,040 yang berarti menurunkan negatif yang ditandai dengan nilai koefisien -0,31, yaitu
kerapuhan tablet. mempercepat floating lag time tablet kaptopril karena
Berdasarkan persamaan (2) diperoleh dapat dibuat asam tartrat berfungsi sebagai komponen effervesen
suatu contour plot sebagai berikut. tablet. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh yang
Rosiana dan Hadisoewignyo: Optimasi formula tablet lepas lambat kaptopril 35

positif yaitu meningkatkan floating lag time. Berdasarkan Penentuan Formula Optimum
persamaan (3) diperoleh dapat dibuat suatu contour plot Contour plot dari masing-masing respons kemudian
sebagai berikut. ditumpangtindihkan (superimposed) sehingga didapat
daerah optimum dengan sifat tablet yang diinginkan
(Gambar 5). Respons yang ditentukan untuk mendapatkan
daerah optimum tersebut tercantum pada Tabel 5.

Gambar 3. Contour plot floating lag time tablet kaptopril.

Hasil Uji Pelepasan Obat


Konstanta laju disolusi (k disolusi) menggambarkan
kecepatan obat yang terlepas dalam medium disolusi. Gambar 5. Superimposed Contour plot tablet kaptopril.
Persamaan yang terkait dengan respons k disolusi tablet
yaitu:
Tabel 5. Persyaratan yang Ditentukan untuk
Y = 0,022 – 1,083 × 10–3 Xa – 4,167 × 10–4 Xb – 8,333 × Mendapatkan Area Optimum
10–5 XaXb ......................................................................(4)
Respons Batas bawah Batas atas Satuan
Y adalah respons konstanta laju disolusi, Xa adalah
tingkat faktor perbandingan kombinasi polimer HPMC Kekerasan 10 16 Kp
K4M - guar gum dan Xb adalah tingkat faktor konsentrasi Kerapuhan   0,1   0,3 %
asam tartrat. floating lag time  0  1 menit
Dari persamaan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa k disolusi   0,015   0,025 mg/menit
faktor perbandingan kombinasi polimer HPMC K4M –
guar gum memberikan pengaruh yang dominan terhadap Berdasarkan program Design Expert dipilih satu titik
konstanta laju disolusi tablet yang ditandai dengan nilai yang menunjukkan formula optimum, yaitu perbandingan
koefisien –1,083 × 10–3, yaitu memperkecil konstanta polimer HPMC K4M - guar gum pada tingkat 0,40
laju disolusi tablet kaptopril, karena perbandingan (setara dengan 1,105:1) dan konsentrasi asam tartrat pada
kombinasi polimer akan menentukan kekentalan lapisan tingkat –0,80 (setara dengan 3,55%). Pada titik tersebut
gel yang terbentuk pada saat uji pelepasan obat. Semakin diperoleh kekerasan sebesar 12,44 Kp, kerapuhan
kental lapisan gel yang terbentuk, maka akan semakin sebesar 0,29%, floating lag time sebesar 0,92 menit, dan
memperlambat pelepasan obat. konstanta laju disolusi sebesar 0,02.
Berdasarkan persamaan (4) diperoleh dapat dibuat
suatu laju disolusi sebagai berikut.
simpulan

Asam tartrat sebagai bahan effervesen tablet


berpengaruh menurunkan kekerasan tablet, meningkatkan
kerapuhan tablet, mempercepat floating lag time,
dan memperkecil konstanta laju disolusi. Sedangkan
kombinasi perbandingan polimer HPMC K4M–guar gum
menurunkan kekerasan tablet, meningkatkan kerapuhan
tablet, mempercepat floating lag time, dan memperkecil
konstanta laju disolusi. Interaksi keduanya memberikan
pengaruh meningkatkan kekerasan tablet, menurunkan
kerapuhan tablet, meningkatkan floating lag time, dan
memperkecil konstanta laju disolusi. Formula optimum
Gambar 4. Contour konstanta laju disolusi tablet kaptopril. tablet katopril dapat diperoleh dengan konsentrasi asam
36 Jurnal Sain Med, Vol. 3. No. 1 Juni 2011: 31–36

tartrat 3,55% dan kombinasi perbandingan polimer 6. Al-Saidan S, Krisnaiah Y, Patro S, Satyanaryana V. In Vitro and In
Vivo Evaluation of Guar Gum Matrix Tablets for Oral Controlled
HPMC K4M – guar gum 1,105:1. Release of Water Soluble Diliazem Hydrochloride, AAPS Pharm
SciTech, 2005: 6(1): 14–21.
7. Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. (Soewandhi SM,
daftar pustaka penerjemah), 5th ed., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1995:
158, 165–173.
8. Banker GS and Anderson NR. Tablet. In: Lachman L, Lieberman HA,
1. Seta, Yasuo. Design and Preparation of Captopril Sustained-release
Kanig JL. (Eds.), The Theory and Practice of Industrial Pharmacy,
Dosage Forms and Their Biopharmaceutical Properties. Int. J.,
3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia, 1994: 293–317.
Pharmaceutics, 1998: 41: 245–254.
9. Wells JT. Pharmaceutical Preformulation: The Physicochemical
2. Nur AO, Zhang JS. Recent Progress in Sustained/Controlled Oral
Properties of Drug Substance. Ellis Howard, Ltd., Chester, 1998:
Delivery of Captopril: An Overview. Int. J. Pharmaceutics, 2000:
209–211.
194: 139–146.
10. Anonim. Farmakope Indonesia, Ed. IV. Departemen Kesehatan RI,
3. Collett J and Moreton C. Modified-release peroral dosage form.
Jakarta, 1995: 4, 167–168, 515–516, 999–1000.
In:Aulton, M.E. (Ed.), Pharmaceutics: The Science of Dosage Form
11. Parrott EL. Pharmaceutical Technology: Fundamental
Design, 2nd ed., Churchill Livingstone, Edinburgh, 2002: 289–302.
Pharmaceutics.Burgess Publishing Company, Minneapolis, 1971:
4. Li X and Jasti BR. Design of Controlled Release Drug Delivery
17–30, 80–86.
Systems. America, 2006: 180–182.
5. Maier H, Anderson M, Karl C, Magneson K, Guar, Locust Bean,
Tata and Fenugreek Gums, In: Whuistler, R.(Ed.), Industrial Gums,
Academic Press, San Diego, 1993: 182–189.

Anda mungkin juga menyukai