Disusun Oleh
Kelompok :4
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
I. Nomor Percobaan :2
II. Tanggal Percobaan : Selasa, 6 Febuari 2018
III. Judul Percobaan : Reaksi Kualitatif Anorganik
IV. Tujuan Percobaan :
Mempelajari reaksi antara ion logam dengan ion hidroksida dan larutan amoniak
V. Dasar Teori
Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut dengan analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifykasi zat-zat. Urusannya
adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel
(contoh).Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu
yang ada dalam sampel.Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai konst
ituen yang dii nginkan atau an alit, dapat merupakan sebagian kecil atau sebagian besar
dari contoh yang dianalisis.
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan
memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan
ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-
golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut .
Kation golongan I membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan
ini adalah timbel, merkurium(I) (raksa), dan perak. Kation golongan pertama,
membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel klorida sedikit larut dalam
air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan
asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbel yang tersisa itu, diendapkan
secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama kation
golongan kedua .
Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenic (III), arsenic (V), stibium (III),
stibium (V), timah (II), dan timah (III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan
sub-golongan IIA dan keenam yang terakhir sub-golongan IIB. Sementara sulfida dari
kation dalam golongan IIA tak dapat larut dalam amonium polosulfida, sulfida dari
kation dalam golongan IIB justru dapat larut .
Kation golongan III tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan
dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan
ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, zink, dan
mangan (II) .
Kation golongan IV tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation
ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida,
dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah: kalsium,
strontium, dan barium. Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan
reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir,
yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen
Dengan pemisahan-pemisahan menjadi kelompok-kelompok yang cukup kecil dan atau
kation tersendiri (terisolasi), lalu dilakukan pembuktian mengenai ada atau tidaknya
kation-kation dalam setiap kelompok. Dengan jalan ini, kita melakukan analisa secara
sistematis. Reaksi-reaksi disini menyebabkan terjadinya zat-zat yang baru dari zat
semula dan dikenali dari perbedaan sifat fisiknya yang antara lain :
1. Membentuk endapan dari suatu larutan
2. Melarutkan zat yang terbentuk padat/endapan
3. Zat yang berwarna lain
4. Pembentukan gas
5. Bentuk kristal yang khas
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, raksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
sejumlah uji yang dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan
contoh. Misalnya dengan pemanasan, uji pipa-tiup, uji nyala, uji spektroskopi, uji
manik boraks, uji manik fosfat, dan uji manik natrium karbonat. Reaksi basah dibuat
dengan melarutkan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung
(a) dengan terbentuknya endapan
(b) dengan pembebasan gas
(c) dengan perubahan warna
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat serta amonium sulfida.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
ini membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan bahwa klasifikasi kation
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation
tersebut. Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut:
1. Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan
ini adalah timbel, merkurium (I), dan perak.
2. Golongan II
Kation golongan ini membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut,
kadnium, arsenik (III), arsenik (IV), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah
(III), (IV).
3. Golongan III
Kation golongan ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana
netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II),
kromium (III), aluminium, Zink dan Mangan.
4. Golongan IV
Kation golongan ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation golongan ini
adalah kalsium, barium, dan stronsium.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation terakhir yang meliputi ion-ion
megnesium, natrium, kalsium, amnium, litium, dan hidrogen.
Setelah pemisahan dan deteksi kation-kation yang sistematik, pencarian terhadap anion-
anion haruslah dimulai. Tiosulfat umumnya tidak larut. Untuk penyelidikan anion, kita
perlu memperoleh larutan yang mengandung semua atau sebagian besar dari anion-
anion itu, bebas dari logam berat sejauh mungkin. Ini paling baik dengan jalan
mendidihkan zat itu dengan larutan natrium karbonat pekat; terjadi penguraian
berganda (entah sebagian atau sempurna) dengan menghasilkan karbonat-karboanat
yang tak larut (dalam beberapa keadaan karbonat basa dan hidroksida-hidroksidanya)
dari logam-logamnya (kecuali logam alkali), dan garam-garam natrium yang larut dari
anion-anionnya, yang akan masuk ke dalam larutan.
Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 gr ml -1)
dan ia melebur pada 960,5°C. Ia tak larut dalam asam klorida , asam sulfat encer (1 M)
atau asam nitrat encer (2 M). Ia melarut dalam asam nitrat yang lebih pekat atau dalam
asam sulfat pekat. Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna.
Senyawa-senyawa perak(II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam
proses-proses oksidasi-reduksi yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut
dalam air; perak asetat, perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedang semua
senyawa-senyawa perak lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak,
larut. Halida-halida perak peka terhadap cahaya; cirri-ciri khas ini dipakai secara luas
dalam bidang fotografi.
Dekontaminasi dengan metode oksidasi elektrokimia menggunakan mediator larutan
perak (II) atau disebut mediator Ag2+, memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
peralatannya sangat kompak dan dapat diinstal di dalam glove box, kondisi
pengoperasian yang ringan di bawah tekanan normal dan suhu kamar, dan material
radioaktif berada di dalam fase cair. Dekontaminasi dengan metode oksidasi
elektrokimia menggunakan mediator Ag2+telah banyak digunakan untuk dekontaminasi
limbah terkontaminasi α, seperti di Perancis telah dibangun instalasi pegolahan limbah
radioaktif terkontaminasi α dengan metode oksidasi elektrokimia sejak tahun 1981 yang
bertempat di Lahague, Amerika, Inggris bahkan belakangan Jepang sudah melakukan
riset tentang pengolahan limbah radioaktif terkontaminasi α dengan metode oksidasi
elektrokimia secara intesif
Preparasi larutan oligokation besi Agen pemilar dibuat dengan cara hidrolisis.
Sebanyak 86,50 g FeCl3.6H2O dilarutkan dalam 1600 mL air bebas ion sambil diaduk
sehingga diperoleh larutan FeCl3 0,2 M. Larutan ini dihidrolisis dengan penambahan
NaOH (OH-/Fe3+=2,0) sampai diperoleh larutan FeCl3 dengan pH sekitar dua,
kemudian larutan ini diaduk dalam gelas beker 2000 mL selama 24 jam pada
temperatur kamar (25oC). Larutan oligomer yang diperoleh selanjutnya diperam
(aging) selama 24 jam pada temperatur kamar.
Penentuan Kandungan besi di dalam Na- montmorillonit dan komposit oksida besi-
montmorillonit Untuk penentuan kandungan Fe dalam lempung terpilar digunakan
metode analisis pengaktifan neutron (APN). Masing-masing 0,1 gram sampel Na-
montmorilonit, montmorilonit termodifikasi oksida besi dan montmorilonit
termodifikasi oksida besi dengan penambahan asam sulfat 1M, 2M, dan 3M yang
masing-masing dituliskan sebagai Komposit -1M, Komposit-2M dan Komposit-3M
serta Standar Reference Material (SRM) 2704 dimasukkan ke dalam tempat sampel
kemudian diradiasi selama 2 menit dan didinginkan selama 5 menit (sebagai waktu
tunda). Selanjutnya sampel dan SRM dicacah dengan alat spektrometer gamma
jenis 92x spectrum master.
Alat Bahan
Percobaan no.1
- Al(NO3)3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s)↓ putih + 3NaNO3(aq)
- Al(OH)3(s) + NaOH(aq) [Al(OH)4]-(aq) + Na+(aq)
- Al(OH)3(s) + 3NH3(aq) + 3H2O(l) Al(OH)3(s)↓ putih + 3NH4OH(aq)
Percobaan no.2
Percobaan no.3
- Ni(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) Ni(OH)2(s)↓ hijau + 2NaNO3(aq)
- Ni(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) Ni(OH)2(s)↓ hijau + 2NaNO3(aq)
- Ni(NO3)2 (aq) + 2NH3(aq) + 2H2O(l) Ni(OH)2(s)↓ hijau + 2NH4NO3(aq)
Percobaan no.4
- Al(NO3)3(aq) + 3NaOH(aq) Al(OH)3(s)↓ putih + 3NaNO3(aq)
- 2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) Ag2O (s)↓coklat +2NaNO3(aq)+H2O(l)
- NaOH(aq) + AlNO3(aq) Al(OH)3 (s)↓ putih + 3NaNO3(aq)
- NaOH(aq) + AgNO3 (aq) Ag2O (s)↓coklat + 3NaNO3 (aq)
X. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang reaksi kualitatif
anorganik yang bertujuan untuk mempelajari reaksi antara ion logam dengan ion
hidroksida dan larutan amoniak.
Pada uji untuk reaksi alluminium senyawa yang praktikan gunakan ialah AlNO3 yang
direaksikan dengan larutan NaOH menjadikan warna larutan yang awalnya bening
menjadi keruh, hal ini dikarenakan campuran larutan tersebut membentuk gel yang tidak
berwarna artinya gelatin Al(OH)3 yang sedikit larut pada reagensia yang berlebih.
Kelarutan kemudian berkurang karena adanya garam-garam ammonium yang disebabkan
oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil endapan akan masuk ke dalam larutan alluminium
hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida) yang berkoagulasi pada pendidihan atau
pada penambahan garam-garam yang larut dengan menghasilkan gelatin aluminium
hidroksida. Untuk mendapatkan pengendapan yang sempurna dengan tambahan
aluminium sedikit berlebih maka campuran tersebut haruslh dipaaskan sampai larutan
campuran tersebut menghasilkan bau amonia, jika baru diendapkan larutannya akan
mudah larut dalam asam kuat dan basa kuat tetapi jika dididihkan akan menjadi sedikit
larut. Endapan yang terbentuk ketika dilarutkan dengan NH3 tidak terjadi perubahan atau
endapannya tidak larut hal ini dikarenakan pengendapan aluminium oleh larutan
hidroksida dan amonia tak akan terjadi bila ada serta asam tartarat, asam sitrat, asam
sulfosalsilat, asam malat, gula dan lain-lain senyawa hidroksi organik. Karena
pembentukan garam-garam kompleks yang larut. Maka zat-zat organik ini harus diuraikan
dengan pemisahan perlahan-lahan atau dengna menguapkan dengan asam sulfat pekat atau
asam nitat pekat sebelum aluminium dapat diendpkan dalam pengerjaan anaisis kualitatif
yang biasa. Sedangkan jika dilarutkan dengan NaOH maka endapannya akan menjadi
larut.
Sedangkan untuk senyawa perak yang ditambahkan NaOH akan mengahsilakan
larutan yang berwarna coklat dan terdapat endapan. Endapan yang diuji dengan
menggunakan NaOH tidak larut begitu pun juga dengan larutan ammoniak endapannya
juga tidak larut. Padahal seharusnya jika endapan ditambahkan dengan larutan amoniak
maka endapan akan berwarna coklat tapi disini kami mendapatkan hasil bahwa
endapannya berrwarna bening. Kesalahan ini terjadi dikarenakan kekurang telitiannya
praktikan dalam melakukan prosedur praktikum ataupun dari kesalahan dalam pembuatan
bahan untuk praktikum.
Untuk senyawa ion nikel dengan tambahan NaOH didapatkan hasil terdapatnya
endapan dan larutannya menjadi hijau tosca pucat. Ketika endapannya dilarutkan dengan
NaOH dan juga larutan ammoniak maka hasilnya endapan tidak larut pada kedua larutan
tersebut.
XI. Kesimpulan
1. Reaksi perak dengan amonium akan terbentuk larutan berwarna coklat endapan larut
dalam reagensia berlebihan dan akan terbentuk ion kompleks diaminoargentat
2. Reaksi perak (perak nitrat / AgNO3 ) dengan natrium hidroksida (NaOH) endapannya
tidak larut
3. Reaksi aluminium dalah hal ini menggunakan alumnium nitrat dengan natrium
hidroksida (NaOH 0,5 M) terbentuk seperti gel yang tidak berwarna.
4. Kelarutan akan berkurang dengan adanya garam-garam ammonium yang disebabkan
dengan efek sekutu.
5. Endapan putih aluminium dari reaksi antara aluminum dan natrim hidroksida dapat
melarut dalam reagensia berlebih, yang mana ion-ion tetrahidroksoaluminat terbentuk
[ Al (OH) 4] –
XII. Daftar Pustaka