Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Beton” ini dengan
baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenaistruktur beton. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Palu, 10 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 3
2.1 Sejarah Beton ……………………………………………………… 3
2.2 Pengertian Beton …………………………………………………. 4
2.3 Sifat-Sifat Beton …………………………………………………. 5
2.4 Jenis-Jenis Beton …………………………………………………. 6
2.5 Kelebihan dan Kekurangan beton ……………………………… 10
2.6 Bahan-Bahan Penyusun Beton ………………………………….. 11
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 19
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 19
3.2 Saran ……………………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya membuat
beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan yang dimilikinya
beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah,
dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan
pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara
evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi
lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman
bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang disuplai
oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk
mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan
pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud
dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28
hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini
mungkin.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan
mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahasdalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain :
1. Bagaimana sejarah dan pengertian beton ?
2. Bagaimana sifat-sifat, dan jenis-jenis beton ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan beton ?
4. Apa bahan-bahan yang terdapat dalam beton atau bahan penyusun beton ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BETON


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan
mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti
Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut
legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana
peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia
sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar
dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-prinsip konstruksi
dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya. Kemudian pada tahun 1850,
J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk di pamerkan pada
pameran dunia tahun 1855. Lalu J. Monir, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka
metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun
1886,seorang warga negara Jerman yang bernama Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan
perancangan struktur beton. Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
 Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
 J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua bahan
konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
 F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa dan
kubah;
 Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai penahan
gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat berat sendiri;
 Neuman melakukan analisis letak garis netral;
 Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
 E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.
Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya :
 Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;
 Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk dipatenkan oleh
Joseph Monier tahun 1867);
 Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);
 Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
 Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

2.2 PENGERTIAN BETON


Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

2.3 SIFAT-SIFAT BETON


Sifat dan karakteristik beton :
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur
tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen lengkung atau
tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak yang makin lama
makin besar
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan proses hidrasi
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran sehingga beton
dapat dipadatkan dengan mudah
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen berjarak semakin
jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan mengetahui
perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan untuk
mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan mampu
memikul beban luar yang bekerja padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang tulangan
baja pada daerah yang tertarik
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima gaya tekan serta
tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun serta
elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran.
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi dengan massa jenis γc sekitar
2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN, di mana
gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut dan rangkak.

2.4 JENIS-JENIS BETON


Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :
 Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan,
tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan
terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena
merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji
kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain :
a. Uji kekuatan tekan ( compression test)
b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )
c. Uji kekuatan lentur
d. Uji lekatan antara beton dan tulangan
e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

 Beton Segar
Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan peralatan yang
dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat beton
pada saat mengeras. Ada 2(dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :
a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras, seperti
kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi plastis
(workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation.
Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi
kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang memenuhi
standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu
samalainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda. Walaupun begitu adalah
penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas karena penting untuk control kualitas.
Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan antara lain:
a. Slump test
b. Compaction test
c. Flow test
d. Remoulding test
e. Penetration test
f. Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi sepuluh
macam.
 Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam
mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang
dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki
kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.
 Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan.
Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-gelembung
udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka
pori-porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar.
Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis.
Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.
 Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan
hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah
kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan
semen pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur
ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.
 Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan
beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah bereaksi
dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa
banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.

 Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui,
beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu,
tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik
meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.
 Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang.
Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus
ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun
menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk
menyangga struktur bangunan bentang lebar.
 Beton Pra-Cetak
Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-cetak.
Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan
beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang
tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang pembangunan dan pengadaan material.
 Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton
ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara volume
dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang
berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar
bangunan, dan bendungan.
 Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan
pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini
lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton
siklop seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.
 Beton Serat
Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam
adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja,
hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada
beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON


Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang bahan
tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan
non kimia) pada perbandingan tertentu.
Kelebihan dari beton adalah:
 Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali semen
Portland.
 Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah
 Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
 Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
 Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran
seberapapun tergantung keinginan
Kekurangan dari beton adalah:
 Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan, atau tulangan kasa.
 Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga dilatasi
(constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembangan beton.
 Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
 Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar
setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.
2.6 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON
1. SEMEN.
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan
garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari
bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu
dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini
berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk
pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari
bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses
pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan
buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi
jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland
adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu
gips sebagai tambahan.

2. AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami
pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama.
Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuaninduk yang lebih besar. Agregat halus
untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5
mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
Ditinjau dari asalnya
1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil penghancurannya.
Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph
juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat
adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena
perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari batuan
induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan
mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk
bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini
bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton
diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang kompak. Di
dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang
permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit
lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan
batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih
baik daripada butiran yang halus.
c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan
batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya
lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau
karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan
berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang
kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang
mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan.
Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap
dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi
blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu tulis yang terjadi
secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan
permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat kering
atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur berputar pada
suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-
bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di
bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-
lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-
butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan
guna menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya


1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan
untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok
dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya
ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. agregat ini berasal
dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar
2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya magnetik (Fe2O4),
barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai
5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya


1. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara minimum
33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton yang
baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat
berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu
berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak
untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
2. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Termasuk
jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki
rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga
membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun
lapis perkerasan jalan.
3. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada
butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.
4. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar lebih
dari 3.

Ditinjau dari tekstur permukaan


1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak kasar
tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya sangat
halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir bulat
yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.

3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai
untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air yang
bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan
beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai
sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut:
Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan
yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat
dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang
dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang
lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa
volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan
tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat
campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat
hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan
penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat
pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki
kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk
ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah
tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan
bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan
zat pendispersi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut
pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang
mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan
mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan
kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam
pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer
dipakai.

3.2 SARAN
1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan penulangan
beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan pedoman –
pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu
memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal peraturan perencanaan
struktur tahan gempa, standar perencanaan struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman pada faktor
kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi
ekonomisnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/
http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-bertulang.html
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan%20Belajar%20SBD
%20Rev%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai