PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2008). Banyak faktor
yang menjadi etiologi atonia uteri seperti overdistensi uterus, persalinan
dengan sesar dan faktor-faktor lainnya yang mendukung etiologi terjadinya
atonia uteri.
Atonia Uteri sendiri bila tidak ditangani dapat menyebabkan syok
haemoragik, bahkan kematian karena perdarahan yang terjadi secara terus-
menerus akibat tidak berkontraksinya uterus secara baik.
1
melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, jika dibandingkan dengan 1 dari
1.100 di Thailand. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau
gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi
aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan
terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28% kematian ibu. Sebagian
besar kasus perdarahan terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal
itu mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses
kelahiran dan pelayanan gawat darurat obstetrik dan perawatan neonatal yang
tepat waktu. (awanwati, 2008)
Selain itu, frekuensi perdarahan post partum yang didapat dari data di
R.S. PMI adalah 10% dari seluruh persalinan di RS PMI, dan 50% nya
disebabkan oleh atonia uteri. Dari laporan-laporan baik di negara maju
maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai
15%. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran etiologi antara lain: atonia uteri
(50 – 60 %), sisa plasenta (23 – 24 %), retensio plasenta (16 – 17 %), laserasi
jalan lahir (4 – 5 %), kelainan darah (0,5 – 0,8 %). Oleh karena itu, saya
tertarik untuk membahas mengenai penyulit kala tiga dalam persalinan
dengan atonia uteri.
B. Tujuan
2
kedepan dalam penanganan atonia uteri, sesuai dengan data subjektif,
objektif dan assasment yang didapatkan.
BAB II
3
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2008)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus
untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan
post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir
hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik. (Admin, 2009)
B. Etiologi
Menurut Ns. Afiyah Hidayati, S.Kep. ada beberapa penyebab
terjadinya atonia uteri. Dianataranya adalah :
1. Overdistensi uterus, baik absolut maupun relatif, merupakan faktor resiko
mayor terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat disebabkan oleh
kehamilan ganda, janin makrosomia, polihidramnion atau abnormalitas
janin (misal hidrosefalus berat), kelainan struktur uterus atau kegagalan
untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah di uterus
baik sebelum maupun sesudah plasenta lahir.
Jika ketuban pecah saat persalinan pada kasus polihidrmanion atau setelah
kelahiran bayi pertama dalam kehamilan multiple, penyempitan rongga
uterus yang mendadak dan luas dapat menjadi presipitasi pelepasan
plasenta. Saat uterus sangat teregang dalam kehamilan, sel otot menjadi
kurang mampu berkontraksi dan beretraksi secara efisien pada kala tiga
persalinan.
4
5. Malnutrisi
6. Persalinan presipitatus
Kerja uterus yang berlebihan pada kala satu dan kala dua persalinan dapat
mengakibatkan kegagalan retraksi otot uterus pada kala tiga sehingga
uterus tidak berkontraksi dan terjadi perdarahan.
7. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta,
sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
8. Kelahiran caesar
Kelahiran caesar hampir selalu berkaitan dengan kehilangan darah yang
relative banyak karena sejumlah jaringan di insisi untuk menggapai bayi.
Khususnya dalam pembedahan elektif, kadar oksitosin ibu rendah
sehingga meningkatkan resiko atonia uteri walaupun sytocinon intravena
diberikan secara rutin untuk mengatasi kondisi tersebut.
C. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala terjadinya atonia uteri. Dianataranya
adalah :
1. Uterus tidak berkontraksi
2. Uterus teraba lembek
3. Ibu tidak merasa mulas
4. Terjadi perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
5. Uterus membesar akibat dari darah yang terus mengalir di dalam
uterus.
D. Pencegahan
Terjadinya atonia uteri dapat dicegah dianataranya adalah dengan
pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu cara
kerjanya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit
IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
5
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
6
setelah perdarahan post partum. Ginjal normal dengan mudah
mengekskresi kelebihan cairan. Perdarahan post partum lebih dari 1.500
mL pada wanita hamil yang normal dapat ditangani cukup dengan infus
kristaloid jika penyebab perdarahan dapat tertangani. Kehilangan darah
yang banyak, biasanya membutuhkan penambahan transfusi sel darah
merah.
7
Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan
kompresi bimanual eksternal
Keluarkan tangan perlahan-lahan
Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan
jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit
oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat
mungkin
Ulangi KBI
Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama
selama kala empat
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai
2 menit maka rujuk segera karena hal ini bukan
atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan
gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang
mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi
darah. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan,
teruskan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di
tempat rujukan.
a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu
10 menit
b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di
tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang
diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian
lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam
c. Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml
(botol kedua) cairan infuse dengan tetesan
sedang dan ditambah dengan pemberian cairan
secara oral untuk rehidrasi.
3. Kompresi aorta abdominalis
8
vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau sangat
mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan
memperhatikan perdarahan yang terjadi.
4. Uterotonika
9
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat
menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare,
sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot
halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-
kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang
disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan
saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping
serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang
sendiri.
10
b. Syntometryne, intramuscular (5 unit oksitosin dan 0,5 mg
ergometrine)
Merupakan obat pilihan dalam obstetric di Inggris karena dapat
diresepkan oleh bidan dan memiliki kerja yang lebih continu
dibandingkan dengan syntocinon. Obat ini bekerja dalam uterus
dalam 2,5 menit dan mengakibatkan kontraksi yang lama. Dosis
yang diberikan tidak boleh lebih dari dua dosis di atas karena
komponen ergometrin dapat menyebabkan vasokontriksi perifer
berat, peningkatan tekanan darah yang tajam dan hipertensi paru.
Dengan demikian obat ini tidak boleh diberikan kepada ibu yang
mengalami tekanan darah tinggi atau ashma berat. Obat ini juga
dikontraindikasikan bagi ibu yang mengalami penyakit jantung,
hati, dan ginjal serta gangguan medis lain. Efek sampingnya
meliputi mual dan mutah.
c. Ergometrine, intramuscular, bolus intravena, injeksi intrauterus
(0,25-0,5 mg)
Jika diberikan intramuscular, ergometrin bekerja dalam 2,5 menit
dan sampai 45 detik jika diberikan secara intravena. Jika
diinjeksikan ke dalam otot uterus, ergometrin akan berpengaruh
hampir segera walaupun rute pemberian ini jarang ditemukan
dalam prkatik. Bidan tidak boleh memberikan lebih dari dua dosis
ergometrin 0,5 mg IM atau IV dan kontraindikasinya sama dengan
syntometrine.
d. Karbopros trometamin (hemabate) intramuscular (250 µg dalam 1
mL)
Adalah jenis prostaglandin yang menyebabkan kontraksi
miometrium untuk mengatasi atoni. Obat ini sering digunakan jika
syntometrine dan atau syntocinon tidak efektif dan dapat diberikan
sampai 8 dosis, dengan jarak setiap pemberian tidak kurang dari 15
menit dan lebih sering dengan jarak satu jam setengah antar dosis.
Kabopros dapat meningkatkan efek oksitosin jika keduanya
digunakan, ibu harus dipantau secara ketat. Karbopros tidak boleh
diberikan secara intravena atau untuk ibu yang mengalami
11
hipertensi, ashma berat, penyakit radang panggul, penyakit
jantung, paru, ginjal atau hati. Obat ini umumnya jarang tersedia
pada kelahiran di rumah.
6. Operatif
12
melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium
keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina.
Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus
mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk
menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika
langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen
bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan
bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa
uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina
pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke
servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral
atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat
menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus
mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.
• Teknik B-Lynch
13
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh
Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk
mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
• Histerektomi
F. Komplikasi
1. Perdarahan Post partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan
abdominal. Insidensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di
R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-
laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka kejadian
berkisar antara 5% sampai 15%.
2. Syok Haemorogik
14
Volume
Tekanan Darah
Kehilangan Gejala dan Tanda Derajat Syok
(sistolik)
Darah
500-1.000 mL Palpitasi,
Normal Terkompensasi
(10-15%) takikardia, pusing
1000-1500 mL Penurunan ringan (80- Lemah, takikardia,
Ringan
(15-25%) 100 mm Hg) berkeringat
1500-2000 mL Penurunan sedang (70- Gelisah, pucat,
Sedang
(25-35%) 80 mm Hg) oliguria
2000-3000 mL Penurunan tajam (50- Pingsan, hipoksia,
Berat
(35-50%) 70 mm Hg) anuria
15
Bagan Penatalaksanaan Atonia Uteri (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes
Jakarta ; 2008)
Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta
(maksimal 15 detik)
3. pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic.
8. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikaan RL 500 cc + 20 unit oksitosin.
9. Ulangi KBI
16
Uterus berkontraksi?
tidak
BAB500
12. Lanjutkan infuse RL + 20 unit oksitosin dalam IIIcc larutan dengan laju 500 cc/jam hingga tiba di
tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infuse. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia
cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan
TINJAUAN KASUS sedang dan berikan minuman untuk rehidrasi.
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. T Tn. A
Usia : 29 tahun 30 tahun
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Sunda Sunda
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat : Bogor
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh rasa mules yang semakin lama semakin kuat dan sering, rasa
mules itu dirasakan dari jam 23.00 WIB dengan frekuensi 5 menit sekali.
Ibu belum merasakan keluar air-air yang merembes tapi sudah
mengeluarkan lendir campur darah pada pukul 21.30 WIB. Ibu masih
merasakan gerakan janin yang aktif dan sering.
17
3. Riwayat Kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama, ibu mengaku pernah
keguguran 1 kali. Hari pertama haid terakhir ibu adalah 20 April 2010, dan
setelah dilakukan perhitungan, Taksiran Persalinan ibu jatuh pada tanggal
05 Oktober 2010. Pada kehamilan ini ibu rajin memeriksakan
kehamilannya tiap bulan ke RS PMI dan rajin mengkonsumsi tablet
penambah darah yang diberikan bidan. Ibu tidak pernah mengkonsumsi
vitamin dan obat-obatan yang tidak dianjurkan tenaga kesehatan. Ibu
sudah disuntik TT 2x selama hamil. Selama kehamilan ini ibu belum
pernah merasakan tanda-tanda bahaya kehamilan seperti nyeri kepala yang
hebat, gerakan janin yang melemah dan berkurang, perdarahan, pandangan
kabur, bengkak pada tangan dan muka, nyeri ulu hati yang berlebihan.
4. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan baik dirinya ataupun keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit sesak nafas, penyakit jantung, penyakit ginjal, darah tinggi,
penyakit kuning atau penyakit menular seksual.
5. Riwayat Biopsikososekbud
a. Nutrisi dan hidrasi
Ibu mengatakan makan terakhir tadi malam pukul 19.00 WIB dengan
menu nasi dan sayur bayam sebanyak 1 piring sedang, dan terakhir
minum pada pukul 20.00 WIB sebanyak 1 gelas air putih.
b. Eliminasi
Ibu mengatakan BAB terakhir tadi pagi pukul 16.30 WIB, dan terakhir
BAK pada pukul 23.00 WIB
c. Istirahat
Ibu mengatakan tidurnya terganggu karena pada malam harinya ibu
merasakan mules yang mengganggu tidur ibu.
d. Psikologis
Pada kehamilan kali ini ibu mengatakan tidak takut dan khawatir
dengan persalinannya, karena ibu sudah didampingi oleh suami dan
anaknya.
18
e. Sosial
Hubungan ibu dan keluarga baik, tidak ada masalah dalam keluarga.
f. Ekonomi
Di dalam keluarga yang mencari nafkah adalah suami.
g. Budaya
Selama kehamilan ini ibu tidak pernah mengikuti kebudayaan-
kebudayaan khusus yang berkaitan dengan kehamilan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Tampak sehat
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaan emosi : Stabil
4. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmhg N: 85X/menit
S : 35,60 C R : 22X/menit
5. Antropometri : BB : 68 kg BB sebelum hamil: 58
kg
TB : 160 cm
6. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : tidak ada oedema
b. Mata : konjungtiva merah muda,sklera putih
c. Mulut : bibir merah muda, gusi tidak berdarah, rahang
tidak pucat
d. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan tyroid
e. Payudara : putting susu menonjol, tidak ada retraksi,
tidak bengkak, tidak ada benjolan, kolostrum sudah keluar
f. Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, terdapat
striae gravidarum dan linea nigra
TFU McDonald : 28 cm
Leopold I : pertengahan pusat – px, teraba
bagian lunak, bulat, tidak melenting
Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang ,
datar, keras pada perut kanan ibu, dan
teraba bagian-bagian kecil janin pada
perut kiri ibu
Leopold III : teraba bagian keras, bulat, tidak bisa
digoyangkan
Leopold IV : diverghen
Perlimaan : 3/5 bagian teraba diatas simpisis
DJJ : 140X/ menit, kuat teratur, puntum
maksimum kanan bawah pusat
19
HIS : 3X dalam 10 menit lamanya 35
detik, kekuatan sedang
g. Ekstermitas : Atas : tidak oedema, warna kuku merah muda
Bawah: tidak oedema, warna kuku merah muda, tidak ada
varises
h. Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada
varises, tidak oedema, terlihat lendir campur darah
i. Palpasi : Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
pada kelenjar bartholini dan kelenjar skene
j. VT : pembukaan 5 cm, portio tebal lunak, selaput
ketuban utuh, presentasi kepala, tidak ada molase, posisi
ubun-ubun kecil kanan depan, hodge III.
C. ASSESMENT
Ny. T usia 29 tahun G1P0A1 Gravida 40 minggu inpartu kala I fase aktif.
Janin tunggal hidup intra uterin, presentasi kepala posisi ubun-ubun kecil
kanan depan. keadaan ibu dan janin baik.
D. PLANNING
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga.
2. Menganjurkan ibu untuk tidur posisi miring agar penurunan kepala lebih
cepat.
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi (ibu
minum 1 gelas teh manis dan 1 bungkus roti).
4. Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi dan memberi dukungan
pada ibu.
5. Mengajarkan ibu teknik pernapasan yang baik yaitu, menarik nafas dari
hidung kemudian menghembuskan perlahan-lahan dari mulut.
6. Memberikan dukungan dan semangat pada ibu.
7. Mempersiapkan alat-alat pertolongan persalinan.
8. Mengobservasi kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin yaitu
memeriksa DJJ, HIS, dan nadi setiap 30 menit sekali, TD setiap 4 jam
sekali, suhu, setiap 2 jam sekali, atau jika ada indikasi (hasil observasi
dicatat di partograf).
Pukul 03.00
A. DATA SUBJEKTIF
20
Ibu mengeluh mulesnya semakin kuat dan merasakan ingin mengedan seperti
ingin BAB. Ibu merasakan keluar air-air yang merembes.
B. DATA OBJETIF
1. Keadaan umum : tampak sehat
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : N : 85X/ menit
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Abdomen : HIS : 4X dalam 10 menit selama 45 detik,
kekuatan kuat
DJJ : 135X/menit, kuat teratur
Kandung kemih : kosong
c. Genetalia : terdapat lendir campur darah yang semakin
banyak, vulva membuka, perineum menonjol
VT : pembukaan 10 cm, portio tidak teraba, selaput
ketuban negatif, warna air ketuban jernih,
presentasi kepala, tidak ada molase, posisi ubun-
ubun kecil depan, penurunan kepala hodge III.
C. ASSESMENT
Ny. T usia 29 tahun G1P0A1 gravida 40 minggu inpartu kala II
Janin tungal hidup intra uterin, presentasi kepala posisi ubun-ubun kecil
depan. keadaan ibu dan janin baik.
D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2. Membantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk mengedan. (ibu
memilih posisi setengah duduk).
3. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yaitu, dengan cara menarik nafas
panjang dari hidung, saat his datang kemudian tahan lalu mengedan
dengan dagu menempel pada dada dan mata terbuka.
4. Memberi dukungan dan semangat pada ibu. Memastikan alat-alat
pertolongan persalinan sudah lengkap.
5. Menggunakan perlengkapan perlindungan diri dan mencuci tangan.
6. Menggunakan sarung tangan kanan kemudian menyiapkan oksitosin
dengan prinsip one hand.
7. Menggunakan sarung tangan lengkap kemudian pimpin ibu untuk
meneran.
8. Melakukan suport perineum.
21
9. Melakukan sangga susur saat melahirkan badan bayi.
10. Melakukan penilaian bayi sepintas (pukul 04.15 bayi lahir spontan,
langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot kuat, jenis
kelamin laki-laki).
11. Mengeringkan bayi, mengganti kain basah dengan kain kering,
melakukan rangsang taktil.
12. Menjepit dan memotong tali pusat.
13. Melakukan IMD.
Pukul 04.16
KALA III
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasakan lega dan senang atas kelahiran bayinya, dan ibu
masih sedikit merasakan mules.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : tampak sehat
2. Kesadaran : composmentis
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva pucat
b. Abdomen : TFU : sepusat
Kontraksi uterus : uterus berkontraksi dan teraba keras
Tidak ada janin kedua
Kandung kemih : kosong
c. Genetalia : Terdapat tali pusat yang menjulur didepan vagina
C. ASSESMENT
Ny. T usia 29 tahun P1A1 Inpartu kala III normal.
D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ari-ari belum keluar.
2. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin agar ari-ari cepat lahir.
3. Menyuntikan oksitosin sebanyak 10 IU di 1/3 paha kiri lateral.
4. Mengklem, memotong, dan mengikat tali pusat bayi.
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan
tangan kiri menekan korpus uterus ke arah dorso cranial dan
memperhatikan tanda-tanda plasenta (uterus globuler, tali pusat
memanjang, ada semburan darah tiba-tiba).
Evaluasi : plasenta belum lahir setelah 15 menit pemberian oksitosin.
6. Menyuntikan oksitosin kedua.
Evaluasi : terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.
22
7. Melahirkan plasenta dengan memutar searah jarum jam (pukul 04.30
plasenta lahir spontan, selaput amnion dan fetal utuh, kotiledon kesan
lengkap).
8. Masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 15 detik.
Evaluasi : tidak terdapat kontraksi uterus, perdarahan 350 cc.
Pukul 04.40
KALA IV
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak merasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Tanda-tanda Vital
TD : 90/60 S : 37,0 0C
N : 100 x/menit R : 22 x/menit
3. Kesadaran : composmentis
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva pucat
b. Abdomen :
Kontraksi uterus : uterus tidak berkontraksi
Konsistensi uterus : teraba lembek
Kandung kemih : kosong
c. Genetalia : terdapat perdarahan ± 350 cc
C. ASSESMENT
Ny.N usia 29 tahun P1A1 inpartu kala IV dengan atonia uteri
D. PLANNING
1. Melakukan eksplorasi untuk membersihkan bekuan darah dan atau
selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
2. Pastikan kandung kemih kosong.
Evaluasi : kandung kemih kosong.
3. Melakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit, dengan cara
tangan kanan dimasukkan kedalam kavum uteri untuk menekan uterus
dan tangan kiri ditekan diatas fundus uteri. Hingga kepalan tangan
kanan menyentuh tangan kiri.
Evaluasi : tidak terdapat kontaksi uterus.
4. Mengajarkan dan menganjurkan keluarga untuk membantu melakukan
kompresi bimanual eksterna ibu. Tangan kanan ditekan tepat diatas
shimpisis dan tangan kiri diletakkan diatas fundus uteri. Lalu ditekan
hingga kepalan tangan kanan bertemu dengan tangan kiri.
23
5. Keluarkan tangan perlahan dari uterus.
6. Memberikan ergometrin 0,2 mg secara IM.
7. Melakukan pemasangan infus RL 500 cc dan 20 IU oksitosin.
8. Mengulangi tindakan KBI selama 5 menit.
9. Menilai ulang kontraksi.
Evaluasi : uterus berkontraksi.
10. Memantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV
11. Mengecek luka robekan dan jumlah perdarahan
Evaluasi : terdapat laserasi derajat 1, dilakukan penjahitan laserasi
dengan lidocain 1 %. Perdarahan + 100 cc
12. Melakukan vulva hygiene
13. Membersihkan dan merapihkan ibu
14. Dekontaminasi alat
15. Memantau keadaan ibu di kala IV dan mencatatnya di partograf
16. Memberi obat amoxcilin 3X1, Fe 1X1, Vit C 2X1, ergometrin 1X1
17. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisinya
18. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK
19. Membantu ibu untuk menyusui bayinya
24
BAB IV
A. Data Subjektif
1. Keluhan utama
Dari Keluhan Utama didapatkan data yang mendukung dalam atonia uteri.
“Ibu mengeluh tidak merasa mulas dan perdarahan yang banyak dari
kemaluannya segera setelah melahirkan anaknya.”
Sesuai dengan teori menurut Sarwono tahun 2007, ibu akan mengeluh
tidak merasa mulas dan perdarahan yang banyak dari kemaluannya segera
setelah melahirkan anaknya.
Dari data-data lain tidak didapatkan masalah yang mempengaruhi atau
memperberat kejadian atoni uteri pada ibu.
B. Data Objektif
1. Tanda-tanda Vital
Dari tanda-tanda vital didapatkan data yang menunjang atonia uteri. TD
: 90/60
Nadi : 100 x/menit
Sesuai dengan teori menurut Admin tahun 2009, tekanan darah umumnya
akan menurun (hipotensi) akibat dari banyaknya darah yang keluar.
Hipernea dan nadi > 100 x/menit akan terjadi jika telah terjadi perdarahan
post partum primer akibat atonia uteri.
2. Pemeriksaan Fisik
Dari data pemeriksaan fisik didapatkan data yang menunjang tentang
atonia uteri. “Konjungtiva yang tampak pucat karena banyaknya darah
yang keluar. Pada abdomen, uterus teraba lembek (tidak globuler) akibat
dari tidak adanya kontraksi. Pada genitalia, darah tampak terus mengalir
akibat terjadinya perdarahan di dalam uterus.” (Sarwono, 2007)
C. Assessment
Dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan assasment :
Ny….. usia.... inpartu kala IV dengan atonia uteri
25
Faktor yang mendukung dalam kasus adalah kala 2 memanjang yang
menyebabkan kelelahan pada ibu.
Potensial masalah :
1. Perdarahan Post partum primer
2. Syok haemorogik akibat dari banyaknya darah yang keluar
D. Planning
1. Melakukan eksplorasi untuk membersihkan bekuan darah dan atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang serviks.
2. Pastikan kandung kemih kosong.
Evaluasi : kandung kemih kosong.
3.Melakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit, dengan cara
tangan kanan dimasukkan kedalam kavum uteri untuk menekan uterus dan
tangan kiri ditekan diatas fundus uteri. Hingga kepalan tangan kanan
menyentuh tangan kiri.
Evaluasi : tidak terdapat kontaksi uterus.
4. Mengajarkan dan menganjurkan keluarga untuk membantu melakukan
kompresi bimanual eksterna ibu. Tangan kanan ditekan tepat diatas
shimpisis dan tangan kiri diletakkan diatas fundus uteri. Lalu ditekan
hingga kepalan tangan kanan bertemu dengan tangan kiri.
5.Keluarkan tangan perlahan dari uterus.
6.Memberikan ergometrin 0,2 mg secara IM.
7.Melakukan pemasangan infus RL 500 cc dan 20 IU oksitosin.
8.Mengulangi tindakan KBI selama 5 menit.
9.Menilai ulang kontraksi.
Evaluasi : uterus berkontraksi.
10. Memantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV
11. Mengecek luka robekan dan jumlah perdarahan
Evaluasi : terdapat laserasi derajat 1, dilakukan penjahitan laserasi dengan
lidocain 1 %. Perdarahan + 100 cc
12. Melakukan vulva hygiene
13. Membersihkan dan merapihkan ibu
14. Dekontaminasi alat
15. Memantau keadaan ibu di kala IV dan mencatatnya di partograf
16. Memberi obat amoxcilin 3X1, Fe 1X1, Vit C 2X1, ergometrin 1X1 sesuai
advice dokter.
17. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisinya
18. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK
19. Membantu ibu untuk menyusui bayinya
26
Berdasarkan Planning yang dilakukan disesuaikan dengan teori yang ada
dan sesuai dengan advice dokter, karena di RS PMI sendiri belum ada
protap untuk atonia uteri.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari teori dan kasus yang dikaji didapatkan kesinambungan. Dari kasus yang
diambil didapatkan data subjektif dan objektif yang berhubungan dengan
atonia uteri. Dari kasus yang dikaji didapatkan faktor yang menjadi penyebab
atonia uteri yaitu kala 2 memanjang yang membuat ibu kelelahan. Dari
penanganan yang diambil, sebagian besar sudah sesuai dengan teori. Namun,
beberapa penanganan disesuaikan dengan advice dokter. Perdarahan post
partum akibat atonia uteri bila tidak segera ditangani secara cepat dapat
menyebabkan syok hemoragic bahkan kematian. Maka dari itu kita sebagai
27
bidan harus cukup cakap dan terampil dalam penanganan atonia uteri. Kita juga
harus cepat tanggap dalam menghadapi atonia uteri.
b. Saran
Adapun saran yang ingin kami sampaikan kepada pihak rumah sakit, yaitu
penyediaan protap untuk penanganan atonia uteri. Agar tindakan yang
dilakukan memiliki standart tersendiri dan terlindung dimata hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana. EGC : Jakarta
www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html
materikuliahkebidanan.files.wordpress.com
28