Anda di halaman 1dari 4

Steven XIA1 / 25 / 18 Maret 2018

TAN MALAKA

“Bapak Republik Indonesia”


Tan Malaka
(1897 – 1949)

Awal Kehidupan

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka, lahir pada 2 Juni 1897 di
Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Nama asli Tan
Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-
bangsawan yang didapatkan dari garis keturunan ibu sehingga nama lengkapnya
adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.

Pada tahun 1908, beliau didaftarkan Kweekschool (sekolah guru negara) di


Fort de Kock hingga pada Oktober tahun 1913 beliau meninggalkan desanya untuk
belajar di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah) dengan bantuan
pendanaan dari para engku (orang yang dihormati) desanya.

Pada saat masa Tan Malaka di Belanda, beliau mulai mengenal dam
meningkat pengetahuannya tengang revolusi setelah membaca buku berjudul de
Fransche Revolutie, dan setelah itu terdapat Revolusi Rusia pada Oktober 1917
yang menarik perhatian Tan Malaka terhadap paham Sosialisme dan Komunisme
dan mulai saat itu beliau sering membaca buku – buku Karl Marx, Friedrich Engels,
dan Vladimir Lenin, dan Friedrich Nietzsche yang menjadi panutannya terhadap
paham komunisme dan sosialisme.

Setelah banyak dipengaruhi oleh paham – paham komunisme dan sosialisme,


Tan Malaka mulai terobsesi dengan budaya Jerman dan budaya Amerika dan juga
mulai membenci budaya Belanda hingga beliau mencoba mendaftarkan diri ke
angkatan darat Jerman tetapi ditolak karena tidak ada orang asing yang boleh ikut.
Beberapa saat itu pun beliau bertemu dengan Henk Sneevliet yang mendirikan
Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan cikal bakal
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan lulus pada November 1919.

Hidup Setelah Pendidikan

Setelah kelulusan, Tan Malaka kembali ke desanya dan menerima tawaran


pekerjaan berupa menjadi guru untuk mengajar anak – anak kuli dari perkebunan the
di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara dan tiba pada Desember 1919
untuk mengajar anak – anak yang berbahasa Melayu pada Januari 1920.

Di masa itu Tan Malaka tidak hanya mengajar anak – anak, melainkan juga
menulis propaganda – propaganda untuk para kuli seperti Deli Spoor.
Steven XIA1 / 25 / 18 Maret 2018
Jasa Tan Malaka pada 1945 – 1950

Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan yang mendapat kesan yang
buruk dan dianggap sebagai komunis dan penjahat padahal Tan Malaka telah
berbuat banyak hal yang terpuji bagi negara hingga dianggap sebagai Pahlawan
Nasional.

Pada awal kemerdekaan, Tan Malaka pernah bergabung dengan rakyat


Surabaya untuk secara langsung melawan dan mengusit tentara Belanda yaitu
AFNEI ( Allied Force for Netherland East Indies) pimpinan Lord Mountbatten dan
wakilnya A.W.S Mallaby yang berupaya untuk mengambil alih kembali Indonesia
sebagai koloni Belanda hingga kemenangan di Surabaya, beliau berjuang kembali di
Purwokerto untuk menyusun strategi perlawanan total terhadap penjajah yang
dinamakan PP ( Persatuan Perjuangan) yang dipelopori Tan Malaka sendiri untuk
mempersatukan organisasi – organisasi politik yang ada di Indonesia dengan tujuan
pengakuan kemerdekaan 100 persen tetapi PP tidak diterima dengan baik sehingga
Tan Malaka ditahan selama lebih dari dua tahun untuk menunggu pengadilan atas
PP

Perjuangan Tan Malaka berlanjut setelah terjadinya perjanjian Renville yang


hanya membuat Belanda mengakui wilayah Indonesia itu hanya Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Sumatera dan seluruh wilayah lainnya harus dilakukan penarikan
mundur TNI seperti dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal tersebut membuat Tan
Malaka dan seluruh Partai Komunis Indonesia merasa Indonesia sangat direndahkan
hingga terjadi peristiwa PKI Madiun pada 1948 yang menentang perjanjian Renville
hingga mendirikan “Republik Soviet Indonesia” di Madiun dan Pati, tetapi mudah
dihentikan oleh pemerintahan Indonesia mulai dari 20 September 1948. Walaupun
bersikap buruk dan anarkis terhadap Indonesia, PKI telah menentang sikap
Indonesia yang mau direndahkan dengan perjanjian Renville.

Belum selesai dengan perjuangan, Tan Malaka juga tetap berjuang demi
kemerdekaan Indonesia dengan menghimpun kekuatan di Jawa Timur untuk
melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda II. Pada masa ini Indonesia
diperintah oleh Amir Syarifuddin yang juga merupakan bagian dari PKI
membebaskan Tan Malaka dan melanjutkan perjuangan beliau terhadap Belanda
dengan menyerukan rakyat untuk berani berjuang dengan mengangkat senjata
melawan Belanda

Ironisnya, militer RI dan lawan – lawan politiknya justru langsung menuduh


Tan Malaka merupakan pemberontak dan tidak apa – apa selain para pemberontak
Partai Komunis Indonesia yang memberontak di Madiun dari Republik Indonesia.
Hingga Tan Malaka ditembak mati oleh tentara Militer Divisi I Jawa Timur dalam
Steven XIA1 / 25 / 18 Maret 2018
kondisi Indonesia yang sedang diserang Belanda dalam Agresi Militer Belanda II.
Padahal Tan Malaka sangat menjunjung tinggi rakyat Indonesia untuk berani
melawan Belanda dan tidak memiliki sama sekali intensi untuk memberontak dan
melepaskan diri dari Indonesia.

Kesimpulan

Tan Malaka merupakan pahlawan Indonesia yang terlupakan oleh Indonesia


hanya karena dianggap komunis, pemberontak, dan hal lainnya yang disebabkan
oleh perbuatan Partai Komunis Indonesia terhadap Indonesia. Tan Malaka pun juga
selalu mendorong rakyat Indonesia atas perjuangan dengan media radio yang
membicarakan

1. Tidak mengakui Perjanjian Linggarjati dan Renville.


2. Menghancurkan negara boneka bentukan Belanda.
3. Mengambil alih semua wilayah Indonesia yang masih dikuasai oleh Belanda.
4. Mengambil alih semua aset Belanda dan Eropa lainnya.
5. Mengembalikan harga diri rakyat Indonesia.
6. Mengabaikan seluruh ajakan perundingan.
7. Tidak menyetujui perjanjian apapun yang tidak menyebutkan bahwa Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945
8. Menyatukan seluruh partai dan badan keamanan rakyat.

Hanya pada saat pemberontakan Madiun oleh PKI, Tan Malaka dianggap
sebagai salah satu pemberontak. Tetapi walaupun semua itu Tan Malaka tetap
dinobatkan oleh Presiden Soekarno sebagai pahlawan nasional Indonesia pada 28
Maret 1963 tetapi pada zaman Soeharto, nama Tan Malaka dan para pahlawan yang
berlatarkan belakang Komunis disembunyikan oleh pemerintahan Orde Baru.
Steven XIA1 / 25 / 18 Maret 2018
Sumber :

 https://www.zenius.net/blog/7968/biografi-tan-malaka
 https://nasional.sindonews.com/read/784793/15/madiun-negara-republik-
soviet-indonesia-1379514865
 http://dewantara.id/2016/09/18/tan-malaka-merdeka-100/
 https://nasional.tempo.co/read/700927/tan-malaka-djohan-sjahroezah-dan-
pertempuran-surabaya

Anda mungkin juga menyukai