Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK OBSERVASI, VALIDASI DAN RELIABILTAS OBSERVASI

Disusun Oleh: Haning Wahyunita

Nbi : 1511600015

Kelas : A

PROGRAM STUDI KODE ETIK DAN PROFESI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2017
Penegertian Observasi
a. Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti

b. Merupakan proses sistematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek dan
kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek

c. Proses tersebut mengubah fakta menjadi data

d. Observasi adalah Proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai


gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan dicatat secara
sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya
(validitasnya).

Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses proses psikologis dan
biologis. Dalam menggunakan teknik observasi, hal terpenting yang harus diperhatikan ialah
mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.

Ada 2 indra yang diutamakan di dalam melakukan pengamatan, yaitu telinga dan mata.
Kedua indra tersebut harus benar-benar sehat. Dalam melakukan pengamatan, mata lebih
dominan dibandingkan dengan telinga. Mata ini memiliki kelemahan yaitu mudah letih.
Untuk mengatasi kelemahan yang bersifat biologis tersebut, maka perlu melakukan hal-hal
berikut.
1. Dengan menggunakan kesempatan yang lebih banyak untuk melihat data-data.
2. Dengan menggunakan orang lain untuk turut sebagai pengamat (observers).
3. Dengan mengambil data-data sejenis lebih banyak.

Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan yang bersifat psikologis, yaitu :


1. Dengan meningkatkan daya penyesuaian (adaptasi).
2. Dengan membiasakan diri.
3. Dengan rasa ingin tahu.
4. Dengan mengurangi prasangka.
5. Dengan memiliki proyeksi.

Jenis jenis observasi


1. Jenis Observasi Partisipasi
Pengertian Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan dengan observer terlibat
langsung secara aktif dalam objek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut
nonobservasi partisipasi. Sedangkan kehadiran observer yang berpura-pura disebut kuasi
observasi partisipasi.

2. Jenis Observasi Sistematis atau Observasi Berkerangka


Pengertian Observasi Sistematis adalah observasi yang sudah ditentukan terlebih dahulu
kerangkanya. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi menurut
kategorinya.
3. Jenis Observasi Eksperimen
Pengertian Observasi Eksperimen adalah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang
disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.

Tujuan Observasi

Tujuan observasi yaitu menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek
penelitian, mengambil kesimpulan yang disusun menjadi sebuah laporan yang relevan dan
dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pembelajaran atau studi. Beberapa hal yang dijadikan
alasan mengapa sebuah observasi perlu dilakukan adalah untuk mengetahui segala sesuatu
yang berhubungan dengan objek secara langsung dan jelas tanpa perlu mengira-ngira.
Observasi yang dilakukan pada kalangan anak-anak biasa nya hasilnya lebih tepat daripada
observasi pada orang dewasa. Hal itu dikarenakan orang dewasa cenderung tanpa sadar
membuat-buat jawaban dan tidak apa adanya.

Etika Obsevasi

a. Privacy subjek
b. Keamanan & kenyamanan subjek
c. Persetujuan subjek
d. Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
e. Pencegahan kecurangan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau masyarakat
f. Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif

Syarat – syarat Observasi

1. Memiliki alat indera yang baik


2. Adanya minat dan kesediaan melakukan observasi
3. Mengerti latar belakang ttg materi yg akan diobservasi
4. Mampu memahami kode–kode/tanda–tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah
laku yang satu dg yang lain.
5. Membagi perhatian dan memusatkan perhatian
6. Dapat melihat hal –hal yang detail
7. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh – contoh tingkah laku secara
verbal/ nonverbal.
8. Menjaga hubungan antar observer dan observee.
9. Observer sebaiknya bersikap netral dan bebas prasangka serta tidak cepat mengambil
keputusan

Validasi Observasi
1. Validasi adalah tindakan dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur,
kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekaisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senatiasa mencapai hasil yang diinginkan
2. Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur,
sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang
sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau
dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998).
3. Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari
katavalidity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara
tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran
yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang
diukur.

Jenis-jenis validitas yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2004):


1. Validitas konstruksi (construct validity); dengan menggunakan pendapat dari
ahli(experts judgment)
2. Validitas isi (content validity); dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
3. Validitas eksternal; dengan cara membandingkanguna mencari kesamaan anatar
criteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain:
1. Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian
besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan
dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur
suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan
merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari
orang lain.
2. Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi
ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi
melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten.
Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan
indikator yang mewakili semua bagian dari definisi.
3. Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar atau kriteria
untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi
dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang
diterima secara luas.

Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu:


1. Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada
sebelumnya dan dinilai sebagai valid (misalnya, telah memiliki face validity).
2. Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator memprediksi kejadian masa
depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini tidak dapat digunakan untuk
semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi dapat
menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak perlu
dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, di mana satu variabel
memprediksi variabel yang berbeda di masa depan.

Jenis validitas terdiri dari 3 yaitu:


1. c. Validitas isi: menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut.
2. Validitas konstruk: menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstruk
teoretik yang hendak diukurnya.
3. Validitas kriteria: bukti validitasnya diperlihatkan dengan adanya hubungan skor pada
tesyang bersangkutan dengan skor suatu kriteria (contoh: analisis korelasional) (Azwar,
2011).

Validitas isi, kriteria dan konstrak. Ada lima sumber dasar teori dalam validitas konstrak,
yaitu isi, proses respon, struktur internal, hubungan terhadap variabel lain, dan akibat. Berikut
ini akan diuraikan satu per satu. Konten: melihat hubungan antara isi pengukuran dengan
konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan alat ukur, proses dalam
mengembangkan dan memilih aitem, kata-kata dari setiap aitem, dan kualifikasi penulis.
Bukti konten biasanya menyajikan langkah-langkah terperinci untuk memastikan bahwa alat
ukur tersebut telah mewakili konstrak yang akan dikur (Cook&Beckman,2006).Proses
respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap pengukuran yang dilakukan, metode dan
keamanan data yang digunakan dalam pengukuran dan pelaporan juga termasuk dalam
kategori ini. Strutur internal melihat hubungan antara aitem tes dengan tes yang digunakan
untu mengukur konstrak, yaitu apakah aitem-aitem yang penting mungkin dapat memiliki
fungsi yang berbeda pada sekelompo responden. Hal ini bermanfaat apabila responden secara
kategorial memiliki kesamaan, sehingga aitem tes ini diharapkan dapat menunjukkan
perbedaannya dari masing-masing responden. Hubungannya dengan variabel yang
lain: melihat hubungan skor tes dengan pengukuran lain dengan konstrak yang sama.

Reliabilitas Observasi
a. Menurut Sugiono (2005) Reliabilitas adalah serangkaian pengukur atau serangkaian
alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur
itu dilakukan secara berulang
b. Reliabilitas berarti keandalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengukuran atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang identik
atau sangat mirip. Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil
numerik yang dihasilkan oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari
proses pengukuran atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas
adalah pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau
tidak konsisten (Neuman, 2007).
c. - Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada konsistensi skor
yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang
berbeda, ataupun dibawah kondisi pengujian yang berbeda.
d. - Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan
yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabiladalam beberapakali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama
(Azwar, 2011).

Jenis-jenis reliabilitas antara lain (Sugiyono, 2004):


1. Reliabilitas tes-retes; yaitu dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua.
2. Reliabilitas bentuk alternatif; yaitu melalui penggunaan bentuk-bentuk tes lainnya.
3. Reliabilitas belah-separuh (split-half reliability); dimana skor yang diperoleh untuk
tiap individu diperoleh dengan membagi tes melalui berbagai prosedur belah-separuh.
4. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha; yaitu dengan menggunakan
administrasi tunggal dari suatu bentuk tunggal didasarkan pada konsistensi respons
terhadap semua butir soal dalam tes yang dipengaruhi oleh dua sumber varian
kesalahan.

Jenis reliabilitas terdiri dari 2, antara lain:


1. Reliabilitas konsistensi tanggapan: responden mempersoalkan apakah tanggapan
responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau
konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk
melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran
kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama
dengan pengukuran sebelumnya.
2. Reliabilitas konsistensi gabungan butir: berkaitan dengan kemantapan antara butir
suatu tes. Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah
hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain
(Djaali, 2000, dalam Matondang, 2009).

Jenis – jenis Reliabilitas :

Menurut Jaali dan Pudji (2008) :

1. Rebilitas Konsistensi Tanggapan

Reliabilitas ini selalu mempersoalkan mengenai tanggapa responden atau objek terhadap
tes tersebut apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian apabila tes yang telah di
cobakan tersebut dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama, apakah
hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua
menunjukkan ketidakonsistenan, maka hasil pengukuran tersebut tidak mengambarkan
keadaan obyek yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah suatu tes atau instrument
tersebut sudah mantap atau konsisten, maka tes/instrument tersebut harus diuji kepada
obyek ukur yang sama secara berulang-ulang.

Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes (Jaali ;
2008) yaitu :

a. Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama
pada waktu yang berbeda.
b. Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua
kelompok item yang setara pada saat yang sama.
c. Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan
dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes
dalam waktu yang bersamaan.

2. Reliabiltas Konsistensi Gabungan Item

Reabilitas ini terkait dengan konsistensi antara item-item suatu tes atau instrument..
Apabila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran melalui item yang satu
kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka
pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya.
Untuk itu jika terjadi hal demikian maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur,
melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan, dengan mengatakan bahwa tes tersebut
tidak reliable atau memiliki reliabilitas yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai