Nbi : 1511600015
Kelas : A
FAKULTAS PSIKOLOGI
SURABAYA
2017
Penegertian Observasi
a. Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti
b. Merupakan proses sistematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek dan
kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek
Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses proses psikologis dan
biologis. Dalam menggunakan teknik observasi, hal terpenting yang harus diperhatikan ialah
mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.
Ada 2 indra yang diutamakan di dalam melakukan pengamatan, yaitu telinga dan mata.
Kedua indra tersebut harus benar-benar sehat. Dalam melakukan pengamatan, mata lebih
dominan dibandingkan dengan telinga. Mata ini memiliki kelemahan yaitu mudah letih.
Untuk mengatasi kelemahan yang bersifat biologis tersebut, maka perlu melakukan hal-hal
berikut.
1. Dengan menggunakan kesempatan yang lebih banyak untuk melihat data-data.
2. Dengan menggunakan orang lain untuk turut sebagai pengamat (observers).
3. Dengan mengambil data-data sejenis lebih banyak.
Tujuan Observasi
Tujuan observasi yaitu menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek
penelitian, mengambil kesimpulan yang disusun menjadi sebuah laporan yang relevan dan
dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pembelajaran atau studi. Beberapa hal yang dijadikan
alasan mengapa sebuah observasi perlu dilakukan adalah untuk mengetahui segala sesuatu
yang berhubungan dengan objek secara langsung dan jelas tanpa perlu mengira-ngira.
Observasi yang dilakukan pada kalangan anak-anak biasa nya hasilnya lebih tepat daripada
observasi pada orang dewasa. Hal itu dikarenakan orang dewasa cenderung tanpa sadar
membuat-buat jawaban dan tidak apa adanya.
Etika Obsevasi
a. Privacy subjek
b. Keamanan & kenyamanan subjek
c. Persetujuan subjek
d. Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
e. Pencegahan kecurangan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau masyarakat
f. Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif
Validasi Observasi
1. Validasi adalah tindakan dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur,
kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekaisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senatiasa mencapai hasil yang diinginkan
2. Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur,
sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang
sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau
dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998).
3. Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari
katavalidity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara
tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran
yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang
diukur.
Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain:
1. Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian
besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan
dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur
suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan
merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari
orang lain.
2. Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi
ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi
melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten.
Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan
indikator yang mewakili semua bagian dari definisi.
3. Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar atau kriteria
untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi
dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang
diterima secara luas.
Validitas isi, kriteria dan konstrak. Ada lima sumber dasar teori dalam validitas konstrak,
yaitu isi, proses respon, struktur internal, hubungan terhadap variabel lain, dan akibat. Berikut
ini akan diuraikan satu per satu. Konten: melihat hubungan antara isi pengukuran dengan
konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan alat ukur, proses dalam
mengembangkan dan memilih aitem, kata-kata dari setiap aitem, dan kualifikasi penulis.
Bukti konten biasanya menyajikan langkah-langkah terperinci untuk memastikan bahwa alat
ukur tersebut telah mewakili konstrak yang akan dikur (Cook&Beckman,2006).Proses
respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap pengukuran yang dilakukan, metode dan
keamanan data yang digunakan dalam pengukuran dan pelaporan juga termasuk dalam
kategori ini. Strutur internal melihat hubungan antara aitem tes dengan tes yang digunakan
untu mengukur konstrak, yaitu apakah aitem-aitem yang penting mungkin dapat memiliki
fungsi yang berbeda pada sekelompo responden. Hal ini bermanfaat apabila responden secara
kategorial memiliki kesamaan, sehingga aitem tes ini diharapkan dapat menunjukkan
perbedaannya dari masing-masing responden. Hubungannya dengan variabel yang
lain: melihat hubungan skor tes dengan pengukuran lain dengan konstrak yang sama.
Reliabilitas Observasi
a. Menurut Sugiono (2005) Reliabilitas adalah serangkaian pengukur atau serangkaian
alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur
itu dilakukan secara berulang
b. Reliabilitas berarti keandalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengukuran atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang identik
atau sangat mirip. Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil
numerik yang dihasilkan oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari
proses pengukuran atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas
adalah pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau
tidak konsisten (Neuman, 2007).
c. - Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada konsistensi skor
yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang
berbeda, ataupun dibawah kondisi pengujian yang berbeda.
d. - Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan
yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabiladalam beberapakali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama
(Azwar, 2011).
Reliabilitas ini selalu mempersoalkan mengenai tanggapa responden atau objek terhadap
tes tersebut apakah sudah baik atau konsisten. Dalam artian apabila tes yang telah di
cobakan tersebut dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek yang sama, apakah
hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua
menunjukkan ketidakonsistenan, maka hasil pengukuran tersebut tidak mengambarkan
keadaan obyek yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah suatu tes atau instrument
tersebut sudah mantap atau konsisten, maka tes/instrument tersebut harus diuji kepada
obyek ukur yang sama secara berulang-ulang.
Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes (Jaali ;
2008) yaitu :
a. Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama
pada waktu yang berbeda.
b. Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua
kelompok item yang setara pada saat yang sama.
c. Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan
dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes
dalam waktu yang bersamaan.
Reabilitas ini terkait dengan konsistensi antara item-item suatu tes atau instrument..
Apabila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil pengukuran melalui item yang satu
kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka
pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya.
Untuk itu jika terjadi hal demikian maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur,
melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan, dengan mengatakan bahwa tes tersebut
tidak reliable atau memiliki reliabilitas yang rendah.