FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
Praktikum II
JARINGAN TUBUH
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi
pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada
dilingkungan sel.
3. Spuit disposible 5 ml
4. Kapas alcohol
5. Basin Kidney
tidaklah terikat pada satu kompartemen saja. Cairan akan bergerak dan terjadi pertukaran
antara cairan intrasel, cairan interstisial, dan cairan intravaskuler secara menetap.
Cairan intrasel dipisahkan oleh membran sel dari cairan interstisial, dan cairan
intravaskular dipisahkan oleh dinding kapler dari cairan interstitial. Perbedaan struktur
pemisah ini memungkinkan perbedaan dalam cara perpindahan cairan diantara kompartemen
ini.
Untuk mempertahankan kehidupan sel yang sehat, harus terjadi perpindahan cairan
diantara intravaskuler (plasma = bagian dari darah) dengan interstitial secara menetap.
Darah berperan dalam pengangkutan zat ke dan dari sel. Zat-zat yang akan di kirim ke sel
harus melewati interstisial, begitu juga sisa metabolisme dari sel yang akan dikirim ke organ
1
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
mekanisme yang bertanggung jawab dalam pertukaran ini, zat-zat tersebut akan bertumpuk
Permiabilitas dinding kapiler ; yaitu kemampuan dinding kapiler untuk dilewati oleh suatu
zat. Dalam keadaan normal dinding kapiler adalah semipermiabel, artinya tidak semua zat
bisa melewatinya. Zat yang melewatinya dengan mudah adalah O2, H2O, CO2, glukosa,
elektrolit, urea, sedangkan molekul-molekul besar seperti protein tak dapat melewatinya.
Molekul-molekul akan berpindah dari konsentrasi yang tinggi menuju konsentrasi yang
Permiabilitas ini dapat berubah menjadi lebih permiabel atau kurang permiabel.
Peningkatan permiabilitas dapat terjadi oleh adanya zat-zat yang keluar dari area cedera
atau oleh karena reaksi alergi, seperti histamin, kinin, serotonin, dan prostaglandin.
Keadaan ini memungkinkan molekul protein dapat melewati dinding kapiler dan
Tekanan darah kapiler ; yaitu dorongan atau desakan yang berasal dari darah pada dinding
kapiler yang mendesak air keluar dari pembuluh darah dan cenderung mendorong molekul-
molekul keluar dari pembuluh kapiler. Proses perpindahan seperti ini dikenal dengan
filtrasi.
Tekanan darah kapiler ini dipengaruhi oleh banyaknya darah yang ada dalam kapiler.
Jumlah darah yang ada dalam kapiler tergantung dari besarnya curah jantung dan
diameter pembuluh darah yang memperdarahi kapiler tersebut. Oleh karena itu tekanan
darah disepanjang kapiler tidak sama, makin ke bagian distal makin kecil. Tekanan darah
kapiler proksimal adalah 35 mmHg sedangkan tekanan kapiler bagian distal adalah 15
mmHg.
Tekanan osmotik koloid ; tarikan pada air yang berasal dari protein yang berada pada
pembuluh darah, cenderung menarik air yang berada di interstisial untuk masuk ke dalam
pembuluh darah kapiler, jadi berlawanan dengan tekanan darah kapiler, proses
perpindahan seperti ini dikenal dengan proses osmosa Dalam keadaan normal yaitu
konsentrasi plasma protein terutama plasma albumin > 3.5 gr%, besarnya tekanan osmotik
koloid ini adalah 25 mmHg, dan penurunan konsentrasi plasma protein menyebabkan
Adanya ketiga hal tersebut menyebabkan pergerakan cairan antara interstisial dan
cairan intravaskuler. Pada bagian proksimal karena tekanan darah kapiler lebih besar dari
2
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
tekanan osmotik koloid maka cairan dan beberapa zat yang dapat melewati dinding kapiler
keluar dari kapiler menuju interstisial. Cairan ini yang akan memberikan makanan dan oksigen
bagi kehidupan sel. Dengan keluarnya cairan maka tekanan darah kapiler makin ke ujung
kapiler makin kecil, sementara tekanan osmotik koloid tidak berubah, sehingga pada ujung
kapiler (distal kapiler) tekanan osmotik koloid lebih besar dari tekanan darah kapiler. Hal ini
interstisial tidak semua cairan interstisial masuk ke kapiler melalui cara ini, sebagian akan
masuk ke pembuluh darah vena yang besar melalui kapiler limfe. Adanya perubahan dari
ketiga hal diatas dapat menyebabkan penumpukan cairan di interstitial yang dikenal dengan
edema.
kebutuhannya dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang bukan saja tidak berguna bagi
sel tetapi juga membahayakan kehidupan sel. Oleh karena itu CIS melakukan pertukaran
cairan dengan interstisial untuk mendapatkan O2, nutrien, dan mengeluarkan sisa
metabolisme.
Membran sel yang memisahkan CIS dengan cairan interstisial terbentuk dari 2 lapisan
lemak. Struktur ini menyebabkan tidak semua zat bisa melewatinya dengan mudah. Terdapat
zat-zat yang larut dalam lemak saja yang dapat keluar masuk dengan mudah seperti O2,
2) Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) : beberapa zat tak dapat menembus membran
tanpa bantuan zat lain. Sebagai contoh : glukosa pindah dari interstitial ke intrasel
melalui ikatan dengan carrier phosphat pada membran sel, setelah glukosa dilepaskan ke
intrasel, carrier phosphat kembali ke membrane dan mengambil glukosa lainnya dan
seterusnya.
3) Transport Aktif
Beberapa zat dapat bergerak antara interstisial dan intrasel melewati membrane sel
dengan melawan gradient konsentrasi melalui mekanisme pompa aktif misalnya pompa
3
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Dalam keadaan normal natrium banyak dijumpai dalam cairan ekstrasel, sedangkan
kalium paling banyak berada di intrasel. Jika kalium keluar ke ekstrasel & natrium masuk
ini membantu distribusi komponen cairan dalam keadaan normal dan membantu dalam
mempertahankan homeostasis.
4) Osmosis :
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0.45%, NaCl
2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3
ml
3. Masukkan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi
5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut ?
4
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Laporan Praktikum II
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
......................................................................................................................................................
........................................................................................
…………………...............................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Kesimpulan : ......................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
…………………...............................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................
Kesimpulan : .......................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Kesimpulan
…………………………………………………………………...................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.......................................................
5
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Praktikum IV
Tujuan Praktikum :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak
a. Thermometer air
Tidak ada tingkat suhu yang dianggap normal, karena pengukuran pada banyak orang
normal suhu memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu mulai dari 36 oC (97oF) samapai lebih
dari 37,5oC (99oF). Bila diukur per rektal nilainya kira-kira 0,6oC (1ºF) lebih tinggi dari suhu
oral (Guyton&Hall, 1997). Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa suhu tubuh normal
berkisar antara 36,5-37,5oC (Scheifele, 1989 yang dikutip oleh Iskandar, 2002).
Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada lingkungan yang ekstrim, karena
pada pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila bentuk panas yang berlebihan karena kerja fisik
yang berat maka suhu rektal akan meningkat sampai setinggi 34-40ºC. Sebaiknya ketika tubuh
terpapar dengan suhu yang dingin maka suhu rektal dapat turun dibawah 35,6ºC.
antara produksi panas yang dihasilkan oleh tubuh dengan kehilangan panas dalam tubuh.
Mekanisme keseimbangan suhu ini sangat berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Faktir-faktor yang
berperan penting dalam metabolisme tubuh. Diantaranya yaitu: (1) laju metabolisme basal
dari semua sel tubuh; (2) laju cadangan metabolisme yang disebabkan karena konstruksi otot
6
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
yang disebabkan oleh menggigil; (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh
trioksin (dan oleh sebagian kecil hormon pertimbuhan dan testosteron) terhadap sel; (4)
metabolisme tambahan yang disebabkan efek epnefrin dan norepinefrin; (5) metabolisme
Sebagian besar produksi panas dalam tubuh dihasilkan pada organ dalam terutama hati,
otak, jantung, dan otot rangka terutama selama kerja. Kemudian panas ini dari jaringan
Penghubung dapat terbuka untuk menghantarkan panas dari kulit ke lingkungan sekitarnya
atau tertutup untuk menhambat panas keluar dari tubuh. Membuka atau mentupnya
arteriovenosus ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang berespon terhadap perubahan
(1) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu denga
permukaan yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda (Kozier, 1991).
Orang yang telanjang pada suhu kamar normal kehilangan panas kira kira 60% dari
kehilangan panas total (sekitar 15%) melalui radiasi (Guyton, 1997). Kehilangan panas
melalui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis
gelombang elektromagnetik.
(2) Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang disertai
kontak langsung antara dua buah benda (Taylor, 1997). Darah membawa atau
mengkondiksikan panas dari inti tubuh ke permukaan kulit. Normalnya, hanya sedikit
jumlah panas yang dilepaskan melalui proses konduksi ke permukaan kulit. Selimut
pendingin atau kasur pendingin dapat digunakan untuk menurunkan demam melalui
konduksi panas dari kulit ke kasur/selimut pendingin. Perpindahan panas juga dapat
terjadi melalui pemaparan dengan air. Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih
besar daripada udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat
mengabsorbsi jumlah kuantitas panas yang lebih besar dari pada udara. Juga
konduktifitas air terhadap panas berbeda dengan konduktifitas udara. Oleh karena itu,
kecepatan kehilangan panas ke air pada suhu yang cukup rendah jauh lebih besar dari
(3) Konveksi
7
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara diantara dua area yang
berbeda kepadatannya (Taylor, 1997). Ada dua macam konveksi yaitu konveksi alamiah
dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas akibat suhu udara sekitar
lebih dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi paksa terjadi dari
(4) Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan yang terjadi terus menerus dari traktus
respiratorius, mukosa mulut dan dari kulit (Kozier, 1991). Evaporasi dapat terjadi melalui
kulit dan paru-paru (insensible waterloss). Evaporasi air yang tidak kelihatan ini tidak
dapat dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilkan
dari difusi molekul air terus menerus melalui kulit dan permukaan sistem pernafasan.
Akan tetapi kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat diatur dengan pengaturan
kecepatan berkeringat. Berkeringat terjadi melalui kelenjar keringat yang diatur oleh
Pada tingkat yang hampir tepat 37,1oC terjadi perubahan drastis pada kecepatan
kehilangan panas dan kecepatan pembentukan panas. Pada suhu diatas tingkat ini,
kecepatan kehilangan panas lebih besar dari pada kecepatan pembentukan panas sehingga
suhu tubuh turun dan mencapai kembali tingkat 37,1oC. Sebaliknya pada suhu dibawah
tingkat ini, kecepatan pembentukan panas lebih besar dari pada kecepatan kehilangan suhu
panas sehingga suhu tubuh meningkat dan kembali mencapai suhu 37,1 oC. Tingkat
temperatur kritis ini disebut set-point dari mekanisme pengaturan suhu tubuh, yaitu semua
mekanisme pengaturan temperatur yang terus menerus berupaya untuk mengembalikan suhu
Sistem yang mengatur suhu tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu: deteksi suhu kulit dan
suhu inti tubuh, penggabungan di hippotalamus, dan sistem efektor yang mengatur produksi
Sistem deteksi suhu tubuh terdiri dari dua bagian yaitu deteksi suhu tubuh di kulit dan
deteksi suhu tubuh di jaringan dalam (inti tubuh). Kulit memiliki reseptor dingin dan panas.
Reseptor dingin jauh lebih banyak dari pada reseptor panas, tepatnya terdapat sepuluh kali
8
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama
menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin dari pada suhu hangat (Guyton&Hall, 1997).
Reseptor suhu tubuh bagian dalam ditemukan pada bagian tertentu dalam tubuh.
Terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen, atau disekitar vena-vena besar.
Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih
banyak terpapar dengan suhu inti dari peda suhu permukaan tubuh, reseptor inti tubuh
lebih banyak mendeteksi dingin dari pada hangat. Hal ini dimungkinkan karena reseptor kulit
dan reseptor bagian dalam tubuh berperan mencegah hipotermi, yaitu mencegah suhu tubuh
yang rendah.
Integrator hipotalamus merupakan pusat yang mengatur suhu inti tubuh, terletak di area
pre-optik dari hipotalamus bagian anterior (Kozier, 1991). Pusat ini berfungsi untuk
mengintegrasikan antara input yang bearasal dari berbagai macam reseptor suhu yang
terletak di tubuh dengan output yang merespon terjadinya peningkatan pembentukan panas
tubuh atau peningkatan kehilangan panas tubuh (Porth, 1990). Area-pre-optik ini
mengandung sejumlah neuron-neuron yang sensitif terhadap panas kira-kira sepertiga dari
jumlah neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini berfungsi mjengantarkan
sinyal dan reseptor suhu kulit dan meresponnya kembali melalui mekanisme umpan balik.
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi panas (set-point berada di atas
tingkat temperatur kritis), maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menurunkan
set-point dengan cara menghambat produksi panas tubuh dan meningkatkan pelepasan panas
tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh menurun dan mencapai tingkat temperatur
kritis (Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari stimulus suhu panas adalah
termogenesis kimia seperti hormon epinefrin dan tiroksin oleh sistim saraf pusat (Kozier,
1991).
Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi dingin (set-point berada di bawah
tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menaikkan
produksi panas tubuh dan menghambat pelepasan pelepasan panas tubuh ke lingkungan.
Akibatnya suhu tubuh meningkat dan mencapai kembali tingkat temperatur kritis
(Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari adanya stimulus suhu dingin adalah
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit telihat pucat, piloereksi
(rambut berdiri pada akarnya), menggigil, pelepasan epinefrin dan norepinefrin, pelepasan
trioksin oleh hormon tiroid yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh (Kozier, 1991).
9
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Selain mekanisme bawah sadar untuk pengaturan suhu tubuh, tubuh memiliki mekanisme
pengaturan temperatur lain berupa perilaku pengaturan suhu tubuh. Perilaku ini meliputi
pemilihan jenis pakaian, pengaturan suhu lingkungan dengan menggunakan mesin penghangat
atau AC, minum minuman hangat disaat tubuh kedinginan, posisi tubuh “meringkuk” yang
bertujuan untuk menghambat pelepasan panas disaat udara dingin dan sebagainya (Porth,
1990).
(1) Usia
Baik usia yang lebih muda maupun yang lebih tua, sangat sensitif terhadap perubahan
suhu lungkungan. Bayi dan anak-anak lebih cepat berespon terhadap perubahan suhu
udara baik panas maupun dingin. Menurut Donna (1993) menyatakan bahwa pengaturan
suhu tubuh pada usia toodler sudah mulai stabil dibandingkan dengan infant. Orang
berusia lanjut (diatas 75 tahun) lebih mudah terjadi hipotermi dikarenakan faktor
penuaan sehingga kontrol pengaturan suhu tubuh kurang optimal (Taylor, 1997)
Suhu tubuh secara normal mengalami perubahan setiap hari bervariasi sebesar 2 oC
diantara pagi hari dan siang hari. Suhu tubuh berada pada tingkat paling tinggi diantara
pukul 20.00 dan 24.00 WIB dan berada pada tingkat paling rendah diantara pukul 04.00
(3) Exercise
Kerja yang berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3-40oC diukur secara
(4) Hormon
Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh yang berfluktuatif dibandingkan laki-laki. Hal ini
progesteron pada saat ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan suhu tubuh sebesar
(5) Stress
Tubuh berespon baik terhadap stress fisik dan stress emosional. Adanya stress
metabolisme akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan suhu tubuh
(Kozier, 1991).
10
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Suhu tubuh yang ekstrim dapat berpengaruh terhadap sistem pengaturan suhu tubuh
seseorang. Pada dasarnya, ketika tubuh terpapar udara dingin yang ekstrim tanpa baju
pelindung yang adekuat maka terjadi kehilangan panas yang dapat meningkatakan
hipotermi, jika tubuh terpapar pada udara panas yang ekstrim maka akan terjadi
(7) Cairan
Salah satu fungsi cairan dalam pengaturan sirkulasi darah adalah menghantarkan panas
yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Yang dimaksud cairan disini adalah darah.
Aliran darah ke kulit menentukan kehilangan panas dari tubuh dan dengan cara ini
mengatur suhu tubuh. Kehilangan sejumlah besar cairan dari traktus gastrointestinal,
kulit, atau ginjal yang berlangsung secara abnromal dan dehidrasi dapat menyebabkan
Orang percobaan berbaring dengan tubuh bagian atas terbuka (tidak memakai baju) dan
bernafas melalui hidung (mulut sudah tertutup). Pasang termometer klinik ke dalam
ketiak (ketiak harus kering dari keringat). Biarkan termometer selama 10 menit dan
bacalah hasilnya.
2. Suhu Mulut
termometer di bawah lidah orang percobaan yang sama. Biarkan selama 10 menit dan
3. Pengaruh Penguapan
Orang percobaan yang sama sambil berbaring bernafas dengan tenang melalui mulut
selama 2 menit. Pasang termometer di dalam mulut. Baca hasilnya pada 5 menit pertama
dan pada 5 menit kedua (tidak perlu diturunkan dahulu setelah 5 menit pertama).
11
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
2. Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut
Orang percobaan berkumur-kumur dengan air es selama satu menit. Kemudian ukur suhu
mulutnya. Baca suhu pada 5 menit pertama dan pada 5 menit kedua (suhu termometer
Lakukan percobaan A. 1, 2, 3, dan 4 pada orang percobaan yang lain. Catat nama, jenis
4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya.
12
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Laporan Praktikum IV
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tujuan Praktikum :
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.........................................................
Hasil Praktikum :
Gelas I menghasilkan :
¼ jam I : ………………………………
¼ jam II : ………………………………
¼ jam IV : ..........................................
Gelas II menghasilkan :
¼ jam I : ………………………………
¼ jam II : ………………………………
¼ jam IV : .............................................
¼ jam I : ………………………………
¼ jam II : ………………………………
¼ jam IV : .............................................
13
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Kesimpulan ......................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.................................................................................................................
14
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Praktikum V
GLUKOSA DARAH
Tujuan Praktikum :
kadar glukosa darah sebagai dampak dari penambahan berbagi jenis cairan.
1. Gelas ukuran
Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum
Karbohidrat dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung pati seperti roti,
Pada umumnya jenis karbohidrat yang paling banyak dalam diet seharihari
adalah disakarida dan polisakarida, yang pada akhirnya dihidrolisis oleh enzim seperti
sakaridase dalam usus halus menjadi gula sederhana yaitu glukosa, galaktosa dan
fruktosa kemudian diabsorbsi dalam viii-viii usus halus masuk ke dalam darah dan
Glukosa sederhana yang sampai di hati dengan bebas masuk ke dalam sel-sel
hati dan secara enzimatis galaktosa dan fruktosa dirubah menjadi glukosa.
Kadar guia dalam darah harus terus dipertahankan dalam jumlah yang normal
di dalam darah. Pada masa pasca absortif, glukosa dalam intestine dapat menjadi
sumber utama konsentrasi gula di dalam darah, akan tetapi waktu setelah absorbsi
kadar gula darah akan diseimbangkan oleh glukosa dari hati yang merupakan pool
Setelah makan makanan yang tinggi karbohidrat, gula darah akan tinggi,
15
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
mengakibatkan uptake glukosa oleh hati menjadi meningkat, dan proses
pembentukan glikogen hati akan meningkat melalui suatu proses yang disebut
glikogenesis.
Jaringan pengguna gluokosa terbesar adalah otot dan otak. Pada otot yang
sedang aktif dimana kebutuhan akan energi sangat tinggi, glukosa akan diambil
secara cepat dari glukosa dan dirubah menjadi glukosa-6-fosfat, dan kemudian
dengan bantuan enzim-enzim glikolisis dirubah menjadi piruvat yang pada akhirnya
masuk ke sistem respirasi sel atau siklus kreb untuk menghasilkan energi (pada
keadaan cukup oksigen). Tapi sebaliknya apabila otot atau tubuh secara
keseluruhan sedang tidak aktif atau sedang istrirahat, glukosa yang dalam hati akan
dirubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan dirubah menjadi glikogen hati sebagai
cadangan glukosa.
Untuk dapat masuk ke dalam sel otot, glukosa perlu bantuan insulin yang
merupakan pembawa pesan pertama, yang akan berikatan dengan reseptor insulin
dalam membran sel. Apabila ikatan hormon dan insulin terbentuk maka
glukosa melalui gerbang protein G dapat menembus membran sel untuk dipakai
selanjutnya. Sering sekali, karena adanya kegemukan, kurang aktifitas dan konsumsi
gula sederhana yang terlalu banyak dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan
reseptor insulin sel otot sebagai pemakai terbesar glukosa menjadi kurang atau
bahkan tidak sensitif terhadap insulin, menyebabkan glukosa yang ada dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel dan bertumpuk dalam darah, hal ini disebut
penangananya karena berkaitan dengan kekacauan endakrin tubuh, oleh sebab itu
deteksi dini diabetes lebih penting dari pada mengobati. Salah satu prekondisi yang
mendahului adalah adanya intoleransi glukosa, yang senng menyertai orang yang
Pemeriksaan untuk melihat toleransi glukosa adalah tes oral toleransi glukosa.
Pemeriksaan ini dapat bermanfaat untuk deteksi dini Diabetes mellitus tipe 2.
16
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Tata Kerja Praktikum:
A. Toleransi Glukosa
3. Minum air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air selama 5 menit
Hasil akan menunjukan ada gangguan toleransi atau ada gangguan uptake glukosa
apabila hasil pemeriksaan : Puasa > 120 mg/dL dan 2 jam setelah makan < 140 mg/dL.
17
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Laporan Praktikum V
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
Tujuan Praktikum :
......................................................................................................................................................
Hasil Praktikum :
Kesimpulan:……………………………………………………………………………………………………
18
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Praktikum II
Gerakan Refleks
Tujuan Praktikum :
Untuk membukktikan adanya gerakkan – gerakkan refleks urat , dan urat gerakkan pada
Palu perkusi
Lampu Senter
Kapas
Jarum
Tinjauan Teori
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian
hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima
oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan
ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini
disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf
penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit
pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini
terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan
19
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia,
hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau
medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis
medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di
ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan
radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal
reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan
membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen. Frekuensi
potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Di
system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang,
(sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau
tuntas. Bila potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons
sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan tetapi, di efektor yang
berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan
potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan
antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat, dan kegiatan di
lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron lain yang juga
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu
sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan
monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang
mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan
polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung
reflex, terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi
oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul
kontraksi. Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan pada otot,
dan responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah kumparan
20
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot yang dihantarkan
ke SSP melalui sera-serat sensorik cepat yang langsung bersinaps dengan neuron motorik
otot yang teregang itu. Neurotransmitter di sinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate.
Reflex-refleks regang merupakan contoh reflex monosimpatik yang paling dikenal dan paling
banyak diteliti.
Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di dalam
serat saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-serat gelendong yang
teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa
yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot
itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative
untuk menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat
dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot-
otot ekstensor lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat
ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini
dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan
kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai
bawah dengan cara yang khas. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain
pendahuluan fungsi system saraf. Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa
sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik,
keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga
Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-
otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap
kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps teregang.
Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex regang dengan cepat meluruskan
lutut, menahan tungkai tetap terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri
tegak.
Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi menjadi
dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis. Dinamis adalah
menimbulkan refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama
21
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
akhiran dari spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau unstretch. Artinya,
ketika tiba-tiba otot diregangkan atau teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang
belakang; ini seketika kuat menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari
otot yang sama dari sinyal yang berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan
mendadak pada otot panjang. Refleks regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik
setelah otot telah menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih
lemah statis refleks regangan terus untuk waktu yang lama setelahnya. Refleks ini diperoleh
oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer dan endings.The
sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa hal itu menyebabkan tingkat
kontraksi otot cukup konstan, kecuali jika sistem saraf seseorang secara spesifik kehendak
sebaliknya.
Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan adalah kemampuannya untuk
mencegah osilasi atau sentakan pada pergerakan mesin tubuh. Ini adalah fungsi meredam
dam memperlancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal dari sumsum tulang
belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth, meningkatkan intensitas untuk
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai
tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata. Intensitas
cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil (kurangnya cahaya yang
masuk), sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah menyebabkan pupil menjadi lebih
besar ( banyak cahaya yang masuk). Jadi, refleks cahaya pupil mengatur intensitas cahaya
Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak
mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari
kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. Harus
membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons konsensual (tanggapan dari
mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi pesat sebesar 0,1 detik. Tujuan evolusioner refleks
ini adalah untuk melindungi mata dari benda asing dan lampu terang (yang terakhir ini
khususnya ketika mengevaluasi koma. Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial
ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang. Stimulasi dari satu kornea
biasanya memiliki respons konsensual, dengan menutup kedua kelopak mata normal.[4]
22
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Refleks biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan untuk
mengurangi refleks C6 derajat busur. Tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon
palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa. Secara
spesifik, tes mengaktifkan reseptor di dalam peregangan otot bisep brachii yang
berkomunikasi terutama dengan C5 dan sebagian saraf tulang belakang dengan saraf tulang
belakang C6 untuk merangsang kontraksi refleks dari otot biseps dan menyentakkan lengan
bawah.
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping
badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah umbilicus. Respon yang
b. Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa
c. Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons berupa
konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respons berupa fleksi
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara
pronasi dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus stiloideus. Respons berupa
pronasi tangan.
23
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan
tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai
pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi
pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi
otot gastronemius.
3) Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada
tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak
4) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah
pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan
5) Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi. Tunggulah
pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan
cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak
melukai orang coba. Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
PERLU DIPERHATIKAN:
1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota
gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi
3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan
Laporan Praktikum II
Nama : …………………………….
NPM : …………………………….
24
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Tanggal Praktikum : …………………………….
......................................................................................................................................................
........................................................................................
......................................................................................................................................................
........................................................................................
Refleks kornea
......................................................................................................................................................
........................................................................................
Refleks cahaya
......................................................................................................................................................
........................................................................................
......................................................................................................................................................
........................................................................................
......................................................................................................................................................
........................................................................................
......................................................................................................................................................
........................................................................................
......................................................................................................................................................
........................................................................................
Refleks biseps
......................................................................................................................................................
........................................................................................
25
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran
Refleks triseps
......................................................................................................................................................
........................................................................................
Withdrawl Reflex
......................................................................................................................................................
........................................................................................
Kesimpulan
…………………………………………………………………...................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.......................................................
26
Panduan Praktikum BSN I dan II Fak. Keperawatan Universitas Padjadjaran