PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya perawat
berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang kesehatan, barang
siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
2.3. STANDART PRAKTIK KEPERAWATAN
Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi
pada pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada wewenang
tertentu (Schroeder, 1991).
Sebuah standar secara komprehensif menguraikan semua aspek profesionalisme, termasuk sistem,
praktisi dan pasien. Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan
memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para anggotanya. Standar diperlukan
untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan publik
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu profesi yaitu :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada publik terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1. Standar Praktek
Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar kerja.
Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber – sumber untuk memfasilitasi pemberian asuhan
2. Standar Asuhan
Standar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik dan rencana asuhan.
Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien
4. Manager
Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat mengkoordinasikan berbagai
professional perawatan kesehatan dan layanan untuk membantu klien mencapai hasil akhir yang
diinginkan.
Sedangkan organisasi birokratik menggunakan kontrol melalui kebijakan, pekerjaan terstruktur, dan
tindakan pembagian kategori. Organisasi lain mendesentralisasikan kontrol dan menekankan
pengarahan diri dan disiplin diri anggotanya.
Fungsi manajerial, antara lain :
1. Perencanaan
a. Mengidentifikasi kesempatan di masa yang akan dating
b. Mengantisipasi dan menghindari masalah di masa yang akan dating
c. Menyusun strategi dan rangkaian tindakan
2. Pengorganisasian
a. Mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada individu atau tim yang telah
mendapatkan pelatihan dan memiliki keahlian untuk melaksanakannya.
b. Mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit
6. Reseacher
Menurut Position Statement on Education for Participation in Nursing Research (1994) oleh
American Nurses Association (ANA), semua perawat berbagi komitmen untuk kemajuan ilmu
keperawatan. Praktik berbasis penelitian dipandang sebagai hal penting agar asuhan keperawatan
efektif dan efisien. Menurut Polit dan Hungler (1999), menetapkan empat alasan penelitian itu
penting dalam keperawatan, antara lain :
• Sebagai profesi, keperawatan memerlukan penelitian untuk mengembangkan dan memperluas
ilmu pengetahuan ilmiah yang unik dan terpisah dari disiplin lain
• Penelitian itu penting untuk mempertahankan tanggung gugat ilmiah keperawatan terhadap klien,
keluarga, dan masyarakat secara umum
• Perhatian saat ini mengenai ekonomi dan keefektifan perawatan kesehatan menuntut
keperawatan untuk mendokumentasikan melalui penelitian bagaimana layanan keperawatan
berperan pada pemberian perawatan kesehatan
• Saat intervensi multipel mungkin diberikan dalam situasi klien tertentu, penelitian keperawatan
penting untuk proses pengambilan keputusan klinis.
National Institute of Nursing Research (NINR) menetapkan tujuan, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan mendukung kesempatan penelitian yang akan mencapai perbedaan ilmiah
dan menghasilkan konstribusi yang signifikan untuk kesehatan
2. Mengidentifikasi dan mendukung area kesempatan di masa yang akan dating untuk memajukan
penelitian pada perawatan yang berkualitas tinggi dan hemat biaya, serta berkonstribusi terhadap
landasan ilmiah untuk praktik keperawatan
3. Mengkomunikasikan dan mendiseminasikan hasil penelitian yang didanai oleh NINR
4. Meningkatkan perkembangan perawat peneliti melalui pelatihan dan kesempatan pengembangan
karir
Peran perawat-peneliti, antara lain :
1. Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan/pendidikan
2. Mengindentifikasi kebutuhan dan masalah penelitian sesuai dengan lingkup garapnya
3. Membuat rancangan penelitian sesuai dengan permasalahan yang teridentifikasi
4. Mengorganisasikan pelaksanaan penelitian sesuai dengan rancangan dan seting
5. Mensosialisasikan hasil penelitian sesuai dengan level dan lingkup penelitian
6. Melakukan kritikal review terhadap hasil penelitian
B. Kompetensi Ners
Perumusan kompetensi diklasifikasikan berdasar pasal 2 dalam SK No. 045/U/202 yang
menyebutkan bahwa kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas kompetensi utama,
kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi
utama. Kompetensi yang diharapkan akan dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan
Ners adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi Utama :
1) Mampu melakukan praktek keperawatan individu, keluarga, kelompok , dan komunitas yang
berfokus pada keselamatan pasien berbasis pada bukti-bukti ilmiah (Nursing practice focused on
patient safety and evidence based)
2) Mampu menerapkan etik, moral, legal dan perilaku profesional (ethical judgement, moral
reasoning, and profesional behavior)
3) Mampu menjadi agen perubah, mengembangkan diri dan belajar sepanjang hayat (Change agent
life long lerarning and personal growth
4) Mampu berkomunikasi efektif, dengan memperhatikan unsur lintas budaya (effective
communication considering to transcultural approach)
5) Mampu bekerjasama dalam konteks pelayanan kesehatan (elderly, emergency disaster) (The
social dan community contexts of health care (elderly, emergency disaster)
6) Mampu berfikir kritis, memecahkan masalah dan melakukan penelitian (Critical thinking, problem
solving and reseach )
b. Kompetensi Pendukung :
1) Mampu menerapkan manajemen dan teknologi informasi dalam pelayanan keperawatan (IT
applied and management approach in nursing practice)
2) Kompetensi lainnya yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama:
3) Mampu mengembangkan semangat kewirausahaan di bidang kesehatan sesuai dengan situasi dan
budaya lokal. ( Health care enterpreunership according to local situation and local culture )
c. Kompetensi Dasar / Utama Ners professional (Lendburg, 1999)
Mampu Melakukan :
1. Pengkajian dan intervensi
2. berkomunikasi (terapeutik)
3. Berfikir kritis
4. mendidik orang lain (HE)
5. Hubungan antar manusia dengan sikap “caring”
6. manajemen (mengelola secara bertanggung jawab)
7. memperlihatkan sikap kepemimpinan
8. mengintegrasikan pengetahuan
A. TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang berhubungan dengan
peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab perawat secara umum
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau obat – obatan tertentu dan
melaporkan penolakan tersebut kepada dokterdan orang – orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan – pertanyaan pasien dan memberikan
informasi biasanya diberikan oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal – hal penting kepada orang yang tepat.
B. TANGGUNG GUGAT
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil – hasilnya
termasuk dlam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik
secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil – hasilnya. Terhdap dirinya sendiri, pasien, profesi,
sesama karyawan dan masyarakat.
Akuntabilitas bertujuan :
1. Mengevaluasi praktisi – praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi – praktisi yang sudah
ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan pertumbuhan pribadi sebagai
bagian yang profesional perawatan kesehatan.
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis
Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :
1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual
yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum
Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:
1. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi, mendorong partisipasi pasien dan
penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
2. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat tentang masalah – masalah kesehatan
pasien seperti pertanyaan diagnostik.
3. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam
menetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan
keperawatan.
5. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, B. 2006.http//www.Kualitas Pelayanan Keperawatan. pdf. Google. htm/ or. id. page 2
Bachman, J. 1998. Developing a common nursing practice modern. Nursing manajemen. 2(5) : 26 –
27
Elizadiani, D. 2008. http//www. Standar untuk praktek untuk profesi keperaatan/htm.
Hadi, M. 2008. Google automatically generates html version of documens as crawl the web. Page 1
Mas. 2008. http//www. Antisipasi mal praktik. Harian Media Sentoda/Praktek/Keperawatan. htm.
Syaifoel Hardy & Nurhadi. 2007. Efektivitas Penggunaan Gelar Ners. http://inna-ppni.or.id/html
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Pendidikan Universitas Airlangga 2008-2009. Surabaya. Airlangga
University Press
Kelompok Pendidikan & Komunitas. 2008. Undang - Undang Keperawatan.
http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.
Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi 4. Jakarta
: EGC
Tim Penyusun. 2008. Pedoman Pendidikan Universitas Airlangga 2008-2009. Surabaya. Airlangga
University Press
Kelompok Pendidikan & Komunitas. 2008. Undang - Undang Keperawatan.
http://tenreng.files.wordpress.com/2008/05/uud-keperawatan.pdf.
Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi 4. Jakarta
: EGC
A. Aspek Legal
1. Definisi
Legal merupakan sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Setiap aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas atau fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana
seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran
etik dapat dihindarkan.
Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang melahirkan
hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan
yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia.
Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, 2006).
Hal legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini lebih
banyak berbicara tentang hukum dan sosial. Contoh kasus mengeluarkan peraturan bahwa
perawat memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap perawat yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut (Hasyim & Prasetyo,
2012).
Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan
(Hariyati, 2006).
Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur praktik, misal untuk memberikan kepastian
bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip
hukum.
2. Perjanjian atau Kontrak dengan Penanggung Jawab
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih untuk
mengerjakan sesuatu. Dalam konteks hukum, kontrak sering disebut dengan perjanjian atau
perikatan (Dalami, Rochimah & Suryani, 2010).
Hukum perikatan diatur dalam UU hukum perdata pasal 1239 “Semua perjanjian baik yang
mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada
ketentuan-ketentuan umum yang termasuk dalam bab ini dan bab yang lalu. “Lebih lanjut
menurut ketentuan pasal 1234 KUHP, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat
sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Perikatan dikatakan sah bila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang berbuat perjanjian (consencius)
b. Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)
c. Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada sesuatu sebab yang halal (legal
cause)
d. Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan tindakan asuhan keperawatan
e. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima ditempak kerja
f. Kontrak P-PS digunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yang bekerja sama
g. Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang disepakati (Dalami et
al, 2010).
Batas tanggung jawab keperawatan antara lain menjalankan pesanan dokter, melaksanakan
intervensi keperawatan mandiri atau yang di delegasi. Menurut Beeker dalam Kozier (1990)
empat hal yang harus diperhatikan perawat untuk melindungi mereka secara hukum yaitu:
a. Tanyakan pesanan yang ditanyakan pasien
b. Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah
c. Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi
d. Tanyakan pesanan (standing order) terutama bila perawat tidak berpengalaman.
Perawat harus memperhatikan beberapa prekausi dalam melaksanakan intervensi
keperawatan, antara lain:
a. Ketahui pembagian tugas (job description) mereka
b. Ikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
c. Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama
d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis rute, waktu dan pasien yang benar
e. Lakukan setiap prosedur secara tepat
f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan cepat dan akurat
g. Catat semua kecelakaan yang mengenai pasien
h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik (rapport) dengan pasien
i. Pertahankan kompetisi praktik keperawatan
j. Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
k. Sewaktu mendelegasikan tanggungjawab keperawatan pastikan bahwa orang yang
diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan orang tersebut memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
l. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan secara penuh setiap
tugas yang dilaksanakan
3. Aspek Legal dalam Keperawatan
Beberapa aspek legal dalam keperawatan mempunyai fungsi hukum dalam praktik
keperawatan, seperti memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum dan bisa membedakan tanggungjawab perawat dengan
tanggungjawab profesi yang lain. Selain itu, hukum juga membantu menentukan batas-batas
kewenangan tindakan keperawatan mandiri dan membantu dalam mempertahankan standar
praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah
hukum (Kozier, 1990).
4. Perlindungan Legal untuk Perawat
Perawat harus mendapat perlindungan atau payung hukum dalam menjalankan praktiknya
terhadap kejadian malpraktik dan kelalaian pada keadaan daruta, sebagai contoh: di Amerika
Serikat UU yang mengatur legal keperawatan diberi nama Good Samaritan Acts yang
memberikan perlindungan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada keadaan
darurat. Selain itu, di Kanada terdapat UU lalu lintas yang memperbolehkan setiap orang
untuk menolong korban pada setiap situasi kecelakaan yang bernama Traffic Act. Di
Indonesia sendiri diatur oleh UU kesehatan No.23 tahun 1992.
Undang-undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan telah beberapa tahun hadir ditengah-
tengah kita. UU ini berisi peraturan-peraturan hukum yang bertujuan untuk peningkatan
derajat kesehatan seluruh anggota masyarakat. UU ini dengan demikian akan melibatkan
instansi-instansi terkait dan juga melibatkan pemberi pelayanan kesehatan (medical
providers) dan penerima kesehatan (medical receiversi).
Undang-undang kesehatan ini merupakan produk hukum yang bernuansa luas di bidang
kesehatan, sehingga sembilan (9) undang-undang dibidang kesehatan yang telah ada
sebelumnya harus dicabut karena sudah diakomodir dalam undang-undang ini termasuk
diantaranya UU tentang pembukaan apotek (1953), UU pokok kesehatan (1960), UU tenaga
kesehatan (1963), UU tentang hygiene (1966) dan UU kesehatan jiwa (1966). Karena pada
waktu yang sama dengan proses kelahiran UU kesehatan ini, di Indonesia berkembang pula
pengetahuan Hukum Kesehatan yang relatif baru, maka kini ada dua istilah yang makin
sering didengar yaitu UU kesehatan dan Hukum kesehatan. Antara keduanya terdapat
kesamaan yaitu mengenai ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang
kesehatan, tetapi juga ada perbedaannya. Oleh sebab itu keduanya perlu ditelaah terlebih
dahulu (Hanafiah & Amir, 1999).
Pelanggaran hukum dapat bersifat perdata maupun pidana. Pelanggaran yang bersifat perdata
sebagaimana tertera pada UU No.23 tahun 1992 pada pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) yang
berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Hal yang berhubungan dengan ganti rugi dapat bersifat negosiasi atau diselesaikan melalui
pengadilan. Pelanggaran yang bersifat pidana sebagaimana disebutkan dalam UU No.23
tahun 1992 pada Bab X Ketentuan Pidana berupa pidana penjara dan/atau pidana denda, atau
sebagaimana pada pasal 61 dan 62 UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 61:
Penentuan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya
Pasal 62:
(1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 10,
pasal 13 ayat (2), pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan pasal 18
dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, pasal 12,
pasal 13 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau pidana denda Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
(3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku (Ake, 2003).
Daftar Pustaka
Ake, J. (2003). Malpraktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Dalami, E., Rochimah, & Suryani, K. (2003). Etika Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Hanafiah, J. & Amir, A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hariyati, T. (2006). Aspek Legal Keperawatan sebagai salah satu Menyiasati Era Globalisasi
dalam Jurnal Keperawatan Indonesia. Jakarta: FIK UI
Hasyim, M., & Prasetyo, J. (2012). Etika Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Bangkit
Handayani, W. & Hariwibowo, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Kozier, E. (1990). Fundamentals of Nursing, 4th ed. Redwood City, California: Addison
Wesley Co
Praptianingsih, S. (2006). Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada