Anda di halaman 1dari 24

eboth collection

Search...

ebixpopitod

 About

askep IGD/Fraktur

23 Jan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan masalah yang banyak kita temukan dimasyarakat, fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya hubungan atau kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh trauma yaitu trauma
langsung yang disebabkan oleh taruma atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang, dan trauma
tidak langsung yaitu bila fraktur terjadi akibat rudapaksa dan mengalami fraktur disekitar rudapaksa
tersebut dan juga karena penyakit primer yaitu osteoporosis. Adapun jenis-jenis farktur yaitu fraktur
terbuka dan fraktur tertutup, dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan kasus seperti fraktur
yang sebagian besar fraktur ini disebabkan oleh kecelakaan lalulintas, namun kebanyakan diantara
masyarakat tidak mengetahui bagaiman cara penanganan fraktur yang benar lebih-lebih pada
penderita fraktur terbuka, mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi pada masyarakat, banyak
diantara masyarakat yang lebih banyak memilih berobat kedukun ketimbang kepelayanan kesehatan,
padahal apabila penanganan fraktur terutama pada fraktur terbuka tidak segera ditangani secara medis
sangat beresiko terjadinya infeksi, mengingat golden periode 1-6 jam yaitu jika penanganan farktur
terbuka ini mendpat pertolongan secara medis lebih dari 6 jam maka sangat beresiko terjadinya
infeksi bagi klien yang mengalami fraktur atau patah tulang terbuka.
Adapun yang perlu diingat sebelum melakukan pengkajian yaitu melakukan pemeriksaan jalan nafas
(Airway) yaitu apakah ada gannguan pada jalan nafas seperti adanya benda asing,sekret atau darah,
Breathing (proses penafasan) yaitu frekuensi nafasnya normal atau tidak, dan Cirkulation (sirkulasi)
yaitu apakah ada tanda-tanda tejadinya syok, dan menanyakan sudah berapa lama kecelakaan terjadi
sehingga klien dibawa kepelayanan kesehatan atau Ruamah sakit karena jika lebih dari 6 jam maka
sangat beresiko terjadinya infeksi pada klien yang menderita patah tulang terbuka, kemudian
melakukan pemeriksaan fisik dengan cara heat totoes.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Diharapkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose
medis fraktur digiti manus terbuka.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan kasus fraktur manus terbuka
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan fraktur manus terbuaka
c. Menysusn rencana tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan

C. Ruang Lingkup Bahasan


Dalam penulisan laporan ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diagnosa
Medis Fraktur Digiti Manus Terbuka.

D. Tempat Dan Waktu Pengambilan Kasus


Tempat pengambialn kasus adalah diruang trauma (IRD) Rumah Sakit Umum Provinsi NTB pada
tanggal 6 mei 2010.

E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi : pengertian, penyebab, patofisiologi, penatalaksanaan, askep teori (pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, pelakasanaan dan evaluasi )
BAB III Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Fraktur
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan. (E. Oerswari, 1989). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). FRaktur
adalah terpisahnya atau patahnya tulang (Doenges, 2000). Fraktur tertutup (closed) adalah bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.(Arif Mansjoer, 2000). Fraktur terbuka
(open/compound)adalah bila terdapat hubungan antar fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan dikulit. (Mansjoer, 2000). Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati
otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999).

B. Etiologi
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu
1. Cederaatraumatik, cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh
dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. FrakturaPatologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai
salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit atau nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi
kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
fosfat yang rendah.
3. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas dikemiliteran.

C. Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan
lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium
dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan
nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan
tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian
menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk
ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.

D. Pathways

Inkontinuitas tulang pergeseran fragmen tulang


Perubahan jaringan sekitar kerusakan fragmen tulang
Pergeseran frag tlg laserasi kulit spasme otot Tek.Sum2 tlg > tinggin dari kapiler
Deformitaas putus pena/arteri peningk.Tek. Kapiler reaksi stres klien

perdarahan pelepasan histamin melepaskan


katekolamin
Kehilangan Protein plasm
Memobilisasi volume cairan hilang Asam lemak

edema bergabung
dengan
trombosit
Penekanan
\ Pembuluh Darah Emboli
Penurunan Perfusi Menyumbat
Jaringan Pembuluh
darah

(http://blog.ilmu keperawatan.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan fraktur.htm)

E. Klasifikasi Fraktur
1. Jenis khusus fraktur
1) Bentuk garis patah
1) Garis patah melintang
2) Garis patah obliq
3) Garis patah spiral
4) Fraktur kompresi
5) Fraktur avulse
2) Jumlah garis patah
1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan
3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.
2. Klasifikasi fraktur berdasarkan bentuknya
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia
luar karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I
a) Luka kurang dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
d) Kontaminasi ringan.

2) Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang.
3) DerajatdIII
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta
kontaminasi derajat tinggi.
c. Frakturacomplete
Merupakan patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari
posisi normal).
d. Frakturaincomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

F. Tahap Penyembuhan Tulang


Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :
1) Fase hematom
Yaitu Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematom disekitar fraktur Setelah 24 jam
suplai darah di sekitar fraktur meningkat
2) Fase granulasi jaringan
a. Terjadi 1 – 5 hari setelah injury
b. Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
c. Hematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan
osteoblastq
3) Fase formasi callus
a. Terjadi 6 – 10 hari setelah injuri
b. Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
4) Fase ossificasi
a. Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
b. Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan
tulang yang patah
c. Fase consolidasi dan remadelling
Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan
osteuctas.
5)
G. Tanda Dan Gejala
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasiapemendekanatulang.
b. Penekanan tulang
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan
dengan fraktur.
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

H. Penatalaksanaan
1. Traksi
Yaitu secara umum dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali paaada extremitas klien.
Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan
tulang yang patah. Kegunaan traksi adalah mengurangi patah tulang, mempertahankan fragme tulang
pada psisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak,
memperbaiki deformitas. Jenis traksi ada dua macam yaitu traksi kulit biasanya menggunakan perekat
sepanjang extremitas kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk ditarik,
penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban. Traksi skelet biasanya menggunakan pin
steinmen atau kawat kirshner yan lebih halus biasanya disebut kawat k yan ditusukkan pda tulang
kemudia pin tesebut ditarik dengan tali, katrol dan beban.
2. Reduksi
Merupakan proses manipulasi pda tulang yang fraktur untukmemperbaiki kesejajaran dan mengurangi
penekanan serta meregangkan saraf da pembulh darah. Jenis reduksi ada dua yaitu reduksi tertutup
merupakan metode unuk mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan reduksi terbuka pada
reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur dilurskan selama pembedahan dibawah pengawasan langsung.
Pada saat pembedahan berbagai alat fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.
3. Fisioterapi
Alat untuk remobilisasi mencakup exercise terapiutik, ROM aktif dan pasif, ROM pasif mencegah
kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada sendi, ROM dapat dilakukan pada
therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion). ROM aktif untuk meningkatkan
kekuatan otot. (Smeltzer, 2001)

G. Prinsip Penanganan Fraktur


Ada 4 dasar penangan fraktur yaitu :
1. Rekognisi yaitu dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui
riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang relepan dan deskripsi tentang peristiwa
yang terjadi oleh penderita sendiri.
2. Reduksi yaitu usaha atau tindakan manipulasi fragmen-fragmen sepertileak asalnya.tindakan ini
dapat dilaksanakan secara efektif didalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips, untuk
mengurangi nyeri selama tindakan penderita dapat diberikan narkotik IV sedatif atau blok saf lokal.
3. Retensi yaitu setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dlam
posisi dan kesejajaran ang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
external meliputi gips, bidai, traksi dan teknikfiksator externa.
4. Rehabilitasi merupakan proses pengembalian tulang kefungs dan struktur semula dengan cara
melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan
isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuase dan meningkatkan
peredaran darah. (FKUI. 1995).

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur


A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh.
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini meliputi :
1. Pengumplan Data Yaitu
a. Identias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamt, suku
bangasa, bahas yang digunakan seari-hari, status perkawinan,golongan darah, tanggal masuk Rumah
sakit, NRM,kdiagnosakmedis.
b. Keluhan Utama pada umunya keluhn utama pada kasus fraktur adalah nyeri, nyeri tersebut bisa
akut atau kronk tergantung lamnya serangan, untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan :
1) Provoking ncident Apakahapakah ada peristiwa yang menjadi faktor persifitasiknyeri.
2) Quality of Pain : sepertapa nyeri yang dirasakan atau yang digambarkan klien, apakah seperti
terbakar, berdenyut, atau tertusuk.
3) Region : apakah rasa sakit bisa mereda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa
saki terjadi atau lokasi rasa sakit tersebut.
4) Severity ( scale) of paint : seberapa jauh ras nyeri yang dirasakan kien bisa berdasarkan skala nyeri
atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhiifungsinya.
5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk.
2. Polai Fungsi Kesehatan
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibatikelemahanmreflekmbatuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk /melindungi jalan napas, timbulnya pernapasanyang sulitidan/ atauitak
iteratur, isuarai nafasi terdengar ironchi / aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal
pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,isianosisipadaitahapilanjut.
d. Integritasaego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple,imisalnyaifinancial,ihubungan,igayaihidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
e. Makanan/cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis), malnutrisi
(termasuk obesitas), membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi).
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
g. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan
risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ;
Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari
detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayatitransfuseidarah/reaksiitransfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
h. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial
bagi penarikan diri pascaioperasi).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti :
1) Kesadaran penderita : composmentis, apatis, somnolen, spoor, koma gelisah tergantung pada
keadaan klien.
2) Kesakitan keadaan penyakit : akut kronok, ringan, sedang, berat, dan biasanya pada kasus fraktur
biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal Karena ada gangguan baik fungsi/bentuk.
b. Pemeriksaan head totoes
System integumen :
terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, odema,nyeri tekan.

Kepala :
tida ada gangguan yaitu normo cephalic, simetris, tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan.
Leher : tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
Wajah : wajah terlihat menahan sakit, tidak ada odema.
Mata : tidak ada gangguan tidak anemis Karen tidak terjadi perdarahan.
Telinga : tes weber masih dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan.
Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut dan faring :
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Torak:
Ins: Ada retraksi dinding dada, gerakan dada simetris.
Paru :
Inspeksi : pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.-
Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fermitus teraba sama.-
Perkusi : sonor, tidak ada suara tambahan lainnya.-
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, ronche.-
Jantung :
Inspeksi : tidak tanpak iktus-
Palpasi : Nadi meningkat-
Auskultasi : suaa S1 dan S2 tunggal.-
Abdomen
Inspeksi tidak distensi, bentuk datar, simetris.-
Tidak teraba masa, tidak ada pembesaran hepar.-
Perkusi : timpani, ada pantulan gelombang pantulan cairan-
Peristaltic usu normal ± 20 kali/menit.-
Inguinal, Genetalia, Anus.
– Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB

c. Pemeriksaan Penunjang
1) FotoaRontgen, untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung, mengetahui
tempat dan type fraktur biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic.
2) Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada traumammultiple) Peningkatan jumlah SDP adalah
respon stres normal setelah trauma
5) Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati
(Doenges, 2000).

B. Diagnosad Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994) Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien dengan fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat
badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif
dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
4. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

C. Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
Diagnosa (1)
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi
yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial,
digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas
ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari enamabulan.
Tujuana:anyeriadapataberkurangaatauahilang.
Kriteria Hasil :
– Nyeri berkurang atau hilang
– Klien tampak tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi
nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak
diinginkan.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.-
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.-
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.-
Intervensi
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang
tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan
plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak
terjadi infeksi.
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi
infeksi.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar
gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi/terkontrol.

Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.-
Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.-
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.-
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainasealuka,adll.
R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, sepertiaHbadankleukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses
infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif kurang terpajan atau mengingat salah interpretasi informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.-
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.-
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang
dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R/ Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An”M”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR OSS NASAL
DI RUANGAN IGD DI RSUP.NTB
6 – 05 – 2010

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :An”M”
Umur :8 thn
Jenis klamin :Laki-laki
Status :-
Agama :Islam
No.reg :07803
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat :Suweta
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tn”K”
Umur :50 thn
Jenis klamin :Laki-laki
Hubungan :Ayah
Pekerjaan : PNS
Alamat :Suweta
2. Keluhan Utama
Nyeri pada dairah nasal (klien tampak menangis) dan luka sobek pada ½ bagian nasal anterior.
P: Inkontinuitas jaringan
Q: Nyeri tajam
R: Terlokalisasi pada dairah nasal
S: 5 (0-5) Klien tampak menangis

3. SAMPEL
S:
• Tampak luka sobek pada dairah nasal 1x1x0,5
• Devisiasi septal nasal
• Tampak perdarahan aktif pada luka sobek
• Klien tampak menangis
• Nasal tampak odema
A:
• Ibu klien menyatakan kalau klien tidak ada riwayat alergi pada suatu zat (obat/makanan/minuman
dll)
M:
• Ibu klien menyatakan sebelum di bawa ke RSUP NTB IGD klien diolesi dengan minyak atau obat
tradisional pada dairah yang luka atau nasal
P:
• Ibu kiien menyatakan sebelumnya klien tidak pernah mengalami peerdarahan atau fraktur dan ibu
klien menyatkan kalau sebelumnya bentuk nasal klien tidak depisiasi
L:
• Makan /minnum terakhir pada tanggal 6-5-2010 pada pukul 08.00 wita
E:
• Klien turun dari tangga rumah dan kemungkinan terjatuh dari tangga rumah tsb (ibu klienn
menyatkan tidak ada orang yang sempat melihat waktu klien terjatuh daari tangga ) klien sudah
ditemukan di lantai dalam posisi duduk dan perdaarahan pada nasal (melallui luka sobek). Dan klien
di temukan dalam keadaan sadar dan menangis. Tinggi tangga 4 m, kejadian pada tanggal 6-5-2010
pada pukul 10.45 wita dan sampai di RSUP.NTB (IGD) pada pukul 11.00 wita

4. ABCDEFG
Air way :
Tidak ada tanda – tanda sumbatan pada jalan nafas spt perdarahan pada meatus nasal , klien tamapak
dapat bernafas dengan normal tampa ada keluhan seperti sesak dll, RR: 21x/m

Birthing :
RR:21x/m dengan irama nafas reguller dank lien dapat bernafas dengan sepontan
Cirkulation :
Perdarahan aktif melalui luka sobek (pada nasal (sianosis (-))
Disebelity :
KU: baik ,nasal tampak depisiasi
Kesadaran: E4 V5 M6
Extpouse :
Luka sobek diperkirakan karena terbentur pada lantai tangga rumah dengan luas luka sobek 1x1x0,5
ddengan kedalaman 0,5 cm pada nasal, luka tampak bersih
Full vital sign :
TD:- RR: 21x/m
N: 80x/m S: 37,2
Give comport :
Mengatur posisi klien dengan posisi supinasi
Menganjurkan orang tua klien untuk selalu mendmpingi klien
Head to toes ;
1) Kepala /leher
• Rambut
Ins: Distribusi rambut tampak merata, warna rambut hitam, bersih ,rambut pendek dan tampak rapi
Pal:-
• Kepala
Ins: Tidak ada tanda –tanda lesi/trauma pada dairah kepala , bentuk simetris,
Pal: Tidak ada tanda – tanda nyeri , benjolan (-)
• Mata
Ins: Buka mata sepontan, tidak ada tanda- tanda trauma atau infeksi pada dairah mata , letak kedua
mata sietris, ikterik (-), reflek cahaya (+) dengan refleks isokor,
Pal:-
• Hidung
Ins:
Nasal tampak depisiasi, tampak luka sobek dengan luas 1x1x0,5 cm , tampak perdarahan aktif pada
nasal (melalui luka sobek). Meatus nasal tamapak bersih, secret (-) , perdarahan (-), pollip (-). Letak
luka sobek pada ½ bagian corpus nasal anterior fars median.
Pal: Nyeri tekan pada areal nasal dengna sekala 5 (0-5).
• Mulut /gigi/lidah
Ins:
Tidak ada tanda –tanda trauma pada dairah oral, mukosa bibir atau mulut tampak lembab, bentuk bibir
simetris, warna gigi putih dengan jumlah gigi lengkap
Pal:-
• Telinga
Ins:
Tidak ada tanda-tanda trauma pada areal akustikus ,batlle sign (-), othorea (-), meatus akustikus
tampak bersih.
Pal:-
• Wajah
Ins: Bentuk wajah opal ,dan wajah tampak simetris
Pal:-
• Leher
Ins: Devisisasi (-), tikdak ada tanda – tanda trauma pada areal servikal.
Pal: Nyeri tekan (-)
• Toraks
Ins : Benruk normal (simetris ) dengan perbandingan dada (panjang dan lebar 2:1), tidak ada lesi ,
tidak ada tanda-tanda trauma pada areal toraks, retraksi (-), RR:21x/m,
Pal: Nyeri tekan (-), jumlah iga lengkap
Per: Dullness (+), resonan (+)
Aus:
Suara nafas normal (brongkial,brongkovesikuler, vesikuler) tidak ada suara nafas tambahan, suarda
jantung normal (BJ I dan BJ II) dengan irama regular dengan frekwensi 80 x/m.
• Abdomen
Ins: Bentuk supely, dan tidak ada tanda – tanda trauma abdomen, lesi (-)
Aus ; B/U 13x/m
Pal : Nyeri tekan (-),
Per:-
• Genetalia
Tidak tekaji
• Ekstrimitas
Ins:
Pergerakan aktif, tidak ada tanda – tanda trauma /fraktur pada dairah extrimitas, lesi (-), sianosis (-)

Pal : Akral hangat +/+

5. Analisa Data
Sign Etiologi Problem
DS:
– klien merasa nyeri pada dairah hidung
DO:
– klien tampak menangis
– P: inkontinuitas jaringan kulit dan tulang
– R: nyeri terlokalisasi pada dairah hidung
– S: 5 (0-5)
– T: continue Inkontinuiotas
jaringan

Ransangan
syaraf pucini
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
DS:
– Ibu klien menyatkan menyatkan kalau klien jatuh dari tangga rumah
DO:
– Tampak luka sobek pada dairah nasal dengan luas luka 1x1x0,5
– Luka tampak bersih
– Tampak perdarahan aktif pada hidung (melalui luka sobek)
– Devisiasi corpus nasal
– Nasal tampak odema Deselerasi

Trauma
langsung Inkontinuitas
jaringan
(tulang dan kulit )
6. Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan ransangan saraf nyeri (pucini) ditandai dengan
klien mengeluh nyeri pada dairah hidung,klien tampak menangis, skala nyeri 5 (0-5), P: Inkontinuitas
jaringan kulit dan tulang.
b. Inkontinnuitas jaringan kulit dan tulang berhmbungan dengan deselerasi ditandai dengan adanya
luka sobek pada dairah hidung, tampak perdarahan aktif melalui luka, devisiasi corpus nasal.

7. Rencana
Hari /tggl No
Dx Tujuan dan criteria hasil Rencana Rasional
06/05
2010

11.00 Setelah di berikan perawatan selama ± 60 menit diharapkan rasa nyer dapat menurun dengna
criteria hasil :
– Klien menytakan kalau rasa nyeri dapat menurun
– Klien tampak lebih tenang
– Sekala nyeri menurun – Observasi nyeri

– Obs. TTV

– Berikan / ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pada keluarga dan klien
– Ciptakan lingkungan senyaman mungkin

– Kolaborasi dalam pemberian terapi obaat-obatan, X-ray dll – Untuk menenrukan intervensi
selanjutnya
– Kemungkinan adanya perubahan pada nilai TTV

– Untuk menambah kenyamanan pada klien

– Untuk menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan kerja sama tim


Setelah di berikan perawatan selama ± 60 menit diharapkan inkontinuitas jaringan dapat teratasi
dengan criteria hasil:
– Perdarahan dapat di control
– Luka dirawat – Obs. Keadaan luka

– Siapkan alat-alat perawatan luka

– Rawat luka
– Kolaborasi dalam melakukan hathing dan obat-obatan

– Minimalkan infeksi nasokomial

– Kurangi dampak hospitalisasi

– Untuk menentukan intervensi selanjutnya


– Untuk mempermudah melakukan perawatan
– Lakukan perawatan sebelum 6 jam dari waktu kejadian
– Untuk meningkatkan kerja sama tim

– Infeksi nasokomial dapat terjadi malalui kontak langsung dengan klien dan melalui alat – alat yang
di gunakan
– Melalui tindakan yang salah / tidak sesui dengan prosedur dapat menyababkan anak menjadi
trauma.

8. Tindakan Keperawatan
Hari/
tggl No
dx Tindakan Respon Hasil
6/5/10
11.10

11.15

1 – Mengobserpasi nyeri

– Mengobs. TTV

– Menciptakan lingkungan senyaman mungkin

– Mengatur posisi klien senyaman mungkin

– Menganjurkan orangtua klien untuk ikut serta dalam perawatan klien

– Mengobservasi Suasana hati klien – Klien menyatakan merasa sakit pada dairah hidung saja

– TD:-
– N:80x/m
– S:37,2
– RR:21x/m

– Memasang sampiran
– Membatasi jumlah pengunjung

– Klien di posisikan dengan tidur terlentang (supinasi)

– Ibu klien tampak selalu mendampingi klien

– Klien tampak tenang dan lebih kooperatif, klien tampak berhenti menangis.
11.25

11.30

11.40

11.50

11.55

12.05

12.30

13.30

2 – Mengobservasi Keadaan luka

– Menyiapkan alat untuk merawat luka

– Merawat luka

– Berkolaborasi dalam melakukan hathing dan obat-obatan

– Menyiapkan alat hathing

– Memastikan alat yang digunakan dalam keadaan seteril

– Melakukakan hathing

– Menutup luka hathing


– Meminimalis dampak hospitalisasi

– Membuang alat habis pakai/disposable pada tempatnya


– Membersihkan alat-alat yang telah digunakan/ yang telah terkontaminasi
– Memasukkan kembali alat-alat yang telah digunakan ke dalam apen.

– Berkolaborasi dalam pemberian obat dan X-ray – Luka pada nasal dengan luas luka 1x1x0,5 dengan
kedalaman luka 0,5 cm dan denan panjang 0,5 cm, luka tampak bersih dan keluar perdaraha aktif pada
dairah luka sobek

– Cairan NaCl 0,9 %


– Has steril
– Betadine
– Plaster
– Gunting plaster
– Bengkok
– Hanscond

– Luka di rawat dengan teknik anti septik/steril

– Di indikasikan untuk melakukan hathing

– Hathing set

– Alat diambil dari dalam open/klep

– Hathing 1 kali dengan teknik hathing terputus dengan arah horizontal dan

– Luka hathing di olesi dengan betadin dan di tutup dengan has steril.

– Setiap akan melakukan tindakan petugas terlebih dahulu memberi penjelasan pada klien dan
keluarga klien.

– Alat-alat disposible dibuang pada tempatnya, Alat yang telah digunakan dibersihkan dan
diseterilkan kembali

– Hasil X-ray: Fraktur oss nasal


– Obat yang diberikan:
– Parasetamol sirup
– Amoxilin sirup
9. Evaluasi
Hari
/Tggl No Dx Evaluasi
06/05
/2010

11.20 S:
– klien menyatakan merasa nyeri pada dairah hidung saja
O:
– Klien tampak berhenti menangis
– Pengunjung dibatesi (maximal 2 orang )
– Klien di posisikan dengan posisi telentang (supinasi)
– Sampiran di pasang
– Ibu klien selalu mendampingi klien
– Klien tampak lebih tenang dan lebih kooperatif
– TTV
– TD:- – S:37,2
– N:80x/mnt – RR:21x/mnt

13.40 S:
O:
– Tampak luka sobek pada nasal
– Luka di bersihkan
– Luka di hathing 1x dengan teknik hathing terputus dan dengan arah horizontal dan di tutup dengan
has steril.
– Alat –alat yang di pakai masih dalam keadaan steril.
– Alat- alat yang terkontaminasi di bersihkan (dicuci) dan di sterilkan kembali.
– Hasil X-ray : fraktur oss nasal.
– Obat yang di berikan :
– Parasetamol dan Amoxilin sirup

BAB IV
PEMBAHASAN

ASUAHN KEPERAWATAN PADA Tn. “M”


DENGAN DIAGNOSA MEDIS OPEN FRAKTUR DIGITI MANUS
DI RUANG IRD RSUP NTB
TANGGAL 6 MEI 2010
1. PENGKAJIAN
Merupakan tehnik pegumplan data dan merupakan proses dinamis yang meliput tiga aktivitas dasar
yaitu mengumpulkan data, mengatur dan memilih data yang dikumpulkan, dan mendokumentasikan
data dalam format yang dapat dibuka kembali.
Pembahasan :
Pada pengkajian ada kesamaan antara teori dengan pengkajian kasus seperti keluhan, tanda gejala, dan
etiologinya,
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan meruapakan pernyataan tentang faktor-faktor yang memperhatikan respon atau
tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Nasrul Efendi, 1998).
Dalam teori untuk masing-masing masalah keperawatan terdiri dari 6 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif
dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
4. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi. Sedangkan diagnosa
yang ditemukan dalam kasus ada dua diagnosa yaitu :
a. Ganngguan rasa nyaman nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan.
b. Inkontinuitas jaringan/kerusakan jaringan berhubungan dengan deselerasi.

3. PERENCANAAN
Perencanaan merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan guna
memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi (Nasrul Efendi, 1998).
Pada gambaran kasus perencanaan disusun sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada
landasan teori, yaitu diagnosa keperawatan, tujuan, criteria, standar dan intervensi. Jadi, dalam
perencanaan, antara landasan teori dengan gambaran kasus kami tidak jauh beda karena rencan yang
ada dalam teori kami gunakan dalam perencanaan kasus.

4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi atau mencegah
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
dibuat (Nasul Effendi, 1998). Sedangkan pada gambaran kasus, tahap pelaksanaan sesuai dengan
landasan teori dimana penulis menerapkan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
5. EVALUASAI
Evaluasi merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak (Nasrul effendi, 1998)
pada asuhan keperawatan Tn “M” langsung dilakukan evaluasi pada hari itu juga sesuai dengan
masalah yang ada yaitu gangguan nyaman nyeri dan gangguan integritas jaringan, dan semua
masalahnya teratasi sebagian.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengkajian pada klien dengan open fraktur dilakukan untuk mendapatkan informasi dan datan yang
akurat, berdasarkan data dari hasil pengkajian telah dapat diintrprestasikan dan ditetapkan diagnosa,
rencana, tindakan, dan evaluasi. Dari hasil hasil idetifikasiyang telah dilakukan ditemukan ada dua
diagosa dan salah satu diagnosa yaitu gangguan inegritas jaringan yang membutuhkan penanganan
yang akurat karena diagnosa ini sangat beresiko terjadinya infeksi apabila tidak ditangani dengan
akurat, oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang masalah yang
dihadapi klien.
Asuhan keperawatan yang diberikan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan yang telah dibuat
sesuai dengan tingkat kebutuhan klien agar asuhan yang diberikan dapat mengatasi masalah yang
diaami klien. Evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien sesuai dengan konsep teori
yang ada untuk mengetahui sejauh mana perkembangan tindakan yang telah dilakukan pada klien
dengan masalah fraktur.

B. SARAN
Kami mengharapkan kepada RSUP NTB pada umumnya dan ruang IRD pada khususnya untuk terus
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan klien yang membutuhkan
pelayanan dengan segera atau gawat darurat sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak kita
inginkan, kami juga berharap kepada pembimbing untuk terus mendukung dan membantu dalam
memberikan bimbingan kepada para mahasiswa yang melaksanakan praktek klinik untuk dapat
menerapkan teori yang telah didapatkan dari institusi masing-masing dalam memberikan asuhan
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai