Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI KEPERILAKUAN (EKA 450 C2)

RMK SAP 9

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGANGGARAN


MODAL
Dosen Pengampu : Luh Gede Krisna Dewi, S.E., M.Si., AK

OLEH :

Kelompok 7

Faqihuddin Shalih (1406305136 / 01)

Luh Nyoman Pradnya Cahyani (1505305045 / 08)


Putu Nadya Pradnyani Dewi (1506305072 / 14)
Ni Made Dwi Prawitasari (1506305118 / 32)

PROGRAM REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

i
ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGANGGARAN MODAL

9.1 FAKTOR – FAKTOR KEPERILAKUAN


Manajer keuangan dan akuntan manajemen terlibat secara mendalam pada
penyusunan anggaran operasional, baik dalam pengembangan anggaran maupun dalam
pelaporan kinerja setelahnya. Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat
dalam proses penyusunan jenis lain dari anggaran, yaitu anggaran modal (capital
budgeting). Karena keterlibatan ini, maka penting bagi mereka untuk menyadari berbagai
faktor, khususnya faktor-faktor keprilakuan, yang sangat mempengaruhi proses
penganggaran modal dan pengambilan keputusan.

Definisi Penyusunan Anggaran Modal


Penyusunan anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses mengalokasikan
dana untuk proyek atau pembelian jangka panjang. Keputusan penyusunan anggaran
modal dibuat ketika kebutuhan untuk itu muncul dan melibatkan jumlah uang yang
relative besar, komitmen jangka panjang, dan ketidakpastian yang disebabkan oleh
panjangnya waktu yang terlibat dan kesulitan dalam mengestimasikan variable-variabel
pengambilan keputusan (jumlah arus kas, penentuan waktu, dan seterusnya). Karena
melibatkan jumlah dana yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah dapat
mengakibatkan kebangkrutan, masalah arus kas yang sulit, atau kegagalan untuk
mengoptimalkan operasi perusahaan.

Jenis dan Pentingnya Faktor Keperilakuan dari Penyusunan Anggaran Modal


Identifikasi dan spesifikasi atas proyek potensial memerlukan kreativitas dan
kemampuan untuk mengubah ide yang bagus menjadi suatu proyek yang praktis.
Ketidakpastian yang melekat dalam data yang menggambarkan suatu proyek (seperti
mengestimasikan waktu dari arus kas atau nilai sisa) tidak memungkinkan penerapan
teknik seleksi untuk dapat sepenuhnya objektif. Karena hasil dari teknik analisis harus
diinterpretasikan dengan hati-hati, maka kemampuan manusia untuk mempertimbangkan
dan menilai adalah faktor yang penting.

Masalah dalam Mengidentifikasi Proyek Potensial


Orang-orang yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan
yang kreatif dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk
organisasi. Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau mendefinisikan

1
sehingga dapat dilakukan proses-proses pertimbangan. Penting untuk diperhatikan bahwa
selalu terdapat minat yang besar dalam mengevaluasi keberhasilan dari proyek yang
dipilih. Akan tetapi, proyek yang dikorbankan, baik karena tidak adanya identifikasi
maupun seleksi, hampir tidak pernah dipertimbangkan sesudahnya. Hal itu mungkin
disebabkan karena biaya kesempatan dari proyek tersebut lebih besar dibandingkan
dengan manfaat dari proyek yang dipilih dan diterapkan.

Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia


Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun
kelompok aktivitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah
tindakan yang berbahaya. Secara serupa, kemungkinan adanya keresahan tenaga kerja
dan politik yang terjadi dalam proyek modal yang melibatkan otomasi atau tugas-tugas
klerikal yang tidak memerlukan keterampilan sebaiknya dipertimbangkan dalam
memprediksikan data untuk seleksi proyek. Juga diketahui secara umum bahwa orang-
orang belajar dengan berlalunya waktu ketika mereka mengoperasikan suatu prosedur
tertentu. Tingkat perputaran karyawan yang potensial juga harus dipertimbangkan ketika
mengembangkan estimasi yang akurat dari biaya yang berkaitan dengan proyek tersebut.

Masalah Manajer dan Ukuran Kinerja Jangka Pendek


Aspek keperilakuan lain dari prosedur seleksi proyek adalah bahwa metode
peninjauan kinerja adalah tidak konsisten dengan metode seleksi proyek. Penilaian dan
kompensasi kinerja cenderung bersifat jangka pendek, biasanya untuk tahun, kuartal,
atau bulan lalu. Dengan demikian fokus dari manajemen tingkat bawah dan sampai
tingkat tertentu, manajemen tingkat menengah tentu saja akan berupa kinerja jangka
pendek, yang sering kali diukur dengan tingkat pengembalian akuntansi.
Sedikit sekali proyek yang akan dimulai dan diselesaikan oleh manajer yang sama
karena tingkat perputaran yang cukup besar (misalnya promosi, transfer, dan seterusnya)
yang terjadi dikebanyakan organisasi. Manajer cenderung untuk memilih proyek-proyek
yang mereka mulai oleh pendahulunya. Jika perputaran manajer cukup cepat, maka tidak
ada seorangpun yang dapat dianggap bertanggungjawab untuk keberhasilan atau
kegagalan dari proyek manapun.
Modal akan terbuang percuma jika manajer baru secara periodik membuang
proyek-proyek dari manajer sebelumnya dan memulai proyek baru, hanya untuk diikuti
oleh manajemen baru lainnya yang meneruskan siklus tersebut.

2
Masalah yang Disebabkan oleh Identifikasi Diri dengan Proyek
Proyek umumnya diidentifikasikan dengan orang atau divisi tertentu, orang
semacam itu cenderung untuk menjadi terlibat secara pribadi dengan proyek masa lalu
yang mereka pilih dan mungkin mencoba agar proyek tersebut berhasil atau tampak
berhasil setelah proyek tersebut di danai. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan jika
manajer mengidentifkasikan dirinya dengan proyek yang mereka pikirkan dan mereka
mulai. Terdapat mekanisme yang elegan untuk “menyelamatkan” proyek sebelum
manajer yang sebenarnya sangat bagus meninggalkan perusahaan atau bertindak secara
disfungsional untuk menghindari keharusan mengakui bahwa suatu proyek yang mrereka
usulkan tidak berhasil.

Pengembangan Anggota dan Proyek Modal


Dalam proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbangkan apakah
proyek yang diusulkan adalah baik untuk pengembangan dari si pengusul proyek tersebut
pada saat ini. Proyek tersebut mungkin saja terlalu besar bagi orang atau divisi tersebut
untuk diserap tanpa membuat mereka manjadi putus asa. Dengan demikian, suatu
perusahaan dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan sedikit laba atau bahkan
tidak sama sekali hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.

Penyusunan Anggaran Modal sebagai Ritual


Beberapa ilmuwan keperilakuan menyarankan bahwa seluruh proses penyusunan
anggaran modal adalah sebuah ritual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek
yang diajukan oleh manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki peluang
yang bagus untuk disetujui. Ketika suatu proyek memperoleh persetujuan awal pada
tingkat organisasi lebih bawah, proyek tersebut biasanya harus melalui serangkaian
peninjauan dan persetujuan ke tingkat organisasi yang lebih tinggi. ketika proses
persetujuan atas pryek tersebut berjalan, proyek tersebut telah menerima persetujuan
pada beberapa tingkatan bawah, para pembuat keputusan dan analisis ditingkat atas
biasanya tidak mau menolaknya.
Dengan demikian, manajer tingkat atas biasanya menolak suatu proyek hanya jika
terdapat alasan yang sangat kuat untuk melakukannya. Dan ketika proses persetujuan
atas proyek tersebut naik semakin tinggi dan hierarki, momentum tersebut terus tumbuh
sehingga keputusan akhir lebih menyerupai suatu anugerah dan bukannya keputusan
pemberian persetujuan yang rasional.

3
Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko
Individu bereaksi secara berbeda terhadap risiko. Beberapa orang tampaknya
menikmati pengambilan keputusan yang berisiko dan berada dalam situasi yang berisiko
sementara yang lain mencoba untuk menghindari hal-hal tersebut. Kondisi tertentu dari
tingkat penghindaran risiko oleh pengambilan keputusan dalam penyusunan anggaran
modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut bereaksi atas proyek. Berdasarkan
kelompok data yang sama, dua pengambil keputusan yang berbeda kemungkinan besar
akan membuat keputusan yang berlawanan bergantung pada perasaan mereka terhadap
risiko.

Membagi Kemiskinan
Fenomena “membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting
dalam proses penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih banyak
proyek anggaran modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana
yang tersedia untuk mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi
modal.

9.2 TAMPILAN RASIONAL


Faktor manusia sangat terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal. Dalam
meninjau faktor-faktor ini, juga dicatat bahwa terdapat masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memilih proyek modal dan
kebutuhan akan kreativitas dan penilaian manusia.
Penyusunan anggaran modal juga dapat menjadi ritual dan dengan demikian gagal
untuk memanfaatkan teknik pengambilan keputusan yang rasional. Telah dicatat bahwa
penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek modal dapat bergantung pada tingkat
penghindaran risiko dari pribadi si pengambil keputusan. Perilaku mencari risiko atau
menghindari risiko juga dapat mempengaruhi proses tersebut dan sebaiknya dipantau.
Akhirnya, dicatat bahwa tekanan politik dapat sangat mempengaruhi keputusan
penyusunan anggaran modal.
Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran
memiliki tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit
digunakan. Model matematis tersebut memberikan atmosfir kepastian, logika, dan ilmu
pengetahuan. Tetapi, yang mendasari proses pengambilan keputusan adalah faktor-faktor
keperilakuan yang disebutkan dalam bab ini. Sayangnya, para pengambil keputusan

4
mungkin tidak ingin mengakui bahwa faktor-faktor manusia yang irasional mungkin
menjadi faktor yang terpenting dalam penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek
tertentu.

9.3 SARAN – SARAN PERBAIKAN


Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan dari
faktor-faktor keperilakuan manusia terhadap proses penyusunan anggara modal?
Pertama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran modal
menyadari faktor-faktor keperilakuan yang melekat pada proses tersebut. Dimana
mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengaburkan data
keputusan yang relevan dan yang bersifat lebih rasional.
Lebih lanjut lagi, disarankan agar audit pasca-implementasi dilakukan terhadap
proyek-proyek anggaran modal. Audit pasca-implementasi yang disarankan disini
sebaiknya dilakukan sebelum akhir dari masa proyek modal tersebut dan sebaiknya
mempertimbangkan kondisi-kondisi yang berubah. Karena audit pasca-implementasi
dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan objektif kineja ditentukan secara periodik,
maka adalah mungkin untuk menetapkan ukuran-ukuran kinerja jangka pendek untuk
proyek modal yang konsisten dengan kinerja jangka panjang dari proyek tersebut.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan
anggaran modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari
akan faktor-faktor keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil
langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari
penyusunan anggaran modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal.

5
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Dwi, Ely. (5 Desember 2012). Faktor-Faktor Keperilakuan Pada Penganggaran Modal.


Diakses pada 23 Maret 2018. http://elyssoulluminaries.blogspot.co.id/2012/12/faktor-
faktor-keperilakuan-pada.html?m=1.

Christanty, Tanty. (15 Mei 2015). Faktor-Faktor Keperilakuan Pada Penganggaran Modal.
Diakses pada 23 Maret 2018. http://thequeenparadise.blogspot.co.id/2015/05/faktor-
faktor-keperilakuan-pada.html?m=1.

Anda mungkin juga menyukai