Anda di halaman 1dari 93

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK ALZHEIMER

A. Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi / Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri.
( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses penyakit,
juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan
menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.
(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai
dengan penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun keatas.

b. Epidemiologi / Insiden kasus


Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan erat
dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia
diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia,
maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus
alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer
sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-laki.
Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.
c. Penyebab/Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya
sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh
adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal
bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah
penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika,
tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan)
juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.

d. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit
Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan
plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein
prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri
dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron
korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari
protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural
yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton
sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia
menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama
– sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing
– masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang
pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut
dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk
dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen
protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal
yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen –
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang
akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi,
perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak

athway
6. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara pasti
kapan timbulnya penyakit.
 Terjadi pada usia 40-90 tahun.
 Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
 Tidak ada gangguan kesadaran.
 Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
 Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar tiroid.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )

Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :


1. Kehilangan daya ingat/memori
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah
tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa
bahwa orang itu adalah tetangganya.
2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan
makanan.
3. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi penderita
Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang
tidak biasa.
4. Disorientasi waktu dan tempat.
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer
dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu
bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau
sebaliknya.
6. Salah menempatkan barang.
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer
dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
7. Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat
berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
8. Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah
tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori
menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
9. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat
pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum
didapatkan :
 atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal,
sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
 berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
1) Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi
protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
2) Senile plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi
filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor
protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini
terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit
didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik.
Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan dengan
penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan
gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer
sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal
lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak
termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik
terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus
serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan
faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi merupakan
harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
4) Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini
sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan
pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak
5) Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus
cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal,
parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada
lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al
menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.

b. Pemeriksaan Neuropsikologik
 Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan
fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
 Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian
otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan
pengertian berbahasa
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila terjadi
perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan kognitif pada
global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik,
dan gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena
berbagai penyebab.

c. CT Scan dan MRI


Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan
volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem.
CT Scan :
 Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya
merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
 Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya gejala
klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental
MRI :
 peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada
ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan
kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi
hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
 MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain,
dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
EEG
 Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :
 penurunan aliran darah
 metabolisme O2
 glukosa didaerah serebral
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
 Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat,
serologi sifilis, skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)

8. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
 Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang
bekerja secara sentral
 Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin
(Razadyne), & rivastigmin
 Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian
berlangsung
 ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer, mual
& muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym
yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada
nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang
sama.
3) Nootropik
 Nootropik merupakan obat psikotropik.
 Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada
penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik
kortikal.
 Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
 Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
 Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
 Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral Haloperiodol 1-5
mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut
 Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-
100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan enzym
ALC transferase.
 Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
 Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
 Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif (Yulfran, 2009)
9. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih
dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok,
pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi
sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang
lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
 Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun mengkonsumsi
alkohol.
 Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar mengandung
antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel
tubuh.
 Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang terdengar. Cara
menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan
berbagai pengetahuan.

10. Kriteria Diagnosis


Terdapat beberapa kriteria untuk diagnosa klinis penyakit Alzheimer, yaitu:
 Kriteria diagnosis tersangka penyakit alzheimer terdiri dari:
 Demensia ditegakkan dengan pemeriksaan klinik dan pemeriksaan status mini mental atau
beberapa pemeriksaan serupa, serta dikonfirmasikan dengan test neuropsikologik
 Didapatkan gangguan defisit fungsi kognisi
 Tidak ada gangguan tingkat kesadaran
 Awitan antara umur 40-90 tahun, atau sering >65 tahun
 Tidak ada kelainan sistematik atau penyakit otak lainnya

 Diagnosis tersangka penyakit alzheimer ditunjang oleh:


 Perburukan progresif fungsi kognisi spesifik seperti berbahasa, ketrampilan motorik, dan
persepsi
 ADL terganggu dan perubahan pola tingkah laku
 Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan neuropatologi
 Pada gambaran EEG memberikan gambaran normal atau perubahan non-spesifik seperti
peningkatan aktivitas gelombang lambat
 Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri
 Gambaran lain tersangka diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab demensia
lainnya terdiri dari:
 Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinentia, delusi, halusinasi, emosi,
kelainan seksual, berat badan menurun
 Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan
termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan berjalan
 Terdapat bangkitan pada stadium lanjut
 Gambaran diagnosa tersangka penyakit alzheimer yang tidak jelas terdiri dari:
 Awitan mendadak
 Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese, hipestesia, defisit lapang pandang dan
gangguan koordinasi
 Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan
 Diagnosa klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah:
 Sindroma demensia, tidak ada gejala neurologik lain, gejala psikiatri atau kelainan sistemik
yang menyebabkan demensia
 Adanya kelainan sistemik sekunder atau kelainan otak yang menyebabkan demensia, defisit
kognisi berat secara gradual progresif yang diidentifikasi tidak ada penyebab lainnya
 Kriteria diagnosa pasti penyakit alzheimer adalah gabungan dari kriteria klinik tersangka penyakit
Alzheimer dan didapatkan gambaran histopatologi dari biopsy atau otopsi :
 autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri,
 secara mikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi
neurofibrillary
11. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik tergantung
pada 3 faktor yaitu :
 Derajat beratnya penyakit
 Variabilitas gambaran klinis
 Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi
prognostik penderita alzheimer.
Pasien dengan penyakit Alzheimer :
 Mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
 Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.

12. Komplikasi
 Infeksi
 Malnutrisi
 Kematian

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk
menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang
dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan
factor predisposisi).
c. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini
bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh
dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan
kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan
menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi
stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan
barang, atau berjalan-jalan.
d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
e. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan
untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan
(mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap
lanjut).
f. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan
pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air,
tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:
tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan,
menggunakan alat makan.
g. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-
kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan,
mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan
sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat
penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic (
sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan
otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata yang
benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata
yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan
kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi atau
factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan
individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.

 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai
dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda
vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan

B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran nafas.
 Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan
produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot Bantu nafas.
 Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
 Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
 Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada
klien dengan inaktivitas.

B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan
pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.

B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif
klien.
Pengkajian fungsi serebral:
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.

Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
 Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi penciuman
 Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan keadaan usia
lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman penglihatan
 Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
 Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
 Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta penurunan
aliran darah regional
 Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan status
kognitif
 Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
 Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi dan indera
pengecapan normal
Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada
fungsi motorik secara umum.
 Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya
perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.

Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural, apabila
klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya
ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari
neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologi/tonus otot,
ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan tonus atau
kekuatan otot.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi, dan/atau
integrasi.
6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible
7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi fisik
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah,
perubahan intelektual
9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun, disorientasi,
penurunan kemampuan mengatasi masalah)
10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah, mudah
tersinggung, kurang percaya diri)
11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan
sensori, mudah lupa
12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk
mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
3.RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Perubahan pola Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri
eliminasi keperawatan, diharapkan a. Kaji pola sebelumnya dan bandingkan a. Memberikan informasi mengenai perubahan
berhubungan pola eliminasi terpenuhi dengan pola yang sekarang yang munkin selanjutnya memerlukan
dengan kehilangan dengan kriteria hasil : b. Letakkan tempat tidur dekat dengan pengkajian atau intervensi
fungsi - Mampu menciptakan pola kamar mandi jika memungkinkan. b. Meningkatkan orientasi atau penemuan kamar
neurologi/tonus eliminasi yang Buatkan tanda tertentu atau pintu mandi. Inkontinensia mungkin disertai
otot, adekuat/sesuai berkode khusus. Berikan cahaya yang ketidakmampuan untuk menemukan tempat
ketidakmampuan cukup terutama malam hari. berkemih atau defekasi.
untuk menentukan c. Buat program latihan defekasi atau
letak kamar kandung kemih. Tingkatkan partisipasi c. Menstimulasi kesadaran pasien,
mandi/mengenali pasien sesuai tingkat kemampuannya. meningkatkan pengaturan fungsi tubuh.
kebutuhan. d. Anjurkan untuk minum adekuat selama
siang hari (paling sedikit 2 liter sesuai
toleransi). Diet tinggi serat dan sari d. Menurunkan resiko konstipasi atau dehidrasi.
buah. Batasi minum saat menjelang Pembatasan minum pada sore menjelang
malam dan waktu tidur. malam hari dapat menurunkan seringnya
e. Pantau penampilan atau warna urine, berkemih atau inkontinensia pada malam hari.
catat konsistensi dari feses.
e. Pendeteksian memberikan kesempatan untuk
mengubah intervensi, misalnya adanya
konstipasi/infeksi kandung kemih dan
sebagainya.
Kolaborasi
a. Berikan obat pelembek feses metamacil,
gliserin suppositoria sesuai dengan Kolaborasi
indikasi. a. Mungkin diperlukan untuk memfasilitasi atau
menstimulasi defekasi yang teratur
2. Perubahan pola Setelah diberikan asuhan
Mandiri Mandiri
tidur berhubungan keperawatan diharapkan
a. Berikan lingkungan yang nyaman untuk a. Hambatan kortikal pada informasi reticular
dengan perubahan perubahan pola tidur klien meningkatkan tidur (mematikan lampu, akan berkurang selama tidur, meningkatkan
pada sensori dapat teratasi dengan kriteria ventilasi ruang adekuat, suhu yang respons otomatik, karenanya respons
hasil : sesuai. Menghindari kebisingan) kardiovaskular terhadap suara meningkat
- Tidak terjadi perubahan b. Anjurkan latihan saat siang hari dan selama tidur
tingkah laku dan penampilan turunkan aktivitas mental/fisik pada sore
(gelisah) hari b. Aktivitas fisik dan mental yang lama
- Mampu menciptakan pola mengakibatkan kelelahan yang dapat
tidur yang adekuat dengan meningkatkan kebingungan , aktivitas yang
penurunan terhadap pikiran c. Berikan makanan kecil sore hari, susu terprogram tanpa stimulasi berlebihan
yang melayang-layang hangat, mandi, dan masase punggung meningkatkan waktu tidur
(melamun) d. Turunkan jumlah minuman sore hari. c. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan
- Mampu menentukan Lakukan berkemih sebelum tidur mengantuk
penyebab tidur inadekuat e. Anjurkan klien untuk mendengarkan
musik yang lembut d. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk
Kolaborasi berkemih selama malam hari
a. Berikan obat sesuai indikasi :
- Antidepresi, seperti ;amitriptilin (elavil),e. Menurunkan stimulasi sensori dengan
doksepin (senequan), trasolon (desyrel) menghambat suara lain dari lingkungan sekitar
- Oksazepam (serax), triazolam (halcion) yang akan menghambat tidur.
Kolaborasi
a. Efektif menangani pseudodemensia atau
depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur,
b. Hindari penggunaan difenhidramin tetapi antikolinergik dapat mencetuskan
(benadryl) bingung, memperburuk kognitif dan efek
samping hipotensi ortostatik Gunakan dengan
hemat, hipnotik dosis rendah efektif mengatasi
insomnia

b. Kontraindikasi karena mempengaruhi produksi


assetilkolin yang sudah dihambat dalam otak.

3. Kerusakan Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


mobilitas fisik keperawatan diharapkan a. kaji kekuatan motorik atau kemampuan a. menentukan perkembangan/munculnya
berhubungan klien mampu rentang gerak secara fungsional dengan menggunakan kembali tanda yang menghambat tercapainya
penurunan optimal dengan criteria hasil skala 0-5. Lakukan pengkajian secara tujuan atau harapan pasien.
tonus/kekuatan otot, - mempertahankan posisi teratur dan bandingkan dengan nilai
kerusakan dengan tak ada komplikasi dasarnya.
neuromuskuler (kontraktur,dekubitus) b. Berikan posisi pasien yang
- mendemonstrasikan menimbulkan rasa nyaman. Lakukan b. menurunkan kelelahan meningkatkan relaksasi,
teknik/perilaku yang perubahan posisi dengan jadwal yang menurunkan resiko terjadinya iskemia atau
memungkinkan melakukan teratur sesuai kebutuhan secara kerusakan pada kulit.
kembali aktifitas yang individual.
diinginkan c. Lakukan latihan rentang gerak pasif.
Hindari latihan aktif selama fase akut. c. menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus
otot dan meningkatkan mobilisasi sendi.
Catatan:latihan yang dipaksakan dapat
menimbulkan eksaserbasi gejala yang
menyebabkan regresi fisiologis dan emosi.
persendian juga dapat mengalami dislokasi
sehingga otot mengalami flaksid secara total.
Memaksimalkan tenaga dan mencegah
kelelahan yang berlebihan.
Kolaborasi
a. Konfirmasikan dengan/rujuk kebagian Kolaborasi
terapi fisik/terapi okupasi a. bermanfaat dalam menciptakan kekuatan otot
secara individual atau latihan terkondisi dan
program latihan berjalan dan
mengidentifikasikan alat bantu atau brace untuk
mempertahankan mobilisasi dan kemandirian
dalam melakukan aktifitas sehari-hari

4. Defisit perawatan Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


diri berhubungan keperawatan diharapkan a. Identifikasi kesulitan a. Memahami penyebab yang mempengaruhi
dengan penurunan terdapat perilaku berpakaian/perawatan diri, seperti pilihan intervensi/ strategi
kognitif, peningkatan dalam keterbatasan fisik; apatis/depresi atau
keterbatasan fisik. pemenuhan perawatan diri temperatur ruangan.
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan b. Sesuai dengan perkembangan penyakit,
- klien tampak bersih dan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin
segar kebutuhan dengan perawatan dilupakan.
- klien tidak pucat. rambut/kuku/kulit, bersihkan kacamata
dan gosok gigi.
c. Gabungkan kegiatan sehari-hari
kedalam jadwal aktivitas jika mungkin. c. Mempertahankan kebutuhan rutin dapat
mencegah kebingungan yang semakin
d. Kaji kemampuan dan tingkat memburuk dan meningkatkan partisipasi
itaspenurunan kemampuan ADL dalam pasien.
skala 0 – 4. d. Membantu dalam mengantisipasi dan
e. Rencanakan tindakan untuk defisit merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
motorik seperti tempatkan makanan dane. Klien akan mampu melakukan aktivitas sendiri
peralatan di dekat klien agar mampu untuk memenuhi perawatan dirinya.
sendiri mengambilnya.
f. Kaji kemampuan komnikasi untuk BAK.
Kemampuan menggunakan urinal pispot.
f. Ketidakmampuan berkomunikasi dengan
Antarkan ke kamar mandi bila kondisi perawat dapat menimbulkan masalah
memungkinkan . pengososngan kandung kemih oleh karena
g. Identifikasi kebiasaan BAB . anjurkan masalah neurogenik.
minum dan meningkatkan aktivitas. g. Meningkatkan latihan dan menolong mencegah
Kolaborasi : konstipasi
a. Pemberian suppositoria dan pelumas
faeces / pencahar. Kolaborasi :
b. Konsul ke dokter terapi okupasi. a. Pertolongan utama terhadap fungsi bowell atau
BAB
b. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi
kebutuhan khusus.
5. Perubahan persepsi Setelah diberikan tindakan
Mandiri Mandiri
sensori keperawatan diharapkan a. Kembangkan lingkungan yang suportif a. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan
berhubungan perubahan persepsi sensori dan hubungan perawat-klien yang kecemasan pada klien.
dengan perubahan klien dapat berkurang atau terapeutik.
persepsi, transmisi terkontrol dengan criteria b. Bantu klien untuk memehami halusinasi. b.Meningkatkan koping dan menurunkan
atau integrasi hasil: c. Kaji derajat sensori atau gangguan halusinasi.
sensori - Mengalami penurunan persepsi dan bagaiman hal tersebut c. Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
halusinasi. mempengaruhi klien termasuk yang bersifat asimetris menyebabkan klien
- Mengembangkan strategi penurunan penglihatan atau kehilangan kemampuan pada salah astu sisi
psikososial untuk pendengaran. tubuh. Klien tidak dapat mengenali rasa lapar,
mengurangi stress. haus, Penerima nyeri eksternal.
- Mendemonstrasikan responsd. Ajarkan strategi untuk mengurangi d. Untuk menurunkan kebutuhan akan halusinasi.
yang sesuai stimulasi. stress. e. piknik menunjukkan realitadan memberikan
e. Ajak piknik sederhana, jalan-jalan stimulasi sensori yang menurunkan perasaan
kelilin rumah sakit. Pantau aktivitas. curiga dan halusinasi yg disebabkan perasaan
terkekang.
f. Menjaga mobilitas yang dapat menurunkan
f. Tingkatkan keseimbangan fisiologis risiko terjadinya atrofi otot/ osteoporosis pada
dengan menggunakan bola lantai, tangan tulang.
menari dengan disertai music.
g. Libatkan dalam aktivitas sesuai indikasi g.Memberikan kesempatan terhadap stimulasi
dengan keadaan tertentu, spt:terapi partisipasi dengan orang lain dan dapat
okupasi. mempertahankan beberapa tingkat dari interaksi
sosial.
6. Perubahan proses Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri
pikir berhubungan keperawatan diharapkan a. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti a. Memberikan dasar untuk
dengan degenerasi gangguan proses pikir tidak perubahan orientasi terhadap orang, evaluasi/perbandingan yang akan datang dan
neuron irreversibel bertambah buruk, dengan tempat waktu, rentang perhatian dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi.
kriteria hasil: kemampuan berpikir
- Klien mampu b. Pertahankan lingkungan yang b. Keramaian biasanya merupakan sensori yang
menginterpretasikan menyenangkan dan tenang berlebihan yang meningkatkan gangguan
stimulus sedikit demi sedikit neuron
- Klien mampu c. Lakukan pendekatan dengan cara c. Pendekatan yang terburu-buru dapat
mengakomodasikan sedikit perlahan dan tenang mengancam pasien bingung yang mengalami
demi sedikit suatu kesalahan persepsi.
ide/perintah d. Tatap wajah ketika bercakap-cakap d. Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-
- Klien mampu mengenali dengan pasien orang dengan gangguan perceptual
orang-orang terdekatnya, e. Sesuai dengan berkembangnya penyakit, pusat
seperti nama keluarganya. e. Gunakan kata-kata yang pendek dan komunikasi dalam otak mungkin saja
- Klien mampu mengenali kalimat yang sederhana dan berikan terganggu.
tempat-tempat disekitarnya, instruksi sederhana. Ulangi instruksi
seperti alamat rumah. tersebut sesuai dengan kebutuhan.
- Klien mampu mengenali Kolaborasi Kolaborasi
waktu seperti pagi, siang, a. Antisiklotik, seperti halopiridol a. Dapat digunakan untuk mengontrol agitasi,
dan malam. (Haldol) ; tioridazin (Mallril) halusinasi.
b. Vasodilator, seperti siklandelat b. Dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi
(Cyclospasmol) memerlukan penelitian lebih lanjut.
c. Lebih bermanfaat pada fase awal dan/atau fase
c. Agen ansiolitik, seperti diazepam, sedang untuk menghilangkan kecemasan
lorazepam, oksazepam
7. Sindrom stress Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri
relokasi keperawatan diharapkan a. Jalin hubungan saling mendukung a. Untuk membangan kepercayaan dan rasa
berhubungan klien dapat beradaptasi dengan klien. nyaman.
dengan gangguan dengan perubahan aktivitas b. Orientasikan pada lingkungan dan b. Menurunkan kecemasan dan perasaan
sensori, penurunan sehari- hari dan lingkungan rutinitas baru. terganggu.
fungsi fisik dengan kriteria hasil : c. Kaji tingkat stressor (penyesuaian diri, c. Untuk menentukan persepsi klien tentang
- mengidentifikasi perubahan perkembangan, peran keluarga, akibat kejadian dan tingkat serangan.
- mampu beradaptasi pada perubahan status kesehatan)
perubahan lingkungan dan d. Tentukan jadwal aktivitas yang wajar
aktivitas kehidupan sehari- dan masukan dalam kegiatan rutin. d. Konsistensi mengurangi kebingungan dan
hari e. Berikan penjelasan dan informasi yang meningkatkan rasa kebersamaan.
- cemas dan takut berkurang menyenangkan mengenai kegiatan/
- membuat pernyataan yang peristiwa. e. Menurunkan ketegangan, mempertahankan
psitif tentang lingkungan f. Pertahankan keadaan tenang. Tempatkan rasa saling percaya, dan orientasi.
yang baru. dalam lingkungan tenang yang f. Menenangkan situasi dan memberi klien waktu
memberikan kesempatan untuk untuk memperoleh kendali terhadap prilaku
“beristirahat” dan emosinya.
g. Atasi tingkah laku agresif dengan
pendekatan yamg tenang. g. Rasa diterima menurunkan rasa takut dan
h. Rujuk ke sumber pendukung perawatan respon agresif.
diri. h. Meningkatkan perasaan, dukungan selama
penyesuaian
8. Koping individu Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri
tidak efektif keperawatan diharapkan a. Kaji perubahan dari gangguan persepsi a. Menentukan bantuan individual dalam
berhubungan koping individu menjadi dan hubungan dengan derajat menyusun rencana perawatan atau pemilihan
dengan efektif dengan kriteria hasil : ketidakmampuan intervensi
ketidakmampuan - Mampu menyatakan atau b. Dukung kemampuan koping b. Kepatuhan terhadap program latihan dan
menyelesaikan mengkomunikasikan dengan berjalan membantu memperlambat kemajuan
masalah, perubahan orang terdekat tentang penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat
intelektual situasi dan perubahan yang diberikan melalui ketekunan berdoa dan
sedang terjadi penekanan keluar terhadap aktivitas dengan
- Mampu menyatakan mepertahankan patisipasi aktif
penerimaan diri terhadap c. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat
situasi c. Pernyataan pengakuan terhadap menerima kedua bagian sebagai bagian dari
- Mengakui dan penolakan tubuh, mengingatkan kembali seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk
menggabungkan perubahan fakta kejadian tentang realitas bahwa merasakan adanya harapan dan mulai menerima
ke dalam konsep diri dengan masih dapat menggunakan sisi yang situasi baru.
cara yang akurat tanpa sakit dan belajar mengontrol sisi yang
haraga diri yang negatif sehat
d. Beri dukungan psikologis secara d.Klien Alzheimer sering merasa malu, apatis,
menyeluruh tidak adekuat, bosan dan merasa sendiri.
Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan
fisik yang lambat dan upaya yang besar
dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien
dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas)
e. Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari
e. Bentuk program aktivitas pada untuk mencegha waktu tidur yang terlalu
keseluruhan hari banyak yang dapat mengarah padda tidak
adanya keinginan dari apatis. Setiap upaya
dibuat untuk mendukung klien keluar darii
tugas-tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk
membentuk klien mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu
mencapai tujuan dengan meningkatnya
kemampuan koping.
f. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian
dan membantu perkembangan harga diri serta
f. Anjurkan orang yang terdekat untuk mempengaruhi proses rehabilitasi.
mengizinkan klien melakukan hal-hal g. Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
untuk dirinya semaksimal mungkin dan pengertian tentang peran individu masa
g. Dukung perilaku atau usaha seperti mendatang.
peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi h. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
h. Monitor gangguan tidur peningkatan dimana memerlukan intervensi dan evaluasi
konsentrasi, letargi, dan witdhrawal lebih lanjut
Kolaborasi Kolaborasi
a. Rujuk pada ahli neuropsikologi dan a. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
konseling bila ada indikasi penting untuk perkembangan perasaan.
Kerjasama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-
obatan, dan dukungan partisipasi kelompok
dapat menolong mengurangi depresi yang juga
sering muncul pada kejadian ini.

9. Hambatan Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


komunikasi verbal keperawatan, diharapkan a. Kaji kemampuan klien untuk a. Untuk menentukan tingkat kemampuan klien
berhubungan klien tidak mengalami berkomunikasi. dalam berkomunikasi.
dengan perubahan hambatan komunikasi verbal b. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan
intelektual (pikun, dengan kriteria hasil : b. Menentukan cara-cara berkomunikasi klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.
disorientasi, - Membuat teknik/metode seperti mempertahankan kontak mata,
penurunan komunikasi yang dapat pertanyaan dengan jawaban ya atau
kemampuan dimengerti sesuai kebutuhan tidak, menggunakan kertas dan
mengatasi masalah) dan meningkatkan pensil/bolpoint, gambar, atau papan
kemampuan berkomunikasi tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari
komunikasi yang disampaikan.
c. Letakkan bel/lampu panggilan di tempatc. Untuk memudahkan klien dalam memanggil
mudah dijangkau dan berikan penjelasan perawat saat membutuhkan bantuan.
cara menggunakannya. Jawab panggilan
tersebut dengan segera. Penuhi
kebutuhan klien. Katakan kepada klien
bahwa perawat siap membantu jika
dibutuhkan.
Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. a. Memberikan terapi bicara pada klien.
10. Hambatan interaksi Setelah diberikan Asuhan Mandiri Mandiri
sosial berhubungan Keperawatan diharapkan a. Beri individu hubungan suportif. a. Agar individu terstimulasi untuk melakukan
dengan perubahan klien mampu melakukan interaksi social.
emosi (cepat marah, interaksi social, dengan b. Bantu mengidentifikasi alternative b. Agar klien mampu mengidentifikasi tindakan
mudah tersinggung, criteria hasil : tindakan. yang baik.
kurang percaya diri)- klien mampu berinteraksi c. Bantu menganalisis pendekatan yang c. Agar klien mampu melakukan interaksi dengan
dengan orang disekitarnya berfungsi paling baik. orang lain dengan baik.
dengan baik. d. Untuk merangsang klien untuk menjawab
- klien tidak memiliki rasa d. Gunakan pertanyaan dan observasi pertanyaan perawat secara tidak langsung
bermusuhan/menyerang untuk mendorong individu dengan menstimulasi klien untuk berinteraksi.
orang. keterbatasan keterampilan interaksi e. Dukungan keluarga sangat membantu dalam
e. Bantu anggota keluarga dalam melakukan interaksi social.
memahami dan memberi dukungan.

11. Risiko tinggi Setelah diberikan asuhan


Mandiri Mandiri
perubahan nutrisi keperawatan diharapkana. Kaji pengetahuan klien/keluarga a. Identifikasi kebutuhan untuk membantu
kurang dari tidak terjadi perubahan mengenai kebutuhan makan perencanaan pendidikan
kebutuhan tubuh nutrisi kurang darib. Usahakan/ berikan bantuan dalam b. Klien tidak mampu menentukan pilihan
berhubungan kebutuhan dengan kriteria memilih menu kebutuhan nutrisi
dengan perubahan hasil : c. Berikan makanan kecil setiap jam sesuaic. Makan makanan kecil meningkatkan masukan
sensori, mudah lupa- Klien mendapat diet nutrisi kebutuhan yang sesuai
yang seimbang d. Hindari makanan yang terlalu panas d. Makan panas mengakibatkan mulut terbakar
- Mempertahankan/ mendapat atau menolak untuk makan
kembali BB yang sesuai Kolaborasi
- Klien dapat mengubah polaa. Rujuk atau konsultasikan dengan ahliKolaborasi
asupan yang benar gizi a. Bantuan diperlukan untuk mengembangkan
keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan /
makan yang disukai
12. Resiko trauma Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri
berhubungan keperawatan jam diharapkana. Kaji derajat a. Mengidentifikasi risiko potensial di lingkungan
dengan kelemahan, klien tidak mengalami kemampuan/kompetensi,munculnya dan mempertinggi kesadaran sehingga pemberi
ketidakmampuan trauma dengan kriteria hasil : tingkah laku yang impulsive dan asuhan lebih sadar akan bahaya. Pasien yang
untuk mengenali/ - Keluarga mengenali resiko penurunan persepsi-visual,bantu orang memperlihatkan tingkah laku impulsive
mengidentifikasi potensial di lingkungan dan terdekat untuk mengidentifikasi resiko menghadapi peningkatan resiko trauma kerena
bahaya dalam mengidentifikasi tahap-tahap terjadinya bahaya yang mungkin timbul mereka murang mampu mengendalikan
lingkungan untuk memperbaikinya. perilaku/kegiatannya sendiri. Penurunan
persepsi visual meningkatkan risiko terjauh
b. Seseorang dengan gangguan kognitif dan
b. Hilangkan /minimalkan sumber bahaya gangguan persepsi merupakan awal untuk
dalam lingkungan mengalami trauma sebagai akibat
ketidakmampuan untuk bertanggung jawab
terhadap kebutuhan keamanan yang dasar atau
mengevaluasi keadaan tertentu,misalnya api
dari kompor/rokok dan lupa akan hal
tersebut,berusaha untuk makan buah dari
plastic,salah menilai letak kursi dan tangga.
c. Mempertahankan keamanan dengan
menghindari konfrontasi yang dapat
meningkatkan perilaku/meningkatkan risiko
terjadinya trauma.
c. Alihkan perhatian pasien ketika perilaku
teragitasi atau berbahaya,seperti keluar d. Menfasilitasi keamanan untuk kembali jika
dari tenpat tidur dengan memanjat pagar hilang. Karena penurunan kemampouan verbal
tempat tidur tersebut. dan kebingungan,pasien mungkin tidak dapat
d. Berikan gelang identifikasi yang menyebutkan alamat,nomor telepon dan
memperlihatkan nama,nomor sebagainya. Pasien mungkin ngeluyur dan
telepon,dan diagnose,jangan ditangkap oleh polisi,yang memperlihatkan
memposisikan dekat pintu keluar untuk kebingungan,peka rangsang : mngkin
tangga mempunyai tingkah laku bermusuhan dan
memperlihatkan kemiskinan pengambilan
keputusan.
e. Perlambatan proses metabolism secara umum
mengakibatkan penurunan suhu tubuh.
Hipotalamus dipengaruhi oleh proses penyakit
yang menyebabkan seseorang merasa
kedinginan. Pasien mungkin mengalami
e. Kenakan pakaian sesuai lingkungan disorientasi mengenai cuaca dan mungkin
fisik/kebutuhan individu ngeluyur keluar dalam keadaan dingin. Catatan
: penyebab kematian seringkali adalah
pneumonia/kecelakaan.
f. Pasien mungkin tidak melaporkan tanda/gejala
dan obat dapat dengan mudah menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia. Ukuran
dosis/penggantian obat mungkin diperlukan
untuk mengurangi gangguan.
g. Membahayan individu untuk melepaskan
f. Lakukan pemantauan terhadap efek restrain tersebut secara parsial. Dapat
samping obat,tanda-tanda adanya takar meningkatkan agitasi dan timbul resiko fraktur
lajak,seperti tanda pada pasien lansia (berhubungan dengan
ekstrapiramidal,hipotensi penurunan kalsium tulang)
ortostatik,gangguan h. Sesuai dengan memburyknya penyakit
penglihatan,gangguan gastrointestinal. itu,pasien mungkin gugup terhadap benda/kunci
g. Hindari penggunan restrain secara terus atau meletakan benda-benda kecil dalam mulut
menerus. Berikan kesempatan orang yang sangat berpotensi terhadap trauma
terdekat tinggal bersama pasien selama kecelakaan atau kematian.
periode agitasi akut.

h. Rekomendasi penggunaan kunci “child


proof” untuk mengamankan obat,zat
racun alat-alat tajam
4.EVALUASI

1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan
letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
- Klien menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai

2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori


- Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
- Klien menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
- Klien menentukan penyebab tidur inadekuat

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan tonus atau kekuatan otot.
- Klien mempertahankan posisi dengan tak ada komplikasi (kontraktur,dekubitus)
- Klien mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas yang diinginkan

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.


- Klien tampak bersih dan segar
- Klien tidak pucat

5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi.
- Klien Mengalami penurunan halusinasi.
- Klien Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress.
- Klien Mendemonstrasikan respons yang sesuai stimulasi.

6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible


- Klien menginterpretasikan stimulus sedikit demi sedikit
- Klien mengakomodasikan sedikit demi sedikit suatu ide/perintah
- Klien mengenali orang-orang terdekatnya, seperti nama keluarganya.
- Klien mengenali tempat-tempat disekitarnya, seperti alamat rumah.
- Klien mengenali waktu seperti pagi, siang, dan malam.

7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi fisik
- Klien mengidentifikasi perubahan
- Klien beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-hari
- cemas dan takut klien berkurang
- Klien membuat pernyataan yang psitif tentang lingkungan yang baru.

8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, perubahan intelektual
- Klien menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
- Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
- Klien Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa haraga diri yang negative
9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun, disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi
masalah)
- teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi

10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah, mudah tersinggung, kurang percaya diri)
- Klien mampu berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan baik.
- Klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang orang.

11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan sensori, mudah lupa
- Klien mendapat diet nutrisi yang seimbang
- Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
- Klien dapat mengubah pola asupan yang benar

12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
- Keluarga mengenali resiko potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta:EGC
Lumbantobing, Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN MASALAH KESEHATAN TB PARU PADA
KLIEN Tn. I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
KECAMATAN JATINEGARA (Tanggal 2 s.d 13 Mei 2011)

LAPORAN KASUS

Dalam laporan kasus ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan TB Paru
pada Tn. I dalam konteks keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 s.d 13Mei 2011, dengan pendekatan proses asuhan
keperawatan pada keluarga.

A. KARAKTERISTIK
Tanggal 2 Mei 2011, penulis melakukan pengkajian pada keluarga Ny. S dan dari hasil pengkajian telah diperoleh data sebagai
berikut:

1. Kepala Keluarga
Nama kepala keluarga adalah Ny. S dengan jenis kelamin perempuan, berusia 68 tahun, agama Islam. Pendidikan terakhir tidak
sekolah. Pekerjaan sebagai terima pesanan kue. Tempat tinggal di Jln. Cipinang Pulo Maja RT 06, RW 012, No 13, kelurahan
Cipinang Besar Utara, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

2. Susunan Anggota Keluarga

NO NAMA UMUR SEX HUBUNGAN DENGAN PENDIDIKAN PEKERJAAN KET


Ka.KELUARGA
1 Tn. Iwan 35 Th L Anak ke-11 SD BURUH
2 Ny. Ade 29 Th P Istri Tn.Iwan SD IRT
3 An. Oman 7½ Th L Anak Tn.Iwan SD PELAJAR
4 Ny. Norma 28 Th P Anak ke-12 SD BURUH
5 Tn. Rosidin 41 Th L Suami Ny.Norma SD BURUH
6 An. Taflan 2½ Th L Anak Ny.Norma - -

3.

Genogram

1. Tipe Keluarga
Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak dalam satu rumah.

2. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga


Ny. S usia 68 tahun, berat badan 46 kg, tinggi badan 147 cm, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 80
x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit, Suhu 36.40C, warna kulit sawo matang, rambut putih beruban, konjungtiva an-anemis,
sklera an-ikterik, mulut tidak terdapat sariawan, gigi karies, telinga, hidung, dan tenggorokan tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening. Hasil auskultasi bunyi paru vesikuler, tidak ada bunyi gallop dan murmur pada jantung, pada
palpasi perut datar dan lemas, tidak ada benjolan di kepala.

Tn. I usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, berat badan 45 kg, tinggi badan 175 cm, kesadaran compos mentis, tekanan darah
110/70 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,80C,frekuensi pernafasan 25x/menit, irreguler. Pada inspeksi rambut pendek ikal, warna
hitam, rambut kusam. Tn. I tampak sekali-kali batuk dan sesak, dada sedikit kiposis, mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-
anemis, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan, hasil pemeriksaan auskultasi, bunyi
jantung tidak terdengar gallop atau murmur, bunyi nafas vesikuler namun ronki terdengar halus. Bunyi wheezing tidak ada. Pada
palpasi abdomen datar dan lemas, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.

Ny. Ade usia 29 tahun, jenis kelamin perempuan. Berat badan 45 kg, tinggi badan 152 cm. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi
80x/menit, suhu tubuh 35,90C, frekuensi pernafasan 20x/menit, reguler. Pada pemeriksaan inspeksi kepala: rambut panjang, hitam dan
ikal, tidak ada ketombe. Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
Pada pemeriksaan auskultasi, bunyi paru tidak terdengar wheezing dan ronki. Palpasi abdomen teraba janin usia 5 bulan. Bunyi
pernafasan vesikuler, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.

An. O usia 7 ½ tahun, jenis kelamin laki-laki. Pekerjaan sebagai pelajar kelas 2 SD.tinggi badan 104 cm, berat badan 20 kg,
denyut nadi 88x/menit, frekuensi pernafasan 18x/menit, reguler, suhu tubuh 35,90C. Tampak kurus, rambut pendek ikal, warna hitam,
tidak berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada
kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen
datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan
perkusi, abdomen terdengar bunyi tympani.
Ny. N usia 28 tahun jenis kelamin perempuan, berat badan 51 kg, tinggi badan 152 cm, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 360C, pernafasan 20x/menit, reguler. Pada pemeriksaan inspeksi didapat data rambut pendek ikal, warna hitam, tidak
berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan.
Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan
lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi,
abdomen terdengar bunyi tympani.

Tn. R usia 41 tahun jenis kelamin laki-laki, berat badan 50 kg, tinggi badan 155 cm, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
84x/menit, pernafasan 22x/menit, reguler, suhu 360C. Pada pemeriksaan inspeksi didapat data rambut pendek ikal, warna hitam, tidak
berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan.
Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan
lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi,
abdomen terdengar bunyi tympani.

An. T usia 2 ½ tahun jenis kelamin laki-laki, berat badan 13 kg, tinggi badan 88 cm. Hasil inspeksi rambut lurus, berwarna
hitam dan pendek. Tidak berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas
bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur.
Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada
pemeriksaan perkusi, abdomen terdengar bunyi tympani.
A. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu keluarga melepas anak usia dewasa. Tugas perkembangan keluarga yaitu memperluas
siklus keluarga dengan masuknya keluarga baru dan perkawinan anak ke-2, melanjutkan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua usia lanjut dan mulai menurun status kesehatannya.
(Perkembangan keluarga berada pada tahap IV yaitu keluarga melepas anak usia dewasa).

2. Tugas Keluarga Yang Belum Terpenuhi/Terlaksana Pada Tahap Perkembangan


Tidak ada tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap perkembangan.

3. Riwayat Keluarga Inti


Keluarga inti yang terdiri dari Ny. S yang berperan sebagai kepala keluarga yang berusia 68 tahun dan 2 orang anak kandung yang
terdiri dari 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, 2 cucu laki-laki, dan 2 menantu yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan.

B. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi Dalam Keluarga
1.1 Pola Interaksi
Pola interaksi paling sering terjadi dalam keluarga yaitu saat pagi hari dan malam hari, biasanya interaksi terjadi saat menonton TV.
Dalam komunikasi, yang paling dominan adalah Tn. I dengan menggunakan bahasa Indonesia. Komunikasi dalam keluarga saling
tertutup satu sama lain. Interaksi yang berlangsung biasanya hanya sekedar. Tidak ada konflik dalam keluarga tentang pola interaksi.

1.2 Cara Berkomunikasi Dalam Keluarga


Cara berkomunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga yaitu secara langsung, sifat komunikasi yang sering diterapkan dalam
keluarga secara tertutup. Anggota keluarga yang paling dominan berbicara adalah Tn. I, bahasa yang sering digunakan oleh anggota
keluarga yaitu bahasa Indonesia.

2. Struktur Keluarga
2.1 Pengambilan Keputusan
Cara atau metode pengambilan keputusan di keluarga yaitu secara musyawarah. Di dalam keluarga ini yang mengambil keputusan
dalam keluarga adalah Tn. I. Didalam masalah kesehatan dalam keluarga, diperlukan tenaga kesehatan seperti dokter/perawat untuk
memecahkan masalah kesehatan keluarga. Anggota keluarga yang paling dipercaya kepada keluarga adalah ibu.

2.2 Hubungan Dalam Keluarga


Hubungan antara anggota keluarga adalah kurang harmonis dan tidak saling percaya.

3. Struktur Nilai-Nilai/Values
3.1 Sistem Nilai
Ny. S bersuku Betawi. Budaya yang dominan dalam keluarga adalah budaya betawi. Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan
nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang penting. Ketaatan keluarga
dalam menjalankan kegiatan agama adalah kurang taat. Yang paling taat beribadah dan selalu mengikuti pengajian adalah Ny. S.

4. Struktur Peran
4.1 Pembagian Peran Dalam Anggota Keluarga
Pembagian peran dalam anggota keluarga yaitu Ny. S sebagai kepala keluarga, sebagai ibu untuk anak-anak,dan sebagai nenek dari
cucu-cucunya. Sedangkan anak sebagai anggota keluarga dan sebagaiistri/suami bagi pasangannya, serta menjadi orangtua dari anak-
anaknya. Ny. S berperan sebagai ibu dan nenek, Tn. I berperan sebagai pencari nafkah dan dibantu oleh Ny. N dan Tn. R.
Tidak ada perubahan peran ataupun konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga.
C. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi dan keluarga merasa bangga apabila salah satu anggota keluarga berhasil. Respon
keluarga terhadap kehilangan yaitu berduka, namun selama ini keluarga saling menguatkan dan menjaga satu sama lain.

2. Fungsi Sosial
Anggota keluarga tidak ada yang ikut dalam keanggotaan organisasi masyarakat dan tidak ada yang cukup berpengaruh di masyarakat
di keluarga Ny. S. Terdapat konflik di masyarakat yaitu An. T nakal sehingga dijauhi oleh tetangga. Keluarga mengggunakan faktor-
faktor penunjang untuk memecahkan masalah kesehatannya yaitu dengan cara berobat ke Puskesmas Cipinang Besar Utara atau ke
Puskesmas Jatinegara. Anggota keluarga yang mempunyai keterampilan khusus adalah Ny. S yaitu terampil membuat kue. Anggota
keluarga yang tidak bisa membaca dan menulis adalah Ny. S karena tidak pernah sekolah.

3. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. S, khususnya Ny. M dahulu tidakmengikuti keluarga berencana (KB). Jumlah anak dalam keluarga Ny. S berjumlah 13
orang. Anggota keluarga ada yang mengikuti program KB yaitu Ny. N yaitu menggunakan suntik KB dalam 3 bulan sekali. Efek
sampingnya berat badan menjadi lebih gemuk.

4. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga didapat dari hasil Ny.S menerima pesanan kue dan anaknya dengan pendapatan kurang lebih Rp1.000.000,- /
bulan. Uang ini digunakan setiap bulannya untuk kebutuhan harian, kebutuhan bulanan, kebutuhan makan, bayar pajak, bayar
rekening listrik, dan biaya transportasi. Penghasilan keluarga sudah cukup memenuhi kebutuhan karena dibantu oleh anak perempuan
yang ke-10 sebesar Rp200.000,- dan anak laki-laki ke-11 sebesar Rp200.000,-, dan anak perempuan ke-12 sebesar Rp200.000,-.
Dalam keluarga Ny. S tidak terdapat anggota keluarga yang mempunyai tabungan.

5. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan


1.1 Pemenuhan Kebutuhan Makan
Menurut Ny. S pengadaan makanan sehari-hari dalam keluarga dengan membeli. Komposisi jenis makanannya adalah nasi, lauk pauk,
protein hewani, dan protein nabati, sayuran, dan susu. Cara penyajian makanan yaitu tertutup. Dalam keluarga Ny. S tidak terdapat
pantangan terhadap makanan. Pengelolaan air minum dalam keluarga dengan cara membeli air aqua, kebiasaan keluarga dalam
mengelola makanan yaitu dipotong dahulu kemudian dicuci. Kebiasaan makan dalam keluarga yaitu sendiri-sendiri.
1.2 Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dalam keluarga Ny. S, anggota keluarga mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari. Keluarga Ny. S tidak memiliki kamar tidur
masing-masing namun hanya memiliki dua kamar tidur. Kamar yang ada di depan ditempati olehkeluarga Tn. I sedangkan kamar yang
ada ditengah ditempati oleh Ny.N, Ny. S, dan An. T. Selama ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan tidur.

1.3 Pemenuhan Kebutuhan Rekreasi dan Eksercise


Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rekreasi yang teratur karena tidak memiliki dana. Dalam keluarga Ny. S memanfaatkan waktu
luangnya denganmengikuti pengajian didaerah rumahnya. Keluarga Ny. S tidak memiliki waktu khusu untuk berolahraga, biasanya
olahraga yang dilakukan dengan jalan-jalan kecil ke pasar setiap pagi.

1.4 Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri


Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi 2x/hari, sikat gigi 3x/hari, cucui rambut1x/hari. Keluarga mandi
dengan menggunakan sabun, sikat gigi menggunakan pasta gigi, dan cuci rambut menggunakan shampo.

Jika terdapat anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga membawa ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dokter praktek,
bidan/mantri praktek. Jika hanya sakit biasa, keluarga membeli obat warung seperti bodrex, komix, dan paramex karena sudah
mengetahui obatnya.

D. STRESSOR DAN KOPING


Stress yang dihadapi keluarga Tn. K adalah apabila keluarga tidak memiliki dana pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan terdapat
anggota keluarga yang sakit.
Penanggulangan masalah kesehatan dalam keluarga diatasi secara bersama-sama. Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami
masalah, keluarga berusaha mencari jalan keluar dengan membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain.

E. DERAJAT KESEHATAN
1. Kejadian Kesakitan Saat Ini
Tn. I menderita penyakit TB Paru 2 ½ tahun yang lalu, kemudian sudah minum obat OAT selama 6 bulan, namun Tn. I tidak pernah
cek kesehatan lagi apakah kuman TB sudah benar-benar hilang atau tidak. Sedangkan An. O termasuk dalam gizi kurang karena sulit
makan.
2. Kejadian Kecacatan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita cacat fisik.

3. Kejadian Kematian Satu Tahun Terakhir


Terdapat anggota keluarga yang meninggal dunia pada satu tahun terakhir yaitu adik dari bapak mertua Tn. I yang berusia 60 tahun
meninggal dunia karena sakit stroek.

4. Kejadian Penyakit Kronis


Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit kronis.

5. Kejadian Sakit Satu Tahun Terakhir


Tn.I menderita penyakit TB Paru sejak 2 ½ tahun yang lalu.

F. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Perumahan
Jenis rumah permanen denga luas bangunan 40 m2. Status rumah milik pribadi dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi
rumah dengan luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak dapat masuk ke rumah pada siang hari.
Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai di rumah menggunakan ubin. Kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan kotor.
Bagian-bagian rumah terdapat ruang tamu, ruang tidur, dapur, dan kamar mandi yang bergabung dengan WC tampak gelap, tidak ada
ahaya yang dapat masuk, lembab.

2. Denah Rumah
1. Pengelolaan Sampah
Keluarga mempunyai pembuangan sampah terbuka. Biasanya sampah-sampah rumah tangga tersebut di ikat dengan kantong plastik
hitam dan setiap pagi di buang ditempat pembuangan sampah yang ada di daerah rumahnya.

2. Sumber Air
Keluarga mempunyai sumber air pompa tangan. Untuk keperluan air minum keluarga Ny. S membeli air minum yang sudah matang
diwarung. Keadaan air tidak berwarna, tidak berasa, tidak ada endapan, dan tidak berbau.

3. Jamban Keluarga
Keluarga mempunyai WC sendiri dengan jenis leher angsa dan pembuangan tinja dengan sumber air yaitu 10 meter.

4. Pembuangan Air Limbah


Keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah dengan kondisi mengalir melalui selokan dan berakhir ke sungai/kali.

5. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan


Terdapat perkumpulan kegiatan masyarakat di lingkungan Ny. S seperti arisan RT, pengajian RT, dan ibu-ibu PKK. Sedangkan
fasilitas kesehatan di lingkungan rumah terdapat puskesmas, posyandu, balai pengobatan mandiri, dokter praktek, dan bidan/mantri
praktek. Fasilitas kesehatan tersebut dapat terjangkau keluarga dengan berjalan kaki atau naik kendaraan bermotor.

A. MASALAH KESEHATAN KHUSUS


1. Ibu Hamil
Dalam keluarga Ny. S terdapat anggota keluarga yang sedang hamil yaitu Ny. A usia 29 tahun. Status kehamilan G2P1AO, usia
kehamilan 5 bulan. Kehamilan diinginkan, ibu selalu memeriksakan kehamilan di bidan praktek sudah lebih dari 4x pemeriksaan,
sudah mendapatkan imunisasi TT, berat badan 45 kg, tekanan darah 110/80 mmHg. Pada pemeriksaan inspeksi, didapat data
konjungtiva an-anemis, sklera an-ikterik, muka tidak ada edema, abdomen tampak striae dan membuncit, payudara puting menonjol,
tungkai tidak bengkak. Pada pemeriksaan auskultasi bunyi jantung normal, tidak terdengar bunyi gallop dan murmur. Bunyi paru
normal, vesikuler. Pada palpasi abdomen teraba janin.

2. Balita
Balita bernama An. T berusia 2 ½ tahun, jenis kelamin laki-laki, sudah diberi imunisasi dasar lengkap kecuali imunisasi campak
kerena keluarga takut akan efek sampingnya panas dan akibatnya anak bisa meninggal dunia. Anggota keluarga mendapatkan
imunisasi di Puskesmas CBU. Berat badan 13 kg, tinggi badan 88 cm, balita mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat) dan Ny. N tidak
mengerti cara membacanya. Kesimpulan grafik BB dalam KMS meningkat setiap bulannya dan berada dalam garis hijau. An. T
tampak makan 2x sehari. Pengadaan bahan makanan dengan cara membeli di warung. Makanan yang dikonsumsi semua lengkap dan
disertai susu. An. T mendapatkan vitamin A setiap bulannya.

3. Usila (Usia Lanjut usia diatas 60 tahun)


Ny. S berusia 68 tahun, keluahan yang dialami sekarang adalah penglihatan sudah kurang tajam/menurun pada mata sebelah kiri. Ny.
S tidak pernah mengikuti program pembinaan usila di Puskesmas karena malas dan tidak mempunyai waktu.

PENJAJAKAN II
1. Pengkajian Terhadap Masalah: Resiko Terjadinya Penularan TB Paru Pada Anggota Keluarga Lain
Dari hasil wawancara dengan Tn.I tentang TB Paru, Tn. I telah mengetahui penyakit TBC setelah diberitahu oleh dokter
Puskesmas sejak 2 ½ tahun yang lalu. Kemudian Tn. I minum obat OAT selama 6 bulan dengan teratur, namun Tn. I menganggap
penyakitnya sudah sembuh total berkat minum obat tanpa mengecek dahak lagi ke Puskesmas setelah obat OAT habis. Pada saat
ditanyakan apa itu TB, menurut Tn. I TB itu adalah penyakit paru-paru, tanda gejalanya batuk-batuk, nyeri dada, dan sesak nafas.
Penyebabnya karena mencium aroma pentol korek api kayu. Akibat dari TB adalah dadanya terasa nyeri dan sesak nafas. Untuk
mengatasi masalahnya Tn. I selama ini berobat ke Puskesmas, namun dalam 2 minggu ini Tn. I batuk-batuk dan tidak periksa ke
Puskesmas, Tn. I hanya meminum obat yang di beli di warung. Tn. I juga mengatakan selama ini tidak pernah membuka jendela dan
jarang merapikan kamar tidur. Sedangkan keluarga mensupport klien untuk segera berobat ke Puskesmas. Hasil observasi penulis
terhadap lingkungan keluarga kadang Tn. I batuk dan tidak menutup mulutnya dan ruang tidur dikamar tampak tidak rapi, berdebu,
lembab, kotor dan gelap. Selama ini Tn. I tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan lagi yang ada di Puskesmas karena tidak ada dana
untuk berobat rontgen dada dan tidak ada waktu. Klien mengatakan sudah sembuh dan mengatakan batuknya hanya masuk angin.

2. Pengkajian Terhadap Masalah Keluarga: Tidak Efektifnya Bersihan Jalan Nafas Pada Keluarga Ny. S akibat TB Paru
Keluarga mengeluh Tn. I batuk-batuk sejak 2 minggu karena masuk angin. 2 ½ tahun yang lalu Tn. I terdiagnosa TB Paru dan
sudah menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan namun tiak pernah cek kesehatan lagi setelah obat OAT 6 bulan itu habis. Pada saat
ditanyakan apa itu TB, menurut Tn. I TB itu adalah penyakit paru-paru, tanda gejalanya batuk-batuk, nyeri dada, dan sesak nafas.
Penyebabnya karena mencium aroma pentol korek api kayu. Akibat dari TB adalah dadanya terasa nyeri dan sesak nafas. Untuk
mengatasi masalahnya Tn. I selama ini berobat ke Puskesmas, namun dalam 2 minggu ini Tn. I batuk-batuk dan tidak periksa ke
Puskesmas, Tn. I hanya meminum obat yang di beli di warung. Tn. I juga mengatakan selama ini tidak pernah membuka jendela dan
jarang merapikan kamar tidur. Sedangkan keluarga mensupport klien untuk segera berobat ke Puskesmas. Hasil observasi penulis
terhadap lingkungan keluarga kadang Tn. I batuk dan tidak menutup mulutnya dan ruang tidur dikamar tampak tidak rapi, berdebu,
lembab, kotor dan gelap. Selama ini Tn. I tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan lagi yang ada di Puskesmas karena tidak ada dana
untuk berobat rontgen dada dan tidak ada waktu. Klien mengatakan sudah sembuh dan mengatakan batuknya hanya masuk angin.

3. Pengkajian Terhadap Masalah: Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


Dari hasil wawancara dengan Ayah An. O (Tn. I) tentang masalah gizi kurang, Tn. I belum mengetahui tentang penyakit gizi
kurang dan belum pernah periksa ke pelayanan kesehatan. Tn. I mengatakan tidak tahu mengenai kebutuhan nutrisi anaknya dan Tn. I
juga mengatakan tidak merasa perlu untuk memantau berat badan anaknya ke pelayanan kesehatan. Pada saat ditanyakan penyebab
gizi kurang pada Tn. I mengatakan penyebabnya adalah tidak nafsu makan. Dan akibat dari gizi kurang Tn. I tidak mengetahuinya.
Untuk mengatasi masalah gizi kurang, Tn. I mengatakan harus banyak makan. Tn. I saat ditanyakan masalah makanan, Tn. I
mengatakan harus banyak makan. Tn. I saat ditanyakan masalah makanan, Tn. I selalu membeli lauk yang sudah matang di warung.
Hasil observasi penulis terhadap penyediaan makanan dikeluarga bila sedang ada uang biasanya Tn. I membeli makanan kesukaan
An. O, tapi bila sedang tidak ada uang Tn. I hanya memberikan makanan mie ataupun telur. Tn. I mengatakan An. O makan hanya 2x
sehari, yaitu makan siang dan sore, pada waktu pagi hari An. O jarang sarapan karena biasanya An. O bangun tidur sekitar jam 09.00-
10.00 pagi. Saat pemeriksaan fisik badan An. O tampak kurus, berat badan 20 kg, tinggi badan 104 cm. Berdasarkan hasil
penghitungan IMT (Indeks Masa Tubuh), An. O berada dibawah standar gizi normal, yaitu 16,7. Yang artinya dalam batas standar gizi
kurang dan kulit terlihat kering. Tn. I mengatakan An. O terlalu banyak bermain hingga lari-larian bersama temannya hingga lupa
untuk makan. Selama ini Tn. I jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan/sarana kesehatan dengan alasan malasa antri dan merasa
belum perlu berobat.
ANALISA DATA & PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan TB Paru pada Tn. I

NO DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN KEMUNGKINAN


ETIOLOGI

1 Data Subjektif: Resiko terjadinya Ketidakmampuan


- Tn. I mengatakan sakit TB Paru sejak 2 ½ penularan TB Paru keluarga merawat
tahu yang lalu pada anggota keluarga anggota keluarga
- Tn. I mengatakan obatnya diminum secara yang lain yang sakit
teratur selama 6 bulan pada 2 ½ tahun yang
lalu, namun masih menjadi perokok aktif
- Klien mengatakan dalam 1 hari
menghabiskan rokok 12 batang/hari
- Tn. I mengatakan tidak pernah periksa ke
Puskesmas lagi sejak obatnya habis 6
bulan.
- Tn. I mengatakan saat ini sedang masuk
angin, flu, dan batuk-batuk

Data Objektif:
- Kesadaran compos mentis
- Tanda-tanda vital: TD 110/70 mmHg,
Nadi 8ox/menit, Pernafasan 25x/menit,
irreguler, bunyi nafas sedikit ronki, Suhu
360C
- Berat Badan 45 kg, TB 175 cm
- Tn. I tampak kurus, kondisi rumah sempit,
pencahayaan redup, udara lembab, gelap,
dan kotor

ANALISA DATA & PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan TB Paru pada Tn. I

NO DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN KEMUNGKINAN


ETIOLOGI
2 Data Subjektif: Tidak efektifnya Ketidakmampuan
- Tn. I mengatakan sudah lama batuk-batuk bersihan jalan nafas keluarga merawat
sudah 2 minggu karena masuk angin. pada keluarga Ny. S anggota keluarga
- Tn. I mengatakan batuknya sudah sembuh khususnya Tn. I yang sakit
dan kambuh lagi akibat masuk angin.
- Tn. I mengatakan baru beli obat warung
kalau batuknya dirasa agak parah.
- Tn. I mengatakan mengetahui tentang
penyakit TB Paru adalah penyakit batuk-
batuk yang disebabkan karena mencium
aroma pentol korek api kayu.
- Tn. I mengatakan tidak pernah membuka
jendela karena sudah ada kipas angin.
Data Objektif:
- Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi
86x/menit, Pernafasan 25x/menit, bunyi
paru terdengar sedikit bunyi ronki, Suhu
360C
- Berat Badan: 45 kg
- Tinggi Badan: 175 cm
- Kondisi rumah lembab, debu dan kitor.
- Ventilasi rumah kurang dari10% luas
lantai sehingga sirkulasi udara tidak bebas
ANALISA DATA & PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan Gizi Kurang pada An. O
NO DATA FOKUS MASALAH KEMUNGKINAN
KEPERAWATAN ETIOLOGI

1 Data Subjektif: Perubahan nutrisi Ketidakmampuan


- Tn. I mengatakan An. O makannya kurang dari kebutuhan keluarga merawat
2x/hari, sulit makan, dan mau makan bila tubuh pada keluargaNy. anggota keluarga
ada makanan kesukaannya dagig ayam dan S khususnya An.O dengan masalah gizi
mie goreng. kurang
- Tn.i mengatakan An. O kebanyakan
bermain sam temannya sebelum dan
sesudah pulang dari sekolah sampai lupa
makan.
- Tn. I mengatakan An. O terlalu banyak
main play station diluar dan apabila tidak
diberikan biasanya nangis dan tidak mau
makan.
- Tn. I mengatakan 2 tahun ini An. O tidak
nafsu makan dan berat badan tidak
bertambah.

Data Objektif:
- An. O tampak kurus
- Berat badan 20 kg
- Tinggi badan 104 cm
- Kulit terlihat kering, warna sawo matang
- An. O tampak tidak bisa tenang di rumah
dan selalu bermain.
- Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi
86x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu
360C
- Berdasarkan perhitungan IMT, An. O
termasuk dalam golongan anak dengan gizi
kurang.
IMT= BB (kg) : TB (m2)
= 20: 1,2
= 16,7
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

1. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Resiko terjadinya penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain b.d Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.

NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR JUSTIFIKASI

1 Sifat masalah: 2/3 x1 2/3 Ditangani segera karena resiko


penularan TB Paru pada anggota
Resiko
keluarga yang lain, Tn. I riwayat TB
Paru 2 ½ tahun yang lalu minum obat
OAT selama 6 bulan, dan tidak pernah
berobat lagi.
2 Kemungkinan 2/2x 2 1 Dapat dirubah dengan penyuluhan
penularan TB Paru dengan
masalah untuk
menganjurkan Tn. I tidak membuang
dirubah: dahak sembarangan dan rajin membuka
jendela pada pagi hari dan siang hari.
Mudah
3 Potensi 2/3 x 1 2/3 Resiko penularan sulit dicegah karena
kondisi rumah yang sempit dan
pencegahan
interaksi antara anggota keluarga yang
masalah: lain kurang dari 1 meter dan Tn. I lupa
untuk menutup mulut jika batuk.
Sedang
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah perlu ditangani segera karena
resiko penularan pada anggota keluarga
masalah: Masalah
yang lain dengan melakukan
dirasakan dengan pemeriksaan pada anggota keluarga
yang lain (screening kesehatan) dan
ada upaya/segera
anjurkan keluarga untuk memanfaatkan
ditangani fasilitas (puskesmas) yang terdekat dan
sesuai kemampuan.

TOTAL SKOR 3 1/3

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada keluarga Ny. S khususnya Tn. I b.d Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.

NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR JUSTIFIKASI


1 Sifat masalah: 3/3 x1 1 Masalah ini bersifat aktual karena Tn. I
mengeluh batuk-batuk selama 2
Aktual
minggu, sesak nafas dan mudah lelah.
Jika tidak ditangani segera dapat
mengakibatkan penyakit menjadi
semakin parah.
2 Kemungkinan 2/2x 2 1 Pelayanan kesehatan dekat dari rumah
dan terjangkau, dana untuk berobat
masalah untuk
tersedia karena murah. Dengan
dirubah: informasi yang diberikan keluarga
dapat mngerti tentang TB Paru dan
Mudah
mencegah penularan.
3 Potensi 2/3 x 1 2/3 Tn. I adalah penderita TB Paru dengan
minum obat OAT selam 6 bulan pada 2
pencegahan
½ tahun yang lalu dan sudah minum
masalah: obat OAT selama 6 bulan. Saat ini Tn.I
belum pernah kontrol kesehatan lagi di
Sedang
Puskesmas. Keluarga belum ada upaya
untuk mengatasi masalah/kondisi Tn. I
karena belum ada waktu sehingga
kemungkinan penularan cukup tinggi.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga merasa ada masalah dan
perlu segera ditangani karena sudah
masalah: Masalah
merasakan gejala-gejala penyakit.
dirasakan
berat,harus segera
ditangani
TOTAL SKOR 4 2/3

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluargaNy. S khususnya An.O b.d Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang.

NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR JUSTIFIKASI

1 Sifat masalah: 3/3 x1 1 Hasil pemeriksaan fisik, An. O terlihat badannya


kurus, kulit kering, warna sawo matang. Berat
Aktual
badan dibawah normal BB: 20 kg, TB: 104 cm.
Perhitungan IMT: 16,7 (Artinya dalam batas
kurang gizi). An. O terlihat banyak bermain.
Disimpulkan: An. O mengalami gizi kurang.

2 Kemungkinan ½x2 1 Tn. I mengetahui anaknya mengalami gizi kurang


dan sudah mencoba memberikan makanan yang
masalah untuk
banyak, namun An. O hanya menghabiskan
dirubah: beberapa suap nasi saja, dan lebih suka jajan
diluar. Penghasilan keluarga sebulan
Sebagian
Rp1.000.000,- sangat kurang bila dibandingkan
untuk kehidupan sehari-hari dan untuk biaya
sekolahanak-anaknya. Puskesmas ada dan
jaraknya cukup dekat dengan rumah keluarga Ny.
S. Keluarga selalu membawa An. O ke
puskesmas bila sakit.

3 Potensi pencegahan 2/3 x 1 2/3 Tn. I mengetahui anaknya mengalami gizi kurang
masalah: An. O tidak nafsu makan. Tindakan yang
dilakukan Tn. I yaitu dengan memberikan
Cukup
makanan kesukaan anaknya bila ada uang. Tapi
bila tidak ada uang biasanya Tn. I memberikan
makanan tempe orek, telor, dan mie goreng. Saat
ditanyakan masalah mengolah makanan, Tn. I
selalu membeli lauk matang di warung.
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga yaitu Tn. I mengatakan ada masalah
gizi kurang pada An. O, sudah mencoba
masalah:
memberikan makanan yang banyak namun An. O
Masalah dirasakan tidak selalu habis makannya, dan An. O mau
makan bila ada makanan kesukaannya. Tn. I juga
berat, harus segera
mengatakan karena adanya faktor ekonomi yang
ditangani kurang. Menurut keluarga, masalah harus
ditangani dengan memberikan makanan yang
bergizi dan seimbang kepada anaknya.

TOTAL SKOR 3 2/3


PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI EVALUASI


KEPERAWATAN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDART
1 Resiko terjadinya Setelah a. Setelah kunjungan 1. Menjelaskan pengertian Respon verbal1. Keluarga mampu
penularan TB Paru dilakukan selama 1x30 menit dan gejala serta penyebab dari keluarga menyebutkan TB Paru
pada anggota tindakan keluarga Ny.S dan dari penyakit TB Paru dengan adalah suatu penyakit
keluarga yang lain keperawatan Tn. I mampu menyebutkan yang menular.
b.d selama 2 mengenal masalah 2. Tanyakan kembali tentang 2. Tanda dan gejalanya
Ketidakmampuan minggu dengan menyebutkan tentang pengertian, tanda pengertian, adalah batuk terus-
keluarga merawat diharapkan pengertian, tanda & dan gejala serta penyebab penyakit TB menerus dan berdahak,
anggota keluarga pengetahuan gejala, serta dan akibat dari penyakit Paru, tanda sesak nafas, keluar
yang sakit keluarga Ny. penyebab dari TB TB Paru dan gejala keringat dingin pada
S bertambah/ Paru serta malam hari, berat badan
teratasi 3. Berikan pujian yang penyebabnya menurun.
positif/jawaban yang 3. Keluarga menyebutkan
tepat penyebab T B paru adalah:
kuman mikrobakteri
tuberkulosa

1.Keluarga dapat
menyebutkan akibat dari
1.Jelaskan pada keluarga tidak minum obat secara
Ny. S akibat dari teratur maka kuman-
b. Setelah diberikan penyakit TB Paru
penjelasan 1x30’ Respon verbal kuman TB akan kebal
keluarga: mengambil keluarga didalam tubuh, maka
keputusan untuk 2.Motivasi keluarga mampu penyakit akan sulit
mengatasi masalah untuk mengambil menjelaskan disembuhkan
TB Paru keputusan kembali akibat
TB Paru dan
3.Tanyakan kembali pada mengambil
keluarga akibat dari keputusan
penyebab TB Paru untuk
mengatasai TB
4.Berikan kesempatan Paru
keluarga untuk bertanya

1.Menjelaskan cara 1.Keluarga mampu


perawatan TB Paru Respon verbal menyebutkan cara
keluarga perawatan penyakit TB
c. Setelah 1x30’ Paru adalah:
diberikan penjelasan, 2. Berikan contoh menu mampu
makanan yang bergizi menjelaskan Minum obat teratur,
keluarga mampu makan-makanan yang
melakukan tindakan cara perawatan
3.Tanyakan kembali TB Paru bergizi, istirahat cukup,
untuk merawat menjaga kebersihan
anggota keluarga tentang cara merawat TB
Paru dan menu yang lingkungan
yang menderita
penyakit TB bergizi
Parudengan
menjelaskan cara 4.Diskusikan tentang
perawatan dan pentingnya perawatan di
melaksanakannya rumah
pada penderita TB
Paru
d. Setelah 3x60’ Respon verbal 1.Keluarga dapat
kunjungan keluarga 1.Mengidentifikasi keluarga dapat menyebutkan cara
Ny. S memodifikasi pengetahuan keluarga menjelaskan memodifikasi lingkungan
lingkungan untuk tentang lingkungan lingkungan yang dapat mendukung
mencegah terjadinya rumah yang baik yang dapat penyembuhan penyakit
penularan dengan mendukung TB Paru adalah
cara menyebutkan 2. Memodifikasi keluarga penyembuhan pencahayaan ruangan
lingkungan- untuk mengungkapkan penyakit TB yang cukup
lingkungan yang baik kembali lingkungan Paru
bagi penderita TB 2.Ventilasi rumah yang
Paru 3.Memotivasi keluarga cukup
untuk memanfaatkan
fasilitas sesuai 3.Jendela rajin dibuka agar
kemampuan sinar matahari bisa masuk
kedalam rumah

4.Menjemur kasur, bantal,


minimal 1 minggu sekali

5.Tidak membuang dahak


sembarangan tempat, tapi
gunakan kaleng yang
didalamnya di isi cairan
desinfektan seperti tysol,
air sabun, bayclin, agar
kuman TB dapat mati
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI EVALUASI
KEPERAWATAN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDART
2 Tidak efektifnya Setelah a. Setelah dilakukan 1.Jelaskan pengertian, Respon verbal TB Paru adalah suatu
bersihan jalan dilakukan pertemuan 1x45’, tanda dan gejala, serta dari keluarga penyakit yang menular
nafas pada tindakan keluarga mampu penyebab dari penyakit terkait yang dapat menyerang
keluarga Ny. keperawatan mengenal masalah TB Paru pengertian, siapa saja yang disebabkan
Khususnya Tn. I selama 2 TB Paru dengan cara 2.Tanyakan kembali penyebab, oleh bakteri
b.d minggu menyebutkan tentang pengertian, tanda tanda dan mycobacterium
ketidakmampuan diharapkan pengertian, dan gejala, serta gejala TB Paru tuberculosae, tanda dan
keluarga merawat jalan nafas penyebab, tanda dan penyebab dari penyakit gejalanya adalah batuk-
anggota keluarga Tn. I efektif gejala TB Paru TB Paru batuk terus menerus
dengan masalah 3.Berikan reinforcement selama kurang lebih 3
penyakit TB Paru positif atas kemampuan minggu dan berdahak,
keluarga sesak nafas, keluar
Respon verbal keringat dingin pada
b. Setelah dilakukan dan sikap dari malam hari, dan berat
pertemuan 1x45’ 1.Jelaskan pada keluarga
Tn. I akibat dari penyakit keluarga badan menurun.
keluarga mampu tentang akibat
mengambil TB Paru
2.Tanyakan kembali pada TB Paru dan Akibat dari TB Paru
keputusan yang tepat keputusan
untuk mengatasi keluarga akibat TB Paru adalah tuberkulosis
3.Motivasi keliuarga keluarga untuk meningen, pnemonia
maslaah TB Paru mengatasi TB
dengan cara untuk mengambil tuberkulosis, dan
keputusan dalam Paru kematian. Keluarga
menyebutkan akibat
dari TB Paru dan mengatasi TB Paru Tn. I memutuskan untuk
memutuskan untuk 4.Berikan reinforcement mengatasi dan merawat
merawat Tn. I positif atas keputusan TB Paru Tn. I
dengan TB Paru yang diambil keluarga
dalam mengatasi TB
Paru
Respon verbal,
c. Setelah dilakukan sikap, dan
1.Jelaskan cara psikomotor
pertemuan 2x45’ perawatan, pencegahan
keluarga mampu keluarga
penyakit TB Paru tentang cara
melakukan perawatan 2.Ajarkan klien cara
pada anggota perawatan TB
batuk efektif dan Paru dan Cara perawatan penyakit
keluarga yang membuang dahak yang
menderita penyakit pencegahan TB Paru adalah minum
benar penularan TB obat secara teratur, makan
TB Paru dengan cara 3.Tanyakan kembali cara
menjelaskan cara Paru makanan yang bergizi,
perawatan, pencegahan istirahat cukup, menjaga
perawatan dan penyakit TB Paru
pencegahan kebersihan lingkungan.
4.Anjurkan keluarga Cara pencegahan
penularan TB Paru, mempraktekkan kembali penularan TB Paru dengan
mendemonstrasikan cara batuk efektif dan memisahkan perlengkapan
cara batuk efektif dan membuang dahak ke makan anggota keluarga
pembuangan dahak tempatnya dengan pasien, menutup
pada pasien TB Paru 5.Berikan reinforcement mulut saat bersin dan
positif atas hasil yang batuk, serta membuang
dicapai dahak pada tempatnya.
Respon verbal, Proses batuk efektif: tarik
sikap dan nafas dalam melalui
psikomotor hidung dan hembuskan
d. Setelah dilakukan keluarga seperti meniup balon
pertemuan 1x45’ 1.Diskusikan hal-hal tentang sebanyak 3x dan waktu
keluarga mampu yang dapat dilakukan lingkungan yang ketiga batukkan lalu
memodifikasi untuk memodifikasi yang dapat buang dahak ke tempat
lingkungan untuk lingkungan mendukung yang berisi lysol lalu
mencegah terjadinya 2.Motivasi keluarga penyembuhan tutup.
penularan dengan untuk mengungkapkan penyakit TB
cara menyebutkan kembali cara Paru
memodifikasi lingkungan Cara memodifikasi
lingkungan- lingkungan yang dapat
lingkungan yang baik 3.Berikan reinforcement
positif atas hasil yang mendukung penyembuhan
bagi pasien penyakit penyakit TB Paru adalah
TB Paru telah dicapai
pencahayaan ruangan
yang cukup, ventilasi
rumah yang cukup,
jendela dibuka agar sinar
Respon verbal, matahari bisa masuk
sikap, dan kedalam rumah, menjemur
1.Diskusikan dengan psikomotor kasur, bantal minimal
keluarga tentang manfaat keluarga 1minggu sekali dijemur,
e. Setelah dilakukan tentang tidak membuang dahak
pertemuan 1x45’ kunjungan ke pelayanan
kesehatan manfaat sembarangan tempat, tapi
keluarga mampu pelayanan gunakan kaleng yang
memanfaatkan kesehatan dan didalamnya sudah diisi
fasilitas kesehatan penggunaan cairan desinfektan seperti
yang tersedia dengan pelayanan lysol, air sabun, bayclean,
cara menyebutkan kesehatan agar kuman TB Paru dapat
manfaat kunjungan mati.
ke pelayanan
kesehatan, Manfaatkan kunjungan ke
menyebutkan jenis- pelayanan kesehatan
jenis pelayanan adalah untuk memperoleh
kesehatan yang informasi dan pengobatan,
tersedia dam jenis pelayanan kesehatan
memanfaatkan adalah untuk memperoleh
fasilitas kesehatan informasi dan pengobatan,
jenis pelayanan kesehatan:
Puskesmas, bidan praktek,
klinik swasta, posyandu,
keluarga berkunjung ke
pelayanan kesehatan
(Puskesmas).

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI EVALUASI


KEPERAWATAN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDART
3 Perubahan nutrisi Setelah a. Setelah dilakukan 1.Menjelaskan Respon verbal a. Gizi kurang adalah
kurang dari dilakukan pertemuan 1x45’, pengertian, tanda dan dari keluarga kurangnya energi/ tenaga
kebutuhan tubuh tindakan keluarga mampu gejala, serta penyebab Ny. S dengan dan protein dikarenakan
pada keluargaNy. S keperawatan mengenal masalah dari gizi kurang menyebutkan sehari-harinya kurangnya
khususnya An.O b.d keluarga dan mampu 2. Menanyakan kembali pengertian, pemasukkan makan/
Ketidakmampuan selama 2 mengambil tentang pengertian, tanda penyebab, minum yang berisi tenaga
keluarga merawat minggu keputusan untuk dan gejala, akibat serta tanda dan dan protein
anggota keluarga kunjungan, merawat An. O penyebab dari gizi gejala, serta b. Tanda dan gejalanya
dengan masalah gizi diharapkan denga gizi kurang kurang akibat daro adalah berat badan kurang
kurang keluarga Ny. dengan menyebutkan 3.Motivasi keluarga Ny. gizi kurang dari berat badan yang
S mampu pengertian, S agar menyampaikan pada An. O seharusnya normal. Dan
merawat penyebab, tanda dan apakah kondisi anak terdapat 2 jenis gizi
anggota gejala, serta akibat dengan gizi kurang kurang yang terdiri dari:
keluarga gizi kurang berbahaya atau tidak 1. Marasmus
dengan gizi 4.Berikan reinforcement (Kurangnya energi,
kurang positif atas usaha protein cukup), Cirinya:
keluarga dan berikan anaka sangat kurus, wajah
jawaban yang tepat sperti orang tua, perut
cekung, kulit keriput,
jaringan lemak sangat
sedikit, cengeng, rewel.
2. Kwasiorkor
(Kurangnya protein dan
energi yang cukup)
Cirinya: seluruh tubuh
bengkak terutama di kaki,
wajah membuat sembab,
rambut kusam, mudah
dicabut, dan mata sayu.
c. Penyebab dari gizi
kurang adalah makanan
kurang bergizi dalam
waktu lama, anak sering
sakit, kebiasaan makan
anak yang salah
d. Akibat dari gizi kurang
adalah badan kurus, tubuh
kecil dan pendek, anak
musah sakit,
perkembangan anak
lambat, kulit mudah
radang dan luka, hati
bengkak.
1.Menyebutkan jenis Respon verbal a) Sumber zat gizi pada
b. Setelah diberikan sumber gizi dari keluarga makanan yaitu:
penjelasan 1x45 2.Menunjukkan contoh Ny. S tentang - Sumber tenaga untuk
menit, keluarga sumber gizi cara perawatan melakukan kegiatan
mampu merawat An. 3.Menjelaskan contoh anak gizi seperti bermain, dll: Nasi,
O dengan gizi menu gizi seimbang kurang kentang, ubi, roti, tepung-
kurang dengan cara: untuk tumbuh kembang tepungan.
Menyebutkan jenis anak - Sumber pembangun
sumber gizi, 4.Menjelaskan cara tubuh untuk membuat sel-
menunjukkan contoh mengolah makanan sel baru seperti kulit baru,
sumber gizi, dengan benar dll. Susu, ikan, tahu,
menjelaskan contoh 5.Memberikan tempe, hati,dan telur.
menu, gizi seimbang kesempatan pada - Sumber pengatur tubuh
untuk tumbuh keluarga untuk bertanya untuk keseimbangan
kembang anak, dan 6.Beri reinforcement vitamin dan mineral:
cara mengolah positif atas usaha Sayuran berwarna hijau
makanan dengan keluarga Ny. S (bayam), sayuran
benar berwarna orange (wortel).
b) Contoh makanan
sumber zat gizi terdiri
dari:
1.Protein
- Protein lemak: daging,
ikan, telur
- Protein Nabati: kedelai,
kacang hijau.
2.Lemak
Dapat diperoleh dari:
Nasi, mie, sereal,
singkong.
3.Karbohidrat
Susu, mentega, minyak,
keju.
4.Vitamin
Buah-buahan dan sayur-
sayuran
c) Menjelaskan contoh
menu gizi seimbang
untuk tumbuh kembang
- Makan Pagi:
Roti 1 lembar dengan
selai buah, susu full
cream, selingan pagi
biskuit 2 keping.
- Makan Siang:
Nasi 100 gram (6 sendok
makan), sup ayam,
perkedel kentang, air
jeruk 100 ml ½ gelas.
Selingan sore sari kacang
hijau 1 gelas atau puding,
buskuit.
- Makan Malam:
Nasi 100 gram (6 sendok
makan), sup jagung 1
mangkuk sedang, rolade
ayam, kacang polong 3
buah, buah pepaya 100
gram, sebelum tidur susu
full cream 200 ml.
d) Cara mengolah makanan
dengan benar:
Respon verbal Sayuran: dicuci dahulu
keluarga Ny.S baru dipotong
1.Diskusikan dengan Buah: Dicuci dahulu baru
keluarga Ny.S cara tentang cara
menyebutkan dimakan.
menciptakan lingkungan
yang dapat apa yang harus
c. Setelah 1x45 menit meningkatkan selera diperhatikan 1.Beri kesempatan An.O
diberikan penjelasan, makan. dalam untuk belajar makan
keluarga mampu 2.Motivasi keluarga memberi sendiri.
makan memodifikasi Ny.S untuk mengulangi makanan pada 2.Berikan jenis makanan
lingkungan yang penjelasan yang anak dengan yang disukai oleh anak.
dapat meningkatkan diberikan. gizi kurang 3.Berikan makanan pada
selera makan An.O 3.Observasi lingkungan dan respon saat masih hangat dengan
dengan cara rumah dan lingkungan psikomotor porsi kecil tapi sering.
menyebutkan apa yang dapat keluarga Ny.S 4.Diskusikan tentang
yang harus meningkatkan selera dalam pentingnya perawatan di
diperhatikan dalam makan pada kunjungan memodifikasi rumah.
memberi makanan tidak terencana. lingkungan
pada anak dengan 4.Diskusikan dengan untuk
gizi kurang keluarga Ny.S hal yang meningkatkan
positif yang sudah selera makan.
dilakukan.
5.Beri reinforcement
positif atas usaha Respon verbal
keluarga Ny.S. keluarga Ny.S
tentang
1.Diskusikan dengan manfaat dan
d. Setelah 1x 45’ keluarga Ny.S tentang kunjungan ke a.Fasilitas kesehatan yang
kunjungan, keluarga jenis pelayanan fasilitas dapat digunakan keluarga
Ny.S mampu kesehatan yang dapat kesehatan dan Ny.S yaitu posyandu,
mengungkapkan dipergunakan. memanfaatkan puskesmas, bidan, atau
fasilitas kesehatan 2.Diskusikan bersama pelayanan dokter praktek.
dengan cara keluarga Ny.S tentang kesehatan. b.Manfaat kunjungan ke
menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu
kembali manfaat fasilitas pelayanan mendapatkan pelayanan
kunjungan ke kesehatan. kesehatan yang
fasilitas kesehatan 3.Memotivasi keluarga berhubungan dengan gizi
dan dapat Ny.S untuk membawa kurang.
memanfaatkan An.O ke pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan.
dalam merawat 4.Beri reinforcement
An.O yang positif atas usaha
mengalami gizi keluarga Ny.S.
kurang

TUGAS KEPERAWATAN GERONTOLOGI

“DEMENSIA PADA LANSIA”

Di Bimbing Oleh: Ervandy, S. Kep.Ns

Disusun Oleh:

Nama :miswaroh

Tingkat :IIIA

NIM:0704032
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

KABUPATEN MALANG

Tahun Akademik 2009-2010

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Demensia

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia
seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan
bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk
menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami
demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak
terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15
juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5
% usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85
tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4
juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia
terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35%
disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

Klasifikasi

 Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)


2. Demensia prasenilis (<65th)

 Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

 Menurut kerusakan struktur otak


Tipe Alzheimer

1. Tipe non-Alzheimer
2. Demensia vaskular
3. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
4. Demensia Lobus frontal-temporal
5. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
6. Morbus Parkinson
7. Morbus Huntington
8. Morbus Pick
9. Morbus Jakob-Creutzfeldt
10. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
11. Prion disease
12. Palsi Supranuklear progresif
13. Multiple sklerosis
14. Neurosifilis
15. Tipe campuran

 Menurut sifat klinis:

1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia

Etiologi Demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh
lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006).
Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit
vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit
lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf
pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala Klinis

Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.

1. Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang
berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel
otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang
menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak
mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala
neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan,
agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

 Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi
memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami

 Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain,

 Disorientasi
 gangguan bahasa (afasia)
 penderita mudah bingung
 penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota
keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
 Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-
20%,”

.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara lain:

 Penderita menjadi vegetatif


 tidak bergerak dan membisu
 daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri
 tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
 kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
 kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

2. Demensia Vaskuler

Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko
stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah
otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler
daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada
demensia vaskuler.

Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:

1. Kelainan sebagai penyebab Demensia :

 penyakit degenaratif
 penyakit serebrovaskuler
 keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
 trauma otak
 infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
 Hidrosefaulus normotensif
 Tumor primer atau metastasis
 Autoimun, vaskulitif
 Multiple sclerosis
 Toksik
 kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

2. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi

1. Gangguan psiatrik :

 Depresi
 Anxietas
 Psikosis

2. Obat-obatan :

 Psikofarmaka
 Antiaritmia
 Antihipertensi
3. Antikonvulsan

 Digitalis

4. Gangguan nutrisi :

 Defisiensi B6 (Pelagra)
 Defisiensi B12
 Defisiensi asam folat
 Marchiava-bignami disease

5. Gangguan metabolisme :

 Hiper/hipotiroidi
 Hiperkalsemia
 Hiper/hiponatremia
 Hiopoglikemia
 Hiperlipidemia
 Hipercapnia
 Gagal ginjal
 Sindromk Cushing
 Addison’s disesse
 Hippotituitaria
 Efek remote penyakit kanker

Tanda dan Gejala Demensia

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi
aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia
penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya
mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu
mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka.
Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap
penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih
banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih
sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat
ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita
demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan
untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat,
perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting
yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental
dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi
keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan
tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan
sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya
adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang
berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal
(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil
yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

 Pembedaan antara delirium dan demensia


 Bagian otak yang terkena
 Penyebab yang potensial reversibel
 Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
 Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
 Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
 Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
 Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

Peran Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama
dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada
tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari
dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada
lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan
aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia
tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus
mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa
yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia.
Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan
keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan
teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.

Tingkah Laku Lansia

Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana,
berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan
bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak
yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan
bantu lansia untuk tidur kembali.

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja
membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka
juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai
kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab,
tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang
tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela
untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.

Pencegahan & Perawatan Demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :

1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
o Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
o Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap
sehat.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA

Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih
500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer.
Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata ditemukan kasus lansia dengan alzeimer.

Pengkajian

Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya
penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia lanjut
yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.

Tanda dan Gejala

1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari


2. Pelupa
3. Sering mengulang kata-kata
4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5. Cepat marah dan sulit di atur.
6. Kehilangan daya ingat
7. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8. kurang konsentrasi
9. kurang kebersihan diri
10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11. Mudah terangsang
12. Tremor
13. Kurang koordinasi gerakan.
Cara melakukan pengkajian

1. Membina hubunga saling percaya dengan klien lansia

Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling percaya dengan
pasien lansia.
Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai dengan konteks agama
pasien.
2. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan
merawat pasien.
3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
6. Bersikap empati dengan cara:
o Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan perhatian
o Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
o Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
o Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.

1. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari penggunaan kata atau kalimat jargon)
2. Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu respon pasien
3. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata yang sama.
4. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume ditingkatkan, nada harus direndahkan.
5. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik
6. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka
7. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:
• Tidak berisik atau ribut
• Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
• Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.
Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik
mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama
untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

 Kurang konsentrasi
 Kurang kebersihan diri
 Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
 Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
 Tremor
 Kurang kordinasi gerak
 Aktiftas terbatas
 Sering mengulang kata-kata.

Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan
afek yang labil, datar atau tidak sesuai.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan:

1. Gangguan Proses Pikir


2. Risiko Cedera: jatuh

Tindakan Keperawatan

Diagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”

 Tindakan keperawatan untuk pasien:


Tujuan agar pasien mampu:
a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat
b. Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
Tindakan
1. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya tempat tidur, lemari, pakaian dll.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender yang mempunyai
lembar perhari dengan tulisan besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
5. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.
6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.
8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
9. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
 Tindakan untuk keluarga
Tujuan

 Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat


 Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas
 Membantu pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.

Tindakan

1. Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
4. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.
5. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan terhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh
pasien
6. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki pasien
9. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
10. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat.
Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”

 Tindakan pada pasien.

Tujuan

1. Pasien terhindar dari cedera


2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.

Tindakan

1. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang sederhana
2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak minta tolong
3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah cedera.

Tindakan untuk keluarga

Tujuan: Keluarga mampu:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien


2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera

Tindakan

1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah tidak licin, jauhkan benda-benda tajam dari
jangkauan pasien, berikan penerangan yang cukup, lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika pasien
merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkan alat-alat listrik lainnya dari jangkauan klien, sediakan
tempat tidur yang rendah
3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau aktivitas harian yang dilakukan

Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan
keluarga:
1. Gangguan proses pikir: bingung

Kemampuan pasien:

1. Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar


2. Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal
3. Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini
4. Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual
5. Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan

Kemampuan keluarga

1. Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang


2. Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan besar dan jam besar
3. Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat
4. Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian

2.Risiko cedera

Kemampuan pasien:

1. Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera


2. Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera
3. Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan

Kemampuan keluarga

1. Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada pasien
2. Menyediakan pengaman di dalam rumah
3. Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien
4. Selalu menemani pasien di rumah
5. Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

Askep gastritis
akperppnisolo

ASKEP GASTRITIS.
Pengertian adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya
pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung
dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.

Etiologi
1.Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
2.Bahan-bahan kimia
3.Merokok
4.Alkohol
5.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat
.6.Refluks usus ke lambung.
7.Endotoksin.PatogenesisSeluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum
diketahui benar.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :


a) kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H+ meninggi,
b) perfusi mukosa lambung yang terganggu,
c) jumlah asam lambung.
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul
daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia,
obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan
mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.

Manifestasi KlinisGambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat
berat yang dapat membawa kematian.
Manifestasi tersebut adalah:
1.Muntah darah
2 Nyeri epigastrium
3.Neusa dan rasa ingin vomitus
4.Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium

Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan
gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran.

Pemeriksaan Diagnostik
1.Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi.
Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi
mukosa yang bervariasi
.2.Histopatologi.
3.Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan.

PengobatanPengobatan lebih ditujukan pada pencegahan terhadap setiap apsien yang beresiko tinggi, hal yang dapat dilakukan adalah
;
1.Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2.Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3.Pemberian obat-obat H+ blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.Dahulu sering dilakukan kuras lambung
menggunakan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna atas, tapi tak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa tindakan
tersebut memberikan manfaat dalam menghentikan perdarahan saluran cerna atas.

Proses Keperawatan Gastritis Akut

DiagnosisKeperawatan
1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan
laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.
2.Resiko tinggi kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.
3.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang dir
i4.Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons
pribadi terhadap disfungsi keluarga.
5.Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi
kebutuhan semua anggota keluarga.
6.Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping

Intervensi/Implementasi Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan
laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.
1.Izinkan klien memilih makanan (makanan rendah kalori tidak diperbolehkan)
2.Buat struktur waktu makan dengan batasan waktu (misalnya 40 menit)
3.Hilangkan distraksi (misalnya pembicaraan, menonton televisi) selama waktu makan
4.Sebutkan waktu untuk makan, menghidangkan makanan, dan batas waktu makan; informasikan pada klien bahwa bila makanan
tidak dimakan selama waktu yang telah disediakan, akan dibuat penggantian metode pemberian makanan yang lain.
5.Bila makanan tidak dimakan, lakukan pemberian makan melalui selang, NGT sesuai pesan
an dalam keadaan seperti ini jangan berikan penawaran pada klien.
6.Lakukan metode pemberian makan pengganti setiap kali klien menolak untuk makan per oral.
7.Jauhkan perhatian selama makan bila klien menolak untuk makan.
8.Jangan biarkan klien “mengemut” makanan.
9.Kurangi perhatian saat makan

Terapi Modifikasi Perilaku


1.Klien mencapai peningkatan berat badan setiap hari karena adanya keinginan dari klien.
2.Perpisahan dari keluarga selama beberapa waktu akan sangat membantu.
3. Beralih pada aktivitas yang menyenangkan.
4. Intervensi keperawatan pembatasan bersifat teknis.
5. Isolasi sosial.
6. Komunikasi yang bermanfaat.
7. Berikan penghargaan pada klien hanya bila ia mengalami kenaikan berat badan.
8. Tindakan konsisten harus dipertahankan.
9. Setiap anggota staf harus mempunyai laporan akhir per shift tentang suatu keputusan
10.Cegah manipulasi staf dengan ceria.Pencegahan manipulasi staf dengan cerita, melalui membuat dan pertahankan batasan yang
ketat, dan diskusikan tentang batasan dan konsekuensinya, bila melanggar batasan tersebut dengan cara yang tidak menghukum, rujuk
pada perilaku manipulatif.
11. Ukur berat badanUkur BB dengan akurat;
a) timbang klien setiap hari sebelum makan pagi,
b) timbang klien hanya dengan gaun, cegah untuk menyembunyikan sesuatu yang berat pada tubuh,
c) tetapkan perilaku yang dapat diterima bila mencapai berat badan yang telah ditetapkan,
d) dorongan perawatan bertanggung jawab untuk peningkatan berat badan.

Kriteria Evaluasi1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi.


2. Menerima masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan normal.
3. Mengikuti kembali pola makan yang normal.

Resiko tinggi terjadikekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.
1. Pantau masukan dan haluan; simpan catatan di kantor perawat, dan observasi dengan sesederhana mungkin.
2. Pantau pemberian cairan dengan elektrolit /NPT sesuai pesanan; temani klien ketika mandi untuk mencegah pengosongan cairan
intravena.
3. Pantau tanda vital sesuai kebutuhan
.Kriteria Evaluasi
1. Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat.
2. Keseimbangan antara masukan dan haluaran.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat
tentang diri
1. Berikan hubungan positif dan penghargaan pada sesuatu yang dilakukan dengan baik oleh klien.
2. Kembangkan pengalaman yang berhasil
3. Mulailah melakukan dengan tugas-tugas yang mudah.
4. Fokuskan pada hal-hal yang positif.
5. Berikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikirannya
6. Anjurkan klien untuk menguraikan tentang gambaran dirinya dan membicarakan perasaan tentang diri.
7. Anjurkan higiene yang baik dan berpakaian
8. Berikan respons secara faktual dan konsisten terhadap pertanyaan klien mengenai diet dan nutrisi
Kriteria Evaluasi
1. Klien mengungkapkan pikiran positif tentang diri sendiri.
2. Mulai menerima diri sebagai orang yang kurus

Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons
pribadi terhadap disfungsi keluarga.
1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan
2. Observasi dan catat respons terhadap stres.
3. Ajukan untuk datang bila stres
.4. Hindarkan menarik perhatian Anda dari ritual atau emosional klien yang behubungan dengan makan, makanan, dan sebagainya.
5.Dukung upaya klien pada penentuan diri, khususnya bila dengan keluarga
.6. Tingkatkan tehnik reduksi stres.
7. Berikan dorongan pada orang terdekat.

Kriteria Evaluasi
1. Klien mulai menunjukkan ketrampilan koping positif
.2. Mempertahankan berat badan selama periode stres.
3. Mencapai dukungan dan sumber-sumber yang tepat.

Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi
kebutuhan semua anggota keluarga
1. Berikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengatakan pikiran, persepsi, dan perasaan.
2. Tunjukkan area yang tidak disetujui oleh klien dan anggota keluarga.Tentukan persepsi setiap anggota keluarga tentang apa yang
telah dikatakan orang lain untuk memberikan penekanan keterampilan mendengar.Tekankan pada klien dan anggota keluarga tentang
pentingnya menggunakan kata “Saya” dan menerima tanggung jawab untuk diri dengan kehadiran anggota keluarga, jasilah penasehat
bagi klien dan berupaya menjadi pendukung pada penentuan diri.
3. Arahkan kembali pada kontrol konflik antara klien dan arang tua/orang terdekat terhadap makanan dan terhadap isu-isu yang
berhubungan dengan jam malam, aktivitas sekolah, kepuasan kerja, dan, seterusnya.
4. Rujuk keluarga pada perawatan psikiatri yang berkelanjutan

.Kriteria Evaluasi
1. Klien mulai mengenal kebutuhan orang lain.
2. Mengidentifikasi area di mana kebutuhan serta harapan tidak terpenuhi.
3. Memberikan respons yang tepat terhadap dukungan yang diberikan
.4. Mencari bantuan bila diperlukan.

Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping
1. Berikan penekanan panduan nutrisi dan bagaimana cara mengatasi diet ketika jauh dari rumah.
2. Diskusikan dengan klien pentingnya pengkajian ulang kebutuhan kalori setiap 2 sampai 4 minggu.
3. Berikan dorongan penggunaan teknik penatalaksanaan stres.
4. Tingkatkan peogram latihan yang teratur.
5. Berikan dorongan kunjungan perawatan tindak lanjut dengan dokter dan konselor.

Kriteria Evaluasi
1.Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal.
2.Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan.
3. Klien berusaha mempertahankan berat badan.

Sumber :Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCDoengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan,
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai