Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh Kelompok 5 :
B. Dasar Teori
Mendengarkan suara denyut jantung dalam tubuh disebut auskultasi dan biasanya
dilakukan dengan memakai alat yang disebut stetoskop. Pada saat berdenyut, setiap ruang
jantung mengendur dan terisi darah, selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa
darah keluar dari ruang jantung. Kedua atrium jantung dapat berkontraksi dan relaksasi
secara bersamaan, kedua bilik juga dapat berkontraksi dan relaksasi secara bersamaan.
Darah dari tubuh masuk ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian
dipompakan ke paru-paru. Katup-katup menjaga agar darah tidak mengalir balik dari
aorta ke ventrikel, atrium, dan vena. Katup-katup tersebut membuka dan menutup karena
perbedaan tekanan darah dalam ruang-ruang jantung. Adanya cairan perikardial
menghalangi gesekan membran perikardial satu dengan yang lainnya pada setiap
denyutan jantung (Soewolo, 2003).
Ada dua suara jantung yang jelas dapat didengar pada setiap siklus jantung. Suara
jantung tersebut biasanya digambarkan sebagai “lup” dan “dup”, dan adalah urutannya
sebagai lup-dup, istirahat, lup-dup, istirahat, dan seterusnya. Suara jantung pertama
(lup)diasosiasikan dengan penutupan kelep atrioventrikuler (klep AV) pada permukaan
sistol. Suara jantung yang kedua (dup) umumnya diasosiasikan dengan menutupnya katub
semilunar yang bertepatan dengan akhir sistol. Suara denyut jantung terutama datang dari
bergolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katup jantung. Pada setiap siklus
jantung hanya suara jantung pertama dan kedua yang cukup keras didengar melalui
stestoskop. Suara pertama yang terdengar adalah suara ”lup” lebih keras dan sedikit lebih
panjang daripada suara yang kedua. Suara ”lup” ini dihasilkan dari gerak balik darah yang
menutup katup atrioventrikular segera setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih
pendek dan tidak sekeras suara pertama yaitu suara ”dup”, suara ini adalah akibat gerak
balik darah menutup katup semilunar pada diastol ventrikel, sedangkan waktu antara
suara jantung kedua dengan suara jantung pertama berikutnya kira-kira dua kali lebih
lama dari pada waktu antara suara jantung pertama dengan suara jantung kedua dalam
satu siklus (Soewolo, 2003).Suara jantung abnormal disebut “murmur” dan sering
berkaitan dengan masalah perkatupan. Pada katub yang tidak menutup dengan sempurna,
penutupan diikuti oleh suatu suaru berdesir yang disebabkan oleh aliran darah balik.
Suara yang jelas sering digambarkan sebagai bunyi berciut tinggi, juga diasosiasikan
dengan aliran darah melalui katub yang menyempit.
Diantara bunyi kedua dan bunyi pertama dari siklus selanjutnya terdapat satu periode
istirahat yang lamanya dua kali daripada periode istirahat antara bunyi pertama dan bunyi
kedua dalam satu siklus. Dengan demikian, siklus jantung dapat didengarkan sebagai lup,
dup, istirahat; lub, dup, istirahat; lub, dup, istirahat; dan seterusnya (Tortora dan Nicholas,
1984). Denyut jantung secara lengkap terdiri atas kontraksi atrium, relaksasi atrium dan
kontraksi ventrikel serta relaksasi ventrikel. Pada manusia satu denyutan jantung secara
lengkap memerlukan waktu sekitar 0,8 detik sehingga jumlah denyutan per satu menit
(laju denyut jantung) sekitar 75 kali. Secara teoritis, semakin banyak darah yang masuk
ke jantung, semakin banyak pula darah yang akan dikeluarkan dari jantung. Pada
umumnya laju denyut jantung hewan yang bertubuh kecil lebih tinggi daripada hewan
yang bertubuh besar. Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum
katup trikuspidal. Sama dengan pada katup mitral dan trikuspidal, pada katup semilunar
juga terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup semilunar aortik secara normal
mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari. Bila nafas
ditarik pelan-pelan dan dalam, maka pengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda
sebab pembuluh darah pulmonari tertekan oleh peningkatan tekanan intrapulmonari
(Basoeki, dkk, 2000).
Secara normal, katub mitral terbukasedikit lebih cepat sebelum katub trikuspidalis.
Katub mitral dapat didengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan diatas apeks jantung,
yaitu kira-kira pada ruang sela iga ke 5, kurang lebih sama tinggi dengan daerah
klavikula. Sedangkan suara katub trikuspidalis paling jelas dapat didengar bila stetoskop
digeser kedaerah agak tengah disebelah pinggir kiri sternum. Sama dengan katub mitral
dan trikuspidalis, pada katub seminular juga terdapat desinkronisasi penutupan katub.
Katub semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada
katubsemilunar pulmonari. Bila subyek pelan-pelan menarik nafas dalam dalam,
makapengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda (sebab pembuluh darahpulmonari
tertekan oleh pengikatan tekanan intrapulmonari). Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel
kiri akan menyebabkanperubahan tekanan pada arteri, yang ditunjukan dengan
membesar- mengecilnya arteri, yang disebut sebagai denyut nadi. Normalnya kecepatan
denyut nadi sama dengan kecepatan denyut jantung. Dalam keadaan istirahat denyut
jantung rata-rata 70-76 kali/menit. Denyut nadi dapat diraba dengan mudah pada setiap
arteri superfisial, bila arteri ditekan ketulang atau jaringan padat. Beberapa titik denyut
nadi pada permukaan tubuh yang mudah diraba adalah : arteri karotid pada sisi leher,
arteri temporal aterior telinga didaaerahpelipis, arteri brakhial pada fosa antekubital, arteri
radial pada sisi lateral permukaan pergelangan tangan pada pangkal ibu jari.
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
(diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada
umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung (Setjen, 2010). Denyutan
dinyatakan sebagai ekspresi dan dorongan balik arteri secara berganti-ganti. Ada 2 faktor
yang bertanggungjawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan. Pertama,
pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang
tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir teta dari
jantung ke aorta, tekanan akan tetap sehingga tidak ada denyutan. Faktor yang kedua,
elastisitas dari dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran
balik. Bila dinding tidak elastis maka tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam
sistol dan diastol ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan alirannya dan
mengembalikan aliran sehingga denyutpun tidak dapat dirasakan (Soewolo, 2003). Usia,
jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh juga mempengaruhi laju jantung sehingga
berpengaruh juga pada jumlah denyutan pada nadi. Bayi yang baru lahir mempunyai laju
jantung >120 denyut/menit, kemudian akan turun di usia anak-anak dan akan semakin
turun pada usia dewasa. Wanita umumnya sedikit lebih tinggi laju jantungnya daripada
pria (Soewolo, 2003).
C. Alat dan Bahan
Alat :
Stetoskop
Sphygmomanometer
Penggaris milimeter
Bahan :
Alkohol 70%
Kapas
D. Langkah Kerja
1. Mendengarkan Suara Jantung
Stetoskop
Membersihkannya dengan
Alkohol 70 %
Membiarkannya kering
Memasangnya dengan cara yang benar
Menempelkan pada ruang sela iga ke 5 di sebelah
kiri sternum dekat puting susu kiri
Bel stetoskop
Membersihkannya dengan
Alkohol 70 %
Membiarkannya kering
Memasangnya dengan cara yang benar
Menempelkan pada ruang sela iga ke 2 di sebelah
kanan sternum
Bel stetoskop
Hasil pengamtan
Subyek
Hasil pengamtan
3. Pengukuran Tekanan Darah
Subjek
Memasang sphygmomanometer pada lengan subjek
Memasang stetoskop pada lekukan lengan untuk mencari denyut nadi
Mengencangkan dengan memutar ke kanan bagian mur diujung balon
sphygmomanometer
Memompa balon sphygmomanometer sampai 140 mmHg
Menurunkan tekanan dengan memutar ke kiri bagian mur
Mendengarkan suara denyut jantung pertama yang terdengar sebagai systole
Mendengarkan suara denyut jantung yang hilang pertama kali sebagai diastole
Hasil Pengamatan
E. Data Pengamatan
1. Percobaan Nomor 1
a. Mendengarkan Suara Jantung
Ulangan ke- Jumlah Denyut per Menit
Laki- laki Perempuan
1 70 kali 88 kali
2 76 kali 87 kali
Rata-rata 73 kali 87,5 kali
Sedangkan denyut nadi pada perempuan yaitu 61 kali per menit, lebih banyak
dibandingkan denyut nadi yang dihitung pada subyek laki-laki. Hal sudah sesuai teori
yang mana frekuensi nadi yang normal pada orang dewasa adalah antara 60 – 90,
biasanya 70 – 75 serta pada anak-anak dan wanita frekuensi sedikit lebih cepat.
Pada percobaan ketiga dilakukan kecepatan denyut jantung dan denyut nadi dengan
cara menempelkan stetoskop pada bagian apeks pada saat yang sama menekan denyut
nadi dalam satu menit, pada percobaan ini dilakukan dua kali ulangan dengan dua subjek
berbeda, hasilnya pada laki-laki ulangan pertama kecepatan denyut jantungnya 61 kali
permenit dan kecepatan denyut nadinya 57 kali permenit. Pada ulangan kedua kecepatan
denyut jantungnya 64 kali permenit dan kecepatan denyut nadinya 66 kali permenit.
Hasil tersebut sudah sesuai teori yang menyebutkan makin jauh dari jantung denyutan
yang dirasakan makin menghilang karena intervalnya lebih lama. Yang berarti makin
jauh dari jantung maka denyutan yang dapat dirasakan praktikan akan berkurang.
Denyutan yang dirasakan dalam arteri radialis pada pergelangan tangan tidak serupa
dengan kontraksi ventrikel namun sedikit mengikuti setiap kontraksi ventrikel dengan
interval yang cukup besar (Soewolo, 2003). Pada perempuan ulangan pertama kecepatan
jantungnya 77 kali permenit dan kecepatan denyut nadinya 73 kali permenit, pada
ulangan kedua kecepatan denyut jantungnya 83 kali permenit dan kecepatan denyut
nadinya 50 kali permenit. Hasil ini juga sudah sesuai dengan teori yang mana
menyebutkan makin jauh dari jantung makan denyutan yang dapat dirasakan praktikan
akan berkurang.
Pada percobaan keempat yakni mengukur tekanan darah dengan sphygmomanometer,
pada awalnya menempelkan stetostokop pada nadi dibagian siku tangan kemudian
menggunakan sphygmomanometer menentukan sistol dan diastol denyut jantung
dibagian pergelangan siku dilakukan dua kali ulangan dengan dua subjek berbeda. Pada
laki-laki ulangan pertama sistoliknya 120 sedangkan diastoliknya 80 pada ulangan kedua
sistoliknya 120 sedangkan diastoliknya 70. Perbedaan antara tekanan sistol dan diastol
disebut tekanan denyutan yang rata-ratanya adlah 40 mmHg. Hasil pengukuran tekanan
darah tersebut suah sesuai teori bahwa tekanan darah normal adalah 120/ 80 mmHg
(Soewolo, 2003). Sedangkan pada perempuan ulangan pertama sistoliknya 110
sedangkan diastoliknya 70 pada ulangan kedua sistoliknya 110 dan diastoliknya 70. Hasil
tersebut tidak sesuai dengan teori bahwa tekanan darah normal adalah 120/ 80 mmHg
(Soewolo, 200). Hal ini menunjukkan bahwa subjek perempuan menderita penyakit
tekanan darah rendah atau hipotensi yang disebabkan lemahnya kekuatan kontraksi
ventrikel kiri dan kurangnya tahanan pembuluh darah.
G. Kesimpulan
1. Diastol adalah fase relaksasi atrium dan ventrikel. Hal ini terjadi setelah
repolarisasi berikutnya dari otot jantung. Sedangkan sistol adalah fase kontraksi
atrium dan ventrikel. Hal ini terjadi karena penyebaran perangsangan (eksitasi)
seberang jantung. Tindakan kontraksi atrium disebut sistol atrium, sedangkan
untuk kontraksi ventrikel disebut sistol ventrikel. Selama sistol atrium, darah pada
atrium dipaksa ke ventrikel melalui katup atrioventrikular. Kemudian, siklus
jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari denyutan
selanjutnya. Setiap siklus dimulai oleh pembentukan potensial aksi yang spontan
di nodus sinus.
2. Stetoskop merupakan alat untuk mendengarkan suara jantung, yang memberikan
informasi penting tentang kondisi jantung. Stetoskop tidak memperkeras suara,
tetapi hanya merupakan alat penghantar suara. Dengan stetoskop, dapat terdengar
bunyi jantung normal, yang biasanya dideskripsikan sebagai “lub, dub, lub, dub.”
Bunyi “lub” dikaitkan dengan penutupan katup atrioventrikulat (mitral dan
trikuspid) pada permulaan sistol, dan bunyi “dub” dikaitkan dengan penutupan
katup semilunar (aorta dan pulmonalis) pada akhir sistol. Bunyi “lub” disebut
suara jantung pertama (S1) dan bunyi “dub” disebut suara jantung kedua (S2),
karena siklus normal jantung dianggap dimulai pada permulaan sistol ketika
katup atrioventrikular menutup lebih jelasnya pada saat bunyi “lub”.
3. Panjang normal antara suara jantung kedua dengan suara jantung pertama
berikutnya kira-kira dua kali lebih lama daripada waktu antara suara jantung
pertama dan suara jantung kedua dalam siklus jantung. Secara normal, katup
mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidal. Sama dengan pada
katup mitral dan trikuspidal, pada katup semilunar juga terdapat desinkronisasi
penutupan katup. Katup semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi
keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari. Bila nafas ditarik pelan-
pelan dan dalam, maka pengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda sebab
pembuluh darah pulmonari tertekan oleh peningkatan tekanan intrapulmonari.
Penutupan katup tersebut kurang lebih selama 0,4 detik.
4. Tempat pada toraks yang mendengar suara jantung pertama dan kedua dengan
jelas disebelah kiri dinding toraks, dengan cara meletakkan jari tengah kiri pada
dinding kiri pada dinding toraks dan mengetuk dengan jari tengah tangan kanan.
5. Tekanan vena rata rata adalah 5,5 mmHg, sedangkan tekanan daah model pada
paktikum ini adalah 11,26 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rata rata orang
normal adalah 120/80 mmHg, dan tekanan arteri model pada praktikum ini adalah
128/90 mmHg.
H. Daftar Rujukan
Basoeki, S. dkk,. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. IMSTEP
JICA: Malang.
Gray, Huon H., Dawkinds, Keith D., Morgan, John M., dkk. 2005. Kardiologi. Jakarta
: Erlangga
Seeley, S. 2004. Anatomy And Physiology Sixth Edition. The Mc-Graw-Hill
Companis.
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Lampiran