Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring
dengan pertambahan penduduk yang pesat, membuat manusia semakin lupa
akan keadaaan kesehatannya. Banyak timbul kecelakaan dan penyakit dimana-
mana, salah satunya yaitu defek tulang tengkorak. Defek tulang tengkorak
dapat terjadi karena cacat bawaan maupun cedera kepala. Cedera kepala
menyebabkan kematian atau ketidakmampuan yang berat pada semua
tingkatan umur. Cedera kepala merupakan penyebab kedua defisit neurologis
dan penyebab kematian yang tinggi untuk umur 1 sampai 35 tahun. Kira-kira
77.000 orang meningkat setiap tahun akibat cedera kepala dan jumlah 50.000
yang lain sembuh dengan ketidakmampuan ringan sampai berat (Barbara C.
Long).Untuk mempemperbaiki struktur tulang tengkorak yang berubah di
perlukan tindakan cranioplasty.
Cranioplasty adalah prosedur bedah saraf yang dirancang untuk
memperbaiki atau membentuk kembali penyimpangan /ketidakseimbangan
dalam tengkorak. Untuk memperbaiki kecacatan/celah dalam tengkorak dapat
digunakan cangkok tulang dari tempat lain dari dalam tubuh pasien, atau
dengan bahan sintetis.
Dalam hal ini, pengetahuan mengenai cranioplasty sangat penting agar
dapat memberikan tindakan medis yang profesional dan komprehensif dalam
mengatasi dan mengobati pasien dengan defek tulang tengkorak, maka dari itu
penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Crranioplasty” sebagai
tugas ilmu bedah.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari cranioplasty
2. Untuk mengetahui tujuan dari cranioplasty
3. Untuk mengetahui anatomi dari tulang tengkorak
4. Untuk mengetahui indikasi dari cranioplasty

1
5. Untuk mengetahui kontraindikasi dari cranioplasty
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sebelum dari cranioplasty
7. Untuk mengetahui teknik dan material untuk cranioplasty
8. Untuk mengetahui teknik operasi dari cranioplasty

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Cranioplasty
Cranioplasty adalah prosedur bedah saraf yang dirancang untuk
memperbaiki atau membentuk kembali penyimpangan /ketidakseimbangan
dalam tengkorak. Untuk memperbaiki kecacatan/celah dalam tengkorak dapat
digunakan cangkok tulang dari tempat lain dari dalam tubuh pasien, atau
dengan bahan sintetis.
2.2 Anatomi Tulang Kepala
1.Gubah tengkorak yang terdiri atas tulang-tulang seperti :
a.Os frontal (tulang dahi)
b.Os parietal (tulang ubun-ubun)
c. Os Occipital (tulang kepala bagian belakang
2.Dasar tengkorak, yang terdiri dari tulang-tulang seperti :
a. Os Sfenoidalis (tulang baji), tulang yang terdapat ditengah-tengah dasar
tengkorak dan berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang sayap.
b. Os Ethimoidalis (tulang tapis), terletak disebelah depan dari os sfenoidal
diantara lekuk mata. Selain kedua tulang tersebut diatas dasar tengkorak
dibentuk pula oleh tulang-tulang lain seperti : tulang kepala belakang, tulang
dahi dan tulang pelipis.
3.Samping tengkorak, dibentuk oleh tulang-tulang seperti :
a. Tulang pelipis ( os Temporal )
b. Sebagian tulang dahi

3
c. Tulang ubun-ubun
d. Tulang baji.
*Os. Cranium tersusun atas:
1 tulang dahi (os.frontale)
2 tulang ubun-ubun (os.parietale)
1 tulang kepala belakang (os.occipitale)
2 tulang baji (os.sphenoidale)
2 tulang pelipis (os.temporale)
2 tulang tapis (os.ethmoidale)
*Sutura
Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang
bergerigi yang disebut sutura. Sutura-sutura tersebut adalah :
1) Sutura coronalis yang menghubungkan antara os frontal dan os
parietal.
2) Sutura sagitalis yang menghubungkan antara os parietal kiri dan
kanan.
3) Sutura lambdoidea/ lambdoidalis yang menghubungkan antara os
parietal dan os occipital.
*Bagian muka/wajah (os.splanchocranium)
2 tulang rahang atas (os.maxilla)
2 tulang rahang bawah (os.mandibula)
2 tulang pipi (os.zygomaticum)
2 tulang langit-langit (os.pallatum)
2 tulang hidung (os.nasale)
2 tulang mata (os.laximale)
1 tulang lidah (os.hyoideum)
2 tulang air mata (os.lacrimale)
2 tulang rongga mata (os.orbitale)

4. Tengkorak wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak otak.
Didalam tengkorak wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk rongga
mulut (cavum oris), dan rongga hidung (cavum nasi) dan rongga mata

4
(orbita). Tengkorak wajah dibagi atas dua bagian:
- Bagian hidung terdiri atas :
1) Os Lacrimal (tulang mata) letaknya disebelah kiri/kanan pangkal hidung di
sudut
mata.
2) Os Nasal (tulang hidung) yang membentuk batang hidung sebelah atas
3) Os Konka nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung
danj
bentuknya berlipat-lipat.
Septum nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari tulang tapis yang
tegak
- Bagian rahang terdiri atas tulang-tulang seperti :
1) Os Maksilaris (tulang rahang atas)
2) Os Zigomaticum, tulangpipi yang terdiri dari dua tulang kiri dan kanan.
3) Os Palatum atau tulang langit-langit, terdiri dari dua dua bua tulang kiri
dan kanan
4) Os Mandibularis atau tulang rahang bawah , terdiri dari dua bagian yaitu
bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu di pertengahan dagu. Dibagian
depan dari mandibula terdapat processus coracoid tempat melekatnya otot

2.3 Tujuan Cranioplasty


Tujuan Cranioplasty adalah beberapa macam, yaitu:
1. Kosmetik: akibat terdapat lubang di kepala yang mengganggu penampilan
2. Protection : untuk melindungi otak yang terekspose sehingga mengurangi
kerusakan berlanjut pada bagian otak tersebut
3. Mengurangi nyeri kepala: nyeri kepala dapat timbul jika tulang tengkorak
yang telah diangkat tidak digantikan dengan tulang yang baru
4. Fungsi neurologis otak membaik

2.4 Indikasi Cranioplasty


Beberapa indikasi dalam melakukan tindakan cranioplasty adalah:
a. Premature closing dari sutura / craniosynostosis

5
b. Tengkorak yang tidak berkembang
c. Faktor genetik yang mengakibatkan cacat dari lahir
d. Trauma kepala
e. Cacat tengkorak lain yang mengakibatkan lubang/ daerah sensitif pada otak
f. Kelainan tengkorak yang tidak diketahui penyebabnya yang dapat
memengaruhi penampilan (kosmetik)
Cranioplasty umumnya dilakukan pada pasien yang mengalami cedera
traumatis. Pada semua kelompok umur, pengangkatan tumor atau
craniectomies decompresif adalah penyebab cacat tengkorak yang paling
sering terjadi.

2.5 Kontraindikasi Cranioplasty


Terdapat beberapa kondisi yang tidak diperbolehkan melakukan
cranioplasty pada pasien, yaitu hidrosepalus, infeksi pada otak, dan
pembengkakan pada otak.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi:
1. Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya,
ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak,
hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada
iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
2. Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di
potongan lain.
3. Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
4. Angiografy Serebral

6
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak
akibat edema, perdarahan trauma
5. Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur
dari garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang
6. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan
batang otak
7. Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak
8. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subarakhnoid
9. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK
10. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan
dalam meningkatkan TIK/perubahan mental
11. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung
jawab terhadap penurunan kesadaran
12. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

2.7 Teknik dan Material pada Cranioplasty


Beberapa materian yang berbeda dapat digunakan pada tindakan
cranioplasty. Secara idealnya, material yang digunakan untuk cranioplasty harus
meliputi:
a. Ukuran harus sesuai dengan kerusakan pada tengkorak sehingga dapat
menutupi kerusakan dengan sempurna
b. Radiolucency
c. Tahan terhadap infeksi
d. Tidak berdilatasi saat terkena panas
e. Mudah dibentuk dan menyesuaikan defek
f. Tidak mahal dan mudah digunakan

7
Secara umum graft pengganti tulang berdasarkan asalnya dikategorikan
sebagai berikut:
a. Autograft
Autograft adalah graft yang berasal dari donor tubuh sendiri yang
hanya dipindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Secara fisiologis
autograft memiliki keunggulan karena meminimalkan penolakan tubuh
dengan sistem imun karena tulang berasal dari tubuh pasien sendiri.
Kekurangannya adalah jumlahnya terbatas, sulit mengambil material
graftnya, meningkatkan resiko infeksi karena terdapat insisi untuk
mengambil graft, dan meningkatkan resiko kehilangan darah.
Beberapa bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai pengganti
tulang tengkorak antara lain adalah cranium, tibia, tulang rusuk,
fasia(hanya dapat dilakukan untuk menutupi defek dan berukuran kecil),
sternum, dan ileum.
b. Allograft
Allograft adalah jaringan yang ditransplantasi dari seseorang
kepada orang lain dalam spesies yang sama. Walaupun allograft memiliki
kemampuan menginduksi regenerasi tulang, bahan ini dapat merugikan
serta mengaktifkan respon penolakan hostpes, kecuali dengan cara di
prosees secara khusus yaitu dengan mengambil tulang dari cadaver dan
disterilkan untuk mencegah penularan penyakit.
Keuntungannya adalah pasien tidak perlu mengalami luka bedah
tambahan untuk pengambilan donor, sementara potensi perbaikan
tulangnya hampir sama.
c. Xenograft
Xenograft merupakan bahan yang diambil dari spesies yang
berbeda, biasanya berasal dari lembu/babi.

2.8 Teknik Bedah Cranioplasty


- Instrumen
Beberapa insstrumen yang perlu dipersiapkan saat melakukan cranioplasty
adalah:

8
a. Meja Mayo
i. Duk klem :4
ii. Desinfeksi klem :1
iii. Pinset Cirugis tanggung : 2
iv. Pinset anatomis tanggung :2
v. Guntik metzenboum :1
vi. Gunting kasar :1
vii. Hanvatmess no.3/4 : 1/1
viii. Needle holder :2
ix. Gunting benang :1
x. Pean manis :1
xi. Dendi klem :6
xii. Mosquito klem bengkok :3
xiii. Koker bengkok tanggung : 2
xiv. Spring hack :1
xv. Knabel tang :1
xvi. Hak gigi tajam :2
xvii. Langen beck :2
xviii. Desektor :1
xix. Raspatorium kecil :1
xx. Raspatorium besar :1
xxi. Kanul suction :1
xxii. Kikir tulang :1
b. Meja Instrument
i. Duk besar :3
ii. Duk sedang :4
iii. Duk kecil :6
iv. Sarung meja mayo :1
v. Handuk :5
vi. Schort :5
vii. Bengkok :1
viii. Kom :1

9
ix. Couter monopolar :1
x. Couter bipolar :1
xi. Bor (mata bor+tangkai) : 1 set
xii. Plate +screw + screw driver : 1 set
b. Persiapan Bahan Habis Pakai
a. Handscoon sesuai ukuran secukupnya
b. Kassa kecil : 40
c. Deppers : 10
d. Under ped on steril/steril : 1/1
e. Mess no.15 dan 22 : 1/1
f. Cairan BS 0,9% : 1 lt
g. Spuit 10 cc :2
h. Larutan adrenalin danlidocain HCl, pertama oplos 1 ampul adrenalin
dengan NS 9 cc dalam spuit 10 cc, kemudian sisakan hanya 1 cc saja,
kemudian tambahkan dengan 2 ampul lidocain HCl dan dioplos dengan
NS menjadi 20 cc.
i. Opsite besar :2
j. Betadine 10% secukupnya
k. Alcohol 70% secukupnya
l. Redon drain :1
m. Vicryl 2-0/3-0 : 1/1
n. Premiline 2-0 :1
o. Prolene 3-0 :4
p. Bone semen/akrilik : 1 paket
q. Sufratule :1
r. Hipafix secukupnya

- Teknik Operasi
1. Sign in,
Dilakukan di ruang premidikasi, dihadiri oleh semua tim operasi, yang
meliputi:

10
a. Apakah pasien telah dikonfirmasikan identitas, area operasi, tindakan
operasi dan lembar persetujuan?
b. Apakah area operasi telah ditandai?
c. Apakah mesin anestesi dan obat-obatan telah diperiksa kesiapannya?
d. Apakah pulse oksimeter pada pasien telah berfungsi baik?
e. Apakah pasien mempunyai riwayat alergi?
f. Apakah ada penyulit airway atau resiko aspirasi?
g. Apakah ada resiko kehilangan darah >500 ml atau 7cc/kgBB (anak)?
2. Bantu memindahkan pasien ke ruang operasi dan langsung ke meja
operasi, kemudian memasangkan under pad on sterile di bawah kepala
pasien.
3. Pasien dilakukan general anesthesia oleh petugas anesthesia, kemudian
pasien diposisikan supine dengan posisi kepala ekstensi, bahu diganjal
dnegan bantal, kemudian kepala sedikit diposisikan miring ke kiri, lalu
kepala difiksasi dengan bantal cincin. Kemudian perawat sirkuler
memasang folley catheter No. 16 (jika belum terpasang).
4. Instrumentator melakukan surgical scrubing, gowning dan gloving serta
membantu memakaikan baju operasi dan handscoen kepada operator dan
asisten.
5. Instrumentator memberikan desinfeksi klem dan cucing kepada operator
untuk desinfeksi area operasi dengan urutan sebagai berikut:
a. Desinfeksi pertama denga alcohol 70%.
b. Desinfeksi kedua dengan povidone iodine 10% kemudian
dibersihkan dengan kassa kering.
6. Melakukan drapping:
a. Berikan (2) doek kecil lapis dan underpad steril yang sudah disusun
kepada operator dan di drapping pada bawah kepala dan lapis
pertama di tutupkan pada atas kepala dan di fiksasi dengan doek
klem.
b. Berikan (2) doek kecil kepada operator untuk drapping bagian
samping kiri dan samping kanan.

11
c. Berikan (1) doek kecil kepada operator untuk drapping bagian bawah
kepala.
d. Berikan (1) doek sedang kepada operator untuk drapping bagian
ekstremitas bawah yang belum tertutupi.
e. Berikan (1) doek besar untuk drapping melingkar.
f. Berikan (1) doek besar untuk drapping sampiran.
7. Dekatkan meja instrument dan meja mayo, kemudian pasang selang
suction dan couter bipolar dan monopolar lalu difiksasi dnegan doek
klem.
8. Pasang opsite pada daerah operasi.
9. Time out, dibacakan oleh perawat sirkuler yang meliputi:
a. Konfirmasi bahwa semua tim operasi telah memperkenalkan nama
dan tugas masing-masing.
b. Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan
dioperasi.
c. Apakah antibiotic propilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit
sebelum operasi.
d. Antisipasi kejadian kritis bagi operator, anestesi dan instrument.
e. Apakah diperlukan instrumentasi radiologi?
f. Operator untuk memimpin doa sebelum insisi dimulai.
10. Injeksi dengan 10 cc yang berisi oplosan adrenalin dan lidocain HCl pada
operator untuk infiltrasi pada daerah operasi dan ditunggu ± 2 menit,
asisten beri mosquito dan kassa kering untuk rawat perdarahan.
11. Gunakan Mess 1 No.22 untuk insisi sampai fasia.
12. Gunakan Mess 2 No. 15 untuk insisi fasia sampai tulang, rawat
perdarahan dengan kassa dan suction darah yang menggenang.
13. Gunakan 6 dendi klem untuk memegang pinggir dari kulit kepala yang
diinsisi.
14. Asisten menggunakan hak tajam untuk melebarkan daerah operasi.
15. Insisi diperlebar dengan mess 2 dan rawat perdarahan dengan couter
bipolar sambil spolling dengan NS.

12
16. Operator menggunakan kassa basah pada untuk membungkus kulit
kepala yang sudah diinsisi kemudian gantung dengan proing hack dan
ujungnya di klem dengan doek klem.
17. Tulang cranium sudah terbuka, lalu tutup dengan kassa basah.
18. Apabila di lakukan rekontrukasi bone graft, Instrument menyiapkan bone
semen dengan mengaduk semen dicampur dengan cairan khusus untuk
bone semen secukupnya sebagai pengganti tulang cranium yang lepas.
Aduk sampai benar-benar tercampur merata lalu dengan cepat tempelkan
ke cranium yang lepas untuk rekontruksi bentuk cranium.
19. Sebelum bone semen mengeras buat 2 lubang di tengah-tengah bone
semen menggunakan mosquito dengan jarang ±2 sm diantara kedua
lubang tersebut untuk fiksasi dengan benang vicryl 3-0.
20. Setelah bentuk bone semen terbentuk sesuai dengan yang diinginkan, lalu
rapikan dengan knable tang dan kikir tulang.
21. Kemudian bone semen dipasangkan plate beserta screwnya pada 4 posisi.
22. Pasangkan kembali bone semen di area yang akan dilakukan cranioplasty
lalu operator memfiksasi dengan vicryl 3-0.
23. Setelah selesai difiksasi lalu pasangkan screw pada lubang plate yang
sebelahnya untuk direkatkan pada tulang cranial.
24. Setelah semua terpasang, cek kembali ada nya perdarahan, jika ada rawat
perdarahan dengan cuter bipolar atau monopolar.
25. Cuci dengan NS sampai bersih.
26. Pasang redon drain, lubangi daerah yang akan dipasang drain dengan
mosquito, kemudian fiksasi drain dengan premiline 2-0.
27. Jahit lapis demi lapis dan lepaskan spring haak.
28. Jahit ascia dengan benang vicryl 2-0.
29. Jahit kulit dengan benang prolene 3-0.
30. Sign out, dibacakan oleh perawat sirkuler yang meliputi:
a. Jenis tindakan.
b. Kecocokan jumlah instrument, kassa jarum sebelum dan sesudah
operasi.

13
c. Label pada spesimen (membacakan identitas pasien, jenis spesimen,
register, ruangan yang tertera pada label).
d. Apakah ada permasalahan pada alat-alat yang digunakan.
e. Instrument, anestesi dan operator : apa yang menjadi perhatian khusus
pada masa pemulihan (recovery).
31. Bersihkan luka dengan kassa basah kemudian kassa kering.
32. Lepaskan opsite yang melekat di kepala pasien.
33. Tutup luka dengan sufratule dan kassa, kemudian diplester dengan
hipafix.
34. Rapikan pasien, alat dihitung kelengkapannya.
35. Mencuci alat dan packing kembali.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cranioplasty adalah prosedur bedah saraf yang dirancang untuk memperbaiki
atau membentuk kembali penyimpangan /ketidakseimbangan dalam tengkorak.
Untuk memperbaiki kecacatan/celah dalam tengkorak dapat digunakan cangkok
tulang dari tempat lain dari dalam tubuh pasien, atau dengan bahan sintetis.
Dalam melakukan cranioplasty, tim operasi perlu memahami mengenai anatomi
tulang tengkorak.
Cranioplasty berfungsi sebagai kosmetik, peningkatan fungsi neurologis, dan
untuk menurunkan nyeri kepala. Cranioplasty dilakukan pada pasien dengan
kondisi premature closing dari sutura / craniosynostosis, tengkorak yang tidak
berkembang, faktor genetik yang mengakibatkan cacat dari lahir, trauma kepala,
cacat tengkorak lain yang mengakibatkan lubang/ daerah sensitif pada otak, dan
kelainan tengkorak yang tidak diketahui penyebabnya yang dapat memengaruhi
penampilan (kosmetik). Bone graft untuk cranioplasty ada 3 macam, yaitu
autograft, allograft, dan xenograft. Cranioplasty dilakukan sesuai dengan teknik
operasi yang benar, sampai bone graft dapat diletakkan sesuai dengan defek pada
tulang tengkorak.

15
Daftar Pustaka

Aatman, M. S., Jung, H., Skirboll, S. 2014. "Materials Used in Cranioplasty: A


History and Analysis." Neurosurgery Vol. 36 /No. 4 E19.
Abuzayed, dkk. 2009. "Reconstruction of Growing Skull Fracture with In Situ
Galeal Graft.
Bowers, dkk. 2013. "Risk Factors and Rates of Bone Flap Resorption in Pediatric
Patients After Decompressive Craniectomy for Traumatic Brain Injury.
Clinical Article." J Neurosurg Pediatr. 11:526–532.
Gasser, B. 2000. "About Composite Materials and Their Use in Bone Surgery."
Injury Vol.31 Suppl. No. 4 S48-S53.
Gladstone, dkk. 2009. "Implants for
Cranioplasty." Otolaryngol Clin North Am 28:381-400.

16

Anda mungkin juga menyukai