Anda di halaman 1dari 5

Definisi Retardasi Mental Ringan

Retardasi mental ringan adalah individu yang masih mempunyai kemungkinan


memperoleh pendidikan akademis sampai kelas dasar empat atau lima dan dapat mempelajari
keterampilan sederhana. Anak retardasi mental ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak
jauh berbeda dengan anak normal tetapi motoriknya lebih rendah dibanding anak normal
(Mumpuniarti, 2007).
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (American Psychiatric
Assosiation, Washington, 1994) dalam penelitian Fadlilah (2008) menjelaskan individu dengan
retardasi mental ringan ini secara kasar setara dengan kelompok retardasi yang dapat dididik
(educable). IQ berkisar 50-55 sampai sekitar 70. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) mereka dapat
mengembangkan kecakapan sosial dan komunikatif, mempunyai sedikit hendaya dalam bidang
sensorimotor dan sering tidak dapat dibedakan dari anak yang tanpa retardasi mental, sampai
pada usia yang lebih lanjut. Pada anak usia remaja, mereka dapat memperoleh kecakapan
akademik sampai setara kira-kira tingkat enam (kelas 6 SD). Sewaktu masa dewasa, mereka
biasanya dapat menguasai kecakapan sosial dan vokasional, bimbingan dan pertolongan,
terutama bila mengalami tekanan sosial atau tekanan ekonomi.

Penyebab Retardasi Mental Ringan


Menurut Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30% dari
anak-anak yang cacat mental serius disebabkan oleh ketidaknormalan genetik, seperti down
syndrom, 25% disebabkan oleh cerebrum palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan masalah
prenatal sedangkan 15% sisanya belum dapat ditemukan (Muhammad, 2008). Anak yang
mengalami retardasi mental dapat disebabkan beberapa faktor diantara faktor genetik atau juga
kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gizi atau
penyakit pada ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga faktor setelah lahir dimana
dapat terjadi kerusakan otak apabila terjadi infeksi seperti terjadi meningitis, ensefalitis, dan lain-
lain (Hidayat, 2005).
Retardasi mental disebabkan karena faktor keturunan (retardasi mental genetik), dan
mungkin juga tidak diketahui (retardasi mental simplex). Kedua-duanya ini dinamakan juga
retardasi mental primer. Retardasi mental sekunder disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi otak mungkin pada waktu prenatal, perinatal atau postnatal (Maramis, 1994).
Lebih lanjut dalam Maramis, 1994 dikemukankan bahwa penyebab retardasi mental sebagai
berikut :
A. Akibat infeksi dan atau intoxikasi
Yaitu retardasi mental yang disebabkan oleh kerusakan jaringan otak akibat infeksi
intraktrand karena serum, obat atau zat tosik lainnya.
B. Akibat rupadaksa dan atau sebab fisik lainnya
Rupadaksa sebelum lahir serta trauma seperti sinar X, bahan kontrasepsi dan usaha
melakukan abortus dapat menyebabkan kelainan retardasi mental.
C. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Pada kasus gangguan gizi berat dan berlangsung lama sebelum usia individu empat tahun
sangat mempengaruhi perkembangan otak yang dapat menyebabkan kelainan retardasi
mental.
D. Akibat penyakit otak yang nyata (post natal)
Hal ini dapat dikarenakan neoplasma (tidak termasuk tumbuhan sekunder karena
rudapaksa atau keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi belum
diketahui etiologinya (diduga hereditas/familial)
E. Akibat penyakit dan atau pengaruh prenatal yang tidak jelas
Keadaan ini biasanya sudah ada sejak sebelum lahir, namu tidak diketahui secara jelas
etiologinya.
F. Akibat kelainan kromosom
Terjadi kelainan kromosom dalam jumlah ataupun bentuknya.
G. Akibat prematurasi
Keadaan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, panjang kurang atau
sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari pada badannya, kulit tipis
transparan. Rambut biasanya tipis. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga
elastisitas daun telinga masih kurang. Kondisi ini menunjukkan bahwa organ-organ tubuh
pada bayi premature belum terbentuk secara sempurna sehingga keadaan bayi seperti ini
dapat mengalami retardasi mental.
H. Akibat gangguan jiwa yang berat
Gangguan jiwa yang terjadi ketika masa kanak-kanak
I. Akibat deprivasi psikososial
Akibat faktor-faktor biomedik atau sosio budaya (uang berhubungan dengan deprivasi
sosial dan penyesuaian diri).

Ciri-ciri Anak dengan Retardasi Mental Ringan


Menurut klasifikasi retardasi mental berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ-III) yang diterbitkan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes
RI tahun 1993 tercantum pada F70 sampai dengan F79, dengan penjabaran, retardasi mental
ringan bila menggunakan tes IQ dengan baku yang tepat, angka IQ berkisaran antara 50 sampai
69. Ciri anak retardasi mental ringan ini dalam pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung
terlambat pada berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa, akan tetapi mayoritas penderita
retardasi mental ringan dapat mencapai kemampuan berbicara dalam kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan juga mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis
dan ketrampilan rumah tangga, walau perkembangannya agak lambat dari anak normal. Secara
umum anak retardasi mental ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Karakteristik fisik anak tunagrahita ringan nampak seperti anak normal, hanya sedikit
mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotorik.

b. Karakteristik psikis anak tunagrahita ringan meliputi: kemampuan berpikir rendah,


perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan untuk mengerjakan tugas-
tugas yang melibatkan fungsi mental dan intelektualnya, kurang memiliki
perbendaharaan kata, serta kurang mampu berpikir abstrak.

c. Karakteristik sosial anak tunagrahita ringan yaitu mampu bergaul, menyesuaikan diri
dilingkungan yang tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri
dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya
secara penuh sebagai orang dewasa.

Penanganan Retardasi Mental Ringan


Menurut jevuska (2010), latihan dan pendidikan yang diberikan kepada anak retardasi mental
yaitu:
a. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada

b. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial

c. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak

Latihan anak-anak ini lebih sulit dari pada anak-anak biasa karena perhatian mereka mudah
sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus diusahakan untuk mengikat perhatian mereka
dengan merangsang panca indera, misalnya dengan alat permainan yang berwarna atau yang
berbunyi, dan semuanya harus konkrit, artinya dapat dilihat, didengar dan diraba. Prinsip-prinsip
ini yang mula - mula dipakai oleh Fiabel dan Pestalozzi, sehingga sekarang masih digunakan
ditaman kanak-kanak (Judarwanto, 2009). Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :
a. Latihan rumah, yaitu pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri,
kebersihan badan.

b. Latihan sekolah, yaitu penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.

c. Latihan teknis, yaitu berikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial.

d. Latihan moral, yaitu sejak kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang
tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan
hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.

Pencegahan Retardasi Mental Ringan


Secara umum menurut Judarwanto (2009) pencegahan anak retardasi mental yaitu:
a. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya
perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita
adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-
anak).
b. Pencegahan sekunder
Yang meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
c. Pencegahan tersier
Yang meliputi pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah
berkebutuhan khusus. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan
tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai
anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh
karena itu dapat diberikan penjelasan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat
membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat
(metabolisme) sel-sel otak.
Yang meliputi pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di sekolah
berkebutuhan khusus. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan
tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai
anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh
karena itu dapat diberikan penjelasan bahwa sampai sekarang

Anda mungkin juga menyukai