BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pabrik besi siku yang berada didalam satu gedung dengan pabrik besi beton,
pembangunannya selesai pada bulan Juli 1977. Dengan selesainya pabrik besi siku tersebut,
maka seluruh pembangunan pabrik baja yang mulanya merupakan proyek bantuan Rusia
sudah dapat diselesaikan.
1. Tahun 1956
Munculnya gagasan perlunya industri baja di Indonesia yang dikemukakan oleh Chaerul
Saleh, Menteri Perindustrian & Pertambangan serta Ir. H. Juanda, Dirjen Biro Perancangan
Negara (menjadi Perdana Menteri RI pada tahun 1958). Persetujuan pokok kerjasama dalam
lapangan ekonomi dan teknik antara Republik Indonesia dengan Uni Repblik Sovyet Sosialis
tanggal 15 September 1956.
Pembentukan tim proyek besi baja, dikepalai oleh Drs. Soejipto, dibantu oleh Ir. A.
Sayoeti, Ir. Tan Boen Liam, dan RJK Wiriasoeganda. Penelitian sumber biji besi di
Bayah/Ujung Kulon Banten serta Lanpung dibantu ahli dari Belanda, yaitu Ir. Binghorst.
2. Tahun 1959
Penelitian lokasi pendirian pabrik Besi Baja dilakukan terhadap dua Provinsi dan dibantu
tim ahli dari Rusia.
Hasil survei menyatakan bahwa Cilegon dan Probolinggo yang memenuhi syarat diatas.
Bahan baku 70% scrub dan 30% pig iron dari Lampung
Air dari daerah Cidanau (Cinangka)
Adanya pelabuhan Merak
3. Tahun 1962
Peletakkan batu pertama atau peresmian pembangunan proyek besi baja TRIKORA
Cilegon di area 616 Ha pada tanggal 20 Mei 1962 dan berdasarkan ketetapan MPRS No.
2/1960 proyek diharuskan selesai sebelum tahun 1968.
4. Tahun 1967
Berubahnya proyek besi baja Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan intruksi Presiden Republik Iindonesia No.17 tanggal 28 Desember 1967.
5. Tahun 1970
PT. Krakatau Steel resmi berdiri berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia
No. 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk
pendirian perusahaan perseroan PT. Krakatau Steel, dengan maksud dan tujuan untuk
menyelenggarakan penyelesaian pembangunan proyek baja TRIKORA serta
mengembangkan industri baja dalam arti luas.
Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan akte notaris Tan Thong Kie No, 34 tanggal
23 Oktober 1971 di Jakarta dan diperbaiki dengan naskah No. 25 tanggal 29 Desember 1971.
7. Tahun 1973-1974
PT. Krakatau Steel dengan bantuan keuangan dari PERTAMINA telah memutuskan
memperluas kapasitas produksi agar membuat billet sendiri, bahkan bisa membuat slab dan
baja lembaran panas. Namun rencana ini tidak dapat berjalan dengan semestinya karena
PERTAMINA sendiri mengalami masalah keuangan.
8. Tahun 1977
Peresmian pabrik besi beton, pabrik besi profil dan pelabuhan khusus Cigading PT.
Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto tanggal 27 Juli 1977.
9. Tahun 1979
Peresmian pabrik besi spons model Hylsa (50%), pabrik billet baja (Electric Arc Furnace)
atau dapur Thomas Wire Rood, PLTU 400 MW, dan pusat penjernihan air (kapasitas 2000
Liter per detik)PT. KS serta KHI Pipe oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.
Peresmian pabrik slab baja (EAF), Hot Strip Mill dan pabrik besi spons unit dua PT. KS
oleh Presiden Soeharto tanggal 24 Februari 1982.
Expor perdana pabrik baja PT. KS ke beberapa negara seperti Jepang, Inggris, Amerika,
India, China, Timur Tengah, Korea, dan negara-negara ASEAN.
PT. Krakatau Steel dan 9 BUMN strategis lain (PT. Boma Bisma Indra, PT. Dahana,
PT.INKA, PT. INTI, PT. IPTN, PT. LEN, PT. Barata Indonesia, PT. Pindad, dan PT. PAL)
berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 tanggal 28 Agustus 1989.
Peletakkan batu pertama perluasan dan modernisasi PT. KS oleh Menteri Pemuda
Perindustrian atau Dirut PT. KS, Ir. Tungky Ariwibowo tanggal 10 Nopember 1990, dengan
sasaan: Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta ton per tahun,
peningkatan kualitas dan peragaman jenis baja dan efisiensi produksi.
Penggabungan usaha (Merger) PT. Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT. CRMIU) dan
PT. Krakatau Baja Permata (PT. KBP) menjadi unit operasi PT. Krakatau Steel tanggal 1
Oktober 1991, CRM didirikan 19 Februari 1983 dan diresmikan tahun 1987.
Peresmian perluasan PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto tanggal 18 Februari
1993, meliputi: Modernisasi dan perluasan HSM dari 1,2 juta ton menjadi 2 juta ton per
tahun. Peningkatan kualitas dan efisiensi HSM. Perluasan pelabuhan pellet biji besi dari
kapasitas pembongkaran 3 juta ton menjadi 6 juta ton per tahun.
Penyelesaian proyek perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel oleh Menteri Pemuda
Perindustrian Republik Indonesia atau komisaris utama PT. Krakatau Steel, Ir. Tungky
Ariwibowo, bertepatan dengan HUT ke-25 PT. KS tanggal 31 Agustus 1995. Pabrik yang
mengalami proyek perluasan tersebut yaitu Pabrik Besi Spons-HYL III.
PT. Krakatau Steel memisahkan unit-unit otonom (unit penunjang) menjadi anak
perusahaan, yang meliputi:
PT. Krakatau Steel mendapat sertifikat ISO14001 pada bulan April 1997
PT. Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT. Pakarya Industri (Persero) tanggal 10
Agustus 1998 berdasarkan PP No. 35/1998.
PT. Pakarya Industri (Persero) berubah nama menjadi PT. Bahana Pakarya Industri
Strategis (BPIS) dengan total aset Rp 16 Triliun. Neuro Furnace Controller (NFC), yang
merupakan sistem pengendali sistem pengendali elektroda terpadu berbasis jaringan saraf
tiruan, mulai diterapkan pada operasi rutin Electric Arc Furnace (EAF), pabrik SSP II PT.
KS. NFG adalah hasil karya inovasi tenaga-tenaga PT. KS dengan LSDE-BPPT, dan telah
dipatenkan dengan nomor P990187 serta meraih ASEAN ENGINEERING AWARDS (24-
102001).
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Integrity
Reliable
Mencerminkan kesiapan, kecepatan, dan tanggap dalam merespon komitmen, dan janji,
dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan
pelanggan.
Reformer
Primary
HYL-I OP.Rate 500.000 mtpy Reduction
Secondary
Teknologi Hylsa (Mexico) Reduction
Reformer
(Rekondisi ex.
HYL-I)
HYL-
III Kapasitas Desain 1.500.000 mtpy Heat Recuparator
Secara umum Pabrik Besi Spons dibagi menjadi tiga area utama, yaitu:
1. Area Proses Reformasi.
2. Area Proses Reduksi.
3. Area Sistem Penunjang.
Proses Reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan steam yang terjadi di dalam
pipa–pipa katalis di reformer. Sedangkan proses reduksi adalah proses reaksi bijih besi dan gas
proses yang terjadi di dalam reaktor. Selain itu, Pabrik Besi Spons juga memiliki beberapa sistem
penunjang proses produksi sebagai berikut:
1. CO2 absorption system.
2. Process Cooling Water System.
3. Equipment Cooling Water System.
4. Steam System.
5. Inert Gas System.
6. Instrument Air System.
Pabrik BSP mempunyai empat buah dapur listrik dengan kapasitas mesin 65 ton per
cetak atau Billet Continuous Caster. Kapasitas pabrik BSP adalah 700.000 ton/tahun. Pabrik
ini menggunakan sumber radioaktif untuk mengukur level dari baja cair.
Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi dalam dua macam :
1. Ukuran 100 x 100 mm, 110 x 110 mm, 120 x 120 mm, 130 x 130 mm.
2. Standar panjangnya adalah 6 m, 10 m, dan 12 m.
Hasil dari produk ini dipakai untuk bahan baku wire rod bar dan section mill. Pabrik
Billet Baja memiliki fasilitas utama sebagai berikut:
Diameter 100-130 mm
2. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle furnace adalah:
Pabrik baja slab memproduksi lembaran baja yang bahan baku utamanya adalah besi
spons dan scrap ditambah dengan batu kapur, serta dicampur dengan unsur-unsur lain seperti
C, Fe, dan Si. Pabrik ini juga memanfaatkan peleburan ulang baja-baja reject (rusak) dari
pabrik-pabrik lain seperti HSM, CRM, dan WRM. Komposisi kimia dari baja didaur ulang
sesuai permintaan konsumen. Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200
mm, lebar 950 – 2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat maksimum 30
ton. Baja yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja ultra low carbon dengan kandungan
gas terlarut (hidrogen dan nitrogen) relatif rendah. Hasil produksi SSP ini kemudian dikirim
ke HSM.
Teknologi Tundish
Scarfer
Mould
Vacuum degassing
Electric Arc Furnace menghasilkan baja cair dari bahan baku berupa besi spons (sponge
iron), iron scrap dan kapur (lime) untuk mengontrol kandungan fosfor dan sulfur.
3. RH-Vacuum Degassing
RH-degasser diperlukan untuk memenuhi permintaan produk baja high-grade dari konsumen.
1. Dua buah dapur pemanas dengan kapasitas 300 ton/jam dengan bahan bakar
gas alam, solar dan residu untuk memanskan slab.
2. Sebuah sizing press yang digunakan untuk mengatur lebar.
3. Sebuah roughing yang dilengkapi flange edgerroll dan water descaler dengan
tekanan air 180 bar.
4. Sebuah pemotong kepala dan ekor (slab cropshear).
5. Enam buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur pengontrol lebar,
panjang, tebal, dan temperatur strip secara otomatis
6. Dua buah measuring house.
Pabrik ini memanfaatkan sumber radioaktif untuk mengukur ketebalan dan profil strip
untuk mengatur posisi slab dalam furnace. Selain itu juga, pabrik ini menghasilkan strip
dengan ketebalan 2 mm sampai dengan 25 mm, lebar 500 mm sampai 2080 mm.
CD Shear
Chopping Shear
10 Finishing Stand
Side Looper
Qwater Box
Steimor Conveyor
Mandrel
Transfer Car
Compactor
2. Direktorat Produksi
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan di
bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi, metalurgi, dan koordinasi
produksi.
4. Direktorat Keuangan
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan di
bidang keuangan.
5. Direktorat Pemasaran
Bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan di bidang
pemasaran produk.