Anda di halaman 1dari 167

i

PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS KARYA ILMIAH
SISWA KELAS II-5 SMA NEGERI 12 SEMARANG
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
ELEMEN INKUIRI

SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Nama : Wahyu Lestari
NIM : 2101401005
Program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005

i
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi.

Semarang, 10 Agustus 2005

Pembimbing I, Pembimbing II,

Tommi Yuniawan,S.Pd.,M.Hum. Drs. Wagiran, M.Hum.


NIP 132238498 NIP 132050001

ii
iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Semarang

pada hari : Selasa,

tanggal : 30 Agustus 2005

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Rustono Drs. Agus Yuwono, M.Si.


NIP 131281222 NIP 132049997

Penguji I

Dra. Mimi Mulyani, M.Hum.


NIP 131863779

Penguji II Penguji III

Drs. Wagiran, M.Hum. Tommi Yuniawan, S.Pd., M.Hum.


NIP 132050001 NIP 132238498

SARI

iii
iv

Lestari, Wahyu. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Siswa


Kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang dengan Pendekatan Kontekstual
Elemen Inkuiri. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Tommi
Yuniawan, S.Pd., M.Hum., Pembimbing II : Drs. Wagiran, M.Hum.
kata kunci : karya ilmiah, life skill, pendekatan kontekstual, inkuiri

Keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12


Semarang rendah dan perlu ditingkatkan. Faktor yang mempengaruhi rendahnya
keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 adalah kurangnya minat
terhadap keterampilan menulis dan proses pembelajaran keterampilan menulis
yang masih klasikal, sehingga siswa kurang berminat terhadap pembelajaran
keterampilan menulis. Pendekatan kontekstual elemen inkuiri adalah pendekatan
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar mandiri, menemukan
pengetahuan baru secara mandiri dan kreatif, sehingga siswa tidak hanya
dikenalkan dengan teori, tetapi dikenalkan langsung pada konteksnya.
Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang dapat memberikan bekal life skill
siswa yang meliputi personal skill, social skill, dan academic skill agar siswa
mempunyai keahlian dalam bidang tertentu sehingga dapat menemukan dan
menggali potensi sendiri.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1) bagaimana peningkatan
keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 dengan menggunakan
pendekatan kontekstual elemen inkuiri, dan 2) bagaimana peningkatan life skill
yang meliputi personal skill, social skill dan academic skill siswa kelas II-5
setelah pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah diterapkan dengan
menggunakn pendekatan kontekstual elemen inkuiri. Berkaitan dengan masalah
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan
keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang
dengan menggunakan pendekatan kontekstual elemen inkuiri dan
mendeskripsikan peningkatan life skill siswa setelah kegiatan pembelajaran
diterapkan dengan pendekatan kontekstual elemen inkuiri.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan teori
daur siklus Kemmis dan Taggart. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus,
masing-masng siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pengamatan,
tindakan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis karya
ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang tahun ajaran 2004/2005.
Variabel dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis karya ilmiah sebagai
variabel hasil, dan pendekatan kontekstual elemen inkuiri adalah variabel proses.
Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes, instrumen tes
berupa nilai hasil karya ilmiah siswa kelas II-5 yang meliputi 8 aspek penilaian,
yaitu 1) sistematika penulisan, 2) kemampuan berpikir logis, 3) kesesuaian judul
dan isi, 4) kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan, 5) kemampuan menulis paragraf, kalimat, dan kata, 6)
kemampuan menulis sumber kutipan, 7) kemampuan menulis daftar pustaka, dan

vii

iv
v

8) kerapian penulisan karya ilmiah. Instrumen yang kedua adalah instrumen


nontes, yaitu 1) lembar observasi, 2) jurnal siswa, 3) pedoman wawancara, 4)
dokumentasi foto. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan nontes.
Teknik pengumpulan data nontes dilakukan dengan kegiatan observasi, jurnal
siswa, wawancara, dan dokumentasi foto. Data yang dikumpulkan dianalisis
dengan cara kuantitatif deskripsi dengan rumus statistika untuk menganalisis data
tes, dan kuantatif dengan kategorisasi dan deskripsi untuk menganalisis data
nontes, yaitu mendeskripsi lembar observasi, hasil jurnal siswa, pedoman
wawancara yang dilakukan dengan teknik catat dan rekam, serta dokumentasi
foto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual elemen
inkuiri sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah
siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang dan dapat meningkatkan life skill
siswa yang meliputi personal skill, social skill, dan academic skill. Peningkatan
keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 terlihat pada siklus I dan
siklus II Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 pada tahap
prasiklus menunjukkan nilai rata-rata sebesar 62,13, pada siklus I meningkat
menjadi 69,58 dan hasil tersebut meningkat lagi pada siklus II yaitu 77,15.
Peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12
Semarang diikuti dengan peningkatan life skill, hal tersebut dibuktikan dengan
hasil analisis lembar observasi siklus I dan siklus II yang menunjukkan hasil
analisis lembar observasi siklus I memiliki rata-rata sebesar 29,32 % dan
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 60,64 %.
Saran yang direkomendasikan adalah guru harus mampu memilih dan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai dan penguasaan keterampilan berbahasa yang diharapkan,
sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dan kreatif untuk mendapatkan bekal
serta keahlian sesuai dengan minat dan bidang masing-masing siswa.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

viii

v
vi

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang Telp. (024) 562652

USULAN TOPIK DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Usulan topik dan pembimbing skripsi ini diajukan oleh,


Nama : Wahyu Lestari
NIM : 2101401005
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Topik : Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah
Siswa Kelas II-5 SMA N 12 Semarang dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual elemen
Inkuiri
Pembimbing : 1) Tommi Yuniawan,S.Pd,M.Hum
2) Drs. Wagiran,M.Hum

Semarang, 3 Maret 2005

Menyetujui,
Ketua Jurusan, Yang mengajukan,

Drs. Mokh Doyin,M.Si Wahyu Lestari


NIP 132046853 NIM 2101401005

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

vi
vii

PERNYATAAN

ii

Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan
i
jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, 10 Agustus 2005

Wahyu Lestari

vii
viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian antarkan mereka
dari dunia kita ke dunia mereka kembali.” (Nurhadi 2003 : 7)

PERSEMBAHAN

Bapak dan Ibuku tercinta,


Saudaraku (Mas Pur & Mbak Siti, Mbak
Dwi & Mas Daliman, Mbak Tri & Mas
Fury, Nanda),
Cintaku (Mas Ari),
Sahabatku (Yudi, Kaka’, Kenang,
Danang, Didok, Hastono), dan anak-
anak tak beruntung karena biaya sekolah
yang mahal.

viii
ix

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan kesempatan yang diberikan ivv kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi ini disusun sebagai sebuah proses kegiatan akademik untuk
memberikan kontribusi terhadap penelitian bidang pendidikan, khususnya bagi
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tommi Yuniawan, S.Pd., M.Hum. dan Drs. Wagiran, M.Hum., sebagai
pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan motivasi sehingga proses penyusunan skripsi berjalan lancar;
2. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan akademik dan nonakademik
di Universitas Negeri Semarang;
3. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian;
4. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan
motivasi dan kemudahan administrasi sehingga peneliti tidak mengalami
kesulitan dalam melaksanakan proses penyusunan skripsi;
5. Pusat referensi Kombat 202 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah menyediakan sumber referensi bagi peneliti untuk menyusun skripsi;
6. Kepala SMA Negeri 12 Semarang yang telah memberikan izin penelitian
dan kemudahan administrasi proses pelaksanaan penelitian;
7. Siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang yang telah bersedia menjadi
responden bagi penelitian yang peneliti laksanakan;
8. Ibu Pujiarti, guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMA Negeri 12
Semarang yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan pada proses
penelitian;

v
ix
x

9. Ibu Nas Haryati, dosen wali kelas reguler prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Angkatan 2001 yang selalu memberikan motivasi dan
saran pada proses penelitian dan penyusunan skripsi;
10. Bapak Triyanto, Pembantu Dekan III FBS yang selalu memberikan
motivasi dan saran bagi proses penelitian dan penyusunan skripsi;
11. Sahabatku Asri, Eko, Titin, Iyan, Hastono, dan Widi untuk doa, motivasi,
dan bantuan materi selama proses pembuatan skripsi;
12. Teman-teman kelas reguler prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Angkatan 2001, terutama untuk Susanip yang telah membantu proses
pelaksanaan penelitian;
13. Keluarga besar UKM Kesenian Jawa, Tim Wereng, dan HIMA BSI, serta
teman-teman seperjuangan di PKM FBS yang telah membantu proses
penelitian;
14. Mbak Bachah dan Mas Maskur Rental Perdana Jalan Kalimasada atas
kebaikan, bantuan, dan kepercayaan yang diberikan kepada peneliti untuk
melakukan proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir;
15. Semua pihak yang telah membantu dan selalu mendukung peneliti dari
mulai awal penyusunan hingga akhir yang tidak dapat peneliti sebutkan.
Demikian prakata yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi proses perjalanan akademik dan penelitian yang akan datang.

Penulis

vi
x
xi

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... i
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... ii
PERNYATAAN............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PRAKATA....................................................................................................... v
SARI................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................. 9
2.1 Kajian Pustaka...................................................................................... 9
2.2 Landasan Teori..................................................................................... 13
2.2.1 Keterampilan Menulis.................................................................... 13
2.2.1.1 Pengertian Menulis .................................................................. 14
2.2.1.2 Manfaat Menulis ...................................................................... 16
2.2.2 Karya Ilmiah .................................................................................. 18
2.2.2.1 Pengertian Karya Ilmiah .......................................................... 18
2.2.2.2 Jenis-Jenis Karya Ilmiah .......................................................... 19
2.2.2.3 Bagian Karya Ilmiah ................................................................ 21

xi ix
xii

2.2.2.4 Ciri-Ciri Karya Ilmiah.............................................................. 23


2.2.3 Pendekatan Kontekstual ................................................................. 25
2.2.3.1 Elemen Inkuiri.......................................................................... 28
2.2.4 Pengertian Life Skill ....................................................................... 31
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................ 34
2.4 Hipotesis Tindakan .............................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 37
3.1 Desain Penelitian.................................................................................. 37
3.1.1 Siklus I ........................................................................................... 38
3.1.2 Siklus II .......................................................................................... 41
3.2 Subjek Penelitian.................................................................................. 43
3.3 Variabel ................................................................................................ 45
3.4 Instrumen ............................................................................................. 46
3.4.1 Instrumen Tes................................................................................. 46
3.4.2 Instrumen Nontes ........................................................................... 50
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................... 53
3.5.1 Teknik Tes...................................................................................... 53
3.5.2 Teknik Nontes ................................................................................ 54
3.5.2.1 Observasi.................................................................................. 54
3.5.2.2 Jurnal Siswa ............................................................................. 55
3.5.2.3 Wawancara............................................................................... 55
3.5.2.4 Dokumentasi Foto .................................................................... 56
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................ 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 60
4.1 Kondisi Awal ...................................................................................... 60
4.2 Siklus I ................................................................................................. 61
4.3 Siklus II ................................................................................................ 91
4.4 Pembahasan.......................................................................................... 118
4.4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Karya
Ilmiah Siswa Kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang
dengan Pendekatan Kontekstual Elemen Inkuiri ........................... 118

xiix
xiii

4.4.2 Peningkatan Life Skill. ................................................................... 124


BAB V PENUTUP........................................................................................... 131
5.1 Simpulan .............................................................................................. 131
5.2 Saran..................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA

xiii
xi
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kegiatan Pendahuluan Siklus I ....................................................... 88


Gambar 2 Kegiatan Inkuiri Melalui Pemodelan Siklus I ................................ 89
Gambar 3 Kegiatan Diskusi Siklus I ............................................................... 90
Gambar 4 Kegiatan Observasi di Perpustakaan Siklus II ................................ 115
Gambar 5 Kegiatan Inkuiri di Perpustakaan Siklus II ..................................... 116
Gambar 6 Kegiatan Observasi dan Inkuiri di Laboratorium Siklus II ............. 117

xiv
xiv
xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Life Skill Siklus I............................................................................. 78


Grafik 2 Life Skill Siklus II ........................................................................... 107
Grafik 3 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah .......... 123
Grafik 4 Peningkatan Life Ski1l ..................................................................... 131

xiii
xv
xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pedoman Penilaian Karya Tulis Ilmiah ........................................... 47-49


Tabel 2 Skor dan Kategori Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah .......... 49
Tabel 3 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Tahap Prasiklus .... 60
Tabel 4 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Tahap Siklus I....... 63
Tabel 5 Aspek Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Siklus I ....................... 64
Tabel 6 Aspek Kemampuan Berpikir Logis Siklus I.................................... 65
Tabel 7 Aspek Kesesuaian Judul dan Isi Siklus I ......................................... 66
Tabel 8 Aspek Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan Siklus I ................................................................. 67
Tabel 9 Aspek Kemampuan Menulis Paragraf, Kalimat, dan Kata Siklus I 68
Tabel 10 Aspek Kemampuan Menulis Sumber Kutipan Siklus I................... 69
Tabel 11 Aspek Kemampuan Menulis Daftar Pustaka Siklus I ..................... 70
Tabel 12 Aspek Kerapian Penulisan Karya Ilmiah Siklus I ........................... 71
Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I .................................................................. 73
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Tahap Siklus II ..... 92
Tabel 15 Aspek Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Siklus II...................... 93
Tabel 16 Aspek Kemampuan Berpikir Logis Siklus II .................................. 94
Tabel 17 Aspek Kesesuaian Judul dan Isi Siklus II........................................ 95
Tabel 18 Aspek Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan Siklus II........................................ 96
Tabel 19 Aspek Kemampuan Menulis Paragraf, Kalimat, dan Kata Siklus II 97
Tabel 20 Aspek Kemampuan Menulis Sumber Kutipan II ............................ 97
Tabel 21 Aspek Kemampuan Menulis Daftar Pustaka Siklus II .................... 98
Tabel 22 Aspek Kerapian Penulisan Karya Ilmiah Siklus II.......................... 99
Tabel 23 Hasil Observasi Siklus II ................................................................. 100
Tabel 24 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah
Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II........................................... 118
Tabel 25 Peningkatan Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Tiap Aspek
Siklus I dan Siklus II ....................................................................... 121
Tabel 26 Peningkatan Life Skill ...................................................................... 125

xvi
xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

Berbagai pendekatan, strategi, metode, dan media pembelajaran bahasa Indonesia

yang inovatif dan variatif mulai diterapkan para guru bahasa Indonesia. Tujuan

adanya perubahan pola pembelajaran tersebut adalah dalam rangka pencapaian

kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

bidang bahasa Indonesia juga turut mendapatkan perhatian. Keterampilan

berbahasa bukan lagi hanya untuk diketahui, melainkan untuk dikuasai oleh siswa.

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling memengaruhi

(Wagiran dan Doyin 2005:1). Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan 1982:1). Salah satu

keterampilan berbahasa yang paling sulit penguasaannya adalah keterampilan

menulis, karena menulis adalah kegiatan yang menuntut adanya latihan dan

membutuhkan ketelitian serta kecerdasan. Kegiatan menulis memerlukan

pengetahuan yang luas dan pola pikir yang logis. Pengetahuan yang luas tidak

terlepas dari kegiatan membaca, maka kegiatan menulis harus diimbangi dengan

kegiatan membaca. Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa siswa cenderung

menyukai hal-hal yang bersifat praktis dan instan. Kenyataan tersebut menjadi

kendala dan hambatan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan menulis secara

maksimal. Untuk itu, agar siswa menyadari bahwa segala sesuatu yang berhasil

baik harus melalui proses dan tahapan, maka kegiatan pembelajaran menulis harus

1
2

dilaksanakan dengan pendekatan yang tepat. Kegiatan menulis harus dilakukan

dengan latihan rutin dan terus-menerus, karena penguasaan keterampilan menulis

sangat bermanfaat bagi siswa untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan

dapat menjadi bekal keterampilan hidup bersosialisasi di masyarakat dan

menjawab tantangan masa depan.

Keterampilan menulis menjadi suatu keterampilan yang penting untuk

dikuasai siswa, karena budaya menulis adalah budayanya orang terpelajar

(Winarmo 2002:3). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

membudayakan menulis untuk masyarakat Indonesia adalah dalam rangka

meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Proses untuk

menuju mayarakat Indonesia yang intelek dan terpelajar dapat diawali dengan

penguasaan keterampilan menulis oleh siswa. Menulis bukan sekadar menulis,

melainkan sebuah kegiatan yang menggabungkan pengetahuan intelektual dan

berpikir logis yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan bahasa yang efektif

dan komunikatif untuk diungkapkan dalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis

bidang bahasa Indonesia telah dicantumkan dalam kurikulum, baik Kurikulum

1994 maupun Kurikulum 2004. Salah satu kegiatan menulis yang terdapat dalam

kurikulum bahasa Indonesia SMA adalah menulis karya ilmiah. Keterampilan

menulis karya ilmiah siswa SMA perlu ditingkatkan, karena berdasarkan

pengamatan hasil karya tulis siswa biasanya lebih berorientasi pada banyak dan

panjangnya karangan, bukan pada isi dan manfaat karangan (Doyin, dkk. 2002:v).

Pembelajaran menulis karya ilmiah harus dilaksanakan dengan tahapan-tahapan

yang urut, agar siswa dapat menghasilkan karya tulis seperti yang diharapkan,
3

karena menulis karya ilmiah berbeda dengan menulis karangan yang lain,

menulis karya ilmiah merupakan aktivitas teknis yang wujud tulisannya harus

mengikuti aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu (Doyin 2002:1). Berdasarkan

kenyataan-kenyataan tersebut, peneliti melaksanakan penelitian dengan judul

Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas II-5 SMA Negeri

12 Semarang dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inkuiri.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Semarang, karena

penguasaan keterampilan menulis karya ilmiah siswa sekolah tersebut masih

rendah dan belum maksimal. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari

guru bidang studi bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa, siswa belum mampu

menghasilkan karya tulis yang produktif dan sesuai dengan syarat karya tulis yang

baik dan benar, siswa cenderung membuat karya tulis berdasarkan penugasan dari

guru yang harus sesuai dengan sistematika penulisan yang diberikan guru ketika

pemberian materi, dan menyusun karya tulis tanpa memperhatikan keruntutan,

kelogisan, dan keefektifan kalimat. Dalam rangka mencapai kompetensi menulis

karya ilmiah siswa, maka penulis menerapkan pendekatan kontekstual dengan

komponen inkuiri (menemukan).

Dalam pelaksanaanya, komponen inkuiri dilaksanakan bersamaan dengan

6 komponen pendekatan kontekstual lainnya, yaitu konstruktivisme, bertanya,

masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.

Komponen inkuiri merupakan inti dari pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual, karena inkuiri adalah kegiatan menemukan sebuah

pengetahuan yang baru dengan cara menggali pengetahuan lama yang telah
4

dibangun siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, kemudian dapat dijawab dengan

kegiatan inkuiri (menemukan) yang didiskusikan bersama kelompok belajar dan

dikaitkan kembali dengan pemodelan, dan berakhir dengan menarik kesimpulan

bersama guru dan penilaian karya dengan sebenarnya (Budiyati 2004:12).

Pembelajaran karya ilmiah dengan menggunakan pendekatan kontekstual

komponen inkuiri diharapkan mampu meningkatkan life skill siswa. Life skill

siswa meliputi academic skill, personal skill, social skill, dan vocasional skill.

Life skill yang dikuasai pada siswa SMA meliputi academic skill, personal skill,

social skill, sedangkan vocational skill dikuasai siswa SMK, karena bersifat

kejuruan. Pendekatan kontekstual menjadi pendekatan alternatif dalam

pembelajaran karya tulis, karena pendekatan kontekstual menghadirkan situasi

nyata dan menghubungkannya dengan pengalaman belajar siswa.

Keberhasilan sebuah pengajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh

pendekatan dan media yang digunakan serta keterlibatan guru dalam proses

pembelajaran. Pendekatan kontekstual komponen inkuiri yang digunakan dalam

pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12

Semarang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis

karya ilmiah dan meningkatkan life skill siswa yang meliputi personal skill, social

skill, dan academic skill.


5

1.2 Identifikasi Masalah

Keterampilan menulis karya tulis siswa kelas II SMA Negeri 12 Semarang

masih rendah. Faktor yang mempengaruhi rendahnya keterampilan siswa dalam

menulis karya tulis ilmiah ada dua, yaitu faktor dari guru sebagai fasilitator dan

faktor siswa sebagai peserta belajar. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran

ditentukan dari dua faktor tersebut, guru harus dapat memilih metode yang tepat

dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, sedangkan siswa harus mampu

menyerap pengetahuan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran.

Selama ini guru masih menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran

menulis, salah satunya adalah metode ceramah. Kenyataannya, metode tersebut

kurang efektif dan tidak sesuai untuk pembelajaran bahasa dengan kompetensi

menulis. Siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar dan hanya mendapatkan

teori, sehingga kompetensi yang diharapkan tidak tercapai. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan baru sebagai alternatif

bagi pembelajaran keterampilan menulis, yaitu pendekatan kontekstual dengan

komponen inkuiri. Life skill yang terdapat di SMA meliputi academic skill,

personal skill, dan social skill, sedangkan vocasinal skill merupakan life skill

untuk siswa SMK/kejuruan.

Dari berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran

dan tercapainya kompetensi yang diharapkan, maka timbul berbagai pertanyaan

tentang bagaimana peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II

SMA dan bagaimana peningkatan life skill siswa yang mencakup personal skill,
6

social skill, dan academic skill setelah pembelajaran menulis karya tulis ilmiah

diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri.

1.3 Pembatasan Masalah

Dari berbagai masalah yang muncul maka batasan permasalahan yang

dibahas penulis dalam laporan hasil penelitian adalah rendahnya keterampilan

menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang direncanakan

dapat diatasi dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri. Pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual direncanakan dapat meningkatkan life skill siswa

terutama academic skill, personal skill, dan social skill.

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi bahan pembahasan dan pengkajian dalam

penelitian ini dapat dirumuskan berikut ini:

1. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-

5 SMA Negeri 12 Semarang dengan menggunakan pendekatan kontekstual

komponen inkuiri?

2. Bagaimana peningkatan life skill yang meliputi academic skill, personal

skill, dan social skill siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang setelah

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah diterapkan dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri?


7

1.5 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa

kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang yang diterapkan dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri.

2. Mendeskripsikan peningkatan life skill yang meliputi academic skill,

personal skill, dan social skill siswa kelas II-5 di SMA Negeri 12

Semarang setelah kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah diterapkan

dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu :

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi

penelitian penulisan karya ilmiah selanjutnya. Hasil yang akan dibahas

dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual terhadap

guru untuk memberikan alternatif bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menjadi

alternatif pendekatan bagi pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif.

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual akan

membuat siswa menjadi aktif, kreatif, dan mandiri. Pendekatan yang


8

digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan pada penelitian dan

kegiatan pembelajaran yang lain, terutama penelitian pendidikan yang

berorientasi pada peningkatan kemampuan akademik dan keterampilan

siswa. Pihak sekolah dapat mengembangkan pendekatan kontekstual

untuk digunakan pada semua mata pelajaran, namun harus disesuaikan

dengan situasi dan kondisi sekolah.


9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis dengan pendekatan

kontekstual sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut pernah

dilakukan oleh Ziyadati (2004), Astuti (2004), Budiyati (2004), dan Setyowati

(2005). Penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi referensi dalam penelitian ini.

Penelitian yang pertama adalah penelitian Ziyadati (2004) yang berjudul

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Elemen

Bertanya Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas II E SMP Negeri 1 Garug

Kabupaten Wonosobo. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan

keterampilan menulis karangan deskripsi setelah pembelajaran kontekstual elemen

bertanya diterapkan. Skor rata-rata kelas pada tahap prasiklus sebesar 50,37. Pada

siklus I skor rata-rata kelas meningkat sebesar 15,54 menjadi 65, 91. Sedangkan

pada siklus II skor rata-rata kelas meningkat sebesar 12 menjadi 77,91. Penerapan

pembelajaran kontekstual elemen bertanya juga dapat mengubah perilaku siswa.

Siswa-siswa yang sebelumnya bosan dan tidak berminat pada kegiatan menulis

menjadi lebih terlatih dan bersemangat. Penelitian yang dilakukan Ziyadati adalah

penelitian tentang menulis karangan deskripsi dengan menggunakan pendekatan

kontekstual elemen bertanya pada siswa SMP kelas II. Berdasarkan hasil

penelitian Ziyadati dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat

diterapkan pada pembelajaran menulis, karena dapat dibuktikan bahwa

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa dan

9
10

dapat mengubah perilaku belajar siswa, dari perilaku negatif menjadi perilaku

positif. Penelitian Ziyadati merupakan pelengkap bagi penelitian yang dilakukan

peneliti saat ini, karena pada penelitian Ziyadati menggunakan pendekatan dengan

pembelajaran bahasa yang sama, yaitu pendekatan kontekstual pada pembelajaran

menulis. Perbedaannya adalah pada elemen yang digunakan dan subjek penelitian.

Penelitian Ziyadati menggunakan elemen bertanya untuk meningkatkan

keterampilan menulis deskriptif siswa SMP, sedangkan penelitian yang peneliti

lakukan saat ini menggunakan elemen inkuiri untuk meningkatkan keterampilan

menulis karya ilmiah siswa SMA.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Astuti (2004) dengan judul

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan

menulis karangan narasi siswa setelah pendekatan kontekstual elemen pemodelan

diterapkan. Hasil penelitian pada tahap prasiklus adalah 60, dan mengalami

peningkatan 8 point pada siklus I yaitu sebesar 68, dan meningkat lagi sebesar 7

poin menjadi 75 pada siklus II. Penelitian Astuti adalah penelitian tentang

pembelajaran menulis dengan menggunakan pendekatan kontekstual elemen

pemodelan pada siswa SMK. Penelitian Astuti membuktikan bahwa pendekatan

kontekstual dapat diterapkan pada pembelajaran menulis dan meningkatkan

keterampilan menulis siswa, selain itu pendekatan kontekstual yang diterapkan

dalam pembelajaran menulis dapat mengubah perilaku siswa, dari perilaku negatif

menjadi perilaku positif. Penelitian Astuti dapat menjadi pelengkap bagi


11

penelitian yang peneliti lakukan saat ini, yang menjadi perbedaan adalah elemen

yang digunakan. Penelitian Astuti menggunakan pendekatan kontekstual dengan

elemen pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis naratif siswa SMK,

sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini menggunakan pendekatan

kontekstual elemen inkuiri untuk meningkatkan keterampilan menulis karya

ilmiah siswa SMA.

Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan Budiyati, dkk.

(2004) dengan judul penelitian Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis dalam

Menulis Karya Tulis dengan Elemen Inquiry Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual (CTL) pada Siswa Kelas III SLTP 3 Ungaran-Semarang. Penelitian

yang dilakukan Budiyati, dkk. (2004) hampir sama dengan penelitian yang

dilakukan peneliti, yang menjadi perbedaan adalah subjek penelitian. Subjek

penelitian dalam penelitian Budiyati, dkk adalah kemampuan berpikir logis dalam

menulis karya tulis untuk siswa SMP, sedangkan subjek penelitian yang dilakukan

peneliti saat ini adalah keterampilan menulis karya ilmiah siswa SMA. Penelitian

ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Pada siklus awal peneliti

melakukan pengukuran awal untuk memperoleh gambaran kondisi awal berpikir

logis dalam menulis karya ilmiah dan kemampuan menyusun karya ilmiah, yang

mencakup aspek sistematika penyusunan karya tulis, dan kemampuan menyusun

karya tulis, yang mencakup kesesuaian judul dengan isi, kemampuan berpikir

logis, kemampuan menulis paragraf, kalimat, dan kata, kemampuan memakai

ejaan, dan kemampuan menulis sumber pustaka, dan daftar pustaka. Berdasarkan

pengujian tersebut dapat diperoleh rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir


12

logis dalam menyusun karya tulis paling tinggi berkategori baik dengan skor 76-

87 hanya 1 orang atau 2,5 %. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan adanya

peningkatan dari 4,5 atau 10,73 % meningkat menjadi 13,9 atau 34,75 %.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Budiyati, dkk. (2004), dapat

disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dengan elemen inkuiri efektif bagi

peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa. Penelitian yang dilakukan

peneliti saat ini adalah dalam rangka mengembangkan penelitian yang pernah

dilakukan Budiyati dkk sebelumnya dengan mengambil subjek penelitian yang

berbeda, yaitu keterampilan menulis karya ilmiah siswa SMA.

Penelitian terakhir yang menjadi referensi peneliti adalah penelitian yang

dilakukan oleh Setyowati (2005) dengan judul penelitian Penggunaan Teknik

Inquiri untuk Meminimalkan Ketidakefektifan Kalimat pada Karangan Narasi

Siswa Kelas III F SLTP Negeri 1 Pemalang. Hasil penelitian menunjukkan adanya

perubahan setelah pendekatan kontekstual elemen inkuiri diterapkan, perubahan

tersebut terlihat dari hasil secara keseluruhan, yaitu ketidakefektifan kalimat pada

karangan narasi siswa mengalami penurunan rata-rata sebesar 27,36 %. Jumlah

rata-rata pada tahap prasiklus sebesar 42,92 %, sedangkan pada siklus II jumlah

rata-rata menurun menjadi 14,83 %. Penelitian Setyowati merupakan pelengkap

bagi penelitian yang saat ini dilakukan peneliti. Penelitian ini menggunakan teknik

yang sama seperti penelitian yang dilakukan peneliti saat ini yaitu, inkuiri pada

pembelajaran bahasa, sehingga dapat melengkapi referensi pustaka dan

memperkuat bukti bahwa inkuri adalah elemen dari pendekatan kontekstual yang

efektif bagi pembelajaran bahasa khususnya keterampilan menulis.


13

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kontekstual dapat diterapkan pada pembelajaran

keterampilan menulis dengan menggunakan elemen yang terdapat dalam

pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual yang diterapkan dalam proses

kegiatan pembelajaran keterampilan menulis dapat meningkatkan keterampilan

menulis siswa dan dapat mengubah perilaku belajar siswa menjadi positif.

Penelitian-penelitian tersebut menjadi pelengkap dan pengembangan bagi

penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Penelitian yang akan dilakukan peneliti

saat ini menjadi pelengkap bagi penelitian tindakan kelas untuk pembelajaran

menulis dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Keterampilan Menulis

Bahasa merupakan alat komunikasi yang unik. Manusia dapat berinteraksi

dengan orang lain dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa

lisan. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan

berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Empat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan. Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan

berbahasa selain menyimak, berbicara, dan membaca merupakan keterampilan

yang paling sulit. Dalam keterampilan menulis akan dibahas tentang pengertian

dan manfaat menulis.


14

2.2.1.1 Pengertian Menulis

Keterampilan menulis sangat penting untuk dimiliki siswa, karena dengan

menulis seseorang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya dalam mencapai

tujuan tertentu. Menurut Tarigan (1982:21) menulis adalah menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang

grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik tersebut.

pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa kegiatan menulis adalah

kegiatan menuangkan lambang-lambang grafik dan menyusunnya sebagai

kesatuan bahasa bermakna.

Pengertian menulis yang lain dikemukakan oleh Robert Lado dalam

Suriamiharja, dkk. ( 1997:1) mengatakan “To write is to put down the graphic

symbols that represent a language one understands, so that other can read these

grapich representation.” Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa menulis adalah

menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang

dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang

memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Pengertian menulis

lebih lanjut dikemukakan Suriamiharja (1997:2) bahwa menulis adalah kegiatan

melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa

menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak

kepada orang lain secara tertulis.

Pengertian menulis tersebut diperkuat oleh pendapat Webb (1989) dalam

Nursisto (1999: 3) yang mengatakan “seorang anak yang pendiam dan malu lebih
15

senang menungkapkan pendapatnya secara tertulis, karena dia merasa takut dan

sulit untuk mengungkapkan secara lisan.” Dari pendapat itu menunjukkan bahwa

komunikasi tulis sangat bermanfaat dan sangat diperlukan bagi seseorang untuk

mengungkapkan gagasan dan ide. Berdasarkan pendapat Webb, Nursisto (1999 :4)

memberikan pengertian menulis yang disinonimkan dengan mengarang yaitu,

mengarang atau menulis merupakan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa

yang tingkatannya paling tinggi.

Kurniawan (1998 :267) memberikan pengertian menulis sebagai suatu alat

yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peranan

penting dalam dunia pendidikan. Lebih lanjut diungkapkan bahwa menulis

merupakan suatu bentuk berpikir untuk penanggap tertentu dan untuk situasi

tertentu pula. Menulis bukan sekadar menggambarkan huruf-huruf tetapi ada

pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf tersebut dalam

karangan. Pendapat tersebut menjadikan pengertian menulis yang dikemukakan

oleh Tarigan menjadi sempurna, karena dalam pengertian tersebut ditambahkan

bahwa menulis bukan hanya sekadar menggambarkan huruf tapi juga mempunyai

pesan yang akan disampaikan oleh penulis.

Pengertian menulis yang telah ditulis di atas diperkuat oleh pengertian

menulis yang dikemukakan lado dalam Ahmadi yang dikutip oleh Subyantoro dan

Hartono (1999 : 4) yang mengemukakan bahwa menulis adalah meletakkan atau

mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa

sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol grafis itu sebagai

bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa.


16

Pengertian yang lain dikemukakan oleh Cahyanti dalam artikelnya pada

sebuah majalah Kompas Mahasiswa Edisi 73 I November 2004 yang

mengemukakan bahwa menulis adalah keterampilan praktis yang membutuhkan

latihan terus menerus dan bukan hanya bergantung pada bakat seseorang,

melainkan suatu keinginan atau minat yang besar untuk mau belajar, membangun

kebiasaan menuangkan gagasan lewat tulisan. Berdasarkan pengertian tersebut,

dapat menjadi pijakan dalam merumuskan pengertian menulis sebagai alat

komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

menulis adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan dengan cara meletakkan

atau mengatur simbol-simbol grafis menjadi rangkaian bahasa yang bermakna dan

berisi suatu pesan yang ingin disampaikan penulis.

2.2.1.2 Manfaat Menulis

Menulis merupakan bagian dari aktivitas intelektualitas, dan sebuah

keterampilan berbahasa yang memiliki berbagai manfaat. Adapun manfaat

menulis telah dikemukakan oleh Percy (1980) dalam Nursisto (1999 : 12),

manfaat menulis terdiri dari : (1) sarana untuk pengungkapan diri, (2) sarana

untuk memahami sesuatu, (3) sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi,

kebanggaan, dan rasa harga diri, (4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan

penyerapan terhadap lingkungan sekeliling, (5) sarana untuk melibatkan diri

dengan penuh semangat, dan (6) sarana untuk mengembangkan pemahaman dan

kemampuan mempergunakan bahasa.


17

Manfaat menulis yang pertama adalah sebagai sarana pengungkapan diri.

Pengungkapan diri dalam menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan ke dalam

bentuk tulisan. Seseorang ketika melakukan kegiatan menulis adalah dalam

rangka mengekspresikan perasaan dan menuangkan ide ke dalam tulisan. Manfaat

menulis kedua yaitu sebagai sarana memahami sesuatu. Kegiatan menulis adalah

proses kegiatan berpikir, mencoba memahami setiap pilihan kata yang disusun

dan menyesuaikan dengan ide atau gagasan tulisan, sehingga proses tersebut

merupakan proses pemahaman terhadap sesuatu. Manfaat ketiga adalah

mengembangkan kepuasan pribadi, kepercayaan diri, dan sebuah kebanggaan.

Kegiatan menulis adalah kegiatan menghasilkan karya tulis, setiap proses dalam

kegiatan menulis adalah upaya dan kerja keras yang dilakukan penulis. Hasil dari

kegiatan menulis tersebut memberikan nilai positif tersendiri bagi penulis, yaitu

rasa puas, bangga dan percaya diri karena telah menghasilkan sebuah karya tulis.

Manfaat menulis yang keempat dan kelima dapat dijelaskan bahwa

kegiatan menulis merupakan sarana melibatkan diri dalam lingkungan dan

meningkatkan kesadaran akan potensi diri. Manfaat menulis yang keenam adalah

mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa. Hal ini sangat jelas,

karena kegaitan menulis menggunakan bahasa tulis sebagai media, sehingga

penulis dituntut menguasai bahasa yang digunakan.

Hairston dalam Nursisto (1999 : 7) melengkapi pendapat tentang manfaat

menulis, yaitu 1) sebagai sarana untuk menemukan sesuatu, 2) memunculkan ide

baru, 3) melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep

atau ide, 4) melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang, 5) membantu
18

untuk menyerap dan memproses informasi, 6) melatih untuk berpikir aktif.

Penulis dapat memunculkan ide baru dan menuangkannya dalam sebuah tulisan

dengan mengorganisasi informasi dan pengetahuan melalui pemahaman bahasa

yang sesuai dengan ide dan gagasan penulisan.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai manfaat menulis di atas, dapat

disimpulkan manfaat menulis mencakup tiga manfaat, yaitu 1) mengembangkan

kemampuan berpikir logis, 2) mengembangkan kemampuan berbahasa seseorang,

dan 3) meningkatkan kepercayaan diri seseorang.

2.2.2 Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang bersifat ilmiah. Karya ilmiah

adalah karya tulis yang bersifat nonfiksi yang dikaitkan dengan ide ilmiah yang

mempunyai ciri utama adanya keobjektifan pandangan (Kusumah, dkk. 2003:3.6).

Hakikatnya penulisan karya ilmiah harus diikuti dengan pengetahuan-pengetahuan

yang berkaitan dengan materi karya ilmiah, yaitu pengertian karya ilmiah, jenis-

jenis karya ilmiah, syarat-syarat penulisan karya ilmiah. Beberapa penjelasan

mengenai hakikat karya ilmiah akan diuraikan berikut ini.

2.2.2.1 Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah dapat disebut sebagai tulisan atau karangan yang bersifat

ilmiah. Penulisan karya ilmiah selalu bersifat objektif dan sistematis. Hal tersebut

sesuai dengan yang dikemukakan Sudjana (2002 : 21), pada hakikatnya karya

ilmiah merupakan produk manusia atas dasar pengetahuan, sikap dan cara berpikir
19

ilmiah. Menurut Budiyati, dkk. (2004 : 4) karya ilmiah merupakan hasil dari

proses berpikir ilmiah yang didalamnya mengandung kebenaran ilmiah yang dapat

dibuktikan secara empiris. Doyin, dkk. (2002:7) berpendapat bahwa karya ilmiah

adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta yang dapat dibuktikan

kebenarannya dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Pengertian tersebut disempurnakan oleh Wagiran dan Doyin (2004 : 12) yang

mengemukakan bahwa karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang

menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan menurut

metodologi penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan bahasa ragam

ilmiah.

Berdasarkan pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan bahwa

karya ilmiah adalah suatu karangan yang mengandung ilmu pengetahuan dan

kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun secara sistematis menurut

metodologi penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah.

2.2.2.2 Jenis-Jenis Karya Ilmiah

Karya ilmiah pada dasarnya merupakan laporan ilmiah. Laporan yang

dimaksud dapat berupa laporan kegiatan ilmiah, kegiatan kajian, dan penelitian,

baik penelitian lapangan, laboratorium, maupun kepustakaan. Karya ilmiah

sebagai laporan kegiatan ilmiah memiliki berbagai jenis. Menurut Doyin, dkk.

(2002 : 8) jenis-jenis karya ilmiah meliputi, buku, makalah, kertas kerja, artikel,

skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian.


20

Melengkapi teori tersebut di atas, Wagiran dan Doyin (2004 : 14)

mengelompokkan jenis-jenis karya ilmiah berdasarkan fungsinya menjadi dua,

yakni karya ilmiah akademis dan karya ilmiah profesional. Karya ilmiah akademis

merupakan karya ilmiah yang dibuat untuk kepentingan akademis dengan

bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional, tidak dipublikasikan

dengan lebih menekankan pada proses bukan pada hasil yang memerlukan

pengujian untuk menentukan kualitas karya tersebut. Bentuk karya ilmiah

akademis adalah (1) paper, (2) skripsi, (3) tesis, dan (4) disertasi. Karya ilmiah

yang berbentuk paper sering juga disebut makalah atau karya tulis. Karya ilmiah

yang berbentuk skripsi, tesis dan disertasi adalah karya ilmiah yang dibuat untuk

memenuhi persyaratan dalam pencapaian gelar sarjana (untuk skripsi), magister

(untuk tesis), dan doktor (untuk disertasi).

Karya ilmiah berdasarkan fungsinya yang kedua adalah karya ilmiah

profesional, yaitu karya ilmiah yang dibuat untuk pengembangan profesi bagi para

profesional dengan tujuan untuk menyebarluaskan informasi akademis dengan

proses penulisan tidak memerlukan bimbingan, tetapi tetap memerlukan pengujian

dan lebih menekankan pada hasil. Bentuk karya ilmiah profesional adalah (1)

buku, (2) makalah, (3) kertas kerja, (4) artikel, dan (5) laporan penelitian. Karya

ilmiah yang berbentuk buku adalah buku yang berisi fakta umum ilmiah dan

ditulis dengan sistem penulisan yang standar. Makalah adalah karya ilmiah yang

menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan

yang bersifat objektif. Kertas kerja adalah karya ilmiah yang berisi analisis

terhadap fakta secara objektif, perbedaannya dengan makalah adalah analisis yang
21

lebih mendalam daripada analisis data dalam makalah. Artikel adalah karya ilmiah

yang diterbitkan jurnal ilmiah. Bentuk karya ilmiah profesional yang terakhir

adalah laporan penelitian. Laporan penelitian adalah karya ilmiah yang

menyajikan data dan analisis suatu penelitian.

Berdasarkan pendapat mengenai jenis-jenis karya ilmiah di atas dapat

disimpulkan bahwa jenis-jenis karya ilmiah berdasarkan fungsinya dibagi menjadi

dua, yakni karya ilmiah akademis dan karya ilmiah profesional. Bentuk Karya

ilmiah akademis adalah paper, skripsi, tesis, dan disertasi. Bentuk karya ilmiah

profesional adalah buku, makalah, kertas kerja, artikel, dan laporan penelitian.

2.2.2.3 Bagian Karya Ilmiah

Karya ilmiah dalam penulisannya harus sesuai dengan sistematika dan

metodologi penulisan yang tepat. Sistematika penulisan dalam karya ilmiah terdiri

atas bagian-bagian yang berurutan. Wagiran dan Doyin (2004 : 18) berpendapat

pola dasar karya ilmiah secara umum paling sedikit berisikan bagian-bagian yang

sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan. Bagian

pengenalan dalam karya ilmiah merupakan bagian awal yang berisi hal-hal yang

bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Dalam bagian pengenalan ada

dua jenis pengenalan, yaitu bagian pengenalan yang bersifat umum dan bagian

pengenalan yang bersifat khusus. Bagian pengenalan dalam masing-masing

bentuk karya ilmiah adalah tidak sama. Bagian pengenalan pada jenis karya

ilmiah yang berbentuk buku berbeda dengan bagian pengenalan bentuk makalah,

kertas kerja, artikel, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Beberapa istilah
22

pada bagian pengenalan yang terdapat dalam semua jenis karya ilmiah adalah

judul dan nama penulis. Bagian pengenalan yang perlu dijelaskan adalah judul,

nama penulis (baris kepemilikan), abstrak, kata kunci, prakata dan kata pengantar

(Wagiran 2004:19).

Judul adalah identitas tulisan yang merupakan kepala karangan. Syarat

judul yang baik adalah mencerminkan isi karangan, berupa pernyataan, bersifat

singkat dan jelas serta menarik. Dalam baris kepemilikan biasanya dituliskan

nama penulis beserta lembaganya. Nama penulis hendaknya tidak menyertakan

gelar atau pangkat, jika penulis lebih dari satu harus dicantumkan semua. Pangkat

dan gelar dapat dicantumkan pada bagian biografi pengarang jika ada. Istilah yang

lain dalam bagian pengenalan adalah abstrak. Abstrak adalah ringkasan tulisan.

Dalam abstrak tercakupi seluruh bagian isi karangan, dari pendahuluan sampai

penutup. Kata kunci adalah kata-kata atau istilah yang dianggap penting dan

mutlak harus diketahui pembaca dalam sebuah karya ilmiah. Prakata dan kata

pengantar adalah dua istilah yang berbeda, pengantar adalah tulisan awal yang

ditulis oleh penulisnya sendiri, sedangkan kata pengantar adalah tulisan awal yang

ditulis oleh orang lain yang menguasai karya ilmiah yang bersangkutan.

Bagian kedua dalam penulisan karya ilmiah adalah batang tubuh. Batang

tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum batang tubuh terbagi

menjadi tiga, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan dalam

karya ilmiah sertidaknya berisi latar belakang masalah dan rumusan masalah.

Untuk karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian

bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan
23

manfaat. Bagian kedua dalam batang tubuh adalah bagian isi. Untuk karya ilmiah

yang berbentuk buku, makalah, artikel dan kertas kerja berisi persoalan-persoalan

inti atau materi inti yang ingin disajikan. Untuk karya ilmiah yang berbentuk

artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian isi berupa landasan

teoretis, metodologi, dan hasil, serta pembahasan. Bagian terakhir dalam batang

tubuh adalah bagian penutup yang berisi simpulan dan saran.

Bagian terakhir dalam penulisan karya ilmiah adalah bagian kepustakaan.

Bagian kepustakaan mencakup daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti

indeks dan biografi pengarang.

Berdasarkan beberapa pendapa di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian-

bagian karya ilmiah pada intinya terbagi menjadi 3 bagian pokok, yaitu bagian

pengenalan, batang tubuh dan bagian penutup. Bagian pengenalan berisi hal-hal

yang bersifat informatif yang menunjukkan identitas karya ilmiah, yaitu judul,

nama penulis, pengantar/kata pengantar dan abstrak bagi karya ilmiah yang

bersifat laporan penelitian. Bagian batang tubuh merupakan bagian inti dalam

karya ilmiah. Pada bagian batang tubuh terdapat tiga bagian unsur, yaitu

pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Pada bagian pendahuluan berisi latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Bagian isi/pembahasan

memuat landasan teoretis, metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Pada bagian penutup berisi simpulan dan saran. Bagian terakhir dalam karya

ilmiah adalah kepustakaan, berisi daftar pustaka dan lampiran.


24

2.2.2.4 Ciri-Ciri Karya Ilmiah

Karya ilmiah dapat dibedakan dengan karya nonilmiah, karena karya

ilmiah memiliki ciri-ciri khusus. Wagiran dan Doyin (2004 : 13) mengemukakan

beberapa ciri-ciri karya ilmiah, yaitu 1) menyajikan fakta objektif secara

sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik, 2)

penulisannya harus cermat, tepat, benar, tulus, dan tidak memuat terkaan.

Pernyataan-pernyataan yang disampaikan tidak mengandung penafsiran pribadi

dan tak berefek samping, 3) tidak mengejar keuntungan pribadi, yakni tidak

berambisi agar pembaca berpihak kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk

memberitahukan sesuatu.

Ciri-ciri karya ilmiah selanjutnya adalah 4) karya ilmiah bersifat

sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis terkendali, secara

konseptual dan prosedural, 5) karangan ilmiah tidak bersifat emotif, atau tidak

menonjolkan perasaan. Karangan ilmiah menyajikan sebab-musabab dan alasan

yang dikemukakan secara induktif, mendorong untuk menarik simpulan tidak

terlalu tinggi, dan bukan ajakan, 6) tidak memuat pandangan-pandangan tanpa

pendukung kecuali dalam hipotesis kerja, 7) ditulis secara tulus dan hanya

memuat kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada

keraguan, 8) karangan ilmiah tidak bersifat argumentatif. Karangan yang ilmiah

mungkin mencapai simpulan tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara

sendiri, 9) karangan ilmiah tidak bersifat persuatif ; yang dikemukakan adalah

fakta dan aplikasi hukum alam kepada problem spesifik. Tujuan karangan ilmiah

dapat mendorong pembaca mengubah pendapat tetapi tidak melalui ajakan,


25

argumentasi, sanggahan, dan protes. 10) karangan ilmiah tidak melebih-lebihkan

sesuatu. Dalam karangan ilmiah hanya menyajikan kebenaran fakta.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas mengenai ciri-ciri karya ilmiah,

dapat disimpulkan ciri-ciri karya ilmiah adalah (1) menyajikan fakta objektif

secara sistematis, (2) ditulis secara cermat, tepat, benar, dan tulus, (3) tidak

mempunyai motif ambisius dan berprasangka, (4) karangan ilmiah bersifat

sistematis, ditulis secara konseptual dan prosedural, (5) karangan ilmiah tidak

bersifat emotif, (6) karangan ilmiah tidak bersifat argumentatif dan persuatif, (7)

karangan ilmiah ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah.

2.2.3 Pendekatan Kontekstual

Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari

pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan

teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan

pengalaman dan minat siswa (Nurhadi 2003: 8). Filosofi pembelajaran

kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya siswa akan

belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa

yang telah mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui,

serta jika siswa telibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Pokok-pokok

pandangan progresivisme yang menjadi dasar pendekatan kontekstual adalah (1)

siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi

sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru, (2) anak harus

bebas agar bisa berkembang wajar penumbuhan minat melalui pengalaman


26

langsung untuk merangsang belajar, (3) guru sebagai pembimbing dan peneliti

harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat, (4) sekolah progresif harus

merupakan laboratoium untuk melakukan eksperimen.

Selain teori progresivisme John Dewey, teori lain yang melatarbelakangi

filosifis pembelajaran kontekstual adalah teori kognitif. Teori kognitif menjadi

dasar dalam pembelajaran kontekstual ketika siswa dituntut aktif dalam kegiatan

kelas dan berkesempatan menemukan sendiri pengalaman belajar. Belajar

dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide

yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.

Pembelajaran kontekstual mengakui bahwa belajar merupakan sesuatu

yang kompleks dan mutidimensional yang jauh melampaui berbagai metodologi

yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan/tanggapan (stimulus/respon)

(Nurhadi 2003 : 9). Siswa menjadi objek dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan

guru menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk

menemukan pengetahuan, atau menyerap pengetahuan yang ditransfer melalui

guru. Dalam pembelajaran kontekstual siswa dituntut kritis, kreatif, dan mandiri

sehingga dapat mengalami kegiatan belajar yang kompleks, dimanapun dan

kapanpun dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Nurhadi 2003 : 10). Konsep

pendekatan kontekstual merupakan konsep pendekatan baru dalam kurikulum


27

berbasis kompetensi yang mengajak siswa untuk belajar dengan menyenangkan

dan siswa akan memperoleh pengalaman dalam setiap kegiatan belajar mereka.

Pendekatan kontekstual mengubah tradisi dari teacher-oriented menjadi student

oriented, yaitu mengubah pembelajaran yang berorientasi pada penuntasan materi

guru menjadi proses belajar yang berorientasi pada pemberdayaan potensi siswa

dan pencapaian kompetensi siswa .

Guru dalam konsep pendekatan kontekstual adalah membantu siswa

mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah

tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas

(siswa). Sesuatu yang baru datang dari kegiatan “menemukan sendiri” bukan dari

“apa kata guru”. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dilibatkan secara

maksimal, siswa diberikan bekal dan rambu-rambu dalam proses kegiatan

pembelajaran. Siswa dibiarkan bebas berekspresi dan belajar mandiri, guru hanya

membimbing jika siswa memerlukan bantuan. Pembelajaran kontekstual

mengasumsikan bahwa secara ilmiah pikiran mencari makna konteks sesuai

dengan situasi nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian

hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Teori pembelajaan kontekstual

berfokus pada multi-aspek lingkungan belajar, yaitu ruang kelas, laboratorium

sains, laboratorium komputer, perpustakaan, tempat bekeja, maupun tempat-

tempat lainnya (misalnya ladang, sawah, sungai, dan sebagainya). Pembelajaran

konteksual dikembangkan untuk meningkatkan kinerja kelas. Kelas yang “hidup”

diharapkan menghasilkan output yang bermutu tinggi.


28

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh elemen utama yang

mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh elemen itu

adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian pendekatan

kontekstual di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah

pendekatan yang mendekatkan siswa dengan konteks atau situasi nyata, sehingga

memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk belajar secara mandiri, kreatif,

dan menyenangkan dalam menemukan pengetahuan. Pendekatan kontekstual

dalam pelaksanaannya mencakup tujuh elemen yang saling berkaitan dan

melengkapi. Tujuh elemen tersebut adalah kontruktivisme, inkuiri, bertanya,

pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.

2.2.3.1 Elemen Inkuiri (Menemukan)

Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti

banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (a complex idea that means

many things to in many people in many contexs) (Sudjana 2001:57). Inkuiri adalah

bertanya. Pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang dibicarakan.

Pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya.

Pertanyaan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna. Sebagaimana

dikemukakan sebelumnya, menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan


29

sendiri. Bruner (1974) dalam Nurhadi (2003:71), sebagai penganjur pembelajaran

dengan basis inkuiri, menyatakan idenya sebagai berikut.

Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan


perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan untuk
membuat siswa berpikir …untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti
apa yang dilakukan oleh seorang sejarahwan, mereka turut mengambil
bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan.

Berangkat dari pendapat tersebut, maka dapat diartikan bahwa pembelajaran

inkuiri merupakan pembelajaran yang ideal, karena siswa dituntut untuk berpikir

dan menemukan jawaban dari permasalahan yang ditemukan sendiri. Selain itu,

pembelajaran inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar

yang nyata dan aktif.

Dalam strategi inkuiri ditemukan faktor-faktor yang menarik dalam

kaitannya dengan kegiatan intelek, ketelitian, keterampilan, dan kedisiplinan.

(Hastuti 1996 : 234). Kegiatan inkuiri merupakan sebuah siklus. Siklus itu terdiri

dari langkah-langkah ; (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3)

mengajukan dugaan (hipotesis), (4) pengumpulan data (data gathering), (5)

penyimpulan (conclusion). Siklus pelaksanaan inkuiri merupakan pengembangan

dari kerangka berpikir inkuiri. Pada dasarnya kerangka berpikir dalam inkuiri

adalah (1) siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan

merumuskan teori,baik perorangan maupun kelompok, (2) diawali dengan

pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena, (3)

mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis. Setelah

mengetahui kerangka berpikir inkuiri yang dikembangkan dalam siklus tindakan


30

inkuiri, maka proses pelaksanaan inkuiri secara teknis di lapangan harus dirancang

dan direncanakan.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan penerapan inkuiri dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satu

faktor yang mendukung keberhasilan penerapan inkuiri dalam proses

pembelajaran adalah kondisi. Kondisi di sini meliputi kondisi lingkungan, suasana

dan kondisi siswa. Kondisi yang diperlukan untuk proses belajar melalui inkuiri

adalah (1) kondisi yang fleksibel, bebas dan berinteraksi, (2) kondisi lingkungan

yang responsif, (3) kondisi lingkungan yang memudahkan konsentrsai, (4) kondisi

yang bebas tekanan, (5) menstimulasi dan menantang siswa berpikir, (6)

memberikan fleksibilitas/kebebasan berpendapat, (7) memberikan dukungan

untuk inkuiri, (8) menentukan diagnosa kesulitan siswa’mengidentifikasi serta

membantu penyelesaian. Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih

bagaimana berpikir kritis, karena berpikir kritis merupakan salah satu tujuan

pendidikan (Nurhadi 2003:73).

Berdasarkan beberapa pandangan dan pendapat mengenai inkuiri dalam

proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah

pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar dengan cara menemukan

sendiri pengetahuan melalui kegiatan bertanya tentang pengetahuan yang baru

bagi siswa. Penemuan siswa dalam proses pembelajaran adalah pengetahuan baru

sebagai hasil dari proses berpikir dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut

dengan bantuan guru.


31

2.2.4 Pengertian Life Skill (Kecakapan Hidup)

Konsep life skill merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan

kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja

(Anwar 2004:20). Brolin (2000) dalam Anwar (2004 : 5) menjelaskan bahwa life

sikll constitu a continuum of knowledge and aptude that are necessary for a

person to fuction effectively and to avoid interupptions of employment experience.

Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup.

Istilah kecakapan hidup menurut Satori (2000) dalam Anwar (2004 : 6) bukan

hanya untuk kemampuan tertentu saja, namun harus memiliki kemampuan dasar

pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung,

merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam

tim, terus belajar di tempat kerja menggunakan teknologi.

Menurut Anwar (2004 : 7) program pendidikan life skill adalah pendidikan

yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan

kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada

di masyarakat. Lebih lanjut dikemukakan bahwa life skills merupakan

kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama,

melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki

kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, dan memilki karakter dan etika untuk

terjun ke dunia kerja. Pengertian yang lain mengemukakan bahwa life skill atau

kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani

menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan,
32

kemudian secara pro-aktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga

akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas 2003 : 14).

Departemen Pendidikan Nasional membagi life skill (kecakapan hidup)

menjadi empat jenis, yaitu ; (1) kecakapan personal (personal skill) yang

mencakup kecakapan mengenali diri dan kecakapan berpikir rasional, (2)

kecakapan sosial (social skill), (3) kecakapan akademik (academic skill), dan (4)

kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan personal dan kecakapan

sosial termasuk dalam kecakapan hidup yang bersifat umum, sedangkan

kecakapan akademik dan kecakapan vokasional merupakan kecakapan yang

bersifat khusus (Anwar 2004 : 29-31).

Kecakapan personal adalah kecakapan hidup yang mencakup kecakapan

mengenal diri dan berpikir rasional. Kecakapan mengenal diri sendiri pada

dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,

sebagai anggota masyarakat, sebagai warga negara, serta kemampuan

berinstropeksi. Berinstropeksi untuk menyadari dan mensyukuri kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam

meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Kecakapan berpikir rasional mencakup kecakapan menggali dan menemukan

informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta

kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

Kecakapan selanjutnya adalah kecakapan sosial. Kecakapan sosial atau

kecakapan antarpersonal mencakup kecakapan berkomunikasi dengan empati

(communication skill) dan kecakapan kerjasama (collaboration skill). Empati


33

merupakan sikap penuh pengertian dan seni berkomunikasi dua arah. Dalam

berkomunikasi dengan empati, tidak sekadar menyampaikan pesan, tetapi

menekankan juga isi dan sampainya pesan disertai kesan yang baik yang akan

menumbuhkan hubungan yang harmonis.

Kecakapan ketiga adalah kecakapan akademik. Kecakapan akademik

adalah kecakapan yang mengarah pada kegiatan akademik, yaitu mencakup

kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada

suatu fenomena tertentu, kecakapan merumuskan hipotesis terhadap suatu

rangkaian kejadian, kecakapan merancang dan melaksanakan penilaian untuk

membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan. Kecakapan hidup yang terakhir

adalah kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional adalah kecakapan hidup

yang bersifat khusus. Kecakapan vokasional biasanya disebut kecakapan

kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang profesi tertentu yang

ada di masyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan ciri pembelajaran life

skills adalah (1) terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar, (2) terjadi proses

penyadaran untuk belajar bersama, (3) terjadi keselarasan kegaitan belajar untuk

mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama, (4) terjadi proses

penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial,

kewirausahaan, (5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan

pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu, (6) terjadi proses

interaksi saling belajar dari ahli, (7) terjadi proses penilaian kompetensi, (8)

terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama


34

(Depdiknas 2003:12). Life skill merupakan upaya bagi peningkatan mutu

pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan uraian mengenai pengertian life skill di atas dapat simpulkan,

life skill adalah kecakapan hidup yang harus dimiliki seseorang untuk menghadapi

problema dan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan hidup mendatang

dengan menemukan solusi agar dapat mengatasi setiap permasalahan yang

dihadapi. Life skill memiliki dua karakter sifat, yaitu bersifat umum dan

khusus/spesifik. Life skill yang bersifat umum adalah kecakapan yang secara

umum harus dimiliki siswa untuk semua jenjang pendidikan, baik TK, SD, SMP,

SMA maupun SMK. Kecakapan hidup yang bersifat umum mencakup

kecakapan personal dan kecakapan sosial. Kecakapan hidup yang bersifat khusus

atau spesifik adalah kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Kecakapan

vokasional adalah kecakapan kejuruan, sehingga kecakapan ini khusus dimiliki

siswa SMK.

2.3 Kerangka Berpikir

Standar kompetensi pada pembelajaran menulis, siswa mampu

mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan dalam bentuk paragraf eksposisi

(deduktif dan induktif), baik dari pikiran sendiri maupun dari berbagai tulisan

nonsastra, dalam berbagai bentuk (baik berupa memo, surat, proposal atau karya

tulis ilmiah) kompetensi dasar menulis karya tulis ilmiah. Menulis karya tulis

ilmiah merupakan salah satu butir pembelajaran dari beberapa butir pembelajaran

yang terdapat dalam kurikulum bahasa Indonesia untuk SMA dengan indikator
35

pencapaian hasil belajar siswa mampu menulis hal-hal yang perlu ditulis dalam

membuat karya tulis berdasarkan topik yang dipilih, siswa mampu menentukan

gagasan/topik yang akan dikembangkan dalam karya tulis (berdasarkan

pengamatan atau penelitian), siswa mampu menyusun kerangka karya tulis, siswa

mampu mengembangkan kerangka menjadi karya tulis dengan dilengkapi daftar

pustaka dan siswa mampu membuat karya tulis ilmiah dengan sistematika yang

tepat dan bahasa yang baku.

Kenyataannya, kemampuan menulis siswa SMA Negeri 12 Semarang

belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes keterampilan menulis siswa

yang masih rendah. Rendahnya keterampilan menulis karya ilmiah tersebut dapat

dilihat dari nilai pada aspek – aspek yang terdapat dalam penulisan karya ilmiah

yang belum maksimal. Aspek-aspek tersebut antara lain, (1) sistematika penulisan

karya ilmiah, 2) kemampuan berpikir logis, 3) kesesuaian judul dengan isi, 4)

kemampuan menggunakan ejaan , 5) kemampuan menulis paragraf, kalimat, dan

kata, 6) kemampuan menulis sumber kutipan, 7) kemampuan menulis daftar

pustaka, dan 8) kerapian penulisan karya ilmiah. Rendahnya kemampuan siswa

dipengaruhi beberapa faktor, salah satu faktor yang berpengaruh besar yaitu

pemilihan strategi pembelajaran menulis yang digunakan guru kurang efektif.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan pemilihan strategi

pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk kegiatan pembelajaran menulis.

Penelitian yang dilakukan peneliti dapat mengatasi permasalahan tersebut, karena

penelitian ini memberikan alternatif terbaik bagi guru dalam rangka memilih

strategi pembelajaran yang tepat, yaitu pendekatan kontekstual dengan elemen


36

inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

Siklus I dimulai dengan tahap perencanaan, yaitu dengan menyusun

skenario pembelajaran yang direncanakan dan disesuaikan dengan indikator yang

ingin dicapai. Tahapan selanjutnya adalah kegiatan tindakan, observasi dan yang

terakhir adalah refleksi. Apabila dalam siklus I didapatkan hasil yang kurang

memuaskan, maka dilanjutkan pada siklus II. Siklus II merupakan hasil perbaikan

pada siklus I.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan paparan kajian pustaka, landasan teori, dan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah

terdapat peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dan life skill yang

meliputi personal skill, social skill, dan academic skill siswa kelas II-5 SMA

Negeri 12 Semarang dengan menggunakan pendekatan kontekstual elemen

inkuiri.
37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah desain

penelitian tindakan kelas konsep Stepehen Kemmis dan Mc. Taggart (Hopskin

dalam Depdiknas 2004). Penelitian tindakan kelas bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau

meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian

tindakan kelas dilaksanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang terdiri

atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi.

Kemmis dan Taggart menggambarkan daur penelitian tindakan kelas

berikut ini.

OBA
P RP

R T R T

O O

Siklus I Siklus II

Keterangan : OBA = Observasi Awal

P = Perencanaan

T = Tindakan

37
38

O = Observasi

R = Refleksi

RP = Revisi Perencanaan

Berpijak dari konsep penelitian tindakan kelas Kemmis dan Tagart,

penelitian yang dilakukan peneliti terdiri atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus

II. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti merupakan sebuah siklus

yang masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap perencanaan,

pengamatan, tindakan, dan refleksi. Siklus II dilaksanakan apabila siklus I tidak

mencapai hasil yang diinginkan. Dalam siklus II tahap perencanaan akan direvisi

untuk mencapai hasil yang ingin dicapai. Daur penelitian tindakan kelas yang

akan dipakai dalam penelitian ini adalah sama dengan daur penelitian Kemmis

dan Tagart. Desain penelitian ini diuraikan pada proses tindakan siklus I dan

siklus II.

3.1.1 Siklus I

1) Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan membuat

perencanaan pembelajaran. Kegiatan perencanaan pembelajaran ini mencakup

kegiatan membuat skenario pembelajaran dan mempersiapkan media sebagai

pemodelan yang digunakan bahan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

kegiatan belajar mengajar. Tahap-tahap dalam kegiatan perencanaan diuraikan

berikut ini.
39

1. menyusun rencana pembelajaran siklus I berdasarkan kurikulum

pengajaran bahasa Indonesia SMA 2004

2. membuat skenario pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa

3. mempersiapkan media berupa contoh karya ilmiah yang digunakan

sebagai pemodelan.

4. menyusun lembar pengamatan untuk melihat kondisi saat pembelajaran

berlangsung.

5. mempersiapkan jurnal siswa untuk di isi siswa pada akhir pembelajaran.

6. mempersiapkan alat pengambil gambar untuk merekam proses kegiatan

belajar mengajar.

7. menyusun rancangan evaluasi dengan melihat 3 ranah , yaitu ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2) Tindakan

Tahap tindakan adalah tahap pelaksanaan perencanaan yang telah disusun

oleh peneliti, yaitu dengan melasanakan skenario pembelajaran yang telah disusun

pada tahap perencanaan dengan menggunakan media yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Pada tahap tindakan ini dilakukan kegiatan pembelajaran menulis

karya ilmiah dengan menggunakan pendekatan kontekstual elemen inkuiri, yaitu

dengan cara menemukan sendiri dari pemodelan yang diberikan guru kemudian

didiskusikan dengan kelompok belajar yang telah dibentuk. Tindakan inkuiri yang

dilakukan pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan minat menulis siswa

dan meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA

Negeri 12 Semarang.
40

Kegiatan inkuiri pada siklus I adalah dilakukan dengan kegiatan diskusi

menemukan pengetahuan secara mandiri melalui pemodelan. Siswa kelas II-5

dibentuk kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5-6 orang, kemudian

masing-masing kelompok diberi contoh karya tulis ilmiah yang benar, selanjutnya

masing-masing kelompok berdiskusi untuk menentukan sistematika penulisan dan

unsur-unsur yang terdapat dalam karya tulis ilmiah. Selain itu, berdasarkan

indikator pada rencana pembelajaran yang telah disusun, masing-masing

kelompok diminta untuk menemukan cara menulis daftar pustaka dan sumber

kutipan yang benar.

3) Pengamatan

Dalam kegiatan pengamatan ini peneliti mengamati life skill siswa yang

meliputi personal skill, social skill, dan academic skill yang telah dijabarkan ke

dalam aspek pengamatan dalam lembar observasi dan setiap perilaku serta

perubahan sikap siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis karya

ilmiah dengan pendekatan kontekstual elemen inkuiri. Kegiatan pengamatan yang

dilakukan peneliti berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa dari mulai awal

kegiatan, proses sampai akhir pembelajaran.

4) Refleksi

Kegiatan dalam tahap refleksi ini adalah peneliti bersama siswa mengulas

kembali pelaksanaan pembelajaran pada akhir kegiatan pembelajaran dengan

penilaian atau ulasan singkat materi pelajaran yang telah disampaikan. Pada tahap

ini siswa menyampaikan simpulan dari hasil kegiatan diskusi yang dilakukan

berdasarkan temuan yang diperoleh dari pemodelan. Kemudian guru dan siswa
41

bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan belajar yang telah dilaksanakan

untuk keperluan penyusunan kembali karya ilmiah untuk memperbaiki kesalahan

yang terdapat dalam kegiatan penulisan karya ilmiah sebelumnya, selain itu untuk

meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah.

3.1.2 Siklus II

Tahapan pada siklus II adalah sama dengan tahapan dalam siklus I.

Perbedaan antara siklus I dan siklus II adalah pada kegiatan dalam setiap

tahapnya. Masing-masing tahapan dalam siklus II diuraikan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Kegiatan tahap perencanaan pada siklus II adalah revisi perencanaan siklus

I. Revisi perencanaan merupakan kegiatan perbaikan yang dilakukan atas

perencanaan pada siklus I. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah kegiatan-kegiatan

yang tidak terlaksana dan telah direncanakan pada siklus I. Kemudian dilanjutkan

pada tahapan tindakan yang berorientasi untuk mengatasi kekurangan yang

terdapat pada siklus I. Pada tahap perencanaan mencakup beberapa kegiatan

sebagai berikut.

a. menyusun skenario rencana pembelajaran siklus II berdasarkan kurikulum

pengajaran bahasa Indonesia siswa SMA N 12 Semarang yang berorientasi

pada pencapaian indikator belajar siswa dan pencapaian nilai ketuntasan

belajar klasikal untuk memperbaiki hasil tes menulis karya ilmiah siklus I.

b. mempersiapkan instrumen yang akan digunakan pada siklus II, yaitu lembar

observasi, jurnal siswa, pedoman wawancara dan dokumentasi foto.


42

2. Tindakan

Tahap tindakan dalam siklus II berbeda dengan tindakan pada siklus I.

Tindakan pada siklus II berorientasi pada perbaikan kekurangan yang terdapat

pada siklus II. Tindakan yang dilakukan adalah dengan cara memberikan teknik

pembelajaran out door, yaitu kegiatan pembelajaran di luar kelas melalui kegiatan

berkunjung ke perpustakaan dan lokasi-lokasi yang lain di sekitar lokasi sekolah.

Tindakan tersebut bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara inkuiri, yaitu menemukan sendiri pengetahuan dengan cara belajar mandiri,

aktif, kreatif dan menyenangkan, karena siswa tidak hanya duduk dan belajar di

dalam kelas, tetapi siswa dapat belajar di luar kelas. Siswa diberi kesempatan

untuk bekerjasama dengan orang lain, sehingga siswa akan terlatih untuk berpikir

kritis dan berinisiatif. Tindakan ini dilakukan agar siswa dapat belajar dalam

situasi santai tanpa tekanan, namun mengena karena siswa langsung dihubungkan

dengan konteksnya.

3. Pengamatan

Tahap pengamatan pada siklus II sama dengan siklus I. Perbedaannya

adalah peneliti mengadakan pengamatan di luar kelas. Fokus pengamatan yang

dilakukan peneliti masih sama dengan siklus I, yaitu life skill siswa yang meliputi

personal skill, social skill, dan academic skill serta kegiatan inkuiri yang

dilakasanakan di luar kelas, yaitu kegiatan inkuiri melalui observasi. Berdasarkan

pengamatan yang dilaksankan pada siklus II dapat diketahui peningkatan life skill

siswa atau adanya perubahan perilaku siswa.


43

4. Refleksi

Tahapan refleksi pada siklus II meliputi kegiatan menyimpulkan hasil

kegiatan siswa, yaitu kegiatan berkunjung di lokasi-lokasi yang dipilih siswa.

Guru bersama siswa menyimpulkan laporan hasil kunjungan tersebut untuk

memberikan alternatif bagi siswa dalam menentukan tema dan topik penulisan

karya ilmiah.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas

II-5 SMA Negeri 12 Semarang dengan menggunakan pendekatan kontekstual

elemen inkuiri. Penentuan subjek penelitian ini berdasarkan kenyataan yang

ditemukan di lapangan pada saat survei awal. Latar belakang penentuan subjek

penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti di SMA

Negeri 12 Semarang.

Keterampilan menulis yang dimiliki siswa kelas II-5 SMA Negeri 12

masih kurang, terutama keterampilan menulis karya ilmiah. Kenyataan tersebut

berdasarkan hasil tes menulis karangan ilmiah siswa kelas II yang belum

memuaskan. Kenyataan tersebut didukung pendapat guru mata pelajaran bahasa

Indonesia yang bersangkutan. Menurut guru mata pelajaran bahasa Indonesia

kelas II-5 hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa paling rendah jika

dibandingkan hasil tes keterampilan menulis karangan yang lain. Ditambahkan

oleh guru yang bersangkutan, bahwa rendahnya hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah tersebut jika dibandingkan dengan tes keterampilan menulis yang
44

lain disebabkan karena mengarang ilmiah membutuhkan waktu yang lama dan

harus menuruti aturan penulisan mengarang ilmiah, sedangkan untuk keterampilan

menulis karangan yang lain siswa tidak terlalu kesulitan, karena tidak ada aturan

yang mengikat juga penentuan topik ditentukan guru, sehingga siswa tidak akan

kesulitan mencari topik penulisan dan siswa hanya dituntut untuk

mengembangkan karangan tersebut.

Kelas yang dipilih adalah kelas II-5, alasan pemilihan kelas tersebut adalah

berdasarkan hasil tes keterampilan menulis karangan ilmiah siswa kelas II-5

paling rendah jika dibandingkan dengan hasil tes keterampilan menulis karangan

ilmiah kelas II yang lain di SMA Negeri 12 Semarang. Jumlah siswa kelas II-5

adalah 40 siswa, terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Hasil tes

keterampilan menulis karangan ilmiah siswa kelas II-5 paling rendah jika

dibandingkan kelas II yang lain di SMA Negeri 12 Semarang. Kenyataan tersebut

didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada guru mata

pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di kelas II-5. Berdasarkan hasil

observasi pada hasil tes keterampilan menulis siswa kelas II-5 belum memuaskan.

Rendahnya keterampilan menulis siswa kelas II-5 dipengaruhi beberapa faktor.

Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran keterampilan menulis

karakter siswa kelas II-5 kurang berminat dan bersemangat ketika mengikuti

pembelajaran yang dilakukan guru. Siswa kelas II-5 lebih berminat dan

bersemangat pada pembelajaran keterampilan berbicara dan membaca. Siswa

cenderung malas dan kurang antusias jika diberi tugas menulis karangan.
45

Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan penelitian terhadap

kelas II-5 untuk memperbaiki hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa

kelas II-5 dan meningkatkan minat menulis siswa kelas II-5 SMA Negeri 12

Semarang serta meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas II-5 SMA Negeri

12 Semarang.

3.3 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah Keterampilan menulis karya ilmiah

siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang, dan Penggunaan pendekatan

kontekstual elemen inkuiri.

Variabel keterampilan menulis karya ilmiah adalah variabel hasil dalam

penelitian ini. Keterampilan menulis karya ilmiah siswa mencakup aspek-aspek

penulisan karya ilmiah, yaitu (1) sistematika penulisan karya ilmiah, (2)

kemampuan berpikir logis, (3) kesesuaian judul dengan isi, (4) kemampuan

menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (5) kemampuan

menulis paragraf, kalimat, dan kata, (6) kemampuan menulis sumber kutipan, (7)

kemampuan menulis daftar pustaka, dan (8) kerapian penulisan karya ilmiah.

Pembelajaran menulis karya ilmiah berhasil jika telah mencapai nilai ketuntasan

belajar klasikal sebesar 75.

Variabel proses dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual

elemen inkuiri yang diterapkan pada pembelajaran menulis karya ilmiah.

Pendekatan kontekstual elemen inkuiri merupakan pendekatan yang digunakan

guru ketika pembelajaran berlangsung. Pendekatan ini dilaksanakan dengan


46

metode diskusi dan inkuiri melalui pemodelan dan observasi. Dalam proses

pembelajaran metode tersebut dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan kelompok

belajar dan diskusi untuk menemukan sesuatu yang baru dari pemodelan.

Kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di

luar kelas, yaitu berkunjung ke perpustakaan dan laboratorium atau lingkungan

sekitar sekolah untuk menemukan pengetahuan dengan cara diskusi kelompok

untuk menemukan topik dari kegiatan observasi.

3.4 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen tes dan

nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkap data tes keterampilan menulis

karya ilmiah siswa. Instrumen nontes digunakan untuk mengungkap data nontes

yang terdiri atas jurnal siswa, lembar observasi, pedoman wawancara, dan

dokumentasi foto.

3.4.1 Instrumen Tes

Untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis karya ilmiah siswa SMA

diperlukan alat ukur yang berupa tes tertulis. Tes tertulis ini berupa soal esai

terbuka yang berisi soal-soal tentang materi menulis karya ilmiah. Tes penulisan

karya tulis ilmiah meliputi aspek penulisan karya ilmiah, yaitu (1) sistematika

penulisan karya ilmiah, (2) kemampuan berpikir logis, (3) Kesesuaian judul dan

isi, (4) kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan,

(5) kemampuan menulis paragraf, kalimat, dan kata, (6) kemampuan menulis
47

sumber kutipan, (7) kemampuan menulis daftar pustaka, dan (8) kerapian

penulisan karya ilmiah. Pedoman penilaian karya tulis ilmiah mencakup aspek

penilaian penulisan karya tulis ilmiah dengan skor maksimal, criteria, dan kategori

tiap aspek yang akan diuraikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Pedoman Penilaian Karya Tulis Ilmiah


No Aspek Penilaian Skor Kriteria Kategori
1. Sistematika 15
a. sempurna 15 Semua unsur-unsur dalam karya tulis Sangat Baik
disusun lengkap dan urut sesuai (SB)
dengan sistematika penulisan karya
tulis ilmiah yang baik dan benar
b. agak sempurna 11 Unsur-unsur dalam karya tulis Baik (B)
disusun lengkap tetapi kurang urut
sesuai dengan sistematika penulisan
karya tulis ilmiah yang baik dan
benar
c. kurang sempurna 7 Unsur-unsur dalam karya tulis kurang Cukup (C)
lengkap dan kurang disusun secara
urut berdasarkan sistematika
penulisan karya tulis ilmiah yang baik
dan benar
d. tidak sempurna 3 Unsur-unsur dalam karya tulis tidak Kurang (K)
lengkap dan tidak disusun secara urut
berdasarkan sistematika penulisan
karya tulis ilmiah yang baik dan
benar

2. Kemampuan 20
berpikir logis
a. mampu berpikir 20 Mampu mengungkapkan gagasan ke Sangat Baik
secara logis dalam tulisan secara runtut dan logis (SB)
serta fokus, tidak bertele-tele
b. agak mampu 15 Mampu mengungkapkan gagasan ke Baik(B)
berpikir logis dalam tulisan secara runtut, tetapi
kurang logis.
c. kurang mampu 10 Mengungkapkan gagasan ke dalam Cukup (C)
berpikir logis tulisan kurang runtut dan kurang
fokus, namun masih relevan
d. tidak mampu 5 Mengungkapkan gagasan ke dalam Kurang (K)
berpikir logis tulisan tidak runtut dan tidak fokus.
48

3. Kesesuaian judul 10
dan isi
a. sesuai 10 Antara judul dan isi sesuai atau Sangat baik
relevan (SB)
b. agak sesuai 7 Judul dan isi agak relevan Baik (B)
c. kurang sesuai 4 Antara judul dan isi kurang relevan Cukup (C)
d. tidak sesuai 1 Antara judul dan isi tidak sesuai Kurang (K)
4. Kemampuan 15
menggunakan
ejaan
a. sempurna 12-15 Kesalahan penggunaan ejaan kurang Sangat Baik
dari 10 kata (SB)
b. agak sempurna 8-11 Kesalahan penggunaan ejaan antara Baik (B)
10-20 kata
c. kurang sempurna 4-7 Kesalahan ejaan antara 20-25 kata Cukup (C)
d. tidak sempurna 0-3 Kesalahan lebih dari 25 kata Kurang (K)
5. Kemampuan 15
menulis paragraf,
kalimat, dan Kata
a. sempurna 15 Menggunakan kalimat secara efektif Sangat Baik
dan dikembangkan dengan pola (SB)
pengembangan paragraf yang baik
b. agak sempurna 11 Kalimat yang dipilih efektif, namun
pengembangan paragraf masih Baik (B)
kurang
c. kurang sempurna 7 Menggunakan kalimat kurang efektif
dan tidak menggunakan pola Cukup (C)
pengembangan paragraf yang baik
d. tidak sempurna 3 Tidak menggunakan kalimat secara
efektif dan tidak menggunakan pola Kurang (K)
pengembangan paragraf dalam
mengembangkan paragraf.
6. Kemampuan 10
menulis sumber
kutipan
a. sempurna 10 Sempurna/penulisan sumber kutipan Sangat Baik
sesuai dengan aturan/kaidah. (SB)
b. agak sempurna 7 Penulisan sumber kutipan mendekati
sempurna,kesalahan hanya pada Baik (B)
tanda baca.
c. kurang sempurna 4 Penulisan sumber kutipan kurang
memperhatikan aturan/kaidah dalam Cukup (C)
menulis sumber kutipan
d. tidak sempurna 1 Tidak menggunakan kaidah atau
aturan baku dalam menulis sumber Kurang (K)
kutipan
49

7. Kemampuan 10
Menulis Daftar
Pustaka
a. sempurna 10 Penulisan daftar pustaka sesuai Sangat Baik
dengan kaidah penulisan daftar (SB)
pustaka yang benar.
b. agak sempurna 7 Penulisan daftar pustaka agak Baik (B)
sempurna, kesalahan pada tanda baca.
c. kurang sempurna 4 Penulisan daftar pustaka kurang Cukup (C)
sesuai dengan kaidah penulisan daftar
pustaka yang benar.
d. tidak sempurna 1 Penulisan daftar pustaka tidak sesuai Kurang (K)
dengan kaidah penulisan daftar
pustaka yang benar.
8. Kerapian 5
a. rapi 5 Tulisan terbaca dan disusun secara Sangat Baik
rapi/diketik (SB)
b. agak rapi 3 Tulisan terbaca dan agak rapi/tidak Baik (B)
diketik
c. kurang rapi 2 Tulisan tidak terbaca dan dtulis Cukup (C)
tangan
d. tidak rapi 1 Tulisan tidak terbaca dan tidak rapi. Kurang (K)

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat aspek penilaian dengan uraian skor dan

kriteria penilaian serta kategori. Pedoman penilaian tersebut menjadi dasar

penilaian bagi tes keterampilan menulis karya ilmiah yang dilaksanakan pada

akhir pembelajaran siklus 1 dan siklus II. Tes keterampilan menulis karya ilmiah

dianggap berhasil jika hasil rata-rata skor adalah sama dengan atau lebih dari 75

yaitu berkategori baik. Rentang skor dan kategori keberhasilan penelitian

diuraikan pada tabel 2 berikut

Tabel 2 Skor dan Kategori Keterampilan Menulis Karya Ilmiah


No Skor Kategori
1. 85 -100 Sangat baik
2. 75 - 84 Baik
3. 65 - 74 Cukup
4. 0 - 64 Kurang
50

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat ketentuan skor dan kategori yang

digunakan untuk mengukur keberhasilan tes keterampilan menulis karya ilmiah

siswa kelas II-5 SMA N 12 Semarang siklus I dan siklus II. Kategori sangat baik

memiliki skor 85 sampai 100, skor 75 sampai 84 berada pada kategori baik,

kategori cukup berada pada rentang skor 65 sampai 74, dan rentang skor untuk

kategori kurang adalah 0 sampai 64.

3.4.2 Instrumen Nontes

Instumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) lembar

observasi penelitian, (2) jurnal siswa, (3) pedoman wawancara, dan (4)

dokumentasi foto. Instrumen nontes digunakan untuk mengungkap semua

kejadian dan peristiwa yang terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran.,

baik keadaan kelas pada saat pembelajaran dan perilaku siswa ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung . Masing-masing instrumen digunakan pada siklus I

dan siklus II.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang memuat segala aspek-

aspek yang akan diamati ketika penelitian berlangsung. Penentuan aspek-aspek

pengamatan dalam lembar observasi berdasarkan kegiatan observasi awal yang

dilakukan peneliti dan berorientasi pada rumusan masalah dalam penelitian ini.

Aspek-aspek pengamatan memuat semua perilaku siswa dan peristiwa yang

terjadi dalam kegiatan belajar mengajar. Lembar observasi dalam penelitian ini
51

mencakup 3 jenis life skill yang dijabarkan dalam 11aspek pengamatan. Jenis life

skill yang diamati meliputi personal skill, social skill, dan academic skill. Aspek

personal skill dijabarkan dalam 4 aspek pengamatan, yaitu 1) kemampuan

menggali dan menemukan informasi, 2) kemampuan mengolah informasi,3 )

kemampuan memecahkan masalah secara kreatif, dan 4) ketertiban siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek social skill yang mencakup kecakapan

berkomunikasi dijabarkan ke dalam 4 aspek pengamatan, yaitu 1) keaktifan

bertanya tentang materi, 2) keaktifan menjawab pertanyaan dari guru, 3) keaktifan

berpendapat, dan 4) kemampuan siswa berdiskusi secara tertib dan aktif. Aspek

kecakapan bekerjasama dijabarkan dalam 1 aspek pengamatan, yaitu 1)

kemampuan bekerja sama dengan teman. Aspek academic skill dijabarkan dalam

2 aspek pengamatan, yaitu (1) kemampuan merumuskan permasalahan dan (2)

kemampuan melaksanakan penelitian, yaitu pengumpulan data. Lembar observasi

yang digunakan pada siklus I dan siklus II adalah sama. Masing-masing aspek

pengamatan diamati dengan pedoman kategori sangat baik, baik, cukup, dan

kurang. Lembar observasi digunakan peneliti untuk mengamati perilaku siswa

selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II.

2. Jurnal Siswa

Jurnal adalah catatan harian yang ditulis siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Jurnal siswa memuat hal-hal yang berkaitan dengan tanggapan dan

pendapat tiap-tiap siswa ketika pembelajaran berlangsung. Jurnal siswa dalam

penelitian ini memuat 5 pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap siswa untuk
52

mengetahui tanggapan dan pendapat siswa mengenai proses kegiatan

pembelajaran menulis karya ilmiah di kelas II-5. Adapun aspek yang terdapat

dalam jurnal adalah 1) tanggapan siswa tentang kegiatan pembelajaran bahasa

Indonesia, 2) tanggapan siswa terhadap materi karya ilmiah, 3) hal-hal yang

paling disukai siswa dari kegiatan pembelajaran tersebut, 4) hambatan yang

dialami siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, dan

5) minat siswa menulis karya ilmiah. Jurnal siswa disusun peneliti untuk

mengetahui minat siswa terhadap keterampilan menulis dan mengidentifikasi

kesulitan yang dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan menulis karya ilmiah.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk melengkapi data yang didapatkan dari

anstrumen penelitian yang lain. Pedoman wawancara memuat pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab siswa yang ditunjuk peneliti berdasarkan hasil tes

keterampilan menulis karya ilmiah. Pedoman wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini memuat aspek-aspek pertanyaan berjumlah 10 aspek. Aspek-aspek

pertanyaan dalam pedoman wawancara adalah (1) pendapat siswa mengenai

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah mata pelajaran bahasa Indonesia, (2)

minat siswa terhadap materi menulis karya ilmiah mata pelajaran bahasa

Indonesia, 3) hambatan dan kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 4) keuntungan yang siswa dapatkan

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 5) hal-hal baru

yang siswa dapatkan melalui kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 6)


53

saran dan kritik siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 7)

minat siswa untuk menulis karya ilmiah, 8) kesulitan siswa ketika membuat karya

tulis ilmiah, 9) keuntungan siswa setelah membuat karya tulis ilmiah, 10) karya

ilmiah yang pernah dibuat siswa.

4. Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto adalah gambar-gambar yang diambil dengan

menggunakan kamera pada saat kegiatan penelitian berlangsung. Dokumentasi

foto digunakan untuk mendukung kelengkapan data tentang kejadian yang

sebenarnya di lapangan. Dokumentasi foto memuat data gambar pelaksanaan

kegiatan penelitian pada setiap tahapan penelitian, yaitu pada siklus I dan siklus

II. Dokumentasi foto pada siklus I difokuskan pada tahapan kegiatan inkuiri

berdasarkan pemodelan yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inkuiri

kelompok dan kegiatan diskusi. Dokumentasi foto pada siklus II meliputi kegiatan

inkuiri di luar kelas yang dlaksankan dengan kegiatan observasi. Kegiatan inkuiri

pada siklus II yang didokumentasikan adalah kegiatan inkuiri berdasarkan

observasi dan diskusi di ruang perpustakaan dan laboratorium

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Setelah menentukan instrumen yang digunakan dalam penelitian, maka

kegiatan selanjutnya adalah mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang

telah ditentukan.
54

3.5.1 Teknik Tes

Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data tes dalam rangka mengukur

tingkat keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II 5 SMA Negeri 12

Semarang. Tes dilaksanakan pada siklus I dan siklus II di akhir pembelajaran

Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II. Tes ini

bertujuan untuk mengukur keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5

SMA Negeri 12 Semarang yang meliputi 8 aspek penilaian, yaitu 1) sistematika

penulisan karya ilmiah, (2) kemampuan berpikir logis, (3) Kesesuaian judul dan

isi, (4) kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (5)

kemampuan menulis paragraf, kalimat dan kata, (6) kemampuan menulis sumber

kutipan, (7) kemampuan menulis daftar pustaka dan (8) kerapian penulisan karya

ilmiah. Tes yang telah disusun peneliti diberikan kepada siswa dan dikerjakan

siswa pada akhir pembelajaran siklus I dan II. Hasil tes siklus I dibandingkan

dengan hasil tes pada siklus II untuk mengetahui peningkatan keterampilan

menulis karya ilmiah siswa.

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik pengumpulan data nontes dilakukan peneliti melalui kegiatan

observasi, jurnal siswa, wawancara dan dokumentasi foto.

3.5.2.1 Observasi

Peneliti mengadakan observasi secara langsung untuk mengamati kegiatan

pembelajaran keterampilan menulis di kelas II 5 SMA Negeri 12 Semarang.


55

Dalam kegiatan observasi, peneliti menggunakan lembar observasi penelitian

yang telah ditentukan aspek-aspek yang akan diamati. Kegiatan pengamatan

dilaksanakan selama kegiatan proses belajar mengajar, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Kegiatan pengamatan dilakukan terhadap siswa kelas II-5

SMA Negeri 12 Semarang yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Lembar observasi diisi oleh peneliti sesuai dengan aspek yang diamati dan

dilaksankan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa harus dibiarkan

seperti biasanya ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga data yang

diperoleh peneliti adalah keadaan sebenarnya di lapangan. Kegiatan observasi

yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui life skill siswa, yaitu personal

skill, social skill, dan academic skill yang telah dijabarkan dan tercantum dalam

lembar observasi. Lembar observasi diisi peneliti selama kegiatan pembelajaran

berlangsung pada siklus I dan II. Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan

pada siklus I dan siklus II dapat diamati life skill siswa dan peningkatannya dalam

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dilaksanakan dengan menggunakan

pendekatan kontekstual elemen inkuiri pada siklus I dan siklus II.

3.5.2.2 Jurnal siswa

Jurnal siswa adalah catatan harian yang ditulis siswa selama proses

pembelajaran brerlangsung. Penulisan dilakukan setiap akhir pembelajaran. Jurnal

diisi siswa pada akhir siklus I dan II untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

proses pembelajaran, yang meliputi pendekatan dan cara guru mengajar serta
56

minat siswa terhadap materi yang diajarkan. Jurnal siswa harus diisi siswa dengan

jujur tanpa tekanan dari peneliti.

3.5.2.3 Wawancara

Kegiatan wawancara dilaksanakan dengan menggunakan pedoman

wawancara yang telah disusun peneliti. Dalam melaksanakan kegiatan wawancara

terdapat hal-hal yang perlu dipersiapkan, yaitu 1) menyusun pedoman wawancara,

2) mempersiapkan alat rekam dan kaset kosong, 3) memilih responden, 4)

memilih tempat yang tenang untuk melakukan kegiatan wawancara. Pedoman

wawancara disusun sesuai tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pebedaan hasil tes keterampilan menulis karya

ilmiah siswa dan melengkapi data dari instrumen jurnal, lembar observasi dan

dokumentasi. Kegiatan wawancara memerlukan alat yang digunakan untuk

merekam proses wawancara antara peneliti dan responden.

Kegiatan wawancara dilakukan dengan teknik rekam dan catat. Peneliti

menggunakan alat rekam suara untuk merekam semua pertanyaan dan jawaban

yang terdapat dalam proses kegiatan wawancara. Setelah kegiatan merekam

selesai, peneliti mencatat hasil rekaman menjadi data tulis hasil wawancara

dengan responden kelompok nilai rendah dan kelompok nilai tinggi. Kegiatan

wawancara dilakukan pada responden yang memiliki hasil tes keterampilan

menulis rendah dan tinggi. Kelompok siswa yang memiliki hasil tes keterampilan

menulis karya ilmiah rendah berjumlah 5 responden, dan kelompok yang memiliki

hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah tinggi berjumlah 5 responden.


57

Kegiatan wawancara dilakukan setelah hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah selesai direkap pada siklus I dan siklus II. 10 siswa yang menjadi

responden bersama peneliti mencari tempat yang tenang dan kondusif untuk

melakukan kegiatan wawancara. Hasil kegiatan wawancara dicatat berdasarkan

hasil rekaman kegiatan wawancara.

3.5.2.4 Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto adalah gambar-gambar yang diambil dengan alat berupa

kamera untuk mendokumentasikan setiap tahapan dalam kegiatan pembelajaran

baik siklus I maupun siklus II. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam

pengambilan dokumentasi foto adalah 1) mencatat setiap tahapan yang harus

didokumentasikan, 2) mempersiapkan alat berupa kamera yang telah diisi film 3)

memilih orang sebagai pengambil gambar ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung. Kegiatan-kegiatan yang didokumentasikan adalah 1) kegiatan

pembelajaran pertama, yaitu ketika guru menjelaskan di depan kelas, 2) kegiatan

diskusi kelompok, 3) kegiatan siswa saat pembelajaran berlangsung, 4) kegiatan

pembelajaran di luar kelas, 5) kegiatan wawancara peneliti dengan responden.

Hasil dokumentasi mendukung dan melengkapi data jurnal, lembar observasi dan

wawancara sesuai dengan kenyataan dilapangan.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kuantitatif

dan kualitatif. Teknik analisis data secara kuantitatif digunakan untuk


58

menganalisis data kuantitatif. Data kuantitaif ini diperoleh dari hasil tes menulis

karya ilmiah siswa melalui pembelajaran kontekstual komponen inkuiri. Data-data

hasil tes tersebut dianalisis menggunakan statistika deskriptif, yaitu penghitungan

angka-angka dengan menggunakan rumus statistika dan dideskripsikan. Adapun

langkah-langkah perhitungan data tes adalah 1) merekap skor yang diperoleh

siswa, 2) menghitung skor kumulatif dari semua aspek, 3) menghitung skor rata-

rata, 4) menghitung persentase.

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut.

SP = SK ×100 %
R

SP : skor persentase

SK : skor komulatif

R : jumlah responden

Hasil perhitungan skor siswa dari masing-masing tes ini kemudian

dibandingkan antara hasil tes prasiklus, siklus I dan hasil tes siklus II. Hasil

perbandingan prasiklus, siklus I dan siklus II akan memberikan gambaran

mengenai presentase peningkatan kemampuan menulis karya ilmiah siswa dengan

menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri.

Teknik analisis data nontes dilakukan dengan menggunakan teknik

kategorisasi data kualitatif, yakni menguraikan data nontes secara deskripsi. Data

nontes yang diperoleh peneliti adalah data dari lembar observasi, jurnal siswa,

pedoman wawancara dan dokumentasi foto. Data hasil observasi diuraikan secara

deskripsi dengan menganalisis aspek-aspek pengamatan yang telah diisi peneliti

berdasarkan kenyataan di lapangan. Data jurnal dianalisis dengan cara membaca


59

seluruh jurnal yang telah diisi siswa pada akhir pembelajaran pada siklus I dan

siklus II, kemudian diuraikan dengan cara deskripsi. Data wawancara diperoleh

dengan teknik rekam dan teknik catat. Data wawancara dianalisis dengan

mencermati kembali hasil rekaman dan hasil catatan kemudian dirumuskan dan

disimpulkan kemudian pada akhirnya dideskripsikan. Data yang terakhir adalah

data yang diperoleh dari dokumentasi foto yang menunjukkan setiap tahapan

proses kegiatan penelitian dan dianalisis dengan mendeskripsi gambar-gambar

tersebut sesuai dengan tahapan yang telah dilaksanakan dilapangan.

Hasil analisis tersebut berguna untuk, (1) mengetahui siswa yang

mengalami kesulitan dalam membuat karya tulis ilmiah, (2) mengetahui minat

siswa terhadap pembelajaran karya tulis ilmiah, (3) mengetahui peningkatan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa dengan menggunakan pendekatan

kontekstual elemen inkuiri.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal (Prasiklus)

Hasil tes menulis karangan ilmiah siswa kelas II-5 SMA N 12 Semarang

pada tahap prasiklus menunjukkan rata-rata sebesar 62,13. Hasil tersebut

tergolong paling rendah jika dibandingkan dengan hasil tes menulis karangan

ilmiah siswa kelas II yang lain di SMA Negeri 12 Semarang. Hasil tes menulis

karya ilmiah siswa kelas II-5 pada tahap prasiklus menunjukkan rata-rata sebesar

62,13 dan termasuk ke dalam kategori kurang. Hal tersebut dapat dilihat pada data

tabel 3 berikut.

Tabel 3 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Ilmiah Prasiklus


No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata
(persentase)
1. Sangat baik 85-100 0 0,00 % 62,13
2. Baik 75-84 1 2,50 %
3. Cukup 65-74 15 37,50 %
4. Kurang 0-64 24 60,00 %
Jumlah 40 100 %

Tabel 3 menunjukkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai dengan

kategori sangat baik tidak ada, siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori

baik hanya 1 siswa atau 2,50 % dari 40 siswa kelas II-5, siswa yang mendapatkan

nilai dengan kategori cukup berjumlah 15 siswa atau 37,5 %, dan 24 siswa atau

60,00 % siswa kelas II-5 mendapatkan nilai dengan kategori kurang. Skor rata-

rata hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah pada tahap prasiklus sebesar

62,13.

60
61

Rendahnya hasil tes tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang

paling banyak dialami siswa adalah kesulitan menentukan topik dan tema

penulisan karangan ilmiah dan kesulitan memulai kegiatan menulis, yaitu

kesulitan menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan. Faktor yang lain adalah

kurangnya minat siswa terhadap kegiatan menulis, siswa cenderung malas dan

tidak bersemangat dalam kegiatan pembelajaran menulis. Kegiatan pembelajaran

pada tahap prasiklus ini dilaksanakan oleh guru secara klasikal, sehingga siswa

bosan dan tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan menulis.

Berdasarkan hasil tes menulis karangan ilmiah dan identifikasi faktor

penyebab rendahnya hasil tes keterampilan menulis karangan ilmiah siswa kelas

II-5 SMA Negeri 12 Semarang pada tahap prasiklus, maka perlu dilakukan

tindakan pembelajaran untuk mengatasi permasalahan dan kesulitan yang dialami

siswa dalam menulis karangan ilmiah.

4.2 Siklus I

Hasil tes keterampilan menulis karangan ilmiah siswa kelas II-5 SMA

Negeri 12 Semarang pada tahap prasiklus belum memuaskan, untuk itu perlu

dilakukan tindakan untuk memecahkan permasalahan belajar yang dialami siswa

dan meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA

Negeri 12 Semarang. Tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus I adalah

pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menggunakan pendekatan kontekstual

elemen inkuiri. Tindakan inkuiri yang dilakukan pada siklus I ini bertujuan untuk

meningkatkan minat menulis siswa dan meningkatkan keterampilan menulis karya


62

ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang. Kegiatan inkuiri pada siklus I

adalah kegiatan diskusi untuk menemukan pengetahuan tentang aspek-aspek

menulis karya ilmiah secara mandiri melalui pemodelan. Siswa kelas II-5

dibentuk kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang, kemudian

masing-masing kelompok diberi contoh karya tulis ilmiah yang benar, selanjutnya

masing-masing kelompok berdiskusi untuk menentukan sistematika penulisan dan

unsur-unsur yang terdapat dalam karya tulis ilmiah. Selain itu, berdasarkan

indikator pada rencana pembelajaran yang telah disusun, masing-masing

kelompok diminta untuk menemukan cara menulis daftar pustaka dan sumber

kutipan yang benar.

Tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12

Semarang dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran siklus I dan hasil karya

dinilai berdasarkan pedoman penilaian keterampilan menulis karya ilmiah yang

meliputi 8 aspek penilaian, yaitu 1) sistematika yang tepat, (2) kemampuan

berpikir logis, (3) Kesesuaian judul dan isi, (4) kemampuan menggunakan ejaan

bahasa Indonesia yang baik dan benar, (5) kemampuan menulis paragraf, kalimat,

dan kata, (6) kemampuan menulis sumber kutipan, (7) kemampuan menulis daftar

pustaka, dan (8) kerapian penulisan karya ilmiah.

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri

12 Semarang pada siklus I menunjukkan rata-rata sebesar 69,38. Hasil tersebut

menunjukkan peningkatan sebesar 7,45 poin dari hasil tes menulis karangan

ilmiah pada tahap prasiklus yaitu sebesar 62,13. Hasil tes keterampilan menulis
63

karya ilmiah pada siklus I masuk ke dalam kategori cukup hal ini dibuktikan

dengan data yang diuraikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Hasil Tes keterampilan Menulis Karya Ilmiah Siklus I

No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata


(persentase)
1. Sangat baik 85 -100 0 0,00 % 69,58
2. Baik 75 - 84 19 47,50 %
3. Cukup 65 - 74 10 25,00 %
4. Kurang 0 - 64 11 27,50 %
Jumlah 40 100 %

Hasil analisis data tes yang ditunjukkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa

siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik tidak ada, siswa yang

mendapatkan nilai dengan kategori baik hanya berjumlah 19 siswa atau 47,50 %

dari jumlah siswa sebanyak 40, siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori

cukup sebesar 10 siswa atau 25,00 % dari jumlah siswa sebanyak 40, dan siswa

yang mendapatkan nilai dengan kategori kurang sebesar 27,50 % atau 11 siswa.

dari 40 siswa.

4.2.1 Aspek Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

Aspek sistematika penulisan karya ilmiah adalah aspek yang mencakup

materi kelengkapan unsur-unsur yang terdapat dalam penulisan karya ilmiah.

Dalam aspek sistematika diatur sistem penyusunan unsur-unsur karya ilmiah yang

membedakan dengan karya tulis nonilmiah atau populer. Aspek sistematika

penulisan karya ilmiah merupakan salah satu aspek penilaian dalam tes

keterampilan menulis karya ilmiah. Berdasarkan hasil analisis nilai yang

dilakukan terhadap tes keterampilan menulis karya ilmiah pada siklus I


64

didapatkan hasil tes pada aspek sistematika penulisan karya ilmiah siswa kelas II-

5 yang diuraikan pada tabel 5 berikut.

Tabel 5 Apek Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Siklus I

No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata


(Persentase)
1. Sangat Baik 15 19 47,50 % 11,9
2. Baik 11 17 42,50 %
3. Cukup 7 4 10,00 %
4. Kurang 3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5 dapat ditentukan jumlah siswa yang mampu menulis

karya ilmiah dengan penulisan sistematika yang benar, urut dan lengkap yaitu 19

siswa atau 47,50 % dari 40 siswa, jumlah siswa yang cukup memahami

sistematika penulisan dengan kriteria menulis sistematika penulisan karya ilmiah

kurang lengkap dan urut, atau lengkap tapi tidak urut adalah 17 siswa atau 42,5 %

dari jumlah siswa kelas II-5 sebanyak 40 siswa, sedangkan siswa yang kurang

memahami sistematika penulisan karya ilmiah dengan kriteria kurang urut dan

kurang lengkap berjumlah 4 siswa atau 10 %. Data pada tabel 5 menunjukkan

skor rata-rata sebesar 11,9.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penulisan karya

ilmiah aspek sistematika penulisan karya ilmiah pada siklus I kurang berhasil

karena lebih dari 50 % siswa belum mampu menyusun karya tulis ilmiah dengan

sistematika penulisan yang tepat.


65

4.2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Logis

Kemampuan berpikir logis merupakan salah satu aspek penulisan karya

tulis ilmiah yang sangat menentukan kualitas isi karya ilmiah, karena daya logika

siswa sangat diperlukan dalam menyusun dan merangkai kata serta

mengembangkannya menjadi tulisan yang rasional dan logis. Aspek kemampuan

berpikir logis adalah aspek yang mempunyai skor maksimal paling tinggi yaitu

20, karena aspek kemampuan berpikir logis adalah aspek paling sulit, yaitu aspek

yang menuntut kecerdasan dan ketelitian dalam mengungkapkan ide dan gagasan

ke dalam tulisan dengan disertai pemilihan kata yang tepat dan kalimat efektif.

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek kemampuan berpikir logis

siswa kelas II-5 pada siklus I diuraikan pada tabel 6 berikut.

Tabel 6 Aspek Kemampuan Berpikir Logis Siklus I


No Kategori Skor Frekuensi % (persentase) Rata-rata
1. Sangat Baik 20 0 0,00 % 11,0
2. Baik 15 23 57,50 %
3. Cukup 10 17 42,50 %
4. Kurang 5 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang

mempunyai kategori baik dalam berpikir logis dengan kriteria mampu

mengungkapkan gagasan ke dalam tulisan secara logis, urut dan efektif adalah 23

siswa atau 57 %, siswa yang berkategori cukup dalam mengungkapkan

gagasannya secara logis adalah berjumlah 17 siswa atau 42,50 %, dan jumlah

siswa yang kurang mampu berpikir logis adalah 0 atau tidak ada. Berdasarkan

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50 % siswa kelas II-5

berkategori baik pada aspek kemampuan berpikir logis.


66

4.2.3 Aspek Kesesuaian Judul dan Isi

Aspek kesesuaian judul berkaitan dengan kemampuan menemukan topik

atau tema penulisan, selain itu berkaitan juga dengan kemampuan menyusun

bagian-bagian dalam karya tulis ilmiah dan menyesuaikan dengan judul penulisan

agar antara judul dan isi sesuai. Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek

kesesuaian judul dan isi siswa kelas II-5 pada siklus I terdapat pada tabel 7

berikut.

Tabel 7 Aspek Kesesuaian Judul dan Isi Siklus I


No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata
(Persentase)
1. Sangat Baik 10 28 70,00 % 8,50
2. Baik 7 0 0,00 %
3. Cukup 4 12 30,00 %
4. Kurang 1 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas II-5

sudah mampu menyesuaikan isi dengan judul penulisan, hal ini dibuktikan dengan

data siswa yang berkategori sangat baik dalam aspek kesesuain judul dan isi

berjumlah 28 siswa atau 70 %, siswa yang berkategori cukup berjumlah 11 siswa

atau 27,50 %, dan siswa yang berkategori baik dan kurang pada aspek ini tidak

ada. Berdasarkan data rata-rata pada aspek ini adalah 8,50. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa kelas II-5 mampu menulis karya ilmiah dengan

penulisan judul yang sesuai dengan isi karya ilmiah. Berdasarkan data tersebut

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas II-5 tidak mengalami

kesulitan untuk menyesuaikan judul dengan isi karya tulis ilmiah.


67

4.2.4 Aspek Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan

Aspek kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan adalah kemampuan yang menguji aspek kebahasaan siswa, yaitu

berupa atauran penggunaan kata dan kalimat yang harus sesuai dengan ragam

bahasa baku karena salah satu ciri karya tulis ilmiah yang membedakan karya

populer adalah ragam bahasa yang digunakan. Kriteria pada aspek kemampuan

mengguankan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah kesalahan

penggunaan ejaan kurang dari 10 kata berkategori sangat baik, kesalahan

penggunaan ejaan lebih dari 10 dan kurang dari 20 berkategori baik, sedangkan

kesalahan penggunaan ejaan sebanyak 20-25 kata berkategori cukup, dan kategori

kurang berkriteria kesalahan ejaan lebih dari 25 kata. Hasil penilaian terhadap tes

keterampilan menulis karya ilmiah aspek kemampuan menggunakan ejaan bahasa

Indonesia yang disempurnakan siswa kelas II-5 pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 8 berikut.

Tabel 8 Aspek Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi % (Persentase) Rata-rata
1. Sangat Baik 12 - 15 11 27,50 % 10,8
2. Baik 8 - 11 28 70,00 %
3. Cukup 4-7 1 2,50 %
4. Kurang 0-3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori

sangat baik dengan kriteria kesalahan ejaan kurang dari 10 kata adalah 11 siswa

atau 27,50 %, siswa yang berkategori baik dengan kriteria kesalahan ejaan lebih
68

dari 10 kata dan kurang dari 20 kata berjumlah 28 siswa atau 70,00 %, dan jumlah

siswa yang berkategori kurang dengan kriteria kesalahan ejaan antara 20 kata

sampai 25 kata adalah 1 siswa atau 2,50 %. Kategori kurang tidak ada. Hasil data

tabel 8 di atas menunjukkan rata-rata pada aspek ini sebesar 10,8.

4.2.5 Aspek Kemampuan Menulis Paragraf, Kalimat, dan Kata

Kemampuan menggunakan kata dan kalimat secara efektif dikaitkan

dengan pola pengembangan paragraf. Kemampuan siswa dalam memilih kata dan

menggunakan kalimat efektif harus diikuti dengan kemampuan mengembangkan

paragraf dengan menggunakan pola pengembangan paragraf yang baik dan benar.

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah pada aspek kemampuan

menggunakan kata dan kalimat efektif diuraikan tabel 9 berikut.

Tabel 9 Aspek Kemampuan Menulis Paragraf, Kalimat, dan Kata Siklus I


No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata
(persentase)
1. Sangat Baik 15 1 2,50 % 8,3
2. Baik 11 24 60,00 %
3. Cukup 7 15 37,50 %
4. Kurang 3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Aspek kemampuan menggunakan kalimat dan kata secara efektif memiliki

skor maksimal 15. Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang

berkategori sangat baik dengan kriteria mampu menggunakan kalimat dan kata

secara efektif hanya 1 siswa atau 2,50 %, siswa yang berkategori baik dengan

kriteria menggunakan kalimat dan kata kurang efektif dengan menggunakan pola

pengembangan paragraf yang baik berjumlah 24 siswa atau 60,00 %, dan jumlah
69

siswa yang berkategori cukup dengan kriteria kurang mampu menggunakan kata

dan kalimat seacra efektif dan tidak menggunakan pola pengembangan paragraf

yang baik 15 siswa atau 37,5 %. Untuk siswa yang berada pada kategori kurang

tidak ada. Berdasarkan data pada tabel 8 ditunjukkan skor rata-rata pada aspek ini

sebesar 8,3, dan berada pada kategori baik.

4.2.6 Aspek Kemampuan Menulis Sumber Kutipan

Aspek kemampuan menulis sumber kutipan berkaitan dengan sumber

referensi yang digunakan penulis dalam karya tulis ilmiah, hal ini bertujuan untuk

membentuk sikap ilmiah siswa agar tidak membiasakan siswa menjadi plagiator.

Aspek ini sesuai dengan indikator yang tercantum dalam rencana pembelajaran

yang digunakan peneliti. Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek

kemampuan menulis sumber kutipan dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10 Aspek Kemampuan Menulis Sumber Kutipan Siklus I

No Kategori Skor Frekuensi % (persentase) Rata-rata


1. Sangat Baik 10 23 57,50 % 8,2
2. Baik 7 16 40,00 %
3. Cukup 4 1 2,50 %
4. Kurang 3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Aspek kemampuan menulis sumber kutipan memiliki skor maksimal 10.

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori

sangat baik dengan kriteria menulis sumber kutipan sesuai dengan kaidah

penulisan sumber kutipan dalam penulisan karya ilmiah adalah 23 siswa atau

57,50 %, siswa yang berkategori baik dengan kriteria kurang mampu menulis
70

sumber kutipan yang sesuai dengan kaidah berjumlah 16 siswa atau 40,00 %, dan

jumlah siswa yang berkategori cukup dengan kriteria kurang mampu menulis

sumber kutipan yang sesuai dengan kaidah penulisan sumber kutipan berjumlah 1

siswa atau 2,50 %. Dan untuk kategori kurang tidak ada. Skor rata-rata pada aspek

ini adalah 8,2. Berdasarkan data tersebut pada aspek ini siswa kelas II-5 berada

pada kategori sangat baik.

4.2.7 Aspek Kemampuan Menulis Daftar Pustaka

Kemampuan menulis daftar pustaka diatur sesuai dengan kaidah penulisan

daftar pustaka yang baik dan benar. Kriteria aspek kemampuan menulis daftar

pustaka dalam karya ilmiah adalah mampu menulis daftar pustaka sesuai dengan

kaidah penulisan daftar pustaka yang baik dan benar berkategori sangat baik, agak

mampu menulis daftar pustaka sesuai dengan aturan dan kaidah penulisan

berkategori baik, kriteria kurang mampu menulis daftar pustaka sesuai dengan

kaidah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar berkategori cukup, dan tidak

mampu menulis daftar pustaka sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmaih yang

baik dan benar beraktegori kurang. Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah

pada aspek kemampuan menulis daftar pustaka diuraikan pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Aspek Kemampuan Menulis Daftar Pustaka Siklus I


No kategori Skor Frekuensi % (persentase) Rata-rata
1. Sangat Baik 10 21 52,50 % 8,0
2. Baik 7 18 45,00 %
3. Cukup 4 1 2,50 %
4. Kurang 1 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %
71

Aspek kemampuan kemampuan menulis daftar pustaka memiliki skor

maksimal 10. Aspek ini sesuai dengan indikator yang tercantum dalam Rencana

Pembelajaran yang digunakan peneliti pada siklus I. Berdasarkan tabel 11 dapat

dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori sangat baik adalah 21 siswa atau

52,50 %, siswa yang berkategori baik berjumlah 18 siswa atau 45,00 %, dan

jumlah siswa yang berkategori cukup berjumlah 1 siswa atau 2,50 %. Untuk

jumlah siswa yang berkategori kurang tidak ada. Berdasarkan rata-rata skor pada

aspek ini, maka kategori untuk aspek ini adalah baik.

4.2.8 Aspek Kerapian Penulisan Karya Ilmiah

Aspek kerapian penulisan karya ilmiah adalah aspek terakhir dalam

penyusunan karya ilmiah. Aspek kerapian penulisan karya ilmiah memilki skor 5

dengan kategori baik, cukup dan kurang. Adapun kriteria masing-masing kategori

adalah berkategori baik jika tulisan siswa rapi dan atau diketik, berkategori cukup

jika tulisan tangan, agak rapi dan terbaca, untuk kategori kurang jika tulisan

tangan tidak rapi dan tidak terbaca. Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah

aspek kerapian penulisan karya ilmiah dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Tabel 12 Aspek Kerapian Penulisan Karya Ilmiah Siklus I

No Kategori Skor Frekuensi % Rat-rata


(Persentase)
1. Sangat Baik 5 3 7,50 % 3,0 %
2. Baik 3 37 92,50 %
3. Cukup 2 0 0,00 %
4. Kurang 1 0 0,00 %
Jumlah 40 100
72

Aspek kerapian penulisan karya ilmiah memiliki skor maksimal 5.

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori baik

dengan kriteria menulis karya ilmiah dengan pola penulisan yang rapi dan atau

diketik adalah 3 siswa atau 7,50 %, siswa yang berkategori cukup berjumlah 37

siswa atau 92,50 %. Siswa yang berkategori kurang tidak ada. Berdasarkan uraian

hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA N 12 Semarang

pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yaitu sebesar 75, maka

perlu dilakukan tindakan pada siklus II untuk meningkatkan keterampilan menulis

karya ilmiah siswa.

Berdasarkan hasil pada siklus I dapat diidentifikasi kesulitan yang masih

dialami siswa dalam menulis karya ilmiah. Permasalahan yang dihadapi masih

sama, yaitu kesulitan dalam menemukan dan menentukan topik penulisan karya

ilmiah. Pada siklus I siswa mulai bersemangat dan mengalami peningkatan minat

pada kegiatan menulis karya ilmiah, hal ini dibuktikan dengan hasil karya yang

dikumpulkan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, selain itu indikator

pada siklus I telah tercapai.

4.2.9 Observasi

Kegiatan observasi yang dilaksanakan pada siklus I menggunakan lembar

observasi yang mencakup 11 aspek pengamatan yang berorientasi pada perilaku

siswa yang meliputi personal skill, social skill dan academic skill. Berdasarkan

pengamatan peneliti tentang perilaku siswa pada kegiatan pembelajaran


73

keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 dengan pendekatan

kontekstual elemen inkuiri pada siklus I diuraikan melalui tabel 13 berikut.

Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I

No Aspek Pengamatan Kategori Frekuensi % (persentase)


1. Kemampuan menggali dan Cukup 15 siswa 37,5 %
menemukan informasi
2. Kemampuan mengolah informasi Kurang 5 siswa 12,5 %
3. Kemampuan memecahkan masalah Kurang 5 siswa 12,5 %
secara kreatif
4. Ketertiban siswa dalam mengikuti Baik 35 siswa 87,5 %
kegiatan pembelajaran
5. Keaktifan bertanya tentang materi Kurang 8 siswa 20 %
6. Keaktifan menjawab pertanyaan Kurang 6 siswa 15 %
dari guru
7. Keaktifan berpendapat Kurang 3 siswa 7,5 %
8. Kemampuan siswa berdiskusi Cukup 15 siswa 37,5 %
secara aktif dan tertib
9. Kemampuan bekerjasama dengan Baik 30 siswa 75 %
teman
10 Kemampuan merumuskan masalah Kurang 5 siswa 12,5 %
11 Kemampuan melaksanakan kegiatan Kurang 5 siswa 12,5 %
penelitian, yaitu pengumpulan data

Tabel 13 menunjukkan hasil pada aspek pengamatan yang pertama, yaitu

aspek kemampuan menggali dan menemukan informasi berada pada kategori

cukup. Aspek menggali dan menemukan informasi dapat diamati dari perilaku

siswa melalui hasil rangkuman kegiatan inkuiri yang dilaksanakan masing-masing

kelompok. Berdasarkan hasil laporan atau rangkuman siswa pada siklus I, dari 8

kelompok, terdapat 3 kelompok atau 15 siswa kelas II-5 kurang aktif dan kurang

kreatif dalam menggali dan menemukan informasi, berarti 25 siswa atau lebih dari

50 % dari 40 siswa kelas II-5 masih kurang dalam menggali dan menemukan

informasi. Tiga kelompok tersebut hanya menemukan pengetahuan tentang

sistematika penulisan karya ilmiah, sedangkan aspek-aspek karya ilmiah yang lain
74

tidak ditemukan. Lima kelompok yang lain dapat menemukan unsur sistematika

penulisan karya ilmiah, ragam bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah, serta

penulisan daftar pustaka dan sumber kutipan.

Aspek pengamatan yang kedua adalah kemampuan mengolah informasi.

Berdasarkan hasil pengamatan, kemampuan mengolah informasi siswa kelas II-5

berada pada kategori kurang. Hal tersebut dikarenakan hanya 1 kelompok yang

mampu mengolah informasi dengan rinci, sistematik, dan jelas. Berarti hanya 5

siswa atau kurang dari 25 % dari jumlah siswa keseluruhan yang mampu

mengolah informasi dengan rinci dan jelas. Tujuh kelompok atau 35 siswa masih

kurang dalam menghasilkan rangkuman yang spesifik, kurang sistematis, dan

kurang jelas. Berarti hanya 12,5 % siswa kelas II-5 yang mampu mengolah

informasi dengan baik, dan sistematis.

Aspek ketiga adalah aspek kemampuan memecahkan masalah secara

kreatif. Permasalahan yang dihadapi masing-masing kelompok adalah sama, yaitu

menemukan aspek-aspek penulisan karya ilmiah melalui pemodelan. Berdasarkan

pengamatan, kemampuan memecahkan masalah secara kreatif siswa kelas II-5

berada pada kategori kurang, karena hanya 1 kelompok atau 5 siswa atau 12,5 %

yang menggunakan sistem pembagian tugas dalam menemukan aspek-aspek

penulisan karya ilmiah, yaitu menentukan sistematika penulisan, menemukan

perbedaan antara karya ilmiah dan karya tulis non-ilmiah, dan menentukan

penulisan sumber kutipan dan daftar pustaka. Kelompok yang lain dalam proses

kegiatan inkuiri dilakukan secara bersamaan, sehingga banyak menyita waktu.


75

Aspek pengamatan yang keempat adalah ketertiban siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Dalam aspek pengamatan ini terdapat beberapa perilaku

negatif yang diamati peneliti berkaitan dengan sikap tertib mengikuti kegiatan

pembelajaran. Sikap tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran adalah sikap

tenang, menyimak dan memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan perintah

dari guru dan mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Perilaku negatif

yang dilakukan siswa adalah mengantuk, berbicara sendiri, sering minta izin

keluar ruangan tanpa alasan yang jelas. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa

yang mengantuk pada waktu kegiatan pembelajaran siswa adalah responden

nomor 15 dan 16. Siswa yang sering minta izin keluar ruangan adalah 30 dan 35,

dan siswa yang sering berbicara sendiri atau ramai sendiri saat kegiatan

pembelajaran berlangsung adalah 9 dan 13. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa 8 siswa atau 20 % siswa kelas II-5 kurang tertib dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan 32 atau 80 % siswa yang lain sudah

baik dan tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I.

Aspek pengamatan yang kelima adalah keaktifan bertanya tentang materi.

Pada aspek ini, siswa kelas II-5 termasuk dalam kategori kurang aktif,. karena

kurang dari 25 % siswa, tepatnya 20 % atau 8 siswa bertanya ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung. Pertanyaan yang disampaikan siswa adalah berkaitan

dengan materi penulisan karya ilmiah.

Aspek pengamatan yang keenam adalah keaktifan menjawab pertanyaan

dari guru. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, siswa kelas II-5

kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, karena jumlah siswa yang
76

bersedia dan mampu menjawab pertanyaan dari guru kurang dari 25 % siswa,

yaitu hanya sebesar 15 % atau 6 siswa.

Aspek pengamatan ketujuh adalah keaktifan berpendapat. Siswa kelas II-5

masih kurang berani dalam mengeluarkan pendapat, hal ini ditunjukkan dengan

sikap diam jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat

tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi menulis karya ilmiah. Siswa yang

bersedia memberikan tanggapan hanya 3 siswa atau 7,5 %, sedangkan siswa yang

lain cenderung diam dan tidak berani untuk mengungkapkan pendapat atau

gagasan mereka. Alasan yang lain adalah siswa malu untuk berbicara dengan

pendapat sendiri karena takut salah dan ditertawakan siswa yang lain.

Aspek pengamatan yang kedelapan adalah kemampuan siswa berdiskusi

secara tertib dan aktif. Kemampuan siswa berdiskusi secara aktif dan tertib adalah

pelakasanaan diskusi kelas antar kelompok yang aktif dan tertib. Berdasarkan

hasil pengamatan peneliti ketika mengamati proses pelaksanaan kegiatan diskusi

antar-kelompok siswa kelas II-5 adalah cukup baik. Hal tersebut dibuktikan

dengan 15 siswa atau 37,5 % tercatat sebagai partisipan aktif dalam diskusi, baik

ssebagai penanya, menjawab pertanyaan dan menanggapi. Masing-masing

kelompok bergantian menyampaikan hasil diskusi kelompok secara tertib dan

urut, dan kelompok yang lain tertib dan tenang mendengarkan laporan hasil

diskusi kelompok yang disampaikan siswa. Setelah kegiatan penyampaian laporan

selesai, masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk menangapi, dan secara

aktif siswa pun menanggapi hasil laporan yang telah disampaikan. Diskusi kelas
77

pada saat itu berjalan baik, aktif dan tertib dengan menghasilkan simpulan yang

disimpulkan bersama-sama pada tahap refleksi.

Aspek pengamatan kesembilan adalah aspek kemampuan bekerjasama

dengan teman. Aspek ini diamati peneliti ketika proses berlangsungnya kegiatan

kelompok belajar. Kemampuan bekerjasama siswa kelas II-5 baik, hal tersebut

ditunjukkan dengan kegiatan kelompok belajar yang aktif berdiskusi dan saling

memberikan tanggapan. Berdasarkan pengamatan terdapat 6 kelompok atau 30

siswa atau 75 % siswa kelas II-5 sudah aktif dan tertib dalam melaksanakan

kegiatan diskusi kelompok, sedangkan 2 kelompok yang lain masih kurang dalam

melaksanakan proses kegiatan diskusi kelompok. Dalam pembentukan kelompok,

masing-masing kelompok dibentuk secara acak, sehingga siswa tidak

diperkenankan untuk memilih anggota dalam kelompoknya. Berdasarkan sistem

tersebut, setelah dilaksanakan kegiatan kelompok, berdasarkan pengamatan

peneliti, masing-masing kelompok tidak mengalami permasalahan hubungan

antar-personal, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bekerjasama siswa kelas

II-5 sangat baik.

Aspek pengamatan kesepuluh yaitu kemampuan merumuskan masalah.

Aspek kemampuan merumuskan masalah berkaitan dengan aspek academic skill

yang termasuk dalam proses kegiatan inkuiri dan proses penyusunan karya ilmiah.

Dalam pengamatan, siswa kelas II-5 kurang mampu merumuskan permasalahan.

Hal ini terlihat dari proses diskusi kelompok yang berjalan pada masing-masing

kelompok. 7 kelompok atau 35 siswa atau 87,5 % siswa kelas II-5 masih terlihat

bingung dan kesulitan menentukan serta merumuskan permasalahan, sehingga


78

hanya 12,5 % siswa yang mampu merumuskan masalah dengan baik. Dari

keseluruhan kelompok, hanya satu kelompok yang mampu merumuskan

permasalahan dengan baik dan kreatif, proses tersebut didukung faktor kerjasama

yang baik antar siswa.

Aspek pengamatan yang kesebelas adalah kemampuan melakasnakan

kegiatan penelitian, yaitu pengumpulan data. Kegiatan penelitian dalam hal ini

adalah kegaitan inkuiri yang dilaksanakan siswa Berdasarkan pengamatan,

kemampuan siswa kelas II-5 dalam melaksanakan penelitian masih kurang, hal ini

terlihat dari kemampuan siswa dalam menggali dan mengolah informasi dari hasil

kegiatan inkuiri yang kurang maksimal. Hal ini terbukti hanya 1 kelompok atau 5

siswa atau 12,5 % siswa kelas II-5 yang mampu menggali dan mengolah

informasi dengan baik. Data pada tabel 13 dapat digambarkan dengan grafik 1

berikut.

GRAFIK LIFE SKILL SIKLUS I

90.0%
80.0% 80.0%
75.0%
70.0%
FREKUENSI

60.0%
50.0%
40.0% 37.5% 37.5%
30.0%
20.0% 20.0%
12.5% 12.5% 15.0% 12.5%
12.5%
10.0% 7.5%
0.0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ASPEK PENGAMATAN

Grafik 1 Life Skill Siklus I


79

Grafik 1 menggambarkan frekuensi life skill yang dijabarkan dalam 11

aspek pengamatan. Berdasarkan grafik 11 dapat dijelaskan bahwa pada aspek 1

mempunyai frekuensi sebesar 37,5 %, pada aspek 2 dan 3 memiliki frekuensi

sebesar 12,5 %, aspek 4 memiliki frekuensi sebesar 80,0 %, pada aspek 5

memiliki frekuensi sebesar 20,0 %, pada aspek pengamatan 6 memiliki frekuensi

sebesar 15,0 %, aspek pengamatan 7 memiliki frekuensi sebesar 7,5 %, Aspek 8

memiliki frekuensi sebesar 37,5 %, aspek 9 memiliki frekuensi sebesar 75,0 %,

aspek pengamatan 10 dan 11 memiliki frekuensi sebesar 12,5 %.

Berdasarkan uraian masing-masing aspek pengamatan di atas, dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas II-5 masih terdapat banyak kekurangan, terutama

pada personal skill aspek kemampuan menggali dan menemukan informasi,

kemampuan mengolah informasi, kemampuan memecahkan masalah secara

kreatif. Kekurangan pada social skill terletak pada kecakapan berkomunikasi yang

dijabarkan dalam aspek pengamatan keaktifan bertanya tentang materi, keaktifan

menjawab pertanyaan dari guru, dan keaktifan berpendapat. Kekurangan masih

terdapat pada academic skill dengan aspek kemampuan merumuskan

permasalahan dan kemampuan melaksanakan penelitian, yaitu pengumpulan data.

Perilaku siswa kelas II-5 yang menonjol pada saat kegiatan inkuiri adalah

pada aspek pengamatan kemampuan bekerjasama dengan teman dan kemampuan

berdiskusi secara baik, tertib, dan aktif. Berdasarkan hasil simpulan tersebut dapat

dinyatakan bahwa pencapaian life skill siswa kelas II-5 yang mencakup personal

skill, social skill, dan academic skill masih kurang, berarti diperlukan tindakan
80

dengan tindakan inkuiri yang baru, sehingga dapat meningkatkan life skill siswa

kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang.

4.2.10 Jurnal siswa

Jurnal siswa yang digunakan dalam penelitian ini memuat 5 aspek

pertanyaan yang harus dijawab siswa secara jujur pada akhir pembelajaran siklus

I. 5 aspek yang terdapat dalam jurnal siswa adalah 1) tanggapan siswa tentang

kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, 2) hal-hal yang paling disukai siswa dari

kegiatan pembelajaran tersebut, 3)hambatan yang dialami siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 4) siswa pernah/belum pernah

membuat karya tulis ilmiah, dan 5) minat siswa menulis karya ilmiah. Jurnal

siswa merupakan alat bagi peneliti untuk mengetahui hal-hal yang telah tercantum

dalam aspek jurnal siswa.

Aspek pertama, yaitu tanggapan siswa tentang kegiatan pembelajaran

bahasa Indonesia pada siklus I adalah terbagi dalam 4 kategori, yaitu menarik,

kurang menarik, tidak menarik, dan biasa-biasa saja. Berdasarkan hasil analisis

peneliti siswa yang memberi tanggapan menarik berjumlah 24 siswa atau 60 %,

siswa yang memberi tanggapan kurang menarik berjumlah 7 siswwa atau 17,5 %,

jumlah siswa yang memberi tanggapan tidak menarik adalah 5 orang atau 12,5 %

dan siswa yang memberi tanggapan biasa-biasan saja berjumlah 4 orang atau 10

%. Tanggapan siswa yang berkategori menarik dengan mengungkapkan alasan

berkesan pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia pada saat itu adalah

karena tidak ada tekanan dari guru yang bersifat santai dan menggunakan teknik
81

pemodelan dan diskusi. Siswa yang menanggapi kurang menarik pada umumnya

beranggapan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang

membosankan, sedangkan siswa yang menanggapi tidak menarik adalah

mengungkapkan alasannya secara jujur bahwa siswa tersebut malas. Terakhir,

siswa yang memberikan tanggapan biasa-biasa saja adalah tanpa memberi alasan

yang jelas.

Aspek pertanyaan yang kedua dalam jurnal siswa adalah Hal-hal yang

paling disukai siswa pada saat kegaitan pembelajaran berlangsung. Pada aspek

kedua ini, berdasarkan analisis data jurnal siswa didapatkan hasil 31 atau 77,5 %

siswa menyukai kegiatan diskusi kelompok, 2 atau 5 % siswa menyukai kegiatan

pendahuluan, dan 7 atau 17,5 % siswa mengungkapkan tidak ada hal-hal yang

disukai pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. Berdasarkan

hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karya ilmiah

dengan menggunakan pendekatan kontekstual elemen inkuiri pada siklus I sudah

baik dan berhasil, hal tersebut dibuktikan dengan lebih dari 75 % siswa tertarik

dan menyukai kegiatan inkuiri yaitu berupa diskusi kelompok berdasarkan

pemodelan.

Aspek jurnal ketiga adalah aspek hambatan siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah. Hasil analisis data menunjukkan

bahwa 21 atau 52,50 % mengalami hambatan sulit menentukan tema penulisan

karya ilmiah, 5 atau 12,50 % siswa mengalami kesulitan mencari data atau

masalah, siswa yang mengalami hambatan waktu yang kurang berjumlah 6 atau
82

15 % siswa, siswa yang mengalami hambatan malas terdapat 4 atau 10 % siswa,

dan siswa yang tidak mengalami hambatan berjumlah 1 siswa atau 2,50 %.

Aspek pertanyaan keempat adalah pertanyaan mengenai apakah siswa

pernah membaut karya ilmiah. Berdasarkan pertanyaan tersebut didapatkan hasil

jawaban siswa menyatakan 31 siswa menyatakan pernah membuat karya tulis

ilmiah dan itu berarti lebih dari 50 % siswa pernah membuat karya ilmiah dan

sisanya sebanyak 9 siswa atau 22,50 % siswa menyatakan belum pernah membaut

karya tulis ilmiah. Dari 31 atau 77,50 % siswa yang pernah membuat karya ilmiah

hanya 2 siswa yang membuat karya ilmiah karena keinginan sendiri mengikuti

lomba penulisan karya ilmiah, sedangkan sisanya karena penugasan dari sekolah.

Aspek pertanyaan yang kelima adalah minat siswa terhadap kegiatan

menulis karya ilmiah. Hasil analisis data menunjukkan jumlah siswa yang

berminat dan tertarik menulis karya ilmiah berjumlah 20 siswa atau 50 % siswa

dari jumlah siswa kelas II-5, sedangkan 6 siswa menyatakan kurang berminat, dan

jumlah siswa yang menyatakan tidak berminat menulis karya ilmiah adalah 4

siswa, sedangkan 10 siswa yang lain menyatakan belum memiliki keinginan atau

minat terhadap kegiatan menulis karya ilmiah. Masing-masing jawaban yang

ditulis siswa disertai dengan alasan-alasan, yaitu siswa yang menyatakan berminat

mengemukakan alasan karena kegiatan menulis karya ilmiah mempunyai banyak

manfaat, yaitu menambah pengetahuan dan menagsah kecerdasan. Siswa yang

menyatakan kurang berminat memberikan alasan bahwa kegaiatn menulis karya

ilmiah menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga, sedangkan siswa yang

menyatakan tidak berminat memberikan alasan karena malas menulis, dan siswa
83

yang menyatakan belum berminat untuk menulis karya ilmiah karena menulis

karya ilmiah memerlukan pemikiran yang matang dan waktu yang lama.

Berdasarkan pemaparan hasil analisis data jurnal siswa di atas dapat

disimpulkan bahwa minat siswa kelas II-5 untuk menulis karya ilmiah sudah

mencapai 50 %, berarti ini menandakan bahwa kegiatan inkuiri pada siklus I

sudah agak berhasil menarik minat siswa untuk menulis karya ilmiah.Dari

berbagai hambatan dan kesulitan yang dikemukakan siswa dapat menjadi fokus

pemikiran bagi peneliti untuk mengatasi permasalahan dan kesulitan di siklus II

nanti.

4.2.11 Wawancara

Kegiatan wawancara dilaksanakan setelah hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah siklus I didapatkan, karena penentuan responden adalah berdasarkan

hasil tes tersebut, yaitu 5 kelompok yang mendapatkan nilai tinggi dalam tes

keterampilan menulis karya ilmiah, dan 5 kelompok siswa yang mendapatkan

nilai rendah dalam tes keterampilan menulis karya ilmiah. Kegiatan wawancara

dilaksanakan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun

peneliti dan menggunakan alat bantu rekam tape recorder. Pedoman wawancara

memuat 10 aspek pertanyaan yang harus dijawab siswa secara langsung atau lisan.

Sepuluh aspek pertanyaan tersebut adalah (1) pendapat siswa mengenai kegiatan

pembelajaran menulis karya ilmiah mata pelajaran bahasa Indonesia, (2) minat

siswa terhadap materi menulis karya ilmiah mata pelajaran bahasa Indonesia, 3)

hambatan dan kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti kegiatan


84

pembelajaran menulis karya ilmiah, 4) keuntungan yang siswa dapatkan setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 5) hal-hal baru yang siswa

dapatkan melalui kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 6) saran dan kritik

siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah, 7) minat siswa untuk

menulis karya ilmiah, 8) kesulitan siswa ketika membuat karya tulis ilmiah, 9)

keuntungan siswa setelah membuat karya tulis ilmiah, 10) karya ilmiah yang

pernah dibuat siswa.

Responden yang dipilih peneliti pada bagian pertama adalah kelompok

siswa yang mendapatkan nilai tinggi, yaitu berjumlah 5 siswa. Kegiatan

wawancara bagian kedua pada siklus I dilakukan terhadap kelompok siswa yang

mendapatkan nilai rendah berjumlah 5 siswa.

Hasil analisis data wawancara yang dilakukan peneliti pada pertanyaan

pertama tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa

Indonesia kelompok nilai tinggi menjawab sangat menarik, menyenangkan, dan

sangat penting. Kelompok nilai rendah 3 siswa menjawab lumayan, tidak

menyenangkan dan membosankan, namun 2 siswa dari kelompok nilai rendah

menjawab menarik dan berkesan.

Aspek pertanyaan kedua yaitu minat siswa terhadap materi pembelajaran

menulis karya ilmiah. Pada aspek kedua ini dari 10 responden, baik kelompok

nilai tinggi ataupun rendah yang menyatakan berminat sejumlah 7 siswa,

sedangkan 3 lainnya tidak berminat dengan alasan membosankan.

Aspek pertanyaan yang ketiga dan keempat adalah saling berkaitan. Pada

pertanyaan ketiga ditanyakan apakah siswa mengalami hambatan dalam


85

mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi karya ilmiah dan pada

aspek pertanyaan keempat menanyakan alasannya. Berdasarkan pertanyaan pada

aspek ketiga dan keempat, sebagian besar responden menjawab ada hambatan dan

kesulitan dengan alasan yang berbeda. Kelompok nilai tinggi menyatakan

hambatan dan kesulitan terletak pada materi karya imiah yang tergolong baru,

sehingga memerlukan waktu untuk memahami lebih mendalam, sedangkan

kelompok rendah pada umumnya menjawab bahwa, materi karya ilmiah adalah

materi yang sangat sulit, selain itu mereka menyatakan tidak ada semangat untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Aspek pertanyaan kelima, yaitu tentang keuntungan yang diperoleh siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran materi karya ilmiah. Semua responden

yang menjawab dan menyatakan sangat bermanfaat, yaitu dapat menambah

pengalaman dan wawasan pengetahuan.

Pada aspek pertanyaan keenam adalah tentang hal-hal baru yang diperoleh

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis data

diperoleh 6 siswa menjawab mengetahui sistematika penulisan karya ilmiah,

mengetahui perbedaan karya ilmiah dengan karya populer, dan mengetahui cara

menyusun karya ilmiah. Sedangkan 4 siswa yang lain menjawab tidak ada.

Analisis data selanjutnya dilakukan terhadap jawaban siswa atas

pertanyaan aspek ketujuh, yaitu tentang saran dan kritik terhadap kegiatsn

pembelajaran. Dari hasil analisis diperoleh 8 siswa menjawab sudah bagus, tidak

ada saran dan kritik. Dua siswa memberikan saran dan kritik tentang penggunaan

media sehingga akan memberikan kejelasan maksud dan ditambah dengan


86

selingan permainan agar tidak membosankan. Saran dan kritik tersebut merupakan

instropeksi bagi peneliti untuk memperbaikinya bagi pembelajaran pada siklus II.

Pertanyaan yang kedelapan adalah tentang minat siswa untuk membuat

karya tulis ilmiah. Responden yang menyatakan berminat berjumlah 7 siswa,

sedangkan 3 siswa yang lain tidak berminat. Alasan yang dikemukakan adalah

sangat bermanfaat dan mengasah kecerdasan bagi yang berminat, sedangkan

alasan yang dikemukakan responden yang tidak berminat menyatakan sulit dan

malas untuk menulis.

Pertanyaan kesembilan adalah kesulitan yang dialami siswa ketika

membuat karya tulis ilmiah. Berdasarkan analisis data wawancara aspek sembilan

diperoleh hasil bahwa semua responden mengalami kesulitan yang sama yaitu

menentukan topik penulisan, menentukan objek dan menyusun kata dan kalimat

yang efektif dan mengembangkannya ke dalam paragraf.

Analisis data yang terakhir dilakukan terhadap aspek kesepuluh pada

pedoman wawancara menghasilkan tanggapan siswa mengenai keuntungan yang

diperoleh siswa setelah membuat karya tulis ilmiah, yaitu pada umumnya sama

menjawab menambah pengetahuan dan wawasan.

Berdasarkan deskripsi analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa

kelompok nilai tinggi dan kelompok nilai rendah sebagian besar berminat

terhadap kegiatan menulis, namun mereka masih mengalami hambatan dan

kesulitan yang sama, yaitu sulit menentukan topik, menyusun kata, dan kalimat

efektif menjadi paragaraf.


87

4.2.12 Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto pembelajaran menulis karya ilmiah siswa kelas II-5

SMA Negeri 12 Semarang pada siklus I meliputi kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan pada setiap tahapan dalam penelitian tindakan kelas. Kegiatan-

kegiatan yang didokumentasikan adalah 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan inti,

dan 3) diskusi kelompok. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal

penelitian yang dilaksanakan peneliti yang meliputi kegiatan apersepsi, pengantar,

dan penjelasan awal materi karya ilmiah. Pada bagian kegiatan inti adalah

pelaksanaan kegiatan inkuiri yang dilaksanakan pada siklus I, yaitu kegiatan

inkuiri berdasarkan pemodelan dan diskusi kelompok yang diakhiri dengan

diskusi kelas.

Dalam kegiatan inti ini, siswa bukan hanya melaksanakan kegiatan inkuiri,

melainkan kegiatan masyarakat belajar yang diwujudkan dengan diskusi

kelompok. Bagian inti kedua adalah kegiatan inkuiri melalui kegiatan diskusi

kelas, yaitu dengan melaporkan hasil kegiatan diskusi kelompok yang telah

dilaksanakan masing-masing kelompok siswa kelas II-5 SMA Negeri 12

Semarang. Uraian tahapan kegiatan dan deskripsi foto akan digambarkan sebagai

berikut.
88

Gambar 1 Kegiatan Pendahuluan Siklus I

Gambar 1 menunjukkan kegiatan pendahuluan, yaitu apersepsi dan

penjelasan awal materi menulis karya ilmiah. Guru memberikan apersepsi, yaitu

mengingatkan kembali siswa tentang materi menulis karangan ilmiah yang pernah

diberikan guru sebelumnya, selanjutnya siswa diminta untuk memberikan

tanggpan dan pendapatnya mengenai kegiatan menulis karangan ilmiah. Kegiatan

pendahuluan selanjutnya adalah penyampaian materi tentang menulis karya ilmiah

dengan aspek-aspek penulisan karya ilmiah secara garis besar, karena siswa akan

mempelajari materi karya tulis ilmiah lebih lanjut secara mandiri melalui kegiatan

inkuiri dari pemodelan dengan kelompok belajar. Kegiatan pendahuluan ini,

dalam pendekatan kontekstual termasuk dalam kegiatan kontruktivisme yaitu

kegiatan membangun kembali pengetahuan yang pernah dimiliki siswa, sehingga

siswa tidak mengalami kesulitan dalam menerima materi yang baru tentang

menulis karya ilmiah.


89

Kegiatan selanjutnya yang didokumentasikan adalah kegiatan inti, yaitu

kegiatan inkuiri melalui pemodelan dilaksanakan seacra berkelompok akan

ditunjukkan gambar 2 berikut.

Gambar 2 Kegiatan Inkuiri Melalui Pemodelan Siklus I

Kegiatan inti pada siklus I ini adalah kegiatan inkuiri melalui pemodelan

dengan cara berkelompok dan berdiskusi di kelas. Kegiatan inti pada siklus I

dimulai dengan pembagian kelompok belajar, masing-masing kelompok

berjumlah 5 siswa yang dipilih secara acak, sehingga terdapat 8 kelompok belajar,

kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok diberi contoh karya tulis

ilmiah yang telah disiapkan guru, kemudian masing-masing kelompok berdiskusi

untuk menemukan pengetahuan secara mandiri dengan bimbingan dari guru yang

telah memberikan rambu-rambu bagi siswa, yaitu menemukan pengetahuan

berkaitan dengan unsur-unsur karya ilmiah dan hal-hal baru yang ditemukan siswa

dari pemodelan tersebut.


90

Berdasarkan hasil dokumentasi foto tersebut terdapat siswa yang sedang

tidur, kenyataan tersebut merupakan perilaku negatif siswa ketika pelaksanaan

kegiatan kelompok, dan perilaku negatif tersebut merupakan kendala bagi

kelompok tersebut karena siswa yang mengantuk tersebut tidak memberikan

kontribusi bagi kegiatan diskusi kelompok. Hanya satu kelompok tersebut yang

mempunyai anggota berperilaku negatif, kelompok belajar yang lain tertib dan

aktif berdiskusi kelompok dan menghasilkan laporan hasil diskusi kelompok yang

disampaikan pada saat diskusi kelas. Kegiatan diskusi kelas ditunjukkan pada

gambar 3 berikut.

Gambar 3 Kegiatan Diskusi Kelas Siklus I

Kegiatan diskusi kelas adalah kegiatan lanjutan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan inkuiri melalui pemodelan

dalam kelompok. Berdasarkan dokumentasi foto terlihat guru sedang memberikan

bimbingan kepada kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusi kelompok di

depan kelas.
91

4.3 Siklus II

Berdasarkan hasil tes keterampilan menulis karangan ilmiah siswa kelas

II-5 SMA Negeri 12 Semarang pada tahap prasiklus belum memuaskan, untuk itu

perlu dilakukan tindakan untuk memecahkan permasalahan belajar yang dialami

siswa dan meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah siswa. Tindakan

belajar yang dilakukan peneliti pada siklus II adalah pembelajaran menulis karya

ilmiah dengan menggunakan pendekatan kontekstual elemen inkuiri. Tindakan

inkuiri yang dilakukan pada siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan minat

menulis siswa dan meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas

II-5 SMA Negeri 12 Semarang berdasarkan hasil dari siklus I yang masih kurang.

Kegiatan inkuiri pada siklus II adalah kegiatan pembelajaran outclass, yaitu

melakukan kegiatan observasi di lingkungan sekitar sekolah.

Tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12

Semarang dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran siklus II dan hasil karya

dinilai berdasarkan pedoman penilaian keterampilan menulis karya ilmiah yang

digunakan pada siklus I, yaitu 1) sistematika yang tepat, (2) kemampuan berpikir

logis, (3) Kesesuaian judul dan isi, (4) kemampuan menggunakan ejaan bahasa

Indonesia yang disempurnakan, (5) kemampuan menulis paragraf, kalimat, dan

kata, (6) kemampuan menulis sumber kutipan, (7) kemampuan menulis daftar

pustaka, dan (8) kerapian penulisan karya ilmiah.

Berdasarkan analisis data hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah

siswa pada siklus II menunjukkan rata-rata sebesar 77,15. Hasil tersebut

menunjukkan peningkatan sebesar 7,57 poin dari hasil tes keterampilan menulis
92

karya ilmiah pada tahap siklus I yaitu sebesar 69,58. Hasil tes keterampilan

menulis karya ilmiah pada siklus II masuk ke dalam kategori baik, karena sudah

mencapai skor lebih dari nilai klasikal ketuntasan belajar yaitu sebeasr 75. Hasil

tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 akan diuraikan berdasarkan

tabel 14 berikut.

Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah siklus II

No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata


(Persentase)
1. Sangat baik 85-100 1 2,50 % 77,15
2. Baik 75-84 28 70,00 %
3. Cukup 65-74 7 17,50 %
4. Kurang 0-64 4 10,00 %
Jumlah 40 100 %

Hasil analisis data tes yang ditunjukkan tabel 14 di atas dapat dijelaskan

bahwa siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik berjumlah 1

orang atau 2,50 %, jumlah siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori baik

adalah 28 siswa atau 70,00 %, siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori

cukup berjumlah 7 siswa atau 17,50 % dan siswa yang mendapatkan nilai dengan

kategori kurang sebesar 10,00 % atau 4 siswa. Hasil analisis data pada tabel 14

menunjukkan rata-rata sebesar 77,15. Berdasarkan kenyataan tersebut hasil tes

keterampilan menulis karya ilmiah pada siklus II berada pada kategori baik. Hasil

tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 akan diuraikan tiap aspek

berikut ini.
93

4.3.1 Aspek Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

Hasil analisis data tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5

SMA Negeri 12 Semarang pada aspek sistematika penulisan karya ilmiah dapat

dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15 Apek Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Siklus II

No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata


(Persentase)
1. Sangat Baik 15 31 47,50 % 13,90
2. Baik 11 9 42,50 %
3. Cukup 7 0 10,00 %
4. Kurang 3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 15 dapat ditentukan jumlah siswa yang mampu menulis

karya ilmiah dengan penulisan sistematika yang benar, urut dan lengkap yaitu 31

siswa atau 77,50 % dengan kategori sangat baik, siswa yang memahami

sistematika penulisan dengan kriteria menulis sistematika penulisan karya ilmiah

agak baik, atau lengkap tapi tidak urut berjumlah 9 siswa atau 22,50 % dengan

kategori baik, sedangkan siswa yang kurang memahami sistematika penulisan

karya ilmiah dengan kriteria kurang urut dan kurang lengkap tidak ada atau 0,00

% dengan kategori cukup dan kurang.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penulisan karya

ilmiah pada aspek sistematika penulisan karya ilmiah siklus II berhasil karena

lebih dari 50 % siswa sudah mampu menyusun karya tulis ilmiah dengan

sistematika penulisan yang tepat, hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa yang

mampu menulis karya ilmiah dengan sistematika penulisan yang tepat sebesar

77,50 % siswa atau 31 siswa. Hasil analisis tes keterampilan menulis karya ilmiah
94

pada aspek sistematika penulisan karya ilmiah siswa kelas II-5 sudah berkategori

sangat baik, karena jumlah siswa yang berkategori sangat baik berjumlah lebih

dari 50 %, yaitu sebesar 77,50 % dari 40 siswa.

4.3.2 Aspek Kemampuan Berpikir Logis

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 aspek

kemampuan berpikir logis pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang cukup

baik. Pada siklus II ini, aspek kemampuan berpikir logis mengalami peningkatan.

Kenyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16 Aspek Kemampuan Berpikir Logis Siklus II


No Kategori Skor Frekuensi % (persentase) Rata-rata
1. Sangat Baik 20 0 0,00 % 11,9
2. Baik 15 28 70,00 %
3. Cukup 10 12 30,00 %
4. Kurang 5 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 16 dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang

mempunyai kategori baik dalam berpikir logis dengan kriteria mampu

mengungkapkan gagasan ke dalam tulisan seacra logis, urut dan efektif adalah 28

siswa atau 70 %, siswa yang berkategori cukup dalam mengungkapkan

gagasannya secara logis adalah berjumlah 12 siswa atau 30 %, dan jumlah siswa

yang kurang mampu berpikir logis adalah 0,00 % atau tidak ada. Siswa yang

berkategori sangat baik tidak ada.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50 % siswa

kelas II-5 berkategori baik pada aspek kemampuan berpikir logis dan ini

menunjukkan bahwa siswa kelas II-5 termasuk kelas dengan siswa yang memiliki
95

kecerdasan cukup baik. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelas

II-5 merupakan kelas yang memiliki siswa dengan kecerdasan yang cukup baik.

4.3.3 Aspek Kesesuaian Judul dan Isi

Tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 pada siklus II

mengalami peningkatan, hai tersebut dapat diketahui dari data tes keterampilan

menulis karya ilmiah siklus II yang menaglami peningkatan pada tiap aspek,

termasuk aspek kesesuaian judul dan isi. Hasil tes keterampilan menulis karya

ilmiah aspek kesesuaian judul dan isi siswa kelas II-5 pada siklus II diuraikan

melalui tabel 17 berikut.

Tabel 17 Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi Siklus II


No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata
(Persentase)
1. Sangat Baik 10 32 80,00 % 9, 0
2. Baik 7 0 0,00 %
3. Cukup 4 8 20,00 %
4. Kurang 1 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 17 dapat dideskripsikan hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah aspek kesesuaian judul dan isi. siswa kelas II-5 yang berkategori

sangat baik berjumlah 32 siswa atau 80 %, siswa yang berkategori cukup

berjumlah 8 siswa atau 20 % dan siswa yang berkategori kurang dan baik pada

aspek ini tidak ada. Rata-rata skor pada aspek ini adalah 9,0. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa kelas II-5 mampu menulis karya ilmiah dengan

penulisan judul yang sesuai dengan isi karya ilmiah. Berdasarkan data tersebut
96

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas II-5 tidak mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan judul dengan isi karya tulis ilmiah.

4.3.4 Aspek Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri

12 Semarang aspek kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang

Disempurnakan pada siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes aspek

kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan siswa

kelas II-5 siklus II ditunjukkan pada tabel 18 berikut.

Tabel 18 Aspek Kemampuan Menggunakan Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan Siklus II

No Kategori Skor Frekuensi % (Persentase) Rata-rata


1. Sangat Baik 12 - 15 15 37,50 % 10,9
2. Baik 8 - 11 25 62,50 %
3. Cukup 4-7 0 0,00 %
4. Kurang 0-3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Aspek penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memiliki

skor maksimal 15. Berdasarkan tabel 18 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang

berkategori sangat baik adalah 15 siswa atau 37,50 %, siswa yang berkategori

baik berjumlah 25 siswa atau 62,50 %, dan jumlah siswa yang berkategori cukup

dan kurang tidak ada. Rata-rata pada aspek ini adalah 10,9, hasil tersebut termasuk

dalam kategori baik.


97

4.3.5 Aspek Kemampuan Menulis Paragraf, kalimat, dan Kata

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah pada aspek kemampuan

menggunakan kata dan kalimat efektif siswa kelas II-5 pada siklus II diuraikan

tabel 19 berikut.

Tabel 19 Aspek Kemampuan Menulis Paragraf, Kalimat, dan Kata Siklus II

No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata


(persentase)
1. Sangat Baik 15 0 0,00 % 8,8
2. Baik 11 30 75,00 %
3. Cukup 7 10 25,00 %
4. Kurang 3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 19 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori

sangat baik tidak ada atau 0,00 %, Siswa yang berkategori baik berjumlah lebih

dari 50 % dari seluruh jumlah siswa kelas II-5, yaitu sebesar 75 % atau 30 siswa,

siswa yang berkategori cukup 10 siswa atau 25,00 %, dan jumlah siswa yang

berkategori kurang sebesar tidak ada. Rata-rata pada aspek ini adalah 8,8 dengan

kategori baik.

4.3.6 Aspek Kemampuan Menulis Sumber Kutipan

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek kemampuan menulis

sumber kutipan siswa kelas II-5 siklus II dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20 Aspek Kemampuan Menulis Sumber Kutipan Siklus II


No Kategori Skor Frekuensi % (persentase) Rata-rata
1. Sangat Baik 10 38 95,000 % 9,8
2. Baik 7 2 5,00 %
3. Cukup 4 0 0,00 %
4. Kurang 3 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %
98

Berdasarkan tabel 20 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang

berkategori sangat baik dengan kriteria menulis sumber kutipan sesuai dengan

kaidah penulisan sumber kutipan dalam penulisan karya ilmiah adalah 38 siswa

atau 95,50 %, siswa yang berkategori baik berjumlah 2 siswa atau 5,00 %, dan

jumlah siswa yang berkategori cukup dan kurang dengan kriteria tidak mampu

menulis sumber kutipan yang sesuai dengan kaidah penulisan sumber kutipan

tidak ada. Rata-rata pada aspek ini adalah 9,8 dengan kategori baik. Berdasarkan

data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis sumber

kutipan sudah baik.

4.3.7 Aspek Kemampuan Menulis Daftar Pustaka

Aspek kemampuan menulis daftar pustaka pada penulisan karya ilmiah

siswa kelas II-5 siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah pada aspek kemampuan menulis daftar pustaka diuraikan pada tabel

21 berikut.

Tabel 21 Aspek Kemampuan Menulis Daftar Pustaka Siklus II

No kategori Skor Frekuensi % (persentase) Rata-rata


1. Sangat Baik 10 34 85,00 % 9,4
2. Baik 7 6 15,00 %
3. Cukup 4 0 0,00 %
4. Kurang 1 0 0,00 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori

sangat baik adalah 34 siswa atau 85,00 %, siswa yang berkategori baik berjumlah

15 siswa atau 15,00 %, dan jumlah siswa yang berkategori cukup dan kurang
99

tidak ada. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan rata-rata pada aspek ini

sebesar 9,4 yang termasuk dalam kategori sangat baik.

Berdasarkan data tersebut terdapat peningkatan dalam aspek kemampuan

menulis daftar pustaka yang sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah. Hasil

tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek kemampuan menulis daftar pustaka

pada siklus II mengalami peningkatan pada kategori baik dari siklus I yang

sebesar 21 siswa atau 52,50 % menjadi 34 siswa atau 85 % pada siklus II. Pada

kategori cukup siklus II mengalami penurunan dari 18 siswa pada siklus I

menjadi 6 siswa pada siklus II, demikian juga pada kategori kurang, pada siklus I

terdapat 1 siswa yang berada pada kategori kurang, namun pada siklus II sudah

tidak siswa yang berada pada kategori kurang.

4.3.8 Aspek Kerapian Penulisan Karya Ilmiah

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek kerapian penulisan

karya ilmiah dapat dilihat pada tabel 22 berikut.

Tabel 22 Aspek kerapian Penulisan Karya Ilmiah Siklus II

No Kategori Skor Frekuensi % Rata-rata


(Persentase)
1. Sangat Baik 5 11 27,50 % 3,5
2. Baik 3 29 72,50 %
3. Cukup 2 0 0,00 %
4. Kurang 1 0 0,00 %
Jumlah 40 100

Aspek kerapian penulisan karya ilmiah memiliki skor maksimal 5. Berdasarkan

tabel 22 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang berkategori sangat baik dengan

kriteria menulis karya ilmiah dengan pola penulisan yang rapi dan atau diketik
100

adalah 11 siswa atau 27,50 %, siswa yang berkategori baik berjumlah 29 siswa

atau 72,50 %. Sedangkan siswa yang beraktegori cukup dan kurang tidak ada.

Hasil tes pada siklus II mengalami peningkatan untuk kategori sangat baik

meningkat sebesar 45 % dari hasil tes siklus I yang hanya sebesar 27,50 %

menjadi 72,50. Kebalikan dengan kategori cukup pada aspek kerapian untuk hasil

siklus II mengalami penurunan sebesar 45 % dari hasil siklus I sebesar 72,50 %

menjadi 27,50 %5.

4.3.9 Observasi

Kegiatan observasi yang dilaksanakan pada siklus II sama dengan kegiatan

observasi yang dilaksanakan pada siklus I, yaitu menggunakan lembar observasi

yang mencakup 11 aspek pengamatan yang berorientasi pada perilaku siswa yang

meliputi personal skill, social skill, dan academic skill. Berdasarkan pengamatan

siklus II dapat diuraikan dengan menggunakan tabel 23 berikut.

Tabel 23 Hasil Observasi Siklus II

No Aspek pengamatan Kategori Frekuensi % (Persentase)


1. Kemampuan menggali dan Sangat 30 siswa 75 %
menemukan informasi Baik
2. Kemmapuan mengolah informasi Sangat 30 siswa 75 %
Baik
3. Kemampuan memecahkan masalah Sangat 35 siswa 87,5 %
secara kreatif Baik
4. Ketertiban siswa dalam mengikuti Sangat 35 siswa 87,5 %
kegiatan pembelajaran Baik
5. Keaktifan bertanya tentang materi Kurang 8 siswa 20 %
6. Keaktifan menjawab pertanyaan Baik 22 siswa 55 %
dari guru
7. Keaktifan berpendapat Kurang 12 siswa 30 %
8. Kemampuan siswa berdiskusi Baik 20 siswa 50 %
secara aktif dan tertib
101

9. Kemampuan bekerjasama dengan Sangat 35 siswa 87,5 %


teman Baik
10 Kemampuan merumuskan masalah Baik 20 siswa 50 %
11 Kemampuan melaksanakan Baik 20 siswa 50 %
kegiatan penelitian, yaitu
pengumpulan data

Berdasarkan tabel 23 dapat dijelaskan pada aspek pengamatan yang

pertama, yaitu aspek kemampuan menggali dan menemukan informasi mengalami

peningkatan dibandingkan dengan siklus I, hal ini dapat dilihat berdasarkan

perubahan perilaku siswa, yaitu lebih dari 50 % siswa kelas II-5 atau tepatnya 30

siswa kelas II-5 mampu menggali dan menemukan informasi dengan baik dan

kreatif. Aspek menggali dan menemukan informasi dapat diamati dari perilaku

siswa melalui hasil laporan kegiatan inkuiri yang dilaksanakan masing-masing

kelompok.

Kegiatan inkuiri pada siklus II adalah kegiatan observasi di lingkungan

sekitar sekolah. Berdasarkan hasil laporan atau rangkuman siswa pada siklus II,

dari 8 kelompok, terdapat 6 kelompok yang sudah aktif dan kreatif dalam

menggali dan menemukan informasi, berarti 10 siswa dari 40 siswa kelas II-5

masih kurang dalam menggali dan menemukan informasi. Enam kelompok yang

sudah baik dalam menggali dan menemukan informasi tersebut, masing-masing

menentukan objek pengamatan, 2 kelompok di perpustakaan, 1 kelompok di

laboratorium, 1 kelompok di koperasi, 1 kelompok di ruang TU, dan 1 kelompok

di ruang bimbingan konseling. Dua kelompok yang lain memilih objek

pengamatan di ruang OSIS dan lingkungan belakang sekolahan. Dua kelompok

tersebut masih kurang dalam menemukan pengetahuan tentang penulisan karya


102

ilmiah, terutama menentukan topik dan tema penulisan. Enam kelompok yang lain

dapat menemukan cara menentukan topik dan tema penulisan karya ilmiah.

Aspek pengamatan yang kedua adalah kemampuan mengolah informasi.

Berdasarkan hasil pengamatan, kemampuan mengolah informasi siswa kelas II-5

pada siklus II mengalami peningkatan sama seperti siklus I, yaitu dari kategori

kurang menjadi kategori baik. Hal tersebut dikarenakan hanya 1 kelompok yang

kurang mampu mengolah informasi dengan rinci, sistematik, dan jelas. Berarti

hanya 5 siswa atau kurang dari 25 % dari jumlah siswa keseluruhan yang kurang

mampu mengolah informasi dengan rinci dan jelas. 7 kelompok atau 35 siswa

yang lain menghasilkan laporan yang spesifik, sistematis, jelas, dan informatif.

Aspek ketiga adalah aspek kemampuan memecahkan masalah secara

kreatif. Permasalahan yang dihadapi masing-masing kelompok adalah sama, yaitu

menemukan pengetahuan baru berdasarkan kegiatan observasi, untuk mengatasi

kesulitan dalam menentukan topik dan tema dalam menulis karya ilmiah.

Berdasarkan pengamatan, kemampuan memecahkan masalah secara kreatif siswa

kelas II-5 pada siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I yang berada

pada kategori kurang menjadi kategori baik, karena semua kelompok sudah

menggunakan sistem pembagian tugas dalam pelaksanaan kegiatan observasi,

yaitu sebagai ketua atau penanggung jawab kelompok, sekretaris yang bertugas

mencatat, juru bicara, dan bagian perlengkapan.

Aspek pengamatan keempat adalah ketertiban siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran. Dalam aspek pengamatan ini terdapat beberapa perilaku

negatif yang diamati peneliti berkaitan dengan sikap tertib mengikuti kegiatan
103

pembelajaran. Sikap tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran adalah sikap

tenang, menyimak dan memperhatikan penjelasan guru, melaksanakan perintah

dari guru dan mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Perilaku negatif

yang yang dilakukan siswa adalah mengantuk, berbicara sendiri, sering minta izin

keluar ruangan tanpa alasan yang jelas. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa

yang mengantuk pada waktu kegiatan pembelajaran siklus II sudah tidak ada,

sedangkan siswa yang sering minta izin keluar ruangan masih ada, namun

frekuensinya berkurang. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat disimpulkan

bahwa 3 siswa atau 7,5 % siswa kelas II-5 masih kurang tertib dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran, sedangkan 37 siswa yang lain sudah baik dan tertib dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I.

Aspek pengamatan kelima adalah keaktifan bertanya tentang materi.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada aspek keaktifan bertanya siswa kelas II-5

pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu dengan kategori baik, karena lebih

dari 50 % siswa atau 22 siswa bertanya dengan permasalahan yang berbeda

dengan siklus I. Pertanyaan yang disampaikan siswa adalah berkaitan dengan

proses pelaksanaan kegiatan inkuiri yang dilaksanakan pada siklus II, yiatu

pembelajaran out class.

Aspek pengamatan yang keenam adalah keaktifan menjawab pertanyaan

dari guru. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, siswa yang aktif

menjawab pertanyaan dari guru pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu

meningkat menjadi 30 % atau 12 siswa sudah aktif menjawab pertanyaan dari

guru.
104

Aspek pengamatan ketujuh adalah keaktifan berpendapat. Siswa kelas II-5

pada siklus II dalam aspek ini mengalami peningkatan. Keadaan ini terjadi pada

saat diskusi yang diselenggarakan setelah kegiatan out class selesai. Pada saat

diskusi kelas terjadi, tercatat 15 siswa atau 37,5 % siswa memberikan tanggapan

dan pendapatnya yang berkaitan dengan laporan hasil kunjungan.

Aspek pengamatan yang kedelapan adalah kemampuan siswa berdiskusi

secara tertib dan aktif. Kemampuan siswa berdiskusi secara aktif dan tertib adalah

pelakasanaan diskusi kelas antar-kelompok yang aktif dan tertib. Berdasarkan

hasil pengamatan peneliti ketika mengamati proses pelaksanaan kegiatan diskusi

antar-kelompok siswa kelas II-5 pada siklus II mengalami peningkatan dari pada

siklus I, pada siklus II kemampuan siswa kelas II-5 dalam berdiskusi secara aktif

dan tertib berada pada kategori baik. Hal tersebut dibuktikan dengan catatan siswa

yang berpartisipasi menunjukkan 20 siswa atau 50 % siswa kelas II-5 sudah aktif

berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelas. Masing-masing kelompok bergantian

menyampaikan hasil diskusi kelompok secara tertib dan urut, dan kelompok yang

lain tertib dan tenang mendengarkan laporan hasil diskusi kelompok yang

disampaikan siswa. Setelah kegiatan penyampaian laporan selesai, masing-masing

kelompok diberi kesempatan untuk menangapi, dan secara aktif siswa pun

menanggapi hasil laporan yang telah disampaikan. Diskusi kelas pada saat itu

berjalan baik, aktif dan tertib dengan menghasilkan simpulan yang disimpulkan

bersama-sama pada tahap refleksi.

Aspek pengamatan sembilan adalah aspek kemampuan bekerjasama

dengan teman. Aspek ini diamati peneliti ketika proses berlangsungnya kegiatan
105

kelompok belajar. Kemampuan bekerjasama siswa kelas II-5 pada siklus II

berdasarkan pengamatan peneliti sangat baik, karena semua kelompok

melaksanakn aktivitas kerjasama kelompok dengan kompak dan tertib. hal

tersebut ditunjukkan dengan kegiatan kelompok belajar yang aktif berdiskusi dan

saling memberikan tanggapan. Dalam pembentukan kelompok, masing-masing

kelompok dibentuk secara acak, sehingga siswa tidak diperkenankan untuk

memilih anggota dalam kelompoknya. Berdasarkan sistem tersebut, setelah

dilaksanakan kegiatan kelompok, berdasarkan pengamatan peneliti, masing-

masing kelompok tidak mengalami permasalahan hubungan antar-personal, hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan bekerjasama siswa kelas II-5 sangat baik.

Aspek pengamatan yang kesepuluh yaitu kemampuan merumuskan

permasalahan. Aspek ini berkaitan dengan kemampuan berinisiatif menentukan

objek pengamatan. Tindakan inkuiri yang dilakukan peneliti pada siklus II ini

berbeda dengan tindakan inkuiri pada siklus I, pada siklus II siswa diberikan

kebebasan berinisiatif dalam menentukan tempat kunjungan atau objek

pengamatan. Berdasarkan pengamatan pada siklus II untuk aspek kemampuan

merumuskan masalah mengalami peningkatan dari kategori kurang menjadi

cukup, hal tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah kelompok yang sudah

meningkat dari 1 kelompok yang dapat merumuskan masalah dengan baik

mennjadi 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang melaksankan observasi di

perpustakaan, 1 kelompok yang melaksankan obserrvasi di laboratorium dan 1

kelompok yang melaksankan observasi di koperasi. Berarti 20 siswa atau 50 %

siswa kelas II-5 sudah mampu merumuskan masalah dengan baik. Hal ini terbukti
106

dari hasil pembahasan diskusi kelompok yang tersusun secara rinci, sistematis,

jelas dan informatif. Masing-masing kelompok memiliki daya inisiatif yang baik,

hal ini dibuktikan dengan objek pengamatan yang telah ditentukan masing-masing

kelompok, yaitu perpustakaan (2 kelompok), laboratorium, koperasi, ruang OSIS,

ruang UKS, ruang Bimbingan Konseling, dan ruang TU. Pada siklus II,

kemampuan siswa dalam merumuskan permasalahan meningkat jika

dibandingkan dengan siklus I, hal ini terlihat dari hasil rumusan dalam laporan

kegiatan observasi yang dibuat masing-masing kelompok. Semua kelompok

mampu merumuskan permasalahan dengan baik, berdasarkan kegiatan inkuiri

yang mengambil objek observasi masing-masing kelompok.

Aspek pengamatan kesebelas adalah kemampuan melaksankan penelitian,

yaitu proses pengumpulan data. Pada siklus II, kemampuan melaksanakan

penelitian dalam kegiatan pengumpulan data yang dimiliki siswa kelas II-5 sangat

baik, hal ini terlihat dari proses kegiatan observasi yang dilaksanakan masing-

masing kelompok. Berdasarkan pengamatan peneliti terdapat 4 kelompok atau 20

siswa yang mampu melaksanakan kegiatan penelitian dengan baik. Berarti sudah

mencapai 50 % siswa kelas II-5 sudah mampu melaksankan kegiatan penelitian,

yaitu pengumpulan data. Masing-masing kelompok bersemangat melaksanakan

kegiatan observasi dan mengumpulkan data dengan kemampuan masing-masing.

Data kegiatan observasi pada tabel 23 dapat digambarkan dengan grafik 2 berikut.
107

GRAFIK LIFE SKILL SIKLUS II

100.0%
90.0% 87.5%87.0% 87.5%
80.0%
75.0%75.0%
70.0%
FREKUENSI

60.0%
55.0%
50.0% 50.0% 50.0%
50.0%
40.0%
30.0% 30.0%
20.0% 20.0%
10.0%
0.0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ASPEK PENGAMATAN

Grafik 2 Life Skill Siklus II

Berdasarkan grafik 2 dapat dijelaskan bahwa aspek pengamatan 1 dan 2

memiliki frekuensi sebesar 75,0 %, pada aspek 3 dan 4 memiliki frekuensi sebesar

75,0 %, pada aspek 5 frekuensi sebesar 20,0 %, pada aspek 6 memiliki frekuensi

sebesar 55,0 %, pada aspek 7 memiliki frekuensi sebesar 30,0 %, aspek

pengamatan 8 memiliki frekuensi sebesar 50,0 %, pada aspek 9 terdapat frekuensi

sebesar 87,5 %, pada aspek 10 dan 11 memiliki frekuensi sebesar 50,0 %.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan inkuiri yang

dilaksanakan pada siklus II dapat meningkatkan life skill siswa kelas II-5 yang

meliputi personal skill, social skill, dan academic skill. Kenyataan tersebut

berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat kegaiatn

inkuiri dilaksanakan siswa secara berkelompok. Peningkatan life skill terjadi pada

setiap aspek pengamatan yang tercantum dalam lembar observasi. Peningkatan

life skill yang menonjol terjadi pada aspek kemampuan siswa berdiskusi secara

tertib dan aktif dan kemampuan bekerjasama dengan teman.


108

4.3.10 Jurnal siswa

Jurnal siswa yang digunakan pada siklus II masih sama dengan jurnal

siswa yang digunakan pada siklus I, yaitu memuat 5 aspek pertanyaan. Aspek

pertama, yaitu tanggapan siswa tentang kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia

pada siklus II adalah mengalami perubahan dari siklus I dalam hal pembagian

kategori, dari sikluis I yang terbagi dalam 4 kategori, yaitu menarik, kurang

menarik, tidak menarik, dan biasa-biasa saja, pada siklus II menjadi 2 kategori

yanitu, kategori menarik dan kurang menarik. Berdasarkan hasil analisis data,

jumlah siswa yang memberi tanggapan menarik meningkat tajam dari 24 siswa

menjadi 39 siswa atau 97,5 %, sedangkan 1 siswa atau 2,5 % dari kelas II-5

memberi tanggapan kurang menarik. Tanggapan siswa yang berkategori menarik

dengan mengungkapkan alasan berkesan pada kegiatan pembelajaran bahasa

Indonesia pada siklus II sangat menyenangkan , karena siswa diberi kesempatan

untuk belajar secara mandiri dengan metode out class, sehingga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menggali potensi masing-masing siswa. Siswa

yang menanggapi kurang menarik pada umumnya beranggapan bahwa mata

pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang membosankan.

Aspek pertanyaan yang kedua dalam jurnal siswa adalah hal-hal yang

paling disukai siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada aspek

kedua ini, berdasarkan analisis data jurnal siswa terdapat perubahan kategori dari

siklus I yang terdapat 3 kategori, yaitu bagian pengenalan, diskusi kelas dan tidak

ada, pada siklus II berubah menjadi 2 kategori, yaitu kegiatan out class, dan

diskusi kelas. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 35 atau 87,5 % siswa
109

menyukai 2 kegiatan, yaitu diskusi kelas dan pembelajaran out class, 3 siswa atau

7,5 % siswa dari 40 siswa menyukai kegiatan pembelajaran out class, menyukai

kegiatan pendahuluan, dan 2 atau 5% siswa mengungkapkan menyukai kegiatan

diskusi kelas. Berdasarkan hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menggunakan pendekatan kontekstual

elemen inkuiri pada siklus II berhasil dengan baik, hal tersebut dibuktikan dengan

semua siswa kelas II-5 tertarik dengan kegiatan inkuri yang dilaksanakan pada

siklus II, keadaan ini akan mempengaruhi minat siswa untuk menulis karya

ilmiah.

Aspek jurnal ketiga adalah aspek hambatan siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah. Hasil analisis data jurnal siswa pada

siklus II menunjukkan bahwa masih terdapat hambatan dan kesulitan yang dialami

siswa, yaitu 11 siswa atau 24,50 % mengalami hambatan sulit menentukan tema

penulisan karya ilmiah. Keadaan ini meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dengan perubahan menurun pada jumlah siswa yang mengalami hambatan suilit

menentukan tema dari siklus I sebesar 21 siswa menjadi 11 siswa pada siklus II.

Peningkatan yang lain terjadi pada jumlah siswa yang tidak mengalami hambatan

pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran adalah dari siklus I berjumlah 1 orang

meningkat menjadi 10 siswa pada siklus II. Sedangkan keadaan yang tidak

mengalami perubahan adalah kesulitan mencari data masih sama dengan jumlah

pada siklus I, yaitu 5 atau 12,50 % siswa mengalami kesulitan mencari data atau

masalah. Siswa yang mengalami hambatan waktu yang kurang meningkat pada

siklus II dari siklus I berjumlah 6 atau 15 % siswa menjkadi 10 siswa atau 25 %,


110

dan siswa yang mengalami hambatan malas pada siklus II sama dengan siklus I,

yaitu berjumlah 4 atau 10 % siswa.

Setelah mengetahui hambatan dan kesulitan yang dialami siswa, aspek

keempat adalah pertanyaan mengenai apakah siswa pernah membuat karya ilmiah.

Berdasarkan pertanyaan tersebut didapatkan hasil 40 siswa menyatakan pernah

membuat karya tulis ilmiah. Hal ini disebabkan semua siswa kelas II-5 pernah

membuat karya ilmiah yang dibuat pada siklus I.

Aspek pertanyaan yang kelima adalah minat siswa terhadap kegiatan

menulis karya ilmiah. Hasil analisis data menunjukkan jumlah siswa yang

berminat dan tertarik meningkat dari siklus I berjumlah 20 siswa atau 50 % siswa

menjadi 27 siswa atau 67,50 % pada siklus II. Pada jawaban yang lain 6 siswa

menyatakan kurang berminat, dan jumlah siswa yang menyatakan tidak berminat

menulis karya ilmiah adalah 4 siswa, sedangkan 10 siswa yang lain menyatakan

belum memiliki keinginan atau minat terhadap kegiatan menulis karya ilmiah

pada siklus I berubah menjadi 4 siswa menyatakan belum memiliki keinginan

untuk menulis karya ilmiah. Masing-masing jawaban yang ditulis siswa disertai

dengan alasan-alasan, yaitu siswa yang menyatakan berminat mengemukakan

alasan karena kegiatan menulis karya ilmiah mempunyai banyak manfaat, yaitu

menambah pengetahuan dan menagsah kecerdasan. Siswa yang menyatakan

kurang berminat memberikan alasan bahwa kegiatan menulis karya ilmiah

menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga, sedangkan siswa yang menyatakan

tidak berminat memberikan alasan karena malas menulis, dan siswa yang
111

menyatakan belum berminat untuk menulis karya ilmiah karena menulis karya

ilmiah memerlukan pemikiran yang matang dan waktu yang lama.

Berdasarkan pemaparan hasil analisis data jurnal siswa pada siklus II di

atas dapat disimpulkan bahwa minat siswa kelas II-5 untuk menulis karya ilmiah

sudah mencapai lerbih dari 50 %, berarti ini menandakan bahwa kegiatan inkuiri

pada siklus II sudah berhasil menarik minat siswa untuk menulis karya ilmiah.

Dari berbagai hambatan dan kesulitan yang dikemukakan siswa sudah dapat di

atasi, meskipun beberapa peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar.

4.3.11 Wawancara

Kegiatan wawancara pada siklus II dilaksanakan setelah hasil tes

keterampilan menulis karya ilmiah siklus II seslesai dilaksanakan. Responden

yang diwawancarai pada siklus II masih sama seperti pada siklus I, yaitu 5

kelompok yang mendapatkan nilai tinggi dalam tes keterampilan menulis karya

ilmiah, dan 5 kelompok siswa yang mendapatkan nilai rendah dalam tes

keterampilan menulis karya ilmiah. Kegiatan wawancara pada siklus II

dilaksanakan dengan menggunakan pedoman wawancara yang masih sama

dengan siklus I dan menggunakan alat bantu rekam tape recorder. Responden

yang dipilih peneliti pada bagian pertama adalah kelompok siswa yang

mendapatkan nilai tinggi. Kegiatan wawancara bagian kedua pada siklus II

dilakukan terhadap kelompok siswa yang mendapatkan nilai rendah berdasarkan

hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siklus II.


112

Hasil analisis data wawancara yang dilakukan peneliti pada pertanyaan

pertama tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa

Indonesia kelompok semua responden nilai tinggi ditambah 4 responden dari nilai

rendah menjawab sangat menarik, menyenangkan dan sangat penting, sedangkan

kelompok nilai rendah 1 siswa menjawab lumayan, tidak menyenangkan dan

membosankan.

Aspek pertanyaan kedua yaitu minat siswa terhadap materi pembelajaran

menulis karya ilmiah. Pada aspek kedua ini dari 10 responden, 9 siswa

menyatakan berminat dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran,

sedangkan 1 siswa menjawab kurang bersemangat.

Aspek pertanyaan yang ketiga dan keempat adalah saling berkaitan. Pada

pertanyaan aspek ketiga ditanyakan apakah siswa mengalami hambatan dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi karya ilmiah dan pada

aspek pertanyaan keempat menanyakan alasannya. Pada aspek ketiga 7 siswa

tidak mengalami hambatan, sedangkan 3 responden dari kelompok nilai rendah

menjawab ada hambatan dan kesulitan dengan alasan. Responden yang menjawab

tidak ada hambatan mengemukakan alasan bahwa pembelajaran pada siklus II ini

sudah dapat mengatasi kesulitan dan hambatan yang dialami pada siklus I,

sedangkan responden lain menjawab masih mengalami hambatan mengemukakan

alasan bahwa ketiga responden masih mengalami kesulitann pada saat

menentukan topik dan menyusun kalimat.

Pada aspek pertanyaan kelima, yaitu tentang keuntungan yang diperoleh

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran materi karya ilmiah. Semua


113

responden yang menjawab dan menyatakan sangat bermanfaat. Yaitu dapat

menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan.

Pada aspek pertanyaan keenam, yaitu tentang hal-hal baru yang diperoleh

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis adta

diperoleh 9 siswa menjawab mengetahui cara mengambil data dan melakukan

kegiatan obserrvasi, sedangkan 1 siswa yang lain menjawab dapat melakukan

kegiatan wawancara.

Analisis data selanjutnya dilakukan terhadap jawaban siswa atas

pertanyaan aspek ketujuh, yaitu tentang saran dan kritik terhadap kegiatan

pembelajaran. Dari hasil analisis data diperoleh semua responden menyatakan

tidak ada saran dan kritik, kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan

dengan sangat baik, menarik dan berhasil.

Pertanyaan yang kedelapan adalah tentang minat sisaw untuk membuat

karya tulis ilmiah. Responden yang menyatakan berminat pada siklus II berjumlah

8 siswa, sedangkan 2 siswa yang lain belum berminat. Alasan yang dikemukakan

adalah sangat bermanfaat dan dapat mengasah kecerdasan bagi yang berminat,

sedangkan alasan yang dikemukakan responden yang kurang berminat

menyatakan bahwa menulis karya ilmiah memerlukan banyak waktu dan proses

yang agak sulit dan panjang.

Pertanyaan kesembilan adalah kesulitan yang dialami siswa ketika

membuat karya tulis ilmiah. Berdasarkan analisis data wawancara aspek sembilan

diperoleh hasil, bahwa 5 responden menyatakan tidak mengalami kesulitan,


114

sedangkan 5 responden yang lain menyatakan mengalami kesulitan pada saat

menyusun kalimat secara efektif dan berpikir logis.

Analisis data yang terakhir dilakukan terhadap aspek sepuluh pada

pedoman wawancara menghasilkan tanggapan siswa mengenai keuntungan yang

diperoleh siswa setelah membuat karya tulis ilmiah, yaitu pada umumnya

menjawab sama, yaitu menambah pengetahuan dan wawasan.

Berdasarkan deskripsi analisis data nonmtes pada siklus II di atas dapat

disimpulkan bahwa terdapat peningaktan minat untuk menulis karya ilmiah, masih

ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karya ilmiah.

4.3.12 Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto penelitian pembelajaran menulis karya ilmiah siswa

kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang pada siklus II meliputi kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan d luar kelas yaitu aktivitas berkunjung

melakuakn kegaitan observasi objrk dan pengambilan data atau informasi.

Kegiatan-kegiatan yang didokumentasikan adalah 1) kegiatan observasi di

perpustakaan, 2) kegiatan observasi di laboratorium, dan 3) diskusi kelompok.

Uraian tahapan kegiatan dan deskripsi foto akan digambarkan sebagai berikut.
115

Gambar 4 Kegiatan Observasi di Perpustakaan Siklus II

Dokumentasi foto pada gambar 4 di atas menggambarkan situasi kegiatan

siswa kelas II-5 yang melaksanakan kegiatan observasi di perpustakaan SMA N

112 Semarang. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa siswa sedang aktif

mencari buku yang digunakan untuk sumber referensi dalam menulis karya

ilmiah. Siswa terlihat serius dan tertib dalam melaksankan kegiatan observasi dan

inkuiri di perpustakaan. Kelompok yang melaksanakan kegiatan observasi dan

inkuiri di perpustakaan sebanyak 2 kelompok. Kegiatan inkuri di perpustakaan

pada gambar 4 di atas dijelaskan lebih rinci pada gambar 5 berikut.


116

Gambar 5 Kegiatan Inkuiri di Perpustakaan Siklus II

Berdasarkan gambar 5 di atas dapat dijelaskan kegiatan inkuiri siswa di

perpustakaan. Siswa mencoba menemukan sendiri pengetahuan melalui sumber

referensi yang ditemukan siswa. Setelah siswa mendapatkan sumber referensi,

kemudian dilaksanakan kegiatan diskusi kelompok mengenai jenis buku yang

ditemukan dan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan baru yang baru di

dapatkan siswa. Setelah kegiatan inkuiri melalui observasi dan diskusi selesai,

masing-masing kelompok membuat laporan tertulis yang bersifat sederhana

tentang kegiatan observasi dan inkuiri yang telah dilakukan siswa.


117

Gambar 6 Kegiatan Observasi dan Inkuiri di Laboratorium Siklus II

Gambar 6 di atas menunjukkan kegiatan observasi yang dilakukan

kelompok dalam melaksanakan kegiatan inkuiri. Kegiatan yang terdapat di

laboratorium adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan siswa kelas I dalam

penelitian biologi. Kelompok yang melaksanakan kegiatan observasi dan inkuiri

di laboratorium turut mengamati kegiatan penelitian yang dilaksanakan di

laboratorium, dan melakukan kegiatan inkuiri dengan berbagai kegiatan, salah

satunya adalah kegiatan wawancara terhadap guru pembimbing dan siswa yang

melaksanakan kegiatan penelitian.


118

4.4 Pembahasan

4.4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas II-5

dengan Pendekatan Kontekstual Elemen Inkuiri

Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri

12 Semarang mengalami peningkatan pada tiap tahapan siklusnya, dari mulai

tahapan prasiklus, siklus I dan siklus II. Kenyataan tersebut dapat dilihat pada

tabel 24 berikut.

Tabel 24 Nilai Rata-Rata Hasil Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah

Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

No Tahap Nilai rata- Distribusi Frekuensi Distribusi % (persentase)


rata/Kategori
SB B C K Jumlah SB B C K

1. Prasiklus 62,13/Kurang 0 1 15 24 40 0.00% 2.50% 37.50% 60.00%

2. Siklus I 69,58/Cukup 0 19 10 11 40 0.00% 47.5% 25.00% 27.50%

3. Siklus II 77,15/Baik 1 28 7 4 40 2.50% 70.0% 17.50% 10.00%

Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata dan distribusi

frekuensi dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah siswa kelas II-5. Nilai rata-rata tes keterampilan menulis karya

ilmiah siswa kelas II-5 pada tahap prasiklus adalah 62,13 dengan distribusi

frekuensi hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 yang

berkategori sangat baik tidak ada, kategori baik hanya 1 siswa atau sebesar 2,50

%, kategori cukup berjumlah 15 siswa atau 37,50 %, dan hasil tes siswa yang
119

termasuk dalam kategori kurang sebanyak 24 siswa atau 60 hasil tes keterampilan

menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 % pada tahap prasiklus termasuk dalam

kategori kurang, karena lebih dari 50 % siswa kelas II-5 kurang terampil dalam

menulis karya ilmiah. Rendahnya hasil tes tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor yang paling banyak dialami siswa adalah kesulitan menentukan

topik dan tema penulisan karangan ilmiah dan kesulitan memulai kegiatan

menulis, yaitu kesulitan menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan. Faktor

yang lain adalah kurangnya minat siswa terhadap kegiatan menulis, siswa

cenderung malas dan tidak bersemangat dalam kegiatan pembelajaran menulis.

Kegiatan pembelajaran pada tahap prasiklus ini dilaksanakan oleh guru secara

klasikal, sehingga siswa bosan dan tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan

menulis.

Hasil tersebut termasuk dalam kategori kurang, sehingga perlu

ditingkatkan. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas

II-5 perlu dilakukan tindakan yang efektif agar hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah siswa kelas II-5 pada tahap prasiklus dapat diperbaiki. Setelah

dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan kontekstual

elemen inkuiri dapat dilihat hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa

kelas II-5 siklus I pada tabel 22 yang menununjukkan peningkatan daripada tahap

prasiklus. Nilai rata-rata tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5

pada tahap siklus I adalah 69,58 dengan distribusi frekuensi siswa yang hasil tes

keterampilan menulis karya ilmiahnya berada pada kategori sangat baik tidak ada,

kategori baik meningkat menjadi 19 siswa, masih sama dengan tahap prasiklus.
120

Pada kategori cukup jumlah siswa masih sama dengan tahap prasiklus yaitu 10

siswa atau 37,50 %, dan kategori kurang berjumlah 11 siswa. Pada kategori baik

meningkat dari jumlah 1 siswa pada tahap prasiklus menjadi 19 siswa pada siklus

II, dan terjadi penurunan jumlah siswa yang berada pada kategori kurang siklus I

berjumlah 11 siswa, sedangkan pada tahap prasiklus berjumlah 24 siswa, sehingga

jumlah siswa yang kurang terampil menulis karya ilmiah berkurang menjadi 11

siswa.

Nilai rata-rata tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 tahap

siklus I termasuk dalam kategori cukup, namun hasil tersebut belum mencapai

nilai klasikal ketuntasan belajar siswa kelas II-5 sebesar 75, sehingga untuk

mencapai keberhasilan belajar siswa perlu adanya tindakan untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis karya ilmiah. Tindakan selanjutnya akan

dilaksanakan kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah pada siklus II dengan

menggunakan pendekatan kontekstual elemen inkuiri. Berdasarkan tabel 22 dapat

dilihat peningkatan hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah dari tahap

prasiklus,siklus II, dan siklus II.

Berdasarkan nilai rata-rata tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa

kelas II-5, nilai rata-rata pada siklus II sebesar 77,15 dengan distribusi frekuensi

pada kategori sangat baik berjumlah 1 siswa, pada kategori baik meningkat tahap

prasiklus dan siklus I yaitu sebesar 28 siswa atau 70,00 %, siswa yang berkategori

cukup berjumlah 7 siswa atau 17,50 %, jumlah siswa yang berada pada kategori

kurang sebanyak 4 siswa atau 10 % . Nilai tersebut meningkat sebesar 15,02 dari
121

nilai rata-rata tahap prasiklus sebesar 62,13, dan meningkat sebesar 7,57 dari

siklus I yang memiliki nilai rata-rata sebesar 69,58.

Berdasarkan uraian hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa

kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang pada siklus I dan siklus II pada tiap aspeknya

mengalami peningkatan pada hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah dari

tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Peningkatan hasil tes keterampilan menulis

karya ilmiah siswa kelas II-5 dari siklus I dan siklus II pada tiap aspek

ditunjukkan tabel 25 berikut.

Tabel 25 Peningkatan Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Tiap Aspek

pada Siklus I dan Siklus II

Rata-rata Skor Peningkatan


No Aspek Penilaian Peningkatan
SI S II ( %)

1 Sitematika Penulisan 11.88 13.88 2 16.84%

2 Kemampuan Berpikir Logis 11.03 11.90 0,87 7.94%

3 Kesesuaian Judul dan Isi 8.45 9.00 0,55 6.51%


Kemampuan Menggunakan Ejaaan
4 Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 10.75 10.93 0,18 1.63%
Kemampuan menggunakan kata dan
5 kalimat efektif 8.25 8.75 0,50 6.06%
6 Kemampuan Menulis Sumber Kutipan 8.23 9.80 1,57 19.15%
7 Kemampuan Menulis Daftar Pustaka 8.03 9.40 1,37 17.13%
8 Kerapian 2.98 3.50 0,62 17.65%
Jumlah 69.58 77.15 8,43 10.89%
Data tabel 25 menunjukkan bahwa tiap-tiap aspek penulisan karya ilmiah

pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi

pada aspek kemampuan menulis sumber kutipan, dengan peningkatan sebesar

19,15 % dari hasil tes siklus I rata-rata skor sebesar 8,23 pada siklus II meningkat
122

menjadi 9,80. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan baru

yang didapat siswa dari kegiatan inkuiri pada siklus II, yaitu dengan mencermati

sumber pustaka yang tergolong karya ilmiah, yaitu buku referensi. Peningkatan

terendah terjadi pada aspek kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia

yang disempurnakan dengan hanya mengalami peningkatan sebesar 1,63 %, dari

rata-rata skor siklus I sebesar 10,75 menjadi 10,93 pada siklus II. Kenyataan ini

disebabkan faktor intern dari siswa yang kurang teliti dalam menyusun karya tulis

ilmiah, sehingga banyak kesalahan penggunaan ejaan atau tanda baca yang kurang

benar penempatannya.

Peningkatan juga terjadi pada aspek sistematika penulisan karya ilmiah

yang meningkat sebesar 16,84 dari siklus I sebesar 11,88 menjadi 13,88 pada

siklus II. Peningkatan tersebut dikarenakan pengetahuan siswa yang bertambah

dari hasil kegiatan inkuiri yang kedua, yaitu melalui kegiatan diskusi kelas.

Peningkatan pada aspek kemampuan berpikir logis terjadi sebesar 7.94% dari

siklus I sebesar 11,03 menjadi 11,90 pada siklus II. Berdasarkan pengamatan,

peningkatan pada aspek ini terjadi karena siswa sudah memiliki pengetahuan yang

bertambah dari kegiatan membaca pustaka yang didapatkan dari kegiatan

observasi di perpustakaan.

Aspek penulisan karya ilmiah selanjutnya yang mengalami peningkatan

adalah aspek kesesuaian judul dan isi yang mengalami peningkatan sebesar 6,51

% dari siklus I sebesar 8.45 menjadi 9.00 pada siklus II. Peningkatan ini

disebabkan wawasan dan pemikiran siswa berkembang, karena kegiatan inkuiri

pada siklus II siswa melaksanakan kegiatan observasi di lingkungan sekitar


123

sekolah, sehingga siswa lebih banyak menemukan tema atau bahan untuk

dijadikan judul. Peningkatan juga terjadi pada aspek kemampuan menulis

paragraf, kalimat, dan kata dengan peningkatan sebesar 6.06% dari siklus I

sebesar 8.25 menjadi 8.75 pada siklus II. Peningkatan pada aspek ini terjadi

berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada tahap refleksi pada akhir siklus I.

Aspek kemampuan menulis daftar pustaka mengalami peningkatan sebesar

17.13% pada siklus I sebesar 8.03 menjadi 9.40 pada siklus II. Aspek ini

mengalami peningkatan disebabkan adanya pengetahuan baru berdasarkan

kegiatan inkuiri yang dilaksanakan pada siklus II. Pada aspek kerapian penulisan

karya ilmiah juga mengalami peningkatan sebesar 17.65% dari siklus I nilai rata-

rata skor sebesar 2.98 menjadi 3.50 pada siklus II.

Peningkatan pada siklus II sebesar 10.89% dari siklus I yang memiliki

skor rata-rata sebesar 69,58 menjadi 77,15 pada siklus II. Data peningkatan pada

tabel di atas dapat digambarkan dengan grafik 3 berikut ini.

25%

20% 19.15% 17.65%


Peningkatan (%)

16.84%
17.13%
15%

10%
7.94%
6.51% 6.06%
5%

1.63%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8

Aspek

Grafik 3 Peningkatan Tes Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Tiap

Aspekpada Siklus I dan Siklus II


124

Berdasarkan grafik di atas dapat membuktikan peningkatan hasil tes

keterampilan menulis karya ilmiah siswa klelas II-5 pada siklus I dan siklus II.

Peningkatan tertinggi terjadi pada aspek kemampuan menulis sumber kutipan,

dengan peningkatan sebesar 19,15 % dari hasil tes siklus I rata-rata skor sebesar

8,23 pada siklus II meningkat menjadi 9,80. Peningkatan terendah terjadi pada

aspek kemampuan menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan

dengan hanya mengalami peningkatan sebesar 1,63 %, dari rata-rata skor siklus I

sebesar 10,75 menjadi 10,93 pada siklus II.

Berdasarkan uraian data tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas

II-5 SMA Negeri 12 Semarang di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kontekstual elemen inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menulis karya

ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang.

4.4.2 Peningkatan Life skill Siswa Kelas II-5 yang meliputi Personal Skill,

Social Skill dan Academic Skill.

Life skill siswa SMA meliputi, personal skill, social skill dan academic

skill. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data lembar pengamatan dapat

disimpulkan bahwa life skill siswa kelas II-5 mengalami. Hasil analisis data pada

lembar observasi siklus I dan siklus II dan peningkatannya dapat dilihat pada tabel

berkut 26.
125

Tabel 26 Peningkatan Life Skill Siklus I dan Siklus II

NO. Aspek pengamatan SIKLUS I SIKLUS II


1 Kemampuan menggali dan menemukan informasi 37.50% 75%
2 Kemampuan mengolah informasi 12.50% 75%
3 Kemampuan memecahkan masalah secara kreatif 12.50% 88%
4 Ketertiban siswa dalam mengikuti kegiatan 80.00% 87%
pembelajaran
5 Keaktifan bertanya tentang materi 20.00% 20%
6 Keaktifan menjawab pertanyaan dari guru 15.00% 55%
7 Keaktifan berpendapat 7.50% 30%
8 Kemampuan siswa berdiskusi secara aktif dan 37.50% 50%
tertib
9 Kemampuan bekerjasama dengan teman 75.00% 88%
10 Kemampuan merumuskan masalah 12.50% 50%
11 Kemampuan melaksanakan kegiatan penelitian, 12.50% 50%
yaitu pengumpulan data

Jumlah 322.50% 667.00%


Rata-rata 29.32% 60.64%

Berdasarkan tabel 26 dapat dilihat peningkatan Life skill dari siklus I dan

siklus II, tabel 25 menunjukkan pada aspek pertama pada siklus I berjumlah

37.50% dan meningkat pada siklus II menjadi 75%. Peningkatan tersebut

dikarenakan kegiatan inkuiri pada siklus II memberikan banyak kesempatan

kepada siswa untuk bebas melakukan kegiatan observasi sesuai dengan kreativitas

masing-masing siswa, sehingga kegiatan tersebut menuntut siswa untuk lebih

kreatif dalam menemukan dan menggali informasi.


126

Aspek pengamatan kedua siklus I sebesar 12.50% dan meningkat pada

siklus II menjadi 75%. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh adanya

peningkatan kesadaran diri dari siswa untuk belajar secara mandiri dan

bekerjasam dengan teman melalui diskusi, sehingga informasi yang diperoleh

didiskusikan dengan teman satu kelompok, kemudian menjadi bahan pada

kegiatan diskusi kelas dengan bimbingan guru.

Aspek pengamatan ketiga pada siklus I sebesar 12.50% pada siklus II

mengalami peningkatan menjadi 88%. Faktor yang menyebabkan adanya

peningkatan pada aspek ini adalah adanya kerjasama yang baik antar siswa,

sehingga proses komunikasi berjalan baik dan dapat memecahkan masalah secara

bersama dan dengan pemikiran yang kreatif.

Peningkatan life skill juga terjadi pada aspek pengamatan keempat, yaitu

pada siklus I sebesar 80.00% dan meningkat sebesar 7 % menjadi 87.00 % pada

siklus II. Peningkatan ini terjadi karena siswa secara mandiri belajar bersama dan

diberi tanggung jawab, sehingga siswa memiliki target ketercapaian belajar.

Berdasarkan sistem ini, siswa harus mentatai semua agenda kegiatan yang

ditetapkan oleh masing-masing kelompok. Cara seperti ini memberikan pengaruh

kepada siswa untuk belajar secara serius dan tertib, agar target yang ditetapkan

dapat tercapai.

Aspek pengamatan kelima tidak mengalami peningkatan. Hal ini terlihat

dari data pada siklus Indonesia yang aktif bertanya hanya 20 % siswa dari 40

siswa, dan pada siklus II data menunjukkan tetap tidak ada perubahan. Hal ini

disebabkan masing-masing kelompok sudah memiliki juru bicara untuk bertugas


127

sebagai penanya, sehingga siswa yang lain tidak bertanya karena sudah ada

pembagian tugas pada masing-masing personal.

Aspek pengamatan yang keenam mengalami peningkatan sebesar 40 %

pada siklus II, dari siklus I sebesar 15 % meningkat pada siklus II menjadi 55 %.

Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan pengetahuan dan wawasan dari

kehiatan inkuiri yang dilaksanakan.

Pada aspek ketujuh juga mengalami peningkatan, yaitu 7,50 % pada siklus

Indonesia menjadi 30 % pada siklus II, berarti mengalami peningkatan sebesar

22,5 %. Peningkatan ini disebabkan bertambahnya pengetahuan dan wawasan

siswa karena kegiatan inkuiri yang dilaksanakan.

Aspek pengamatan kedelapan siklus I sebesar 7.50% dan meningkat pada

siklus II menjadi 30%, pada aspek pengamatan 9 siklus I memiliki frekuensi

sebesar 75.00% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88%, pada aspek

pengamatan 10 dan 11 siklus I masing-masing sebesar 12,5 % dan pada siklus II

mengalami peningkatan masing-masing sebesar 50,0 %.

Aspek pengamatan kesembilan juga mengalami peningkatan dari siklus I

siklus I sebesar 75 % menjadi 88 % pada siklus II. Peningkatan ini disebabkan

adanya sistem kerja kelompok pada siklus Indonesia amupun siklus II, sehingga

siswa dapat bekerjasama dengan baik.

Aspek kesepuluh dan kesebelas juga mengalami peningkatan masing-

masing sebesar 38,50 %. Peningkatan tersebut disebabkan adanya peningkatan

pola berpikir dan inisiatif serta kretifitas dari masing-masing siswa.


128

Peningkatan personal skill aspek kemampuan menggali dan menemukan

informasi pada siklus II adalah peningkatan kategori dari siklus I yang termasuk

dalam kategori kurang, pada siklus II meningkat menjadi kategori baik. Hal

tersebut berdasarkan hasil laporan kegiatan inkuiri siklus I dan siklus II yang

berbeda, yaitu pada siklus I hanya ada satu kelompok yang dapat menggali dan

menemukan informasi dengan jelas, rinci dan kreatif, sedangkan pada siklus II

mengalami peningkatan menjadi 6 kelompok yang mampu menggali dan

menemukan informas secara jelas dan rinci. Peningkatan juga terjadi pada aspek

kemampuan mengolah informasi. Hal ini terlihat dari hasil laporan kegiatan

inkuiri yang disusun secara sistematis dan informatif. Pada siklus I hanya ada satu

kelompok yang mampu mengolah informasi dengan baik, sedangkan pada siklus

II mengalami peningkatan menjadi 7 kelompok yang mampu mengolah informasi

dengan baik, sistematis dan informatif. Pada aspek kemampuan memecahkan

masalah secara kreatif juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat

berdasarkan pengamatan pada saat kegiatan inkuri dilaksanakan pada siklus I dan

siklus II. Pada siklus I hanya 1 kelompok yang mampu memecahkan masalah

secara kreatif, hal ini berdasarkan hasil rumusan laporan kegiatan inkuiri pada

siklus I, sedangkan pada siklus II semua kelompok sudah mampu memecahkan

masalah secara kreatif dengan baik, yaitu melaksankan kegiatan inkuiri dengan

pembagian tugas pada masing-masing personal.

Peningkatan juga terjadi pada ketertiban siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, yaitu pada siklus I banyak siswa yang berperilaku negatif, misalnya

mengantuk, berbicara sendiri, dan sering izin keluar kelas, sedangkan pada siklus
129

II perilaku neghatif yang dilakukan siswa berubah dan berkurang. Semua siswa

semakin sadar dan dapat memposisikan diri serta mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan tertib.

Peningkatan life skill juga terjadi pada aspek social skill. Social skill yang

terdiri atas dua kecakapan, yaitu kecakapan berkomunikasi dan kecakapan

bekerjasama. Pada aspek kecakapan berkomunikasi yang dijabarkan dengan aspek

keaktifan bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan dari guru, keaktifan

berpendapat dan kemampuan berdiskusi secara aktif dan tertib mengalami

peningkatan pada siklus II jika dibandingkan dengan siklus I. Aspek kecakapan

bekerjasama dengan teman pada siklus II mengalami peningkatan, hal ini terlihat

pada saat kegiatan inkuiri yang dilaksanakan pada siklus II. Pada siklus I

kemampuan bekerjasama siswa kelas II-5 sudah baik, sedangkan pada siklus II

meningkat menjadi sangat baik. Hal ini berdasarkan proses kegiatan inkuiri yang

dilakukan masing-masing kelompok secara kompak dan tertib, sehingga

menghasilkan laporan kegiatan inkuri yang baik. Kegiatan inkuiri yang

dilaksanakan pada siklus II sangat memerlukan kerjasama yang baik dari masing-

masing anggota kelompok, dan siswa kelas II-5 mampu melaksanakan kegiatan

inkuiri siklus II dengan kerjasama yang baik dan kompak yang ditandai dengan

adanya pembagian tugas pada masing-masing personal.

Aspek life skill yang ketiga, yaitu academic skill yang mencakup

kecakapan merumuskan masalah dan menganalisis kemampuan melaksanakan

penelitian,yaitu pengumpulan data. Pada siklus II, kedua aspek tersebut

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan proses pelaksanaan


130

kegiatan observasi yang dilaksankan berjalan dengan lancar dan mengahsilkan

laporan yang dapat mengatasi kesulitan yang di alami siswa pada siklus I. Selain

itu, peningkatan academic skill siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang dapat

dilihat berdasarkan hasil tes penilaian karya tulis ilmiah siswa pada siklus I dan

siklus II.

Peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II adalah berbanding lurus

dengan peningkatan life skill siswa yang mencakup academic skill dan personal

skill. Academic skill yang meningkat adalah kecakapan merumuskan masalah dan

menganalisis masalah. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil tes keterampilan

menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang yang mengalami

peningkatan dari siklus I sebesar 69,58 menjadi 77,15. Peningkatan terjadi pada

tiap aspek penulisan karya ilmiah. Berdasarkan hasil tersebut, maka

mempengaruhi peningkatan personal skill siswa, yaitu proses penulisan karya

tulis ilmiah pada aspek kecakapan berpikir rasional atau berpikir logis, yang

diwujudkan dengan penggunaan kalimat efektif serta pengembangannya dalam

paragraf. Hasil tes keterampilan menulis karya ilmiah aspek kemampuan berpikir

logis pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar sebesar 7.94% dari siklus I

sebesar 11,03 menjadi 11,90 pada siklus II. Berdasarkan hasil tes tersebut dapat

disimpulkan personal skill siswa kelas II-5 pada aspek kecakapan berpikir

logis/rasional meningkat. Peningkatan life skill pada siklus I dan siklus II dapat

dilihat pada grafik 4 berikut ini.


131

GRAFIK PENINGKATAN RATA-RATA


HASIL OBSERVASI

70.00%
60.00% 60.64%

50.00%
40.00%
NILAI

30.00% 29.32%
20.00%
10.00%
0.00%
SIKLUS I SIKLUS II

SIKLUS

Grafik 4 Peningkatan Rata-Rata Life Skill Siklus I dan Siklus II

Pada grafik 4 digambarkan peningkatan rata-rata life skill siklus I dan

siklus II dari 29,32 % mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 60,64 %.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

kontekstual elemen inkuiri sangat efektif untuk meningkatkan life skill siswa,

yaitu academic skill, personal skill, dan social skill. Kegiatan inkuiri yang

dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dapat meningkatkan kecakapan

merumuskan masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan kecakapan

berpikir rasional, kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama siswa

kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang. Pendekatan kontekstual elemen inkuiri

sangat efektif untuk meningkatkan minat siswa untuk menulis karya ilmiah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA N 12 Semarang

masih rendah dan perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual elemen inkuiri

efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan dan minat menulis karya

ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 mengalami

peningkatan pada tiga tahapan, yaitu tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil

tes keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 pada tahap prasiklus men

unjukkan nilai rata-rata sebesar 62,13, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi

69,58 dan hasil tersebut meningkat lagi pada siklus II, yaitu 77,15. Peningkatan

keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 terjadi pada tiap aspek

penulisan karya ilmiah yang meliputi sistematika penulisan karya ilmiah,

kemampuan berpikir logis, kesesuaian judul dan isi, kemampuan menggunakan

ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, kemampuan menulis paragraf,

kalimat, dan kata, kemampuan menulis sumber kutipan, kemampuan menulis

daftar pustaka, dan kerapian penulisan karya ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi yang mengamati peningkatan life skill siswa

kelas II-5 pada kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan menggunakan

pendekatan kontekstual elemen inkuiri pada siklus I dan siklus II mengalami

peningkatan. Keadaan tersebut dapat dibuktikan dengan hasil analisis lembar

132
132
133

observasi siklus I dan siklus II yang menunjukkan hasil analisis lembar observasi

siklus I memiliki rata-rata sebesar 29,32 % dan mengalami peningkatan pada

siklus II menjadi 60,64 %. Semua siswa kelas II-5 sangat bersemangat

melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah dengan kegiatan

inkuiri yang dilaksanakan pada siklus II. Peningkatan life skill yang pertama

terdapat pada personal skill yang meliputi, kemampuan menggali dan menemukan

informasi, kemampuan mengolah informasi, kemampuan memecahkan masalah

secara kreatif, dan siswa yang tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Peningkatan life skill pada aspek social skill adalah aspek kecakapan bekerjasama

dan kecakapan berkomunikasi. Pada aspek academic skill yang meliputi

kemampuan mermuskan permasalahan dan kemampuan melaksanakan kegiatan

penelitian, yaitu pengumpulan data. Aspek skill yang tidak mengalami

peningkatan adalah aspek keaktifan bertanya.

5.2 Saran

Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dengan

pendekatan kontekstual elemen inkuiri pada siswa kelas II-5 di SMA Negeri 12

Semarang telah dilaksanakan. Saran yang direkomendasikan adalah guru dapat

menggunakan pendekatan kontekstual dengan cara memadukan berbagai elemen

yang terdapat dalam pendekatan kontekstual pada semua mata pelajaran. Saran

bagi penelitian yang akan datang, penelitian tentang keterampilan menulis karya

ilmiah perlu dikembangkan dengan mengguankan elemen yang lain pada

pendekatan kontekstual, sehingga akan lebih diketahui tingkat efektifitasnya.


134

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) Konsep dan
Aplikasinya. Bandung : Alfabeta.

Astuti. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan


Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS
4 SMK N 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Budiyati, Ida Zulaeha, Siti Ida, Markini. 2004. Peningkatan Kemampuan Berpikir
Logis dalam Menulis Karya Tulis dengan Elemen Inkuiri
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) pada Siswa Kelas III
SLTP 3 Ungaran-Semarang.Laporan Penelitian.Universitas Negeri
Semarang.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.

Doyin, Mukh, Wagiran, Ida Zulaeha, Tommi Yuniawan. 2002. Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Ilmiah. Semarang : Nusa Budaya.

Encep, Kusumah, Yeti Mulyati, Maman Suryaman. 2003. Menulis 2. Jakarta :


Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Hartono, Bambang. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam Workshop Implementasi
Life Skill dan Budi Pekerti dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (4 s.d 11 Agustus)
Dihimpun oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Semarang :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

134
135
135

Cahyanti. 2003. Mencoba, Belajar, dan Motivasi. Kompas Mahasiswa


71/XXVI.Hlm.10.

Kurniawan, Khaerudin. 1998. Pembinaan Kemahiran Menulis Mahasiswa


Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : IKIP
Yogyakarta.

Nurhadi, Agus. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam


Kurikulum Berbasis kompetensi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta : Adicipta Karya Nusa.

Setyowati. 2005. Penggunaan Teknik Inquiri untuk Meminimalkan


Ketidakefektifan Kalimat pada Karangan Narasi Siswa Kelas III F
SLTP Negeri 1 Pemalang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Subyantoro, Bambang Hartono. 2003. Pengembangan Kemampuan Berbahasa


(Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan, Berbicara, Membaca,
dan Menulis). Makalah Disajikan pada Pelatihan Terintegrasi
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Komptensi.

Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.

Suriamiharja, Agus, Akhlan Husein, Nunuy Nursanah. 1996. Petunjuk Praktis


Menulis. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa.

Winarmo. 2002. Budaya Tulisan Versus Budaya Lisan. Tiara Bahasa Vol.1,No.1
September.Hlm.3.
136
136

TIM Pengembang Kurikulum. 2003. Strategi Pengimplementasian Life Skill


dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Makalah Disajikan dalam Workshop
Implementasi Life Skill dan Budi Pekerti dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (4 s.d 11
Agustus) Dihimpun oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Wagiran, Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya


Ilmiah. Semarang : Rumah Indonesia Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Semarang.

Ziyadati. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi


Menggunakan Elemen Bertanya Pembelajaran Kontekstual pada
Siswa Kelas II-E SMP N 1 Garug Kabupaten Wonosobo. Skripsi.
Univesitas Negeri Semarang.
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

JENIS LIFE KATEGORI


NO ASPEK PENGAMATAN
SKILL SB B C K
A. Personal Skill 1. kemampuan menggali dan
menemukan informasi.
2. kemampuan mengolah informasi
3. kemampuan memecahkan masalah
secara kreatif
4. ketertiban siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.

B Social Skill 5. keaktifan bertanya tentang materi


6. keaktifan menjawab pertanyaan dari
guru
7. keaktifan berpendapat
8. kemampuan siswa berdiskusi secara
tertib dan aktif.
9. kemampuan bekerja sama dengan
teman
C. Academic 10. kemampuan merumuskan
Skill
permasalahan
11. kemampuan melaksanakan
penelitian, yaitu pengumpulan data.

157
158

Keterangan :

SB : Sangat Baik ( 76 % - 100 %)


B : Baik ( 50 % - 75 %)
C : Cukup ( 26 % - 49 %)
K : Kurang (≥25 %)

Semarang, April 2005

Pengamat,

158
159
Lampiran 10

HASIL OBSERVASI LIFE SKILL SIKLUS I

JENIS LIFE KATEGORI


NO ASPEK PENGAMATAN
SKILL SB B C K
A. Personal Skill 2. kemampuan menggali dan √
menemukan informasi.

2. kemampuan mengolah informasi

3. kemampuan memecahkan masalah
secara kreatif
12. ketertiban siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.

B Social Skill 13. keaktifan bertanya tentang materi √



14. keaktifan menjawab pertanyaan dari
guru

15. keaktifan berpendapat
16. kemampuan siswa berdiskusi secara √
tertib dan aktif.
17. kemampuan bekerja sama dengan √
teman
C. Academic 18. kemampuan merumuskan √
Skill
permasalahan
19. kemampuan melaksanakan

penelitian, yaitu pengumpulan data.

160
167
168
Keterangan :

SB : Sangat Baik ( 76 % - 100 %)


B : Baik ( 50 % - 75 %)
C : Cukup ( 26 % - 49 %)
K : Kurang (≥25 %)

*) ANALISIS DATA HASIL OBSERVASI SIKLUS I


NO ASPEK KATEGORI % ANALISIS
1. 1 C/Cukup 37,5 % 3 kelompok (15 siswa) masih kurang dalam
menggali dan menemukan informasi dari
inkuiri berdasarkan pemodelan.
2. 2 K/Kurang 12,5 % Hanya 1 kelompok (5 siswa) yang sudah
mampu mengolah informasi dengan baik, 7
kelompok yang lain (35 siswa) belum
mampu.
3. 3 K/Kurang 12,5 % Hanya 1 kelompok (5 siswa) yang sudah
mampu mengolah informasi dengan baik, 7
kelompok yang lain (35 siswa) belum
mampu.
4. 4 SB/Sangat 80 % 8 siswa kurang tertib, ditunjukkan dengan
Baik sikap dan perilaku negatif, yaitu mengantuk
(Doni, Giyanto, dan Agus), Berbicara
sendiri ( Fajar dan Eka Marta), sering minta
ijin keluar ruangan (Sigit dan Suka). 32
siswa yang lain tertib.
5. 5 K/Kurang 20 % Dari 40 siswa, yang aktif bertanya hanya 8
siswa, yaitu Awaludin, doni, Ali Nuryanto,
Sofiana, Nugroho Jati, Siti Nurrohamah,
Nia Puspitasari, Yuli Ikhtiyarsih. 32 siswa
yang lain tidak bertanya.

161
169

6. 6 K/Kurang 15 % Siswa yang aktif menjawab pertanyaan dari


guru adalah Ali, Sofiana, Indah, Mansur,
Dedi Kurnia, dan Awaludin. Hanya 6 siswa,
34 siswa yang lain kurang aktif.
7. 7 K/Kurang 7,5 % Siswa yang memberikan tanggapan hanya 3
orang, yaitu Dedi, Ali, dan Awaludin.
8. 8 C/Cukup 15 % 15 siswa aktif berdiskusi, baik bertanya,
menjawab, ataupun menanggapi.
9. 9 SB/Sangat 75 % 6 kelompok sudah tertib dalam
Baik melaksankan kegiatan diskusi, sedangkan 2
kelompok yang lain kurang tertib.
10. 10 K/Kurang 12,5 % Hanya 1 kelompok yang sudah mampu
merumuskan permasalahan dengan baik, 7
kelompok yang lain masih kurang.
11. 11 K/Kurang 12,5 % Hanya 1 kelompok yang sudah mampu
melaksanakan kegiatan penelitian/inkuiri
dengan baik, 7 kelompok yang lain masih
kurang.

Semarang, April 2005

Peneliti

162
Lampiran 11

HASIL OBSERVASI LIFE SKILL SIKLUS II

JENIS LIFE KATEGORI


NO ASPEK PENGAMATAN
SKILL SB B C K
A. Personal Skill 1. kemampuan menggali dan √
menemukan informasi.

2. kemampuan mengolah informasi

3. kemampuan memecahkan masalah
secara kreatif

4. ketertiban siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.

B Social Skill 5. keaktifan bertanya tentang materi



6. keaktifan menjawab pertanyaan dari

guru
7. keaktifan berpendapat √
8. kemampuan siswa berdiskusi secara

tertib dan aktif.
9. kemampuan bekerja sama dengan √
teman
C. Academic 10. kemampuan merumuskan

Skill
permasalahan
11. kemampuan melaksanakan

penelitian, yaitu pengumpulan data.

163
170
171
Keterangan :

SB : Sangat Baik ( 76 % - 100 %)


B : Baik ( 50 % - 75 %)
C : Cukup ( 26 % - 49 %)
K : Kurang (≥25 %)

*) ANALISIS DATA HASIL OBSERVASI SIKLUS II


NO ASPEK KATEGORI % ANALISIS
1. 1 SB/Sangat 75 % 6 kelompok (30 siswa) masih kurang dalam
Baik menggali dan menemukan informasi dari
inkuiri berdasarkan observasi
2. 2 SB/Sangat 75 % 6 kelompok (30 siswa) yang sudah mampu
Baik mengolah informasi dengan baik.
3. 3 SB/Sangat 87,5 % 7 kelompok (35 siswa) yang sudah mampu
Baik mengolah informasi dengan baik.
4. 4 SB/Sangat 87,5 % 5 siswa kurang tertib, ditunjukkan dengan
Baik sikap dan perilaku negatif, yaitu mengantuk
(Doni, Sigit, dan Agus), Berbicara sendiri (
Fajar dan Eka Marta), 35 siswa yang lain
tertib.
5. 5 K/Kurang 20 % Dari 40 siswa, yang aktif bertanya hanya 8
siswa, yaitu Awaludin, doni, Ali Nuryanto,
Sofiana, Nugroho Jati, Siti Nurrohamah,
Nia Puspitasari, Yuli Ikhtiyarsih. 32 siswa
yang lain tidak bertanya.
6. 6 B/Baik 55 % 22 Siswa tercatat aktif menjawab
pertanyaan.
7. 7 K/Kurang 30 % 12 siswa tercatat memberikan tanggapan
saat kegiatan diskusi berlangsung.
8. 8 B/Baik 50 % 20 siswa aktif berdiskusi, baik bertanya,

164
172

menjawab, ataupun menanggapi.


9. 9 SB/ Sangat 87,5 % 7 kelompok (35 siswa) sudah tertib dalam
Baik melaksanakan kegiatan diskusi, sedangkan
2 kelompok yang lain kurang tertib.
10. 10 B/Baik 50 % Hanya 1 kelompok yang sudah mampu
merumuskan permasalahan dengan baik, 7
kelompok yang lain masih kurang.
11. 11 B/Baik 50 % Hanya 1 kelompok yang sudah mampu
melaksanakan kegiatan penelitian/inkuiri
dengan baik, 7 kelompok yang lain masih
kurang.

Semarang, April 2005

Peneliti

165
Lampiran 12

HASL ANALISIS KATEGORISASI JURNAL SISWA SIKLUS I

NO ASPEK/KATEGORI FREKUENSI
1. 1/ - menarik 24 siswa (60 %)
- kurang menarik 7 siswa (17,5 %)
- tidak menarik 5 siswa (12,5 %)
- biasa saja 4 siswa (10 %)

2. 2/ - kegiatan diskusi 31 siswa (77,5 %)


- kegiatan pendahuluan 2 siswa (5 %)
- tidak ada yang disukai 7 siswa (17,5 %)
3. 3/ - sulit menentukan tema 21 siswa (52,5 %)
- sulit mencari data 5 siswa (12,5 %)
- malas 4 siswa (10 %)
- tidak mengalami hambatan 1 siswa (2,5 %)
4. 4/ - pernah membuat 31 siswa (77,5 %)
- belum pernah 9 siswa (22,5 %)
5. 5/ - berminat 20 siswa (50 %)
- kurang berminat 4 siswa (10 %)
- tidak berminat -
- belum berminat 6 siswa (15 %)

Semarang, April 2005

Peneliti

166
173
Lampiran 13

HASL ANALISIS KATEGORISASI JURNAL SISWA SIKLUS II

NO ASPEK/KATEGORI FREKUENSI
1. 1/ - menarik 39 siswa (97,5 %)
- kurang menarik 1 siswa ( 2,5 %)
- tidak menarik -
- biasa saja -

2. 2/ - kegiatan diskusi & out class 35 siswa (87,5 %)


- kegiatan observasi 3 siswa (7,5 %)
- diskusi kelas 2 siswa (5 %)
3. 3/ - sulit menentukan tema 11 siswa (27,5 %)
- sulit mencari data 5 siswa (12,5 %)
- malas 4 siswa (10 %)
- waktu kurang 10 siswa (25 %)
- tidak mengalami hambatan 10 siswa (25 %)
4. 4/ - pernah membuat 40 siswa (100 %)
- belum pernah -
5. 5/ - berminat 27 siswa (67,5 %)
- kurang berminat 5 siswa (12,5 %)
- tidak berminat 4 siswa (10 %)
- belum berminat 4 siswa (10 %)

Semarang, April 2005

Peneliti

167
Lampiran 8
HASIL TES KETERAMPILAN MENULIS KARYA ILMIAH SIKLUS II
NOMOR SKOR TIAP ASPEK
RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 JUMLAH
1 15 14 10 11 10 10 10 3 83
2 15 7 10 12 10 10 10 3 77
3 10 7 5 15 10 10 6 3 66
4 15 14 10 10 10 10 10 4 83
5 15 14 10 11 10 10 10 3 83
6 15 14 10 12 10 10 10 3 84
7 15 7 10 11 5 10 10 3 71
8 15 14 10 10 10 10 10 3 82
9 10 7 5 10 10 10 10 3 65
10 15 14 10 10 10 10 10 4 83
11 15 14 10 12 5 10 10 3 79
12 15 14 10 12 10 10 10 3 84
13 10 7 5 10 5 10 6 3 56
14 15 14 10 10 10 10 10 5 84
15 15 7 5 10 5 6 10 3 61
16 10 7 5 10 5 6 6 3 52
17 10 14 10 10 10 10 10 3 77
18 15 14 10 10 10 10 10 3 82
19 15 7 10 12 10 10 10 5 79
20 15 7 5 12 10 10 6 5 70
21 10 7 5 10 5 10 10 3 60
22 15 14 10 12 10 10 6 5 82
23 15 14 10 12 10 10 10 3 84
24 15 14 10 10 5 10 10 5 79
25 10 14 5 10 10 10 10 5 74
26 15 14 10 12 10 10 10 3 84
27 15 14 10 10 10 10 10 3 82
28 15 14 10 10 5 10 10 5 79
29 10 14 10 10 5 10 6 3 68
30 15 14 10 10 10 10 10 3 82
31 15 14 10 12 10 10 10 3 84
32 15 14 10 12 10 10 10 3 84
33 15 14 10 12 10 10 10 3 84
34 10 7 10 10 5 10 10 3 65
35 15 14 10 12 10 10 10 3 84
36 15 14 10 12 10 10 10 3 84
37 15 14 10 10 10 10 10 3 82
38 15 14 10 10 10 10 10 3 82
39 15 14 10 11 10 10 10 5 85
40 15 7 10 10 10 10 10 5 77
JUMLAH 555 476 360 437 350 392 376 140 3086
RATA-RATA 13.875 11.9 9 10.925 8.75 9.8 9.4 3.5 77.15

164
168
Lampiran 7
HASIL TES KETERAMPILAN MENULIS KARYA ILMIAH SIKLUS I

NOMOR SKOR TIAP ASPEK


RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 JUMLAH
1 10 14 5 10 10 6 6 3 64
2 10 7 10 11 5 6 6 2 57
3 5 7 5 15 5 6 6 3 52
4 10 14 10 10 10 10 10 3 77
5 10 14 10 10 10 10 10 3 77
6 10 14 5 12 10 6 10 3 70
7 10 7 10 11 5 10 10 3 66
8 15 14 10 10 15 6 6 3 79
9 10 7 5 5 10 10 6 2 55
10 15 14 5 10 10 10 10 3 77
11 15 14 10 10 5 10 10 3 77
12 15 14 10 10 10 6 10 2 77
13 5 7 10 10 5 6 6 3 52
14 10 14 5 12 5 10 6 4 66
15 10 7 5 11 5 6 3 3 50
16 10 7 3 10 5 3 6 3 47
17 10 14 10 10 10 6 10 3 73
18 15 7 10 10 10 10 10 3 75
19 15 7 10 12 10 10 6 3 73
20 10 7 5 12 10 6 6 3 59
21 10 7 5 10 5 6 6 3 52
22 15 14 10 10 10 6 6 3 74
23 10 14 10 12 10 10 6 3 75
24 15 7 10 12 5 10 6 5 70
25 10 14 5 15 10 10 10 2 76
26 15 14 10 10 10 10 6 3 78
27 15 7 10 10 10 10 10 3 75
28 10 14 5 15 5 10 10 5 74
29 5 14 10 10 5 6 6 2 58
30 15 14 10 10 5 10 10 3 77
31 15 14 10 10 10 6 10 3 78
32 15 7 10 12 10 10 10 3 77
33 15 14 10 10 10 6 10 3 78
34 5 7 10 11 5 10 10 3 61
35 15 7 10 12 5 10 10 3 72
36 15 14 10 10 10 10 6 2 77
37 15 14 10 10 10 10 6 3 78
38 15 14 10 10 10 6 10 3 78
39 15 14 10 10 10 10 10 3 82
40 10 7 10 10 10 10 10 3 70
JUMLAH 475 441 338 430 330 329 321 119 2783
RATA-RATA 11.875 11.025 8.45 10.75 8.25 8.225 8.025 2.975 69.575

163
169
Lampiran 9
HASIL ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE
KERAMPILAN MENULIS KARYA ILMIAH
PRASIKLUS, SIKLUS I, DAN SIKLUS II

Kode Pra Siklus Siklus I Siklus II


No.
Responden Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
1 R-01 60 K 64 K 83 B
2 R-02 50 K 57 K 77 B
3 R-03 60 K 52 K 66 C
4 R -04 60 K 77 B 83 B
5 R -05 60 K 77 B 83 B
6 R -06 70 C 70 C 84 B
7 R -07 60 K 66 C 71 C
8 R -08 70 C 79 B 82 B
9 R -09 50 K 55 K 65 C
10 R -10 70 C 77 B 83 B
11 R -11 70 C 77 B 79 B
12 R-12 60 K 77 B 84 B
13 R-13 50 K 52 K 56 K
14 R-14 60 K 66 C 84 B
15 R-15 50 K 50 K 61 K
16 R-16 50 K 47 K 52 K
17 R-17 60 K 73 C 77 B
18 R-18 70 C 75 B 82 B
19 R-19 60 K 73 C 79 B
20 R-20 50 K 59 K 70 C
21 R-21 50 K 52 K 60 K
22 R-22 70 C 74 C 82 B
23 R-23 60 K 75 B 84 B
24 R-24 60 K 70 C 79 B
25 R-25 70 C 76 B 74 C
26 R-26 70 C 78 B 84 B
27 R-27 60 K 75 B 82 B
28 R-28 70 C 74 C 79 B
29 R-29 60 K 58 K 68 C
30 R-30 70 C 77 B 82 B
31 R-31 70 C 78 B 84 B
32 R-32 70 C 77 B 84 B
33 R-33 70 C 78 B 84 B
34 R-34 50 K 61 K 65 C
35 R-35 60 K 72 C 84 B
36 R-36 60 K 77 B 84 B
37 R-37 70 C 78 B 82 B
38 R-38 70 C 78 B 82 B
39 R-39 75 B 82 B 85 SB
40 R-40 60 K 70 C 77 B
Rata-rata 62.13 K 69.58 C 77.15 B

165
170
166

Distribusi Frekuensi
Sangat baik 0 0 1
Baik 1 19 28
Cukup 15 10 7
Kurang 24 11 4
Distribusi Persentase
Sangat baik 0.00% 0.00% 2.50%
Baik 2.50% 47.50% 70.00%
Cukup 37.50% 25.00% 17.50%
Kurang 60.00% 27.50% 10.00%

174

171

Anda mungkin juga menyukai