Anda di halaman 1dari 20

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakan adalah makanan / asupan yang diberikan
kepada hewan ternak (peliharaan) dan pada industri peternakan masa kini, pakan
yang diberikan biasanya berupa campuran dari bahan alami dan bahan buatan
(komposisi) yang telah ditingkatkan kandungan gizinya. Maka itu pakan sangatlah
penting bagi hewan ternak karena merupakan pelangsung hidup ternak tersebut.
Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh 3 faktor yang sama
pentingnya, yaitu: 1) breeding (pemulia biakan, bibit), 2) feeding (pakan), dan 3)
management (tata laksana). Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam
usaha peternakan, maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yaitu sekitar
75%nya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan,
sedangkan pengertian pangan (food) digunakan untuk manusia. Berkaitan dengan
pakan, maka dihadapkan pada masalah-masalah: kuantitatif, kualitatif,
kontinuitas, dan keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. Bahan
pakan (bahan makanan ternak) adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada
ternak (baik berupa bahan organik maupun organik) yang sebagian atau
seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.
Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan
untuk daging dan/atau telurnya. Agar dapat mengoptimalkan produksi dari ternak
unggas, sangatlah diperlukan pengetahuan mengenai bahan – bahan pakannya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dilaksanakannya praktikum pengenalan bahan pakan
unggas ini adalah agar praktikan dapat :

1. Mengelompokkan jenis-jenis bahan pakan dan non-bahan pakan unggas


berdasarkan fungsinya dalam ransum
2. Mengetahui prinsip dasar pengujian kualitas pakan unggas secara fisik
2

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum produksi ternak unggas dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Senin, 30 Maret 2015
Waktu : 07.30 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran.
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Bahan Pakan


Secara umum telah dikenal pengertian pakan berdasarkan asalnya (nabati
dan hewani), berdasarkan sifatnya (hijauan dan konsentrat) dan berdasarkan
sumber zat gizinya (sumber protein, mineral, energi).
Namun secara internasional bahan pakan dibagi dalam 8 kelas, yaitu:
1. Sumber energi adalah pakan yang banyak mengandung energi (kandungan
energi lebih dari 2250 Kkal/kg). Contoh: butir- butiran (jagung,
sorghum/cantel, kedele, kacang dll), umbi- umbian (ketela pohon, ketela
rambat, kentang dll.), minyak (kelapa, sawit, kedele dll.), lemak hewan
(tallow), hasil samping industri pertanian (bekatul, pollard, tetes dll.).
2. Sumber protein adalah pakan yang mengandung protein lebih dari 20%.
Contoh: umumnya pakan asal hewani (tepung ikan, tepung daging, susu
skim, tepung darah dll.), kacang- kacangan/leguminosa (kacang tanah,
kedele, turi, gamal, lamtoro dll.); bungkil (bungkil dari kelapa; kelapa
sawit; kedele; kacang; kapok; kapas; jagung dll)
3. Sumber mineral. Contoh: tepung tulang, kerang, kapur, dicaphos
(dicalcium phosphate), tricaphos (tricalcium phosphate), garam dll.
4. Sumber vitamin. Contoh: bua h-buahan, tauge, hijauan kacang kacangan,
wortel dll
5. Bahan additive adalah bahan yang perlu ditambahkan dalam jumlah
relatif sedikit yang kadangkala diperlukan untuk melengkapi ransum yang
disusun. Contoh: penambah aroma/cita rasa, asam amino/campuran asam
amino, vit-min mix.
Dalam pemilihan bahan pakan atau ransum sebaiknya memperhatikan
beberapa persyaratan/pertimbangan antara lain:
a) bahan itu mudah didapat,
b) murah harganya,
4

c) tidak bersaing penggunaannya dengan manusia,


d) tidak beracun,
e) mengandung zat pakan yang sesuai dengan tujuan beternak (Anggorodi .
1994)
Beberapa bahan pakan mengandung zat anti-nutrisi yang dapat bersifat
toksik (racun) bagi ternak, misalnya: ketela pohon (asam sianida mengakibatkan
gangguan metabolisme); lamtoro (mimosine); turi (asam sianida); bayam (asam
oksalat); daun wortel (carota toxin); daun kol (asam oksalat); rumput setaria
(asam oksalat); biji sorghum (tannin); bungkil biji kapok (asam siklopropenoat);
bungkil biji kapas (gosipol); bungkil jarak (risin). Oleh sebab itu penggunaannya
dalam ransum perlu dipertimbangkan sampai batas tertentu, dan dikaitkan dengan
tujuan beternak.

2.2 Pakan Unggas


Kualitas dan kandungan nutrisi dari pakan sangat menentukan
keberhasilan budidaya unggas, Sementara apabila pembudidayaan dengan
menggunakan pakan unggas buatan pabrik yang harganya relatif mahal meskipun
memberikan pertumbuhan yang baik belum tentu memberikan keuntungan, karena
hasil penjualan unggas atau telur belum tentu mencukupi untuk pembelian pakan
buatan pabrik, disamping itu usaha ini sangat rentan terhadap kemungkinan
kenaikan dan kelangkaan pakan pabrik , sementara harga jual unggas belum tentu
ikut naik akibat kenaikan harga pakan (Anggorodi . 1994)

2.3 Jenis Bahan Baku Pakan

Untuk memenuhi kebutuhan gizi, ternak harus diberi ransum yang terdiri
dari campuran berbagai bahan baku pakan. Bahan baku dapat diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok berdasarkan kandungan gizinya. Untuk ransum unggas
sumber energy diperoleh dari biji-bijian terutama jagung. Di Negara lain yang
tidak memiliki jagung, maka biji gandum, barley, triticale atau sorgum dapat
5

dimanfaatkan. Bagi negara yang tidak mempunyai tanaman biji-bijian (serealia),


maka energi harus diimpor dari negara lain. Di Indonesia selain jagung, kadang-
kadang diberikan sedikit sorgum bila tersedia atau beras menir sebagai hasil
pengayakan dedak padi. Sumber energi lain yang tersedia secara musiman adalah
gaplek yang dijual\ dalam bentuk chip atau gelondongan. Untuk memenuhi
kebutuhan energi yang tinggi, terutama untuk pakan broiler, ditambahkan minyak
jenis crude palm oil (CPO) antara 1 – 4%. Beberapa hasil samping industry
pertanian banyak digunakan sebagai sumber energi dan protein karena harganya
yang relatif murah (Suprijatna, Edjeng. 2005). Bahan tersebut adalah dedak padi,
polar gandum, bungkil kelapa atau bungkil inti sawit. Sebagai sumber protein
digunakan berbagai bungkil seperti bungkil kedelai, bungkil kanola (rapeseed),
corn gluten meal, bungkil kacang tanah, sedangkan untuk protein hewani
digunakan tepung ikan, tepung daging dan tulang, tepung bulu ayam dan
sebagainya.

2.4 Peran Pakan


Pakan sekurang-kurangnya mempunyai 3 peran, yaitu:
a) Peran Sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan bahan
makanan dalam hidup bermasyarakat (nampak jelas pada manusia). Pada
hewan misalnya kita sering melihat ayam jago yang memanggil-manggil
ayam betina bila menemukan makanan.
b) Peran Psikologis (lebih sulit dimengerti dan dilihat karena seringkali tidak
ada sangkut pautnya dengan nilai gizi atau cita rasa bahan makanan),
peran ini erat hubungannya dengan adat kebiasaan, agama, aroma dan
aspek bahan makanan. Ayam misalnya lebih menyukai pakan yang
berbentuk butiran daripada tepung, warna tertentu (merah atau
hijau);ternak ruminansia mempunyai kebiasaan mengendus-endus
makanan selama makan, dan menghindari bau yang asin.
c) Peran Fisiologis adalah:
- menyediakan energi untuk melangsungkan berbagai proses dalam tubuh,
6

- menyediakan bahan-bahan untuk membangun dan memperbaharui


jaringan tubuh yang aus atau terpakai,
- Mengatur kelestarian proses-proses dalam tubuh dan kondisi lingkungan
dalam tubuh.

2.5 Zat Pakan


Dalam definisi tersebut diatas maka sebenarnya jelas sekali bahwa tidak
ada perbedaan yang hakiki diantara bahan makanan kita dengan bahan makanan
ternak. Semuanya merupakan himpunan dari ke 6 macam zat makanan tersebut.
a. Air. Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada energi,
dan minum air menempati posisi nomor 2 setelah bernafas. Peranan air
dalam tubuh erat hubungannya dengan sifat fisik dan kimianya, yaitu:
- sebagai pelarut zat pakan;
- sebagai pengangkut zat pakan;
- membantu kelancaran proses pencernaan, penyerapan dan pembangunan
ampas metabolisme;
- memperlancar reaksi kimia dalam tubuh;
- sebagai pengatur suhu tubuh;
- membantu kelancaran kerja syaraf dan pancaindera;
- sebagai bantalan yang melindungi organ dari goncangan/trauma dari luar;
- sebagai pelicin.

b. Mineral.
Peranan mineral: a) memelihara kondisi ionik dalam tubuh; memelihara
keseimbangan asam basa dalam tubuh; c) memelihara tekanan osmotik
dalam tubuh; d) menjaga kepekaan syaraf; e) mengatur transport zat
pakan; f) mengatur permeabilitas membran sel; g) kofaktor enzim dan
mengatur metabolisme.
7

c. Protein.
Peranan protein dalam tubuh adalah sebagai berikut: a) bahan pembangun
dan pengganti tenunan tubuh yang aus atau terpakai; b) bahan baku
pembuatan enzim, hormon, dan zat kekebalan (antibodies); mengatur
lalulintas cairan tubuh dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar
sel; menyediakan energi.
d. Lemak.
Fungsi lemak dalam tubuh: a) sumber energi; b) sumber air metabolik; c)
Insulator, ikut berperan dalam mengatur suhu tubuh; d) sebagai bantalan
untuk melindungi organ; e) sebagai carrier vitamin A, D, E, dan K; f)
carrier asam lemak esensial; g) bahan baku pembentukan hormon steroid.
e. Karbohidrat
Merupakan bagian dari bahan organik yang paling banyak terdapat dalam
pakan dan dibutuhkan oleh tubuh. Peranan karbohidrat adalah: a) sumber
energi; b) pembakar lemak; c) memperkecil penggunaan protein menjadi
energi; d) menambah cita rasa; e) memelihara kesehatan dan fungsi normal
alat pencernaan.
f. Vitamin.
Setiap vitamin yang telah kita kenal mempunyai peranan yang berbeda-
beda, oleh karena itu agak sulit melakukan generalisasi tentang peranan
vitamin. Peranan vitamin dapat diikhtisarkan sebagai berikut: a) membantu
pembentukan dan pemeliharaan sel-sel jaringan epithel; b)memperlancar
metabolisme energi; c) membantu pembentukan collagen tenunan
pengikat; d) membantu pembentukan tulang; e) sebagai antioksidan; f)
membantu proses pembekuan darah.

2.6 Prosessing Pakan


Prosesing pada bahan pakan sangat penting karena dapat memberikan
keuntungan, atau bahkan mengakibatkan kerugian jika misalnya terjadi kerusakan
fisik maupun kimia yang tidak dikehendaki.
8

Beberapa contoh yang lazim dilaksanakan misalnya:


a) chopping (pemotongan ukuran);
b) drying (pengeringan);
c) grinding (penggilingan);
d) soaking (perendaman);
e) cooking (pemasakan);
f) pelleting (pembuatan pelet);
g) crumbling (pembuatan crumble);
h) ensiling (pembuatan silase).

Pemotongan (Chopping) membantu proses pengeringan utamanya bila


dilakukan pada umbi-umbian, dapat dilakukan dengan alat pemotong (arit, pisau
dan sejenisnya), atau alat pemotong (chopper). Chopping ini akan mengurangi
sisa pakan yang mungkin terbuang percuma terutama pada hijauan/rumput, dan
dapat meningkatkan konsumsi serta nilai kecernaannya. Pada sapi, pemotongan
rumput atau hijauan lain dengan ukuran 3-5 cm menghasilkan kecernaan yang
terbaik.
Pengeringan (Drying) tujuannya adalah mengurangi kadar air bahan pakan
sehingga kadar airnya kurang dari 12%. Pengeringan yang baik akan
menghindarkan bahan pakan rusak karena terjadinya pembusukan oleh aksi
mikroorganisme, berkembanya jamur atau terjadinya kerusakan fisik lainnya.
Penggilingan (Grinding) akan memperkecil ukuran partikel pakan,
meningkatkan kecernaan khususnya bagi butiran yang bijinya keras. Partikel yang
lebih kecil akan memperluas permukaan sehingga kecernaannya akan meningkat,
mengakibatkan laju aliran pakan dalam saluran pencernaan meningkat, saluran
pencernaan cepat kosong, dan pada gilirannya akan meningkatkan konsumsi
pakan. Penggilingan juga penting jika bahan itu akan dicampurkan dengan lainnya
sehingga akan bercampur secara mesra (homogen), seragam dan meningkatkan
kegunaan ransum tersebut bagi ternak.
9

Perendaman (Soaking) terutama untuk bijian yang keras sehingga sulit


dicerna. Perendaman akan memudahkan pakan untuk dikunyah sehingga akan
meningkatkan kecernaan.

Pemasakan (Cooking) akan memberikan keuntungan khususnya


bagi bahan pakan yang mengandung zat anti-nutrisi dan bersifat racun. Melalui
pemasakan atau pemanasan dapat menguraikan senyawa yang merugikan tersebut,
disamping itu juga dapat meningkatkan ketersediaan protein dari pakan.
Pembuatan pelet (Pelleting) adalah proses mengkompresikan pakan berbentuk
tepung dengan bantuan uap panas (steam) untuk menghasilkan bentuk pakan
yang silendris. Pelleting memberikan keuntungan: pakan tidak berdebu,
kandungan zat gizi pada setiap pelet tersebut seragam dan homogen,
kepadatannya (density) tinggi, akan mengurangi sisa pakan, memaksa ternak tidak
memilih pakan yang disukainya saja, dan pada akhirnya akan meningkatkan
performans ternak yang bersangkutan.
Crumbling adalah proses penggilingan/pemecahan pelet menjadi partikel
yang kasar atau berbentuk granular. Biasanya digunakan untuk ternak pada
periode starter (awal) atau grower (pertumbuhan) ternak. (Anggorodi.1994).
Pembuatan silase (Ensiling) adalah prose pengawetan hijauan pakan (dalam
keadaan segar) melalui suatu proses fermentasi oleh bakteri anaerob (dalam
keadaan tanpa udara/oksigen) dalamsuatu tempat yang disebut silo. Produk
fermentasi (ensiling) ini disebut silase. Silase berbau dan berasa asam, dan
sebelum diberikan kepada ternak perlu diangin-anginkan untuk mengurangi resiko
terjadinya keasaman di dalam lambung ternak yang bersangkutan. Silase dapat
dibuat dari rumput, hijauan jagung, sorghum, pucuk tebu dan lain-lainnya dengan
menambahkan starter (additive) misalnya tetes, pati, dedak.
10

2.7 Evaluasi Mutu


Berkaitan dengan produksi pakan maka 2 masalah kritis yang pada
umumnya kita hadapi adalah jeleknya mutu bahan pakan, dan adanya pemalsuan
atau pencampuran bahan pakan yang tidak dikehendaki.

1. Evaluasi Secara Fisik/Visual. Dilakukan jika tidak/belum


mempunyai fasilitas yang memadai, dan dilakukan dengan panca indera. Sampel
bahan pakan dapat diperiksa atas beberapa spesifikasi berkaitan dengan: a) warna;
b) bau; c) tekstur; d) kadar air; e) keseragaman; f) suhu; g) keberadaan kotoran,
jamur, serangga; logam, pasir dll; h) adanya akibat kontaminasi oleh serangga,
burung, tikus dll.

2. Evaluasi Secara Mikroskopis. Dilakukan jika tersedia fasilitas yang lebih


baik (tersedia mikroskop). Bahan yang diuji digiling dengan ukuran 10, 20, 40,
60 dan 80 mesh) dan diperiksa dibawah mikroskop. Dikaji adanya penyimpangan
yang berkaitan dengan ukuran, warna, dan penampilan dari bahan
yang diuji
3. Analisis Kimiawi. Dilakukan uji kimiawi terhadap komposisi kimia bahan
pakan. Uji kimiawi ini cukup mahal, namun sebenarnya sangat penting. Pada
umumnya dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak, serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.

2.8 Formulasi Ransum.


Dalam penyusunan ransum maka beberapa langkah perlu diperhatikan: a)
Lihatlah Tabel kebutuhan zat pakan sesuai dengan tujuan beternak; b) Lihatlah
Tabel komposisi zat pakan; c) Pertimbangkan beberapa faktor pembatas; d)
Pertimbangkan harga; e) Susun ransumnya.Telah dikenal beberapa cara/metode
dalam penyusunan ransum, diantaranya adalah:
1. Metode Diagonal (Pearson’s Square)
2. Metode Coba-coba (Trial and Error)
11

3. Metode Simultaneous
4. Metode Linear Programming (Suprijatna.2005).
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
- Baki/ nampan
- Cawan Mangkuk Plastik
- Stoples

3.2 Bahan
- Bungkil kedelai
- Bungkil kelapa
- Dedak
- Fitomarka
- Grit
- Tepung ikan
- Tepung jagung
- Tepung tulang
- Topmix

3.3 Prosedur kerja


 Setiap sampel bahan pakan unggas yang tersedia diperhatikan dan diamati
 Dengan menggunakan alat indra dengan cara diraba, dicicip, dicium
dengan hidung dan lihat warna bahan pakan tersebut dilakukan uji fisik.
 Tuliskan nama bahan pakan dan berikan keterangan pada table yeng telah
disediakan mengenai warna, bau, tekstur dan rasa.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Uji Fisik
Nama Pakan Warna Bau Rasa Tekstur
Dedak Krem Seperti Beras Manis Halus
Tepung Jagung Krem Seperti Jagung Hambar Aga halus
Bungkil
Kuning Seperti Kacang Hambar Aga halus
Kedelai
Bungkil Coklat Agak
Seperti Kelapa Halus
Kelapa tua pahit
Tepung Tulang Putih Amis Hambar Halus
Tepung Ikan Coklat Amis Hambar Kasar
Tepung Kerang Coklat/a Kasar dan
Amis Hambar
(grid) bu-abu keras
Mengkudu Cream Bau mengkudu pahit Halus
Sedikit
Bawang Putih Putih Bawang Halus
asin
Putih Sedikit
Jahe Jamu jahe Halus
Cream pedas
Seikit
Kunyit Orange Jamu kunyit Halus
pedas
Putih
Topmix kekuning Seperti Susu Pahit Halus
an
14

4.2 Pembahasan
Dedak adalah hasil samping proses penggilingan padi. Untuk
menghasilkan beras, bulir padi harus digiling, yaitu suatu proses untuk
memecahkan kulit padi menjadi beras pecah kulit. Selanjutnya dilakukan
proses penyosohan untuk mendapatkan beras berwarna putih yang disukai
konsumen. Secara umum, proses penggilingan padi menghasilkan :
 Biji beras utuh……………….55%
 Biji beras patah……………..15%
 Kulit………………………..20%
 Dedak halus atau bekatul……10%
Dari proses penyosohan itulah lapisan kecokelatan yang menyelimuti biji
beras dilepaskan. Lapisan ini disebut dedak atau bekatul padi (rice bran). Dedak
ini harus dilepas dari biji beras karena mengandung enzim lipase yang
membuatnya tengik sehingga tak cocok untuk konsumsi manusia.
Sebenarnya, dedak mengandung paling tidak 65 persen dari zat gizi mikro
penting yang terdapat pada beras dan komponen tanaman bermanfaat yang disebut
fitokimia, berbagai vitamin (thiamin, niacin, vitamin B-6), mineral (besi, fosfor,
magnesium, potassium), asam amino, asam lemak esensial, dan antioksidan
(Hariyadi, 2003). Kandungan kaya gizi itu, membuat dedak menjadi bahan pangan
fungsional yang penting, yang mengurangi risiko terjangkitnya penyakit dan
meningkatkan status kesehatan tubuh. Dedak juga merupakan bahan bersifat
hipoalergenik dan sumber serat makan (dietary fiber) yang baik. Oleh sebab itu
dedak pada awalnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Bungkil Kedelai (soybean meal) Bungkil kedelai adalah sisa dari proses
ekstraksi minyak biji kedelai, merupakan salah satu sumber protein nabati
terbaik. Selain mengandung protein relatif tinggi, bungkil kedelai juga
mengandung energi tinggi. Kacang kedelai mentah tidak dianjurkan untuk
dipergunakan sebagai pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung
beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang
kedelai diolah lebih dahulu. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan
15

minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan


energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar
6%. Tetapi kandungan methionisne rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam
ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan methionisme
dapat dipenuhi demi tepung ikan atau methionisme buatan pabrik.
Bungkil Kelapa (coconut meal) merupakan limbah dari pembuatan
minyak kelapa dapat digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon
kelapa dan banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa
banyak tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi
metabolis sekitar 1540 – 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan
Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena
itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan
Cysine dan Histidin dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik.
Secara umum bungkil kelapa berwarna coklat, ada coklat tua ada coklat muda
(coklat terang) sebaiknya dipilih bungkil kelapa yang berwarna coklat muda atau
coklat terang inilah yang kita pilih. Bungkil Kelapa mudah dirusak oleh jamur dan
mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpannya.
Tepung jagung merupakan hasil sisa ikutan dari penggilingan jagung
yang banyak terdapat di daerah-daerah yang makanan pokok dari penduduknya
adalah jagung, seperti Madura dan daerah industri dan pertanian Jagung lainnya.
Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak hanya cara penyimpanannya
yang agak sukar karena bersifat higroskopis sehingga mudah menjadi lembab
sehingga cepat rusak. Analisa nutrisi: 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% bahan
ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak dan 2.3% abu serta nilai Martabat
Pati (MP) adalah 68. Jagung merupakan bahan pakan yang terbanyak
ditambahkan pada ransum unggas. Penambahan minyak goreng pada ransum
unggas bisa ditambahkan pada jagung. Setelah itu, pakan tersebut dengan bahan
pakan yang lain.
16

Minyak Kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah


kelapa. Minyak ini ditambahkan pada ransum unggas sebagai sumber energi.
Penggunaan minyak biasanya bersamaan dengan penggunaan tepung jagung.
Tepung ikan merupakan unsur penting dalam pakan, karena tepung ikan
merupakan pakan sumber protein asal hewani berkualitas tinggi. Tepung ikan
adalah ikan atau bagian-bagian ikan yang minyaknya diambil atau tidak,
dikeringkan kemudian digiling (Wahyuwidodo.2010) Tepung ikan mengandung
asam amino esensial yang paling lengkap. Tepung ikan berwarna keabuan dengan
tekstur agak kasar, rasanya amis dan agak asin, dan baunya juga amis. Tepung
ikan mengandung PK 65%, SK 1,5%, LK 10%. Dalam ransum, penggunaan
Tepung ikan dibatasi penggunaannya karena rasanya yang kadang terlalu asin.
Tepung tulang adalah bahan hasil penggilingan tulang telah diekstrak
gelatinnya. Produk ini digunakan untuk bahan baku pakan yang merupakan
sumber mineral (terutama kalsium) dan sedikit asam amino. Pembuatan tepung
tulang juga merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang
biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan. Tepung ini
mengandung Ca dan Posfor yang sangat tinggi.
Grit kaya akan kalsium hewani ini diproses dari berbagai jenis kerang.
Tepung ini mengandung kalsium hewani yang mudah diserap tubuh untuk
pertumbuhan ternak, unggas dan ikan. Tepung ini sangat dibutuhkan terutama
pada ayam petelur untuk menguatkan pembentukan cangkang telur selain itu
teksturnya yang kasar pun membantu proses pencernaan mekanik dalam gizzard.
Sehingga menjadikan tepung in merupakan salah satu komponen bagus dalam
proses pembuatan pakan buatan
Topmix bahan pakan pelengkap ini merupakan bahan buatan pabrik dan
diproduksi untuk melengkapi zat-zat gizi yang biasanya kurang banyak atau
kurang lengkap dikandung oleh bahan pakan alami (Wahyuwidodo.2010). Yang
termasuk bahan pakan pelengkap salah satunya adalah mineral, merupakan zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak tetapi sangat
penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain untuk pembentukan tulang
17

(Ca dan P). darah (zat besi/Fe) dan kerabang telur (Ca dan P).Pada Penyusunan
ransum, mineral harus tersedia karena mineral tidak dapat disintesis dalam tubuh.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa mineral adalah senyawa kimia yang mempunyai
berat atom rendah yang merupakan senyawa organik yang terdapat dalam tubuh.
Oleh sebab itu mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan
jumlah yang cukup (Anggorodi, 1994). Penyediaan mineral dapat dilakukan
dengan pemberian premix. Dari 16 unsur mineral esensial, 7 macam disebut unusr
makro dan 9 disebut unsur mikro. Dalam praktikum kandungan gizi yang terdapat
dalam premix adalah asam amino metionin dan lisin serta vitamin B complex.
V
KESIMPULAN

 Pakan bagi unggas berdasarkan kandungannya dibedakan menjadi pakan


sumber energi, pakan sumber protein, pakan sumber mineral dan pakan
sumber vitamin.
 Pengelompokkan jenis-jenis bahan pakan dapat dikatakan juga jenis bahan
pakan yang mengandung sumber energi, protein, mineral dan vitamin
dalam kaitannya dengan pakan konvensional yang mudah didapat dan
sering digunakan oleh kebanyakan perusahaan peternakan unggas seperti
(dedak, jagung dll)
 Pengelompokkan jenis-jenis non bahan pakan dapat dikatakan juga dengan
pakan konvensional yang cukup kurang dipakai oleh para perusahaan
peternakan seperti contoh (kacang, kedelai dll).
 Melihat tekstur pakan, mencium bau, melihat warna pakan serta
merasakan pakan tersebut merupakan salah cara sederhana dan mudah
untuk mengenali bahan pakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi . 1994 . Pakan Ternak. PT.Sarana Panca : Surabaya

Blavely.J dan David H. Bade, 1998, Ilmu Peternakan Edisi Ke Empat (4). UGM
Press : yogyakarta.

Garnida. D, 2003, Modul Praktikum Dasar Ternak Unggas, Fakultas Peternakan,


UNPAD : Jatinangor

Rasyaf. M, 2004, Beternak ayam Petelur Edisi ke Sembilan Belas (19), PT


Penebar Swadaya : Jakarta.

Sarwono. B,1993, Ragam Ayam Piaraan Edisi ke Enam (6), PT Penebar Swadaya
: Jakarta

Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Bakley.
James and H Bade. David. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Suprijatna, Edjeng. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta

http://nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf (diakses
pada 1 April 2015 pukul 21.00 WIB)

http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.id/files/2010/01/NUTRISI-DAN-PAKAN-
UNGGAS-KONTEKSTUAL.pdf (diakses pada 1 April 2015 pukul 20.10
WIB)

http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/lip50054.pdf (diakses pada 1 April 2015


pukul 20.11 WIB)

http://www.scribd.educemia.com/doc/86331682/Ay-Am ( diakses pada 1 April


2015 pukul 22.00 WIB)
20

Anda mungkin juga menyukai