Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh seorang petugas pelayanan
kesehatan adalah proses pemeriksaan fisik pada pasien untuk menemukan
tanda klinis penyakit atau mengetahui masalah yang di alami pasien.
Terutama pemeriksaan fisik terhadap sistem pencernaan pada bibir, rongga
mulut dan kelenjar. Dengan mengetahui bagaimana proses pemeriksaan fisik,
maka data-data pasien yang akan dirawat akan mudah diidentifikasi dan
masalah pasien pun akan mudah diatasi.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian bibir dan mulut!
2. Bagaimana proses pemeriksaan fisik pada bibir, rongga mulut dan
kelenjar?
3. Apa saja abnormalitas pada bibir, rongga mulut dan kelenjar?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian bibir dan mulut.
2. Untuk memahami proses pemeriksaan fisik pada bibir, rongga mulut dan
kelenjar.
3. Untuk mengetahui abnormalitas pada bibir, rongga mulut dan kelenjar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bibir dan Mulut


1. Bibir
Bibir adalah bagian tubuh yang terlihat di mulut manusia maupun pada
beberapa binatang. Bibir yang lembut, bergerak, dan berfungsi sebagai
pembukaan untuk asupan makanan dan dalam artikulasi suara dan bicara.
Bibir manusia adalah organ indra sentuhan, dan dapat erotis bila
digunakan dalam berciuman dan tindakan-tindakan lain yang berhubungan
dengan hubungan seksual.
2. Mulut
Mulut adalah tempat dimulainya proses pencernaan makanan, yaitu
pada rongga mulut. Proses ini dapat terjadi secara mekanis maupun
kimiawi di dalam mulut. Mulut tidak bekerja sendiri, di dalam rongga
mulut terdapat alat-alat yang membantu berlangsungnya kedua proses
pencernaan tersebut.
Bagian-bagian yang terdapat dalam mulut :
 Gigi (dens)
Gigi berfungsi untuk menggigit, mengunyah, mencabik. Gigi terdiri
dari gigi seri, taring, susu dan geraham.
Gigi tersusun dan terletak pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi
memiliki penampang yang umumnya terdapat :
 Puncak gigi atau mahkota gigi di sana, yaitu bagian yang tampak
dari luar.
 Leher gigi, yaitu bagian yang terlindung di dalam gusi, dan
merupkan pembatas antara puncak dan akar gigi.
 Akar gigi, yaitu bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.

2
 Lidah (lingua)
Adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.
Berfungsi untuk : sebagai indera pengecap atau perasa, mengaduk
makanan di dalam rongga mulut, membantu proses penelanan,
membantu membersihkan mulut dan membantu bersuara atau berbicara.

 Ludah (saliva)
Ludah dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar ludah, kemudian dialirkan
melalui saluran ludah yang bermuara ke rongga mulut. Kelenjar ludah
terebut adalah kelenjar parotis—letaknya di bawah depan telinga,
kelenjar submasilaris—terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang, dan kelenjar sublingualis—letaknya di bawah selaput lendir
dasar rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Di dalam lidah
terdapat enzim amilase yaitu enzim yang mengubah zat tepung menjadi
zat gula.

3
B. Pemeriksaan Fisik pada Bibir, Rongga Mulut dan Kelenjar
Alat dan Bahan
Alat-alat dan Bahan yang dipersiapkan untuk pemeriksaan rongga
mulut adalah :
Lampu senter kecil
Kasa
Sarung tangan
Kapas lidi
Spatula lidah
Persiapan Pasien
Pasien duduk dan perawat duduk atau berdiri langsung di depannya
atau pasien berbaring dan perawat berdiri. Wajah pasien harus mendapat
pencahayaan yang cukup. Pemeriksa harus bekerja secara sistematis dari
depan ke belakang sehingga tidak ada daerah yang terlewati. Pemeriksa harus
memakai sepasang sarung tangan sewaktu mempalpasi setiap struktur di
dalarn mulut. Kalau menemukan lesi, konsistensi dan keadaan nyeri tekan
harus diperhatikan. Jika pasien memakai gigi palsu, ia harus diminta untuk
melepaskannya.
Pemeriksaan Bibir, Rongga Mulut dan Kelenjar
 Bibir
Atur posisi pasien untuk duduk berhadapan dengan perawat. Lakukan
inspeksi pada bibir, lalu perhatikan warna bibir, apakah ada sianosis 1?
Apakah ada lesi2 pada bibir?
Jika ada lesi, lakukan palpasi dengan cermat untuk menentukan tekstur dan
konsistensi lesi tersebut.

1
Sianosis adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan
oksigen yang rendah dalam darah
2
lesi adalah jaringan yang fungsinya terganggu karena penyakit atau cedera

4
 Rongga Mulut dan Kelenjar
 Inspeksi Mukosa Pipi
Atur posisi pasien untuk duduk atau berbaring. Lalu mintalah
kepada pasien untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Mulut harus
disinari dengan sumber cahaya. Periksalah mukosa pipi untuk melihat
lesi atau perubahan warna, tanda-tanda trauma dan rongga pipi
diperiksa untuk melihat tanda-tanda asimetri atau daerah injeksi
(pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya menunjukkan peradangan).
Mukosa pipi, gigi dan gusi mudah diperiksa dengan memakai spatula
lidah untuk mendorong pipi menjauhi gusi.

5
 Inspeksi Gusi dan Gigi
Atur posisi pasien untuk duduk atau berbaring. Lalu minta
terlebih dahulu kepada pasien untuk membuka mulut secara lebar. Beri
pencahayaan dengan baik di area gigi dan gusi.
Lalu lakukan inspeksi pada gusi apakah membengkak, warna gigi
berubah, adanya gigi yang tanggal atau ada tanda-tanda peradangan dan
tanda-tanda perdarahan pada gusi. Kemudian lakukan inspeksi juga
pada gigi untuk melihat adanya karies dan maloklusi.
 Inspeksi Palatum Durum dan Palatum Mole
Atur posisi pasien untuk duduk atau berbaring. Lalu minta pasien
untuk membuka mulut dengan lebar. Selanjutnya lakukan inspeksi pada
palatum dilakukan untuk melihat adanya ulserasi atau massa,
pembengkakan atau tanda-tanda peradangan, adanya tanda-tanda
perdarahan atau petekie dan mengatahui letak uvula.
 Inspeksi dan Palpasi Lidah
Atur posisi pasien untuk duduk atau berbaring. Lalu minta
terlebih dahulu kepada pasien untuk merilekskan mulut dan sedikit
menjulurkan lidah keluar.
Lakukan Inspeksi dengan memerhatikan permukaan atas dan tepi
lidah, bagaimana warnanya? Apakah lidah tampak lembab? Kemudian
mintalah pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga
permukaan bawah lidah dapat diperiksa.
Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan
dilanjutkan dengan palpasi yang saksama. Palpasi lidah dilakukan
dengan meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya ke dalam sepotong
kasa. Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan kiri pemeriksa ketika
sisi-sisi lidah diinspeksi dan dipalpasi dengan tangan kanan.

6
 Inspeksi dan Palpasi Dasar Mulut
Atur posisi pasien untuk duduk atau berbaring. Lalu minta
terlebih dahulu kepada pasien untuk merilekskan mulut dan
mengangkat lidahnya ke atap mulut. Untuk di lakukan Inspeksi pada
dasar mulutnya. Apakah ada edema3 pada dasar mulut? Muara duktus
Wharton harus diperiksa.
Kemudian dasar mulut harus diperiksa dengan palpasi bimanual.
Ini dilakukan dengan meletakkan satu jari di bawah lidah dan jari lain
di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan atau massa.
Sewaktu mempalpasi mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi
pasien.

3
Edema adalah koleksi cairan karena volume air yang berlebihan

7
 Inspeksi dan Palpasi Kelenjar Ludah
Atur posisi pasien untuk duduk atau berbaring. Lalu minta
terlebih dahulu kepada pasien untuk membuka mulut secara lebar.
Inspeksi keadaan papilla4. Apakah ada aliran saliva? Ini
sebaiknya dipalpasi dengan mengeringkan papilla dengan kapas lidi dan
mengamati aliran saliva yang dihasilkan dengan melakukan tekanan
eksternal pada kelenjar itu sendiri.
Selanjutnya minta terlebih dahulu kepada pasien untuk
mengatupkan gigi. Lihat orifisium duktus kelenjar parotis dengan jelas.
Kemudian inspeksi kelenjar parotis, yaitu dengan melakukan palpasi
kedua pipi pada daerah parotis untuk mencari adanya pembesaran
parotis hingga otot masseter dapat teraba; kelenjar parotis paling baik
diraba dibelakang otot messeter dan didepan telinga ataukah ada nyeri
tekan.

Gambar Otot Masseter dan Kelenjar Parotis

C. Abnormalitas pada Bibir, Rongga Mulut dan Kelenjar


 Bibir
Di antara tanda-tanda klinis lain, bibir dapat menunjukkan adanya
stomatitis angularis dengan sudut mulut yang pecah-pecah, meradang dan
nyeri disertai air liur yang menetes keluar. Kelainan tersebut dapat

4
Papilla adalah titik-titik pada lidah yang berfungsi sebagai perasa atau reseptor

8
disebabkan oleh gigi palsu yang tidak sesuai, infeksi kandida, atau
defisiensi besi.
 Rongga Mulut
 Abnormalitas Mukosa Pipi
Yaitu bercak koplik menyerupai butiran garam dengan dasar
berwarna kemerahan dan muncul sebelum timbulnya ruam pada
penyakit campak.
 Abnormalitas Gigi dan Gusi
Abnormalitas pada gusi yaitu adanya warna kemerah-merahan
dan membengkak yang disebut piorea. Pada kasus yang berat dapat
terlihat nanah yang mengalir keluar. Dan keadaan gigi yang kurang
perawatan menunjukkan adanya keabnormalan seperti kuning akibat
rokok, dan keabu-abuan juka gigi telah mati. Ketiadaan gigi atau
kegagalan dalam memakai gigi palsu dapat menimbulkan kesulitan
sewaktu mengunyak makanan keras.
 Abnormalitas Palatum Durum dan Palatum Mole
Keduanya harus diperiksa untuk melihat adanya kelainan seperti
bintik-bintik perdarahan yang kecil.
 Abnormalitas Lidah
Perubahan warna pada lidah apabila jika seseorang merokok atau
mengunyah tembakau, makan makanan tertentu, atau memiliki bakteri
berwarna yang berkembang pada lidah.
Luka pada lidah bisa disebabkan oleh reaksi alergi, infeksi virus
herpes simplex mulut, luka sariawan, infeksi bakteri, tuberculosis,
atau sifilis tahap awal. Dan lidah tidak nyaman bisa dihasilkan dari
iritasi oleh makanan tertentu khususnya yang asam misal nanas, atau
rasa tertentu dalam pasta gigi, pencuci mulut, permen atau permen
karet.
 Abnormalitas Dasar Mulut
Yaitu, kanker dasar mulut yang tidak menimbulkan nyeri dan
biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin gigi. Kanker dasar mulut

9
biasanya merupakan karsinoma sel skuamosa, yang tampak seperti
luka terbuka dan cenderung tumbuh ke dalam struktur di bawahnya.
 Abnormalitas Kelenjar Ludah
Sialadentis merupakan peradangan pada kelenjar ludah; gejala
klinisnya berupa pembengkakan dan pembesaran kelenjar disertai
nyeri tekan dan rasa tidak nyaman.
Sialolitiasis yaitu duktus mengalami infeksi karena penyumbatan
oleh batu.
Sialodochitis yaitu duktus mengalami penurunan fungsi karena
infeksi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan pada bibir dilakukan dengan Inspeksi dan Palpasi, pada
rongga mulut; mukosa dengan inspeksi dan palpasi, gigi dan gusi dengan
inspeksi, palatum purum dan palatum mole dengan inspeksi, lidah dengan
inspeksi dan palpasi, dasar mulut dengan inspeksi dan palpasi, saraf kranialis
XII dengan inspeksi dan kelenjar ludah dengan inspeksi dan palpasi.

B. Saran
Dari kami pribadi mengakui bahwa memang makalah yang telah selesai
disusun ini jauh dari kesempurnaan. Masih banyak sekali kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini. Maka dari itu, sangat diperlukan sekali kritik
dan saran yang membangun dari saudara demi keberlanjutan pembuatan
makalah untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini di masa
mendatang. Dan oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritikan maupun
saran dari pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta : EGC.
Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Welsby, P. D. 2010. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis Klinis. Jakarta : EGC.
Syaifuddin, H. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/02/trapmed-pemeriksaan-gigi-
mulut-blok-4.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai