SKRIPSI
untuk mencapai gelar Sarjana Sastra
oleh
Kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira
Ajidarma adalah sebuah drama yang dikemas dan diangkat dari permasalahan di Jakarta.
Kumpulan drama tersebut memaparkan sebuah kisah nyata yang disajikan dalam dunia
rekaan. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan bagi warga akibat tindak kerusuhan yang
terjadi dan konflik sosial antara pemerintah, gerilyawan, ninja, pejabat yang ingin
berkuasa dan warga Jakarta. Masalah sosial yang terdapat dalam kumpulan naskah drama
ini yaitu adanya pemerkosaan, penculikan, penganiayaan masyarakat Jakarta yang
dilakukan oleh orang yang ingin menguasai negara Indonesia.
Permasalahan yang muncul adalah masalah sosial apa saja yang terdapat dalam
kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma,
faktor-faktor apa saja yang memunculkan adanya masalah-masalah sosial dalam
kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma.
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode analitik deskriptif dengan
pendekatan sosiologi sastra. Hal ini menggambarkan tentang masalah-masalah dan
faktor-faktor yang memunculkan adanya masalah sosial dalam kumpulan naskah drama
Mengapa Kau Culik Anak Kami karena karya sastra tidak bisa dipahami apabila
dipisahkan dari lingkungan masyarakat.
Dalam penelitian ini yaitu masalah sosial pada tiga drama dalam kumpulan
naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami yaitu kejahatan, penindasan, pelacuran.
Kejahatan terdapat dalam drama “Tumirah Sang Mucikari”, “Mengapa Kau Culik Anak
Kami”, “Jakarta 2039”. Penindasan terdapat dalam drama “Tumirah Sang Mucikari”, dan
pelacuran terdapat dalam drama “Tumirah Sang Mucikari”. Sedangkan faktor yang
memunculkan adanya masalah sosial yaitu faktor psikologis, faktor alam, dan faktor
biologis. Faktor psikologis terdapat dalam drama “Tumirah Sang Mucikari”, “Mengapa
Kau Culik Anak Kami”, “Jakarta 2039”. Faktor alam dan faktor biologis hanya terdapat
dalam drama “Tumirah Sang Mucikari”.
Hasil kerja ini diharapkan dapat memunculkan penelitian baru dari penelitian
sastra, khususnya pada penelitian berbentuk drama atau sejenisnya. Hendaknya
penelitian ini dapat memberikan kemajuan ilmu sastra yang dapat bermanfaat bagi
pengajaran sastra. Bagi masyarakat hendaknya dapat mengambil hikmah dari masalah
kejahatan, penindasan dan pelacuran.
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi.
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia ujian skripsi Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Dra. L.M. Budiyati, M.Pd Drs. Sukadaryanto, M.Hum Drs. Mukh Doyin, M.Si
NIP 130529511 NIP 131764057 NIP 132106367
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Aminatul Fajriyah
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
kesalahan (orang lain) maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa (Q.S
An Nissa: 149)
Persembahan
untuk:
ketulusan”
untuk belajar”
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Masalah-masalah Sosial dalam Kumpulan Naskah Drama Mengapa Kau Culik Anak
Kami karya Seno Gumira Ajidarma. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak yang
dari masukan, arahan dan bimbingan yang diberikan dengan tulus, ikhlas dan sabar oleh
Drs Mukh, Doyin, M.Si. Dosen Pembimbing I dan Drs. Sukadaryanto M. Hum Dosen
Pembimbing II, selama menyusun skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga
2. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kemudahan dalam
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Bahasa dan Seni, khususnya jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah bersedia memberikan data-data yang penulis
vii
5. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2001 yang telah memberikan semangat dan
dorongannya;
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat
Mudah-mudahan segala amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi almamater tercinta dan
Penulis
viii
DAFTAR ISI
SARI…………………………………………………………………… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………... iii
PENGESAHAN……………………………………………………….. iv
PERNYATAAN……………………………………………………….. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………….. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………….… vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. 7
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………….... 7
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………….. 8
BAB II. LANDASAN TEORETIS
2.1 Pandangan Umum Tentang Sosiologi Sastra……………… 9
2.1.1 Konsep Dasar Ian Watt Tentang Sosiologi Sastra….. 12
2.1.2 Hubungan Masyarakat Sosial dengan Karya Sastra… 13
2.2 Masalah Sosial……………………………………………… 14
2.3 Faktor-faktor Timbulnya Masalah Sosial………………….. 31
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian……………………………………… 37
3.2 Sasaran Penelitian…………………………………………. 37
3.3 Teknik Analisis Data………………………………………. 38
BAB IV. MASALAH SOSIAL DAN FAKTOR PENYEBABNYA
DALAM KUMPULAN NASKAH DRAMA MENGAPA
KAU CULIK ANAK KAMI KARYA SENO GUMIRA
AJIDARMA
4.1 Masalah-masalah Sosial dalam Drama Mengapa Kau Culik
Anak Kami………………………………………………… 40
ix
4.1.1 Kejahatan……………………………………………. 40
4.1.2 Penindasan…………………………………………… 66
4.1.3 Pelacuran…………………………………………….. 69
4.2 Faktor yang Memunculkan Adanya Masalah Sosial Dalam
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan………………………………………………….. 93
5.2 Saran………………………………………………………. 94
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 95
LAMPIRAN……………………………………………………………. 97
x
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra dapat diartikan sebagai suatu gambaran
masyarakat sehari-hari.
karya sastra dan bukan karya sastra. Dengan mempelajari karya sastra, seseorang harus
belajar dari masyarakat melalui adat istiadat di suatu daerah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumardjo (1999:194) bahwa nilai-nilai dalam karya sastra tidak begitu saja
Selain sebagai karya seni yang memiliki imajinasi dan sosial, sastra juga dianggap
sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai alat atau sarana intelektual. Sejalan
mendidik semua orang berfikir secara jernih atau halus, tidak berprasangka buruk pada
orang lain. Jassin (1983:4) menyatakan bahwa seseorang perlu menghayati pengalaman
kehidupan yang ia peroleh di dunia ini kemudian diterapkan dalam karya satra yang akan
melalui tulisannya. Menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2002:2-3) prosa
laku bijaksana karena memiliki pesan moral yang baik dari pengarang untuk penikmat
karya sastra. Hal ini sejalan dengan Suharianto bahwa karya sastra menjadikan seseorang
peka terhadap masalah kemanusiaan sehingga manusia senantiasa membantu orang yang
kesusahan, dan karya sastra juga mampu mendorong manusia berperilaku yang
masyarakat yang sedang terjadi. Dengan membaca karya sastra akan mendapat informasi
tentang keadaan sosial yang belum pernah kita alami, sehingga kita dapat mengetahui
masalah-masalah sosial melalui karya sastra. Disamping itu, pengarang juga mengajak
pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati kehidupan di dunia ini seperti yang
Salah satu karya sastra yang digunakan untuk dipentaskan adalah drama. Drama
adalah karya sastra berupa cerita melalui dialog para tokoh. Istilah drama berasal dari
Yunani yang berarti “perbuatan atau pertunjukan”. Maka dari itu, seseorang yang ingin
menikmati dan memahami karya sastra drama harus dengan menontonnya (Suharianto
1982:68).
Moulton (dalam Soemanto 2001:3) mendefinisikan drama sebagai bentuk seni
yang mengungkapkan cerita lewat dialog-dialog atau percakapan para tokoh. Definisi itu
bisa dimaksudkan sebagai pengertian action, sehingga drama itu sendiri merupakan
penggambaran dari action. Hal ini sesuai dengan pendapat Balthazar Verhagen (dalam
Drama sering dihubungkan dengan teater. Teater mempunyai makna yang luas
dibandingkan dengan drama, dan drama juga dimasukkan dalam pengertian teater. Teater
itu bisa drama, gedung pertunjukan, panggung, bisa juga sebagai bentuk tontonan yang
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa drama merupakan karya sastra yang
disajikan berupa dialog atau percakapan para tokoh baik yang dipentaskan maupun
berupa teks.
sosial adalah Seno Gumira Ajidarma. Seperti diketahui, Seno Gumira Ajidarma adalah
seorang pengarang yang banyak menulis novel, cerpen dan drama. Beberapa hasil
karyanya antara lain Saksi Mata (berupa kumpulan cerpen), Mengapa Kau Culik Anak
Kami (berupa kumpulan naskah drama), Iblis Tak Pernah Mati (berupa kumpulan
cerpen), semua itu merupakan tulisan yang sesuai dengan pembelaan kaum tertindas.
Mahasiswa, perempuan malam, tentara, polisi, intel, buruh selalu menjadi objek yang
Utara, tetapi dibesarkan di Yogyakarta. Belajar menulis sejak 1974 dan mulai bekerja
sebagai wartawan sejak 1977 di Jakarta. Pernah bekerja untuk harian Merdeka, pernah
menjadi pemimpin Redaksi Sinema Indonesia (1980), Redaktur Zaman (1983 - 1984)
dan sejak 1985 menjadi redaktur Jakarta–Jakarta. Kumpulan sajaknya Granat dan
Dinamit bersama Arie Sudarmaji Muksin (1975), Mati Mati Mati (1975) Bayi Mati
(1978), dan Catatan–catatan Sato (1978). Kumpulan cerpennya: Manusia Kamar (1978),
Atas Nama Malam (1999), Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta (1999). Mendapat berbagai
pertanyaan untuk penulisan cerita pendek, antara lain: cerpen terbaik Kompas 1992
untuk cerpen Pelajaran Mengarang, penghargaan penulisan karya sastra 1995 dari Pusat
kumpulan cerpen Saksi Mata dan South Eash Asia (SEA) Write Award 1997 dari
kerajaan Thailand untuk penulisan karya sastra Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan
Kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira
Ajidarma berisi masalah sosial. Kumpulan naskah drama ini menarik untuk dianalisis
karena adegan-adegan dan dialog-dialog yang ditampilkan sangat dekat dengan realitas.
Pilihan kata-katanya juga diambilkan dari dialog sehari-hari. Bila pembaca berasal dari
Kumpulan drama ini diterbitkan oleh Galang Press Yogyakarta pada tahun 2001 dengan
188 halaman.
Beberapa masalah sosial yang terdapat dalam kumpulan naskah drama ini yaitu
adanya pemerkosaan para pelacur yang dilakukan oleh segerombolan ninja, kehidupan
keras dan kisah cinta yang dialami para pelacur, tentang mahasiswa yang suka demo
mahasiswa beserta pejabat tinggi ditangkap oleh kelompok yang ingin menguasai negara,
sehari-hari.
Cinta, pembebasan, pembelaan, fitnah dan kekerasan selalu terjadi dalam masalah
sosial yang diangkat dalam drama ini. Seperti karya-karyanya yang lain, Seno yang
pernah menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Metropolis suka mengangkat tema cinta
untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat dalam karyanya. Beberapa karya Seno
lainnya pernah dibawakan oleh tokoh teater nasional di beberapa acara besar di Jakarta
maupun Yogyakarta.
Kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami, karya yang satu ini
merupakan sebuah reuni bagi Seno Gumira Ajidarma setelah lama absen dari dunia
teater, tiba-tiba Seno membuat tiga naskah drama yang ditulis dalam satu buku sekaligus
dengan judul “Tumirah Sang Mucikari”, “Mengapa Kau Culik Anak Kami”, “Jakarta
2039”, dan juga ada komentar dari Landung Simatupang, tokoh teater besar asal
Yogyakarta, yang turut angkat bicara dalam hasil karya naskah drama tiga judul tentang
kekerasan politik ini. Komentarnya “Cara Ngomong dan Komitmen” ada dalam sub
judul “Dokumen” halaman 180 di buku Kumpulan Naskah Drama Mengapa Kau Culik
Itulah peristiwa yang diangkat oleh Seno Gumira Ajidarma dalam sebuah drama
setelah melihat kenyataan yang ada di Indonesia. Menurutnya dalam dunia politik tanah
air, tindakan penculikan masih bisa, biasa dan sering diterapkan sebagai penekan atau
Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan diungkap dalam skripsi
adalah:
1. Masalah sosial apa saja yang terdapat dalam kumpulan naskah drama Mengapa Kau
kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira
Ajidarma?
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengungkap masalah sosial apa saja yang terdapat dalam kumpulan naskah drama
kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira
Ajidarma.
1. Memberikan informasi tentang masalah sosial apa saja yang terdapat dalam kumpulan
naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma.
masalah-masalah sosial dalam kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak
LANDASAN TEORETIS
Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan atau masyarakat” dan
kata Yunani logos yang berarti “ilmu”. Jadi sosiologi adalah ilmu mengenai masyarakat
(Soekanto 1983:4).
Secara harfiah sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang artinya “sahabat,
kawan” dan logos yang artinya “ilmu pengetahuan”. Jadi sosiologi adalah ilmu tentang
Sosiologi adalah ilmu tentang hubungan manusia yang satu dengan manusia yang
pengaruh dan kedudukan sastra terhadap manusia dalam masyarakat. Hal ini berkaitan
dengan pendapat Roucek dan Warren (dalam Soekanto 1982:19) sosiologi merupakan
Indonesia (2001:1085) sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku dan
perkembangan masyarakat.
Swingewood (dalam Faruk 1994:1) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
Sosiologi menurut Bottomore (dalam Soekanto 1983:7) adalah ilmu positif yang
modelnya sejenis dengan ilmu-ilmu alam, seperti model dari fisika dan model dari
biologi.
Sosiologi adalah suatu gambaran tentang cara manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang berhubungan dengan proses dan lembaga sosial yang ada di
Seperti dikatakan oleh Baribin (1989:34) bahwa cara kerja pendekatan sosiologi dipandu
oleh hubungan karya sastra dengan kelompok sosial, hubungan selera masyarakat dengan
kualitas karya sastra, serta hubungan gejala yang timbul di sekitar pengarang dengan
karyanya.
Perspektif sosiologi sastra dibagi menjadi 3 yaitu (1) memandang sastra sebagai
(3) memandang cara yang dipakai pengarang dalam membuat karyanya berkaitan dengan
kondisi sosial budaya dan peristiwa sejarah (Laurenson dalam Fananie 2000:133).
terlihat antara sosiologi dan sastra mempunyai objek yang sama, yaitu manusia dan
mempelajari masalah sosial dalam masyarakat, sedangkan sastra merupakan media untuk
Jadi dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud sosiologi sastra adalah suatu
Pandangan tentang sosiologi sastra menurut Wellek dan Warren (dalam Damono
Menurut Ian Watt (dalam Damono 1984:3) sosiologi sastra menampilkan keadaan
menghasilkan (Grebstein dalam Damono 1984:4). Hal ini sesuai dengan pandangan
Swingewood (dalam Faruk 1999:1) tentang sosiologi sastra, bahwa sosiologi sastra
masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendapat dari Ian Watt yang menitikberatkan pada
sastra sebagai cermin masyarakat. Sosiologi sastra berurusan dengan manusia dalam
pengarang dalam membuat karya sastra. Berkaitan dengan cara pengarang mendapatkan
Ketiga, fungsi sosial sastra. Ada 3 fungsi sastra yaitu (a) sebagai pembaharu dan
perombak (b) sebagai penghibur belaka (c) sebagai pengajar sesuatu dengan cara
menghibur.
luas mengenai pengarang, teks sastra sebuah karya sastra serta pembacanya. Oleh karena
itu, penulis menggunakan klasifikasi sosial menurut Ian Watt karena pengarang
sesuatu apa adanya sesuai dengan bentuk atau kenyataan yang ada). Hal yang harus
diperhatikan ada 3 yaitu: Pertama, sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi
pengarang. Masalah yang dihadapi mencakup dasar ekonomi produksi sastra, latar
belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai
kegiatan pengarang di luar karya sastra. Kedua, isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang
tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitn dengan masalah sosial. Ketiga,
penjelasan tentang sastra (Laurenson and Swingewood dalam Fananie, 2000:132). Sastra
adalah karya seni ekspresi kehidupan manusia. Dengan demikian, antara karya sastra
dengan sosial merupakan dua bidang yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah karya yang menyajikan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tata nilai dan bentuk dari kondisi sosial
(Syani 1992:182).
(2001:1085) adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kemasyarakatan. Jadi masalah
sosial adalah persoalan yang mengganggu pikiran manusia yang berkenaan dengan
masyarakat.
Soekanto (1990:358) masalah sosial adalah segala sesuatu tidak sesuai antara
sosial.
Selain meneliti gejala-gejala kemasyarakatan, sosiologi mempelajari masalah-
masalah sosial. Dengan demikian, sosiologi juga berusaha mempelajari masalah sosial
seperti kejahatan, konflik antar ras, kemiskinan, perceraian, pelacuran, peperangan dan
lain-lain. Dalam hal ini, sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya
masalah sosiologi, tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar dari
masalah tersebut.
1. Kemiskinan
dirinya sendiri dan memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya untuk mencukupi
mereka, merasa miskin bukan karena kurang makan, pakaian atau perumahan. Tetapi
karena harta miliknya dianggap tidak cukup memenuhi kebutuhan yang tidak pokok
(mewah). Hal ini terlihat di kota-kota besar, seperti Jakarta. Seseorang dianggap miskin
karena tidak memiliki radio, televisi atau mobil, sehingga benda-benda sekunder menjadi
persoalan antara miskin atau kaya. Persoalan lain dalam kemiskinan adalah karena
adanya arus urbanisasi yang gagal mendapatkan pekerjaan. Bagi mereka, kemiskinan
disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan primer sehingga timbul tunakarya, tuna
anggota masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-
hari (Syani 194:190). Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Syani 1994:190)
kemiskinan merupakan pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
Dengan adanya berbagai nilai dan norma sosial yang baru dapat mengakibatkan
masyarakat.
Ukuran kaya dan miskin dapat dilihat melalui kemampuan atau jumlah pemilikan
nilai-nilai ekonomis. Jika seseorang mengalami kesulitan ekonomi dan tidak cukup untuk
masalah sosial, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, dan lain-lain.
2. Kejahatan
berhubungan erat dengan bentuk dan organisasi sosial dimana kejahatan itu terjadi
agama, ekonomi. Kedua, para sosiolog berusaha untuk menentukan proses-proses yang
Perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain. Sedangkan orang
tersebut mendapatkan perilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan
orang-orang yang berperilaku dengan kecenderungan melawan norma-norma hukum
yang ada.
buku, surat kabar, filam, televisi, radio. Alat-alat komunikasi tersebut memberikan
sugesti kepada orang perorangan untuk menerima atau menolak perilaku jahat tersebut
(Soekanto 1982:368).
ketimpangan sosial, seperti krisis ekonomi, adanya keinginan yang tidak tersalurkan,
tekanan-tekanan mental, dendam dan sebagainya. Hal ini timbul karena adanya
Tindakan kriminal tidak hanya tumbuh dari dalam diri manusia itu sendiri, tetapi
bisa terpengaruh dari luar, seperti pergaulan dengan orang yang lain yang mempunyai
Cara mengatasi masalah kejahatan bisa dilakukan dengan cara rehabilitasi. Ada 2
teknik rehabilitasi. Pertama, menciptakan sistem dan program yang bertujuan untuk
hukuman bersyarat. Kedua, menciptakan usaha agar penjahat dapat berubah menjadi
menguasai bidang-bidang tertentu agar setelah masa hukuman selesai mempunyai modal
1982:370).
anggota keluarga, salah satu keluarga meninggalkan rumah karena meninggal dunia,
dihukum atau karena peperangan, suami sebagai kepala keluarga gagal memenuhi
istri lagi. Pada umumnya masalah tersebut disebabkan karena kesulitan untuk
dengan situasi sosial-ekonomi yang baru pada masyarakat yang sangat kompleks.
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh keinginan untuk melawan
dan sikap apatis (sikap masa bodoh). Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa
Sedangkan sikap apatis biasanya disertai rasa kecewa terhadap masyarakat, sehingga
seseorang mencapai usia remaja, secara fisik dia telah matang, tetapi untuk dikatakan
dewasa dalam arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainnya. Dia perlu belajar banyak
mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya. Pada masyarakat bersahaja hal itu
terlalu mencolok, posisinya dalam masyarakat antara lain ditentukan oleh usia.
kedewasaan sosial dan kedewasaan biologis, tetapi remaja merasa dirinya telah dewasa
secara biologis tetapi secara sosialnya belum. Padahal dalam masyarakat kompleks,
kemajuan seseorang ditentukan oleh kemampuan atau keahlian, bukan karena usia.
Sedangkan generasi tua tidak memberikan kesempatan pada generasi muda untuk
menunjukkan kemampuannya.
perhatian dari orang tuanya. Hal ini disebabkan para orang tua sibuk mencari nafkah dan
bagi kalangan ekonomi mampu sibuk dengan urusan di luar rumah bahkan di luar negeri.
5. Penindasan
miskin yang biasa disebut kesenjangan ekonomi relatif maupun antara pribumi dan non
Kesenjangan terjadi karena adanya jarak yang jauh dari akumulasi ekonomi yang
dimiliki oleh satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain. Misalnya
banyak konglomerat yang Indonesia yang dimodali oleh bank-bank negara, sedangkan
kepada kelompok usaha yang besar-besar dari mendapat fasilitas, dan berbagai macam
perlakuan yang adil berkaitan dengan modal dan pasar pengusaha menengah ke bawah.
Kesenjangan antara pribumi dan non pribumi bisa memicu kecemburun yang
mengarah pada kekerasan dan penindasan. Hal ini dikarenakan adanya diskriminasi dari
para pejabat.
a. Pelacuran
eksogen. Diantara faktor-faktor endogen dapat disebutkan nafsu kelamin yang besar,
sifat malas dan keinginan yang besar untuk hidup mewah. Diantara faktor-faktor eksogen
yang utama adalah faktor ekonomis, urbanisasi yang tak teratur, keadaan perumahan
yang tak memenuhi syarat. Sebab utamanya adalah konflik mental, situasi hidup yang
tidak menguntungkan pada masa anak-anak dan pola kepribadian yang kurang dewasa,
perkembangan moral. Pelacuran bisa mengakibatkan masalah bagi generasi muda dan
keluarga, bisa juga menyebabkan penyakit kelamin dan AIDS (Syani 2002:193).
bagi yang putus cinta, kehilangan pekerjaan, dan juga bisa karena banyak yang
profesi, sehingga melacur sudah masuk ke dalam jiwa para pelaku apalagi bila mereka
beranggapan bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mudah dilakukan dan tidak
b. Delinkuensi Anak-anak
Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah cross boys dan
cross girl yang merupakan sebutan bagi ank-anak muda yang tergabung dalam suatu
ikatan/organisasi formal atau semi formal dan yang mempunyai tingkah laku yang
“nakal”, dari bahasa Jawa dari kata ana akal yang artinya ada akal atau timbul akalnya.
Maksudnya bahwa seorang anak kecil yang mulai timbul akalnya memiliki semangat
ingin tahu yang besar untuk menirukannya. Misalnya anak kecil mengambil gelas dari
pecah berantakan. Dengan kejadian tersebut anak tersebut dikatakan sebagai “anak
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang baik masih anak-anak, remaja maupun sudah
Kenakalan remaja timbul dalam masa pubertas saat jiwa dalam keadaan labil
yaitu: (a) keluarga yang retak atau orang tua yang sibuk dengan urusan pekerjaan
sehingga anak kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, (b) situasi
yang menyenangi hatinya tapi justru merugikan orang lain, (c) lingkungan masyarakat
yang tidak memungkinkan untuk kehidupan masa depan, seperti masyarakat yang penuh
tentang bahaya perbuatan yang ia lakukan, misalnya ngebut di jalan maka orang tua
menjelaskan bahaya yang akan ia dapatkan. Selain itu, remaja perlu didik untuk
meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar tidak mudah atau goyah
dalam menghadapi cobaan hidup. Remaja dilatih untuk mengikuti berbagai kesibukan
sikap harga-menghargai dan kerjasama, toleransi, dan masih banyak yang lain. Dalam
mengatasi kenakalan remaja yang terpenting adalah peranan orang tua dan
lingkungannya.
c. Alkoholisme
tidak berkisar pada apakah alkohol itu boleh atau dilarang dipergunakan. Persoalan
pokoknya adalah siapa yang boleh menggunakannya, dimana, bilamana dan dalam
Jackson dengan judulnya The Adjustment of the Family to the Crisis of Alcobolism
(dalam Soekanto 1990:377) tertuju pada kepala rumah tangga yang pemabuk. Proses
terjadi secara bertahap, awalnya suami mulai minum-minum walaupun masih jarang
tetapi istri mulai menderita tekanan batin dan hubungan antara suami dan istri mulai
sedikit terganggu.
dan anak semakin menegang. Apabila tak ada kedamaian suami dan istri mengambil
jalan untuk hidup sendiri-sendiri agar permasalahan bisa diselesaikan, akhirnya peranan
kepala rumah tangga diganti oleh istri. Segala urusan anak-anak dan ekonomi menjadi
tanggung jawab istri tanpa adanya suami. Hingga suatu saat suami sadar dan dia ingin
kembali lagi pada keluarganya dan akan kembali ke kehidupan norma, tapi perbuatan
yang dia lakukan dulu belum bisa dilupakan oleh istri dan anaknya sehingga masih ada
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat satu pasal yang mengatur
tentang keadaan mabuk sebagai penjahat. Terdapat dalam pasal 300 yang isinya:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
2. Barangsiapa dengan sengaja membikin mabuk seorang anak yang umurnya belum
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana
(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencahariannya,
Selain itu, peraturan lain yang berhubungan dengan pelanggaran terdapat dalam
(1) Barangsiapa dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu lintas, atau
penjagaan tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan
orang lain, diancam dengan pidana kurungan paling lama enam hari, atau pidana
(2) Barangsiapa ketika melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama, atau karena hal yang
dirumuskan dalam pasal 536, dijatuhkan pidana kurungan paling lama dua minggu.
Sebenarnya ruang lingkup pasal ini sangat luas, akan tetapi dikualifikasikan sebagai
d. Homoseksual
Pria yang melakukan sikap tindak demikian disebut homoseksual, sedangkan lesbian
merupakan sebutan bagi sesama wanita yang melakukan hubungan seksual. Mereka
menderita konflik batiniah yang menyangkut identitas diri yang bertentangan dengan
akhir abad ke-17 homoseksualitas dipandang sebagai tingkah laku seksual dan peranan
Lesbospada abad ke-6 sebelum Masehi. Awalnya dia memperjuangkan hak-hak wanita,
sehingga banyak pengikutnya, tetapi dia jatuh cinta kepada beberapa pengikutnya dan
menulis puisi cinta. Maka dari itu, Sappho mendapatkan kepuasan seksual dengan
Homoseksual ada 3 kategori, yaitu: (1) golongan aktif , artinya mencari mitra
seseorang yang mau diajak kencan. (3) golongan situasional, artinya kadang aktif kadang
pasif.
terjadi karena dorongan kuat untuk mengadakan persamaan kedudukan dan peranan
e. Kependudukan
Penduduk suatu negara, pada hakikatnya merupakan sumber yang penting bagi
gangguan-gangguan antara lain pertumbuhan yang terlalu cepat karena tingginya angka
kelahiran.
Pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan tidak terkontrol secara
f. Lingkungan Hidup
yaitu (a) lingkungan fisik (berupa benda mati yang ada di sekeliling manusia), (b)
lingkungan biologis (berupa segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa organisme
yang hidup), (c) lingkungan sosial (berupa orang-orang baik individual maupun
lingkungan perkotaan dan pedesaan, lingkungan tempat tinggal pertanian, dan lain-lain.
Apabila pada suatu saat terjadi gangguan pada keserasian tersebut, maka pada saat lain
Organisme hidup terdiri dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang saling
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Unsur yang paling dominan dalam
yang merupakan bentuk energi kehidupan yang dibutuhkan oleh setiap organisme. Sinar
matahari berpengaruh besar terhadap manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
desakan kebutuhan manusia dan kurangnya kesadaran akan lingkungan hidup yang
sembarang tempat, menebang pohon secara liar, menggunakan zat kimia untuk
mendapatkan ikan yang banyak dan lain-lain. Akibatnya lingkungan hidup menjadi rusak
kemudian terjadi kebakaran, banjir, pencemaran air dan masih banyak yang lain sehingga
g. Birokrasi
teratur dan terus menerus, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Birokrasi bisa juga
disebut organisasi yang bersifat hirarkis (urutan atau tingkatan dari atas ke bawah atau
Di dalam sosiologi pengertian tersebut menunjuk pada suatu keadaan yang netral,
artinya sosiologi tidak mempersoalkan apakah birokrasi itu bersifat menghambat atau
dan cara terlaksananya, yaitu (a) Adanya ketentuan tegas mengenai kewenangan yang
(b) Tingkat dan derajat wewenang merupakan sistem yang tegas, seperti hubungan antara
atasan dan bawahan, (c) Ketatalaksanaan suatu birokrasi yang modern didasarkan pada
Pelaksanaan birokrasi harus memerlukan latihan dan keahlian khusus sesuai dengan
bidang-bidangnya, (e) Pelaksanaan birokrasi kadang tidak sesuai dengan ketentuan yang
ada bahwa waktu bekerja pada organisasi dibatasi, tetapi kadang kenyataannya bila
birokrasi sedang berkembang para pelaksana bekerja dengan penuh, (f) Pengetahuan
dikatakan bahwa birokrasi mencakup lima unsur yaitu: organisasi, pengerahan tenaga,
dalam masyarakat banyak problem yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:312) faktor adalah hal, keadaan
kemasyarakatan.
Menurut Daldjuni (dalam Syani 2002:187) ada empat faktor timbulnya masalah
sosial:
Faktor ini berkaitan dengan gejala menipisnya sumber daya alam. Hal ini
penduduk yang begitu pesat, sehingga persediaan sumber daya alam berkurang (Syani
2002:187).
Keadaan alam atau lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap struktur serta
organisasi sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle (salah seorang tokoh dari
mazhab alam) bahwa taraf kemakmuran suatu masyarakat tergantung pada keadaan
alam. Huntington dalam bukunya Civilization and Climate menyebutkan bahwa faktor
Ekologi berkaitan dengan lingkungan fisik dan manusia yang harus beradaptasi.
Ia meliputi sifat-sifat tanah, sifat iklim, pola hujan, sifat kehidupan tanaman dan
binatang, serta ketersediaan sumber daya alam. Ekologi merupakan lingkungan eksternal
yang harus menyesuaikan diri dengan sistem sosiokultural, karena ekologi bukanlah
sosiokultural.
b. Faktor Biologis
dirasakan secara nasional, regional ataupun lokal dan berhubungan dengan masalah
2001:187).
Kebutuhan biologis manusia ada 3 unsur yaitu: (a) dorongan untuk makan, (b)
Faktor biologis merupakan watak seseorang yang diwariskan melalui darah. Dari
segi badaniah, orang dapat dibedakan menurut warna kulit, tinggi badan, rambut dan
temperamen (seperti giat, optimis, penyabar, pemarah dan lain-lain). Watak manusia bisa
berubah tetapi sifat asli yang tumbuh dari lahir sulit untuk dihilangkan (Nasution
1979:35).
c. Faktor Psikologi
I’imitation” atau masyarakat suatu proses imitasi adalah Gabriel Tarde. Imitasi adalah
hubungan timbal balik sosial dan pergaulan antar manusia yang berkaitan dengan
dilakukan melalui 2 jalan, yaitu dengan jalan menghindarkan timbulnya penyakit jiwa
(preventif) dan usaha menyembuhkan orang yang sudah sakit jiwa (repressif).
jiwa. Dua hal yang harus diselidiki (a) Situasi kehidupan pada masa kanak-kanak.
Pengaruh masa kanak-kanak dibentuk oleh orang tua dan orang-orang terdekat, berupa
perasaan kasih dan perasaan kecewa, perasaan rendah diri dan menggambarkan tentang
diri seseorang. Usaha yang dilakukan yaitu memberikan kasih sayang pada anak, melatih
anak bersikap disiplin. (b) Masa dewasa atau menjelang dewasa dianggap sebagai masa
yang mengandung krisis emosional, terdapat konflik antar kemauan dan kenyataan,
kekecewaan karena tekanan moral, saling bersaing dan sebagainya. Usaha yang
pensiun, dan lain-lain). Jenis-jenis narkotika harus dihindari karena juga bisa
Sedangkan usaha repressif ada dua jalan yang harus ditempuh dalam usaha untuk
Untuk menggali apa-apa yang tersembunyi dari lapangan tak sadar, maka dipakai metode
tanya jawab. Ini merupakan pekerjaan psychiater yang bekerja menyusun kembali
pikiran manusia yang kusut bagai benang. (b) dengan cara mengubah keadaan sekitar
pasien, bahwa sakit jiwa disebabkan hal-hal yang dialami si penderita pada suatu
d. Faktor Sosial
lingkungan pergaulan. Misalnya bergaul atau hidup di lingkungan intelek menjadi suka
membaca dan belajar, bila hidup di lingkungan penjudi bisa menjadi orang yang suka
METODE PENELITIAN
drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karena karya sastra Ian Watt yang dititikberatkan
Pengkajian isi drama Mengapa Kau Culik Anak Kami dengan sosiologi sastra Ian
Watt dilakukan dengan cara mengaitkan isi serta hal-hal yang tersirat dalam drama
drama yang akan dikaji yaitu kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik anak Kami
karya Seno Gumira Ajidarma banyak membicarakan tentang masalah sosial yang terjadi
Sasaran dalam penulisan skripsi ini adalah masalah sosial dan faktor-faktor sosial
yang terdapat dalam kumpulan naskah Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno
Gumira Ajidarma.
Data dalam skripsi ini adalah teks yang memuat masalah-masalah sosial dan
faktor-faktor sosial dalam kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami yang
memunculkan masalah sosial. Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah teks
kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik analisis deskriptif.
Teknik ini dilakukan dengan menganalisis aspek sosial yang terdapat dalam kumpulan
naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma. Penelitian
masalah dan faktor-faktor yang memunculkan adanya masalah sosial dalam kumpulan
naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno Gumira Ajidarma dengan
menggunakan teori Ian Watt. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode yang
Hasil analisis inilah akan diperoleh deskripsi tentang masalah sosial dalam drama
1. Membaca kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami secara seksama
upaya dapat memahami secara mendalam kandungan isi yang ada dalam drama
tersebut.
3. Menganalisis kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami karya Seno
dalamnya.
4. Menarik simpulan dari hasil analisis kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik
Anak Kami yang dikaji menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan metode
deskriptif analitik.
BAB IV
GUMIRA AJIDARMA.
4.1 Masalah Sosial Dalam Kumpulan Naskah Drama Mengapa Kau Culik Anak
Kami
Masalah yang ada dalam kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak
4.11 Kejahatan
Masalah kejahatan terjadi akibat adanya faktor biologis dan faktor sosial. Faktor
biologis berhubungan dengan keinginan manusia untuk hidup mewah tanpa mau bekerja
hidup seseorang. Apabila hidup di lingkungan baik maka tingkah laku seseorang akan
baik, tetapi bila hidup di lingkungan orang jahat maka seseorang selalu berbuat
kejahatan.
Kejahatan terdapat dalam 3 drama yaitu “Tumirah Sang Mucikari, “Mengapa Kau
drama “Tumirah Sang Mucikari” ada peristiwa pembakaran rumah bordir (rumah para
pelacur) yang dilakukan oleh para ninja. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
NINJA 2 :
Bakar semua! Bakar!
NINJA 3 :
Habiskan!
NINJA 4 :
Ganyang!
NINJA 5 :
Kerjain!
(MKCAK 2001:21)
Kutipan di atas dapat diketahui bahwa di rumah bordir (tempat para pelacur
mesin ke udara, sedangkan ninja-ninja yang lain ada yang mengobrak-abrik bangunan
bordir, menendang, melempar, dan membakarnya. Memang tujuan utama para ninja
Pemerkosaan yang telah para lakukan di rumah bordir itu membuat mereka
bahagia perbincangan yang selalu mereka bahas adalah menyangkut perbuatan yang
mereka lakukan. Berikut ini kutipan percakapan para ninja mengenai peristiwa
NINJA I :
Yah, seperti dulu. Bukankah dari dulu tugas kita cuma itu? Kita selalu dikirim
untuk menculik, membunuh, dan memperkosa.
NINJA 6 :
Yeah. Kita adalah regu pemerkosa.
NINJA 3 :
Masih ingat waktu kita memperkosa satu desa.
NINJA 7 :
Satu desa! Yeah. Kita perkosa atau desa. Kalau mereka tidak mau mengaku
dimana suami dan pacar-pacar mereka berada, kita perkosa mereka.
NINJA 8 :
Perempuan yang malang. Sudah ditindas suami, diperkosa ninja pula!
(MKCAK 2001:29)
Kutipan di atas, para ninja sedang membicarakan tentang pemerkosaan yang telah
mereka lakukan, mereka merasa bangga bila berhasil membuat onar di beberapa desa.
Para ninja itu memperkosa perempuan yang tidak mau mengakui keberadaan suami atau
pacar perempuan tersebut. Karena, menurut ninja-ninja itu laki-laki yang mereka cari
Para ninja tidak mempunyai rasa belas kasihan kepada siapapun walaupun itu
dengan wanita. Mereka tidak pandang bulu laki-laki atau wanita, bahkan banyak wanita
yang mereka interograsi sambil menyuduti dengan rokok atau disetrum apabila sudah
NINJA 4 :
Kita pernah menculik seorang perempuan, menginterograsi dia sambil
menyudutinya dengan rokok, lantas kita setrum dia, setelah lemas kita perkosa
bergiliran.
NINJA I :
Perempuan yang malang !
NINJA 2 :
Perempuan yang malang !
NINJA 3 :
Perempuan yang malang !
NINJA 4 :
Kita juga dikirim untuk memperkosa perempuan Cina. Kita ajak para
pengangguran untuk ikut memperkosa.
(MKCAK 2001:30)
diketahui oleh orang umum, para ninja sedang membicarakan tentang kejahatan mereka
Kekejaman selalu dilakukan oleh para ninja, mereka merasa bangga sekali karena
masing-masing pertanda tak ada kegagalan dalam beraksi. Berikut ini kutipan para ninja
PARA NINJA :
Hura ! Misi kita berhasil !
NINJA I :
Untuk pemerkosaan.
NINJA 2 :
Untuk kekejaman.
NINJA 3 :
Untuk kemenangan.
(MKCAK 2001:31)
Kutipan di atas dapat diketahui bahwa suatu kebanggaan bagi para ninja apabila
mereka telah melakukan kerusuhan dalam masyarakat. Mereka merasa rencana untuk
menghancurkan bangsa ini sudah ada tanda-tanda berhasil. Dengan keberhasilan itu,
mereka saling bersulang demi suatu kemenangan. Satu kemenangan berarti rencana
mereka untuk menguasai negara mulai ada peluang ini merupakan tanda dari
kembali dengan suara keras. Mendengar pembicaraan itu ninja 1 marah karena ninja
yang lain berbicara keras-keras mengenai pemerkosaan yang mereka lakukan. Dia takut
kalau hal ini terdengar orang mereka bisa celaka, dia memberi komentar banyak kepada
Ninja 1 meminta kepada ninja-ninja yang lain agar jangan banyak omong apalagi
kalau diluar tempat persembunyian mereka, biarkan semua orang terkecoh karena tidak
ada seorang pun yang tahu kalau yang melakukan ini semua (menculik, membunuh,
bertanggung jawab dalam kasus pemerkosaan. Hal ini terdapat dalam drama “Tumirah
Sang Mucikari”, seorang polisi sedang menginterograsi Tumirah, seorang pelacur yang
menjadi korban pemerkosaan. Berikut ini adalah kutipan percakapan antara Tumirah
TUMIRAH :
Nah ! Baru datang polisi sekarang ! Kalau ada kerusuhan mereka pergi !
Kerusuhan selesai, baru muncul lagi ! Apa maumu Pak Polisi ? mau ngamar atau
interograsi.
POLISI :
Saya datang cuma mau minta keterangan, Mbak Tumirah.
TUMIRAH :
Bukannya mau mengamankan saya?
POLISI :
Tidak, Mbak Tumirah. Saya cuma mau tanya-tanya.
TUMIRAH :
Mau tanya-tanya atau menuduh?
POLISI :
Mbak Tumirah, pertanyaan seperti itu bisa dianggap tuduhan lho !
TUMIRAH :
Sama kan kaya’ polisi? Katanya bertanya padahal menuduh !
POLISI :
Maaf Mbak Tumirah, saya cuma menjalankan tugas.
TUMIRAH :
Nah, ini ilmu maling satu lagi. Ilmu menghindar dari tangggungjawab. Saya cuma
disuruh memukul. Saya cuma disuruh menculik, lantas menginterograsinya
sambil menempeleng. Saya cuma disuruh menteror. Akhirnya saya memang
disuruh menembak mahasiswa dari atas gedung. Itu semua cuma tugas, jadi
bukan tanggungjawab saya. Bagaimana?
(MKCAK 2001:35-36)
Tumirah, seorang germo dan anak buahnya telah diperkosa oleh para ninja.
Mendengar berita ini seorang polisi datang ke tempat persinggahan Tumirah. Dia
marah. Dia tidak ingin peristiwa ini diungkit-ungkit lagi. Polisi mendesak terus karena
ini adalah tugasnya sebagai polisi yaitu menuntaskan masalah yang sedang dihadapi oleh
masyarakat. Tumirah bertambah marah kalau semua itu hanya sebagai tugas bukan
tangggung jawab, apabila ada orang yang disuruh menculik, menginterograsi sambil
menempeleng, dia mau saja karena ini merupakan tugas. Begitu pula apabila disuruh
menembak.
Penduduk ikut serta mengamankan desanya dengan adanya kegiatan ronda. Tiga
peronda berusaha meringkus sosok ninja yang berguling ke sana kemari dan penduduk
ORANG-ORANG :
Tertangkap dia sekarang.
ORANG-ORANG :
Pembunuh !
ORANG-ORANG :
Pemerkosa !
ORANG-ORANG :
Tukang fitnah !
SESEORANG :
Ayo, kita adili sekarang !
(MKCAK 2001:47)
Pada waktu ronda, tiga peronda melihat sosok ninja kemudian mereka sepakat
mengerumuninya. Mereka ada yang membawa pentungan. Kemudian jaring itu dikerek
membencinya, mereka ingin sekali mengadili ninja itu dengan cara menyilet wajahnya,
Apabila menangkap maling harus dengan jalur hukum janganlah sekali-kali main
hakim sendiri. Dalam drama ini penduduk membuat jaksa dan hakim gadungan sedang
mengadakan persidangan saat ada salah satu ninja tertangkap. Orang-orang bagaikan
pengunjung pengadilan berbaris rapi, diantara pengunjung juga ada para pelacur dengan
wajah sayu. Cara kerja para jaksa dan hakim gadungan dapat terlihat dalam kutipan
sebagai berikut:
JAKSA :
Saudara-saudara yang terhormat. Inilah pengadilan rakyat. Malam ini kita mengadili
ninja dalam jaring itu. Makhluk terkutuk yang telah mengacaukan kedamaian seenak
perutnya. Makhluk pengadu domba. Alat politik pencipta keresahan.
HAKIM :
Jadi dia cuma alat?
JAKSA :
Biar Cuma alat harus dihukum juga. Mana biangnya kagak ketahuan lagi. (ganti
nada) Saudara-saudara yang terhormat, ingatlah baik-baik, apa saja yang telah
dilakukan ninja sialan ini dalam sejarah negeri kita. Ia menjadi penembak misterius,
menembaki preman-preman tanpa pengadilan. Ia menjadi teroris, menculik orang-
orang dari rumahnya sendiri, mengajukan pertanyaan yang bukan-bukan sambil
menyudut rokok, ujung-ujungnya memperkosa. Setiap kali bertanya ia menempeleng.
Setiap menempeleng ia kentut.
(MKCAK 2001:49-50).
Jaksa dan hakim gadungan mengadili sosok ninja yang telah tertangkap. Mereka
bagaikan jaksa dan hakim asli, walaupun ada sedikit bayolan yang menghiasi
diperbuat kepada warga desa antara lain sebagai penembak misterius, menjadi teroris,
memperkosa.
Penduduk membuat jaksa gadungan dan mengadili ninja yang tertangkap. Berikut ini
JAKSA :
Ya boleh saja kan? Ninja kan manusia juga, meski tidak punya perasaan. Masih
banyak lagi dosa ninja-ninja sebangsa dia. Interograsi sambil menyetrum, mengiris
telinga orang, dan menyuruh orang tidur di atas balok es. Ninja-ninja macam
beginian yang menyuruh orang mengakui hal-hal yang tak dilakukannya secara
paksa. Teroris ! Fasis !
(MKCAK 2001:50)
orang merupakan warga desa itu sendiri, mereka membuat hakim, jaksa gadungan. Saat
itu jaksa gadungan mengadili ninja itu, sebelum divonis hukuman yang pantas untuk
Keputusan hakim tidak dapat diganggu gugat. Hakim memutuskan bahwa sosok
ninja yang tertangkap itu diberi hukuman “hukum picis”. Maka dari itu, penduduk harus
HAKIM :
Saudara-saudara yang terhormat ! Dengan restu saudara-saudara sekalian, saya
sebagai hakim pengadilan rakyat ini memutuskan:
Ninja sialan pengganggu keamanan ini dihukum picis! Seret dia keluar kota. Ikat ke
tiang. Setiap orang harus menyiletnya lantas membubuhi garam.
(MKCAK 2001:52).
Hakim memberi hukuman picis pada ninja itu, orang-orang antri seperti tak habis-
habisnya melakukan hukum picis. Hukum picis adalah memberi hukuman kepada yang
bersalah berupa penganiayaan yang sesuai dengan yang ninja itu lakukan selama ini
kepada orang-orang yang tidak bersalah. Ninja itu digantung kemudian setiap orang
Tumirah memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, walaupun dia sudah diperkosa
oleh segerombolan ninja tetapi tetap saja membantu ninja yang sedang dalam
kesengsaraan karena dianiaya oleh massa. Dia menyuruh anak buahnya untuk ikut serta
menolong ninja yang malang itu. Para pelacur menyanggupi permintaan Tumirah,
mereka membantu Tumirah menyeret sosok ninja ke sebuah tempat untuk dirawat. Rasa
belas kasihan yang tinggi dalam diri Tumirah dapat terlihat pada kutipan sebagai
berikut:
TUMIRAH :
Kasih air. Lap yang bersih. Coba-coba buka selubung wajahnya.
TUMIRAH :
Dasar pelacur goblok. Karena kita manusia, tahu! Karena kita ini manusia! mau
ditindas sampai gepeng, mau diperkosa sampai dobol, mau dirajam sampai hancur,
hanya satu hal kita tidak boleh kehilangan, yaitu kemanusiaan kita, ngerti? Kalau kita
mau menindas juga, kalau kita mau memperkosa dan merajam siapapun yang lewat
di kampung kita, itu hanya menjadikan kita sama saja dengan para bajingan itu,
ngerti nggak? meski aku ini cuma germo lulusan SMP, jelek-jelek aku ini mengerti
menjaga hati. Kita ini perempuan, jangan pernah kita kehilangan keperempuanan
kita. Kita punya cara sendiri untuk melawan. Jangan mau didikte untuk menjadi
makhluk seperti mereka. Melawan kekerasan dengan kekerasan cuma cara orang
bego. Itu bukan cara manusia, itu cara monyet! Paham? Buruan, buka dulu
topengnya!
(MKCAK 2001:57)
Kutipan di atas menjelaskan tentang kerjasama antara Tumirah dan anak buahnya
menolong ninja yang teraniaya. Para pelacur membantu Tumirah menyeret sosok ninja
ke sebuah tempat untuk dirawat akibat siksaan dari warga. Mereka menyiksa sosok ninja
itu sampai ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam keadaan seperti ini, Tumirah merasa
kasihan dan menyuruh berhenti menyiksa ninja. Kemudian ia menyuruh anak buahnya
untuk merawat dan membuka wajah ninja. Sebelumnya anak buah Tumirah tidak
menyetujui usul Tumirah, tetapi setelah didesak dan dinasehati oleh Tumirah, mereka
Orang yang sudah melakukan kejahatan pasti akan terus melakukan kejahatan itu,
apalagi bila rencananya berhasil. Para ninja bergembira karena bisa membohongi
penduduk dengan cara membuat orang yang tidak bersalah berdandan seperti ninja
akhirnya ninja gadungan itu tertangkap dan diberi hukuman picis oleh hakim. Kemudian
NINJA:
Jadi, saudara-saudara, sudah kita jalankan tugas pemimpin kita dengan baik. Semua
kekacauan ini secara politis baik untuk kedududkan kita. Kita masih akan terus
melakukan teror, menciptakan keresahan, memata-matai, menyadap pembicaraan
telepon, menculik, memfitnah, dan mengadu domba. Semua itu penting untuk posisi
kita. Biarkan semua orang saling bertarung, saling mencurigai, dan saling mengasak.
Biarkan pasukan pemerintah dan pra gerilyawan bertempur terus sepanjang abad.
Kita membutuhkan keresahn ini, kita memang menghendaki kekacauan ini, karena
kita benci perdamaian. Masyarakat yang damai adalah masyrkat yang mengerikan.
Kita harus tetap selamat dalam kerusuhan, di dalam masyarakat yang cerdas dan
damai. Kita akan cuma jadi kerbau, gentong nasi, badak, paling banter jadi centeng
pasar. Di dalam masyarakat yang rusuh kita adalah para pendekar. Kita harus selalu
menciptakan keresahan demi keberadaan kita. Ayo saudara-saudara, mari kita
bersulang.
(MKCAK 2001:59)
Kutipan di atas dapat diketahui bahwa para ninja akan terus melakukan
memfitnah dan mengadu domba. Mereka menginginkan semua orang saling mencurigai,
saling bertarung dan saling menggasak, mereka jug menginginkan pasukan pemerintah
dan para gerilyawan bertempur terus sepanjang abad. Para ninja memang menghendaki
yang diperkosa seluruh pelacur yang tinggal di rumah bordir. Jadi jangan salahkan siapa-
siapa bila ada yang datang menginginkan informasi lebih lengkap. Begitu juga dengan
seorang intel datang ke rumah bordir untuk menemui Tumirah, ia berniat untuk mencari
tahu tentang kejadian pemerkosaan yang dilakukan oleh ninja-ninja pada Tumirah dan
pelacur yang lain. Percakapan antara intel dengan Tumirah dapat terlihat dalam kutipan
sebagai berikut:
INTEL:
Dari tadi juga sudah jelas saya ini bego! Apa masih perlu dibilang bego lagi?
TUMIRAH:
Bukan cuma kamu yang bego, bego! Seluruh situasi ini bego, ngerti? Aku memang
cuma germo, tapi germo mana pun juga baca koran yang sibuk berkaok-kaok itu.
Aku ngertilah kalian takut aku membocorkan mcam-mcam informasi. Komandan
pasukn pemerintah maupun komandan para gerilyawan juga selalu tidur di sini.
Kalau mau, aku bisa saling membocorkan rahsia mereka. Tapi kau tidak begitu,
karena ku memang tidak peduli. Lalu tiba-tiba ada sepasukan ninja memperkosa
anak-anakku. Aku tidak bisa tidak peduli, dan aku pasti melawan, tapi pasti tidak
dengan cara kalian. Kami tidak mau menjadi sama dengan kalian, monyet-monyet
tidak tahu diri. Kami akan melakukan apapun yang bisa kami lakukan. Karena aku
germo, dan barangkali memang lahir sebgai germo, ya aku buka kembali rumah
bordir ini. Titik. Cuma itu yang aku busa. Kalau kau melakukan sesuatu yang aku
tidak mampu, itu namanya sok tahu! Menurut aku nih, kalau aku boleh punya
pendapat, setiap orang harus kembali kepada dirinya sendiri. Tentara ya jadi tentara
yang baiklah, jangan jadi ninja. Intel ya jadi intel sajalah jangan jdi teroris. Pelacur
yaa jadi pelacur sajalah jangan jadi politikus! Kecuali kalau, memang dari sononya
sudah jadi tukang adu domba, biarlah di neraka domba-domba balas mengadu kepala
mereka sampai moncrot!
(MKCAK 2001:75).
Tumirah dan para pelacur lain yang dilakukan oleh segerombolan ninja. Tumirah tidak
mau memberitahu keterangan apa-apa, justru ia menasehati intel itu bahwa jadi orang
jangan sok tahu harus menjadi dirinya sendiri, misal kalau jadi pelacur jadi pelacur
sajalah jadi jangan jadi politikus, kalau jadi intel jadi intel sajalah jangan jadi teroris.
Kejahatan yang terdapat dalam drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami” adalah
dengan sadis. Itu yang dilihat ibu Satria waktu masih kecil. Satria adalah anak yang
diculik karena ia dapat berpikir kritis dan bersikap tegas dalam hal politik
Kenangan masa lalu yang mengerikan merupakan kenangan yang sulit dilupakan.
Hal ini dialami oleh ibu yang mempunyai kenangan yang pahit. Berikut ini kutipan masa
lalu ibu:
IBU :
Sebetulnya tidak. Semuanya jelas. Siapa yang bisa melupakannya? Aku masih kecil
waktu itu. Malam-malam semua orang berkumpul. Mereka membawa golok, clurit,
pentungan dan entah apa lagi. Mereka mengepung rumah itu selepas tengah malam.
Mereka berteriak-teriak, karena yang dicari naik ke atas genteng. Orang itu lari dari
atap satu ke atap lain seperti musang. Kadang- kadang dia jatuh, merosot. Orang-
orang mengejarnya juga seperti mengejar musang. Aku masih ingat suara gedebukan
di atas genteng itu. orang-orang mengejar dari gang ke gang. Suaranya juga
gedebukan. Mereka berteriak-teriak sambil mengacungkan parang. Orang itu lari,
terpeleset, hampir jatuh, ke bawah, merayap lagi. Sampai semua tempat terkepung.
Orang itu terkurung.
BAPAK :
Sudahlah Bu! Sudah lebih dari tigapuluh tahun.
IBU :
Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya karena kejadian yang dialami orang itu, tapi apa
yang dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Mereka semua
melihat dia dikejar seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu
merosot dari atas genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang.
Orang- orang di bawah menunggunya dengan parang.
(MKCAK 2001:90).
Ibu tidak bisa melupakan kejadian tiga puluh tahun yang lalu, saat terjadi
membahayakan penduduk. Mereka membawa golok, clurit, pentungan dan benda tajam
yang lain. Orang itu lari dari atap satu ke atap yang lain seperti musang, saat ia terperosot
dari genteng dan jatuh di bawah telah menunggu orang-orang dengan parang.
seperti binatang saat dia masih kecil. Peristiwa itu baginya terus melekat hingga kini.
IBU:
Orang-orang itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok
seperti binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya
yang ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang- orang yang mengayunkan
linggisnya dengan hati riang. Kok bisa. Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana
perasaan anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istrinya
mendengar jeritan suaminya? Bagaiman perasaan ibunya mendengar jeritan anaknya?
Apa bapak yakin setelah tigapuluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka
mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang
segala?
BAPAK:
Untuk apa kamu mengingat- ingat ini semua?
IBU:
Itulah pertanyaan itu juga. Untuk apa? Tapi aku tidak sengaja mengingat- ingatnya.
Aku ingat begitu saja. Kenangan itu menempel seperti lintah. Dia lewat seperti
kenangan.
(MKCAK 2001:91)
Ibu bercerita kepada bapak ketika dia masih kecil, ibu melihat kejadian sadis yang
dilakukan oleh orang yang tak punya kemanusiaan. Mereka membunuh orang seperti
membunuh binatang dan ini hanya sebagian kecil dari kekejaman politik pada masa itu.
memperhatikan orang lain, dia hanya mementingkan kepentingan sendiri dan bila ada
kata-kata atau tingkah laku yang tidak berkenan dihatinya tidak segan-segan dia
menyuruh orang untuk menangkapnya kemudian dianiaya. Pikiran penguasa seperti itu
bisa dikatakan sebagai penguasa yang bego. Hal ini sesuai dengan kutipan sebagai
berikut:
BAPAK:
Aku cuma ingat bagaimana orang-orang menjauh ketika semua itu menimpa kita.
Orang yang malang malah dijauhi. Ada yang bilang, “sorry aku baru menelpon
sekarang, ini pun dari telepon umum, karena aku takut teleponku kena sadap, aku
harap semuanya baik-baik saja. Sorry, aku takut, aku punya anak kecil soalnya.
“Hmmm. Saudara-saudara menjauh semuanya. Takut. Seperti kita ini punya penyakit
sampar.
IBU:
Habis begitu caranya menulai. Pikiran kok dianggap menyatu dengan darah.
BAPAK:
Cara berpikir apa itu ya?
IBU:
Cara berpikir orang bego!
BAPAK:
Bego tapi berkuasa.
IBU:
Begitu berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai pikiran, dan sangat
tersinggung kalau orang berpikir lain.
BAPAK:
Sangat tersinggung
IBU:
Sangat tersinggung. Maka mengamuklah dengan pentungan, penangkapan,
penculikan, penganiayaan.
(MKCK 2001:93-94).
Para penguasa yang sudah mendapatkan kekerasan tinggi hanya mementingan
kepentingan dirinya sendiri, mereka tidak memperdulikan orang lain walaupun orang itu
sangat memerlukan bantuan, meraka tidak akan membantunya. Pikiran para penguasa
sudah menyatu dengan darah sehingga bila ada pikiran orang lain yang tidak berkenan di
hati para penguasa, orang tersebut akan ditangkap, diculik dan dianiaya.
yang akan dijarah, walaupun itu sebuah mayat mereka akan tetap menjarahnya. Bapak
mengingatkan kembali peristiwa masa lalu kepada ibu tentang penjarahan terhadap
BAPAK:
Penduduk pinggir kali, kere-kere itu, menunggu mayat- mayat yang lewat. Mereka
menggaet mayat- mayat dengan bambu yang diberi pengait diujungnya. Mereka geret
mayat- mayat itu ketepian, lantas mereka jarah.
IBU:
Bapak ingat semunya itu. Padahal itu ceritaku.
BAPAK:
Penduduk mengambil arloji, ikat pinggang, cincin dan akhirnya menjebol gigi emas
dari mayat- mayat itu.
(MKCAK 2001:99)
menjadikan manusia tidak mempunyai etika, bahkan yang lebih parah lagi rasa
kemanusiaan hilang begitu saja. Penduduk tidak mau peduli dengan siapa mereka
menjarah, mayat pun mereka mau menjarahnya. Sebelumnya mereka menunggu mayat
lewat. Bila mayat sudah kelihatan maka mereka menyeret mayat ke tepian. Tanpa basa-
basi mereka mengambil semua barang milik mayat-mayat itu. Ada arloji, ikat pinggang,
diculik, orang dewasa pun banyak yang diculik karena dianggap berbahaya untuk negara.
Berikut ini kutipan pembicaraan antara bapak dan ibu mengenai penculikan pejabat:
BAPAK:
Mereka mempunyai daftar nama dan menganalisisnya satu persatu!
IBU:
Lantas memutuskan untuk menculiknya?
BAPAK:
Lantas memutuskan untuk menculiknya!
(MKCAK 2001:105)
Sifat orang jahat adalah mampu berbuat apa saja asalkan tujuannya tercapai.
Begitu juga dalam drama ini , para penculik mempunyai tijuan untuk menguasai negara,
apabila ada yang menghalangi niatnya itu tidak segan-segan mereka membunuhnya
tetapi dengan cara disiksa terlebih dahulu. Sebelumnya mereka mempunyai daftar nama-
nama orang yang berbahaya untuk negara. Mereka berencana untuk menculiknya, tetapi
terlebih dahulu mereka menganalisis apakah dia berbahaya untuk negara atau tidak.
dengan hati-hati agar rencananya berhasil. Bapak dan ibu sedang membicarakan rencana
penculikan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin menguasai negara dengan
menculik orang yang bagi mereka berbahaya (menjadi penghalang akan tujuan mereka
yaitu ingin menguasai negara). Hal ini terlihat pada kutipan sebagai berikut:
BAPAK:
(bercerita dengan gerak)
Mereka merencanakan penculikan. Menentukan saat untuk mengambil. Mereka
mengincar. Saat mana tidak ada orang. Supaya tidak ada saksi.
IBU:
Heran! Darimana datangnya gagasan itu?
BAPAK:
Mereka mendorongnya masuk mobil. Dibawa berputar-putar dengan mata tertutup.
(MKCAK 2001:113).
Terlebih dahulu mereka merencanakan penculikan itu di waktu yang tepat, saat tidak ada
orang agar tidak ada saksi yang melihatnya. Kemudian dia dimasukkan mobil dan
dibawa berputar-putar dengan mata tertutup. Itu adalah salah satu cara menculik.
Bagaimana perasaan sang ibu apabila anaknya tak kunjung pulang karena dia
diculik. Pedih, sedih bercampur jadi satu, tetapi ibu tidak dapat berbuat apa-apa. Seperti
yang dialami oleh ibunya Satria, sudah lama Satria diculik dan sampai saat ini belum
terdengar kabarnya. Setiap hari ibu memikirkan anaknya. Hal ini terlihat pada kutipan
sebagai berikut:
IBU :
Untuk apa Satria dibunuh, untuk apa? Dia tidak melakukan kejahatan apa-apa. Dia
tidak bisa memimpin pemberontakan. Anak sekurus itu.
BAPAK :
Kurus dan sakit-sakitan. Tapi pikirannya tajam.
IBU :
Kenapa ada orang yang begitu takut kepada pikiran, sampai-sampai harus menculik
dan membunuh pemilik pikiran itu.
(MKCAK 2001:120)
Satria anak satu-satunya telah diculik karena ia anak yang panda dan suka
memberontak. Bagi penculik dia sangat berbahaya karena dengan adanya penerus bangsa
seperti itu akan menjadi penghalang dalam tujuan mereka yaitu ingin menguasai negara.
Sudah lama dia tidak terdengar kabarnya padahal teman-temannya yang juga diculik
Penculik tidak segan-segan berbuat kasar pada orang yang diculiknya. Selama
korban tidak mengatakan hal yang sebenarnya penculik masih terus menganiya korban.
Bapak menjelaskan pada ibu tentang penganiayaan yang dilakukan oleh para penculik
terhadap anaknya, Satria. Berikut ini kutipan pembicaraan antara bapak dengan ibu:
BAPAK:
Mereka bertanya sambil mengemplang. Bertanya sambil menyetrum. Mereka
menginginkan jawaban seperti yang mereka kehendaki. Interograsi kok seperti itu.
Maksa! Dan si Satria itu orangnya ngeyelan. Mana mau dia ngaku meski disakiti.
IBU:
Sebaiknya dia ngaku supaya dilepas
BAPAK:
Apa yang akan diakuinya? Dia tidak bisa mengakui hal-hal yang tidak pernah
dilakukannya selanjutnya. Kita kan tahu Satria ini ngeyelan. Jangan-jangan dia
nantang minta disetrum lagi!
(MKCAK 2001:122).
Interograsi yang dilakukan para penculik sangat sadis. Mereka bertanya sambil
mengemplang dan menyetrum, apabila jawaban tidak sesuai dengan yang dikehendaki
orang tua Satria sangat sedih bila teringat anaknya, apalagi Satria orangnya ngeyelan
pasti dia disiksa terus menerus. Pedih hati orangtua Satria membayangkan hal tersebut:
IBU:
Jadi mereka dengan sadar melakukan pemaksaan. Menculik. Menanyai sambil
menempeleng dan menyetrum. Atau menyuruhnya tidur di atas balok es. Orang-
orang yang dilepaskan bercerita seperti itu kan?
BAPAK:
Aku juga tidak habis pikir. Mereka sengaja beli balok es. Beli! Beli di mana mereka
ya?
IBU:
Beli? Mungkin bikin sendiri!
BAPAK:
Bikin? Hahahahaha! Orang-orang yang tidak jegos! Pasti beli! “Saya mau beli balok
es yang cukup untuk tidur orang dewasa,” katanya.
IBU:
Kukira tidak beli. Minta.
(MKCAK 2001:125)
Setelah menculik orang-orang yang dianggap berbahaya untuk negara, penculik
menanyai sambil menempeleng dan menyetrum, kadang menyuruh tidur di atas balok es.
Cara mendapatkan balok es itu belum tentu membeli mungkin minta dengan memaksa.
mengakibatkan adanya krisis moneter, sehingga harga barang-barang menjadi naik dan
rakyat membayar pajak negara bertambah banyak karena untuk membayar hutang
IBU :
Politik itu sejarahnya tidak ada yang beres. Orang-orang diciduk, orang-oramg
disembelih, orang-orang dipenjara dan dibuang tanpa pengadilan. Aku masih ingat
semua kisah sedih yang tidak bisa diucapkan itu. Keluarga yang kehilangan
bapaknya, anak yang kehilangan ibunya, istri yang kehilangan suaminya. Mereka
tidak mengucapkan apa-apa. Tidak bisa mengucapkan apa-apa. Tertindas. Keplenat.
Tidak pernah ngomong karena takut salah. Padahal tentu saja tidak ada yang lebih
terluka, tersayat, dan teriris selain kehilangan orang-orang tercinta dalam
pembantaian. Orang-orang diperkosa demi politik, orang-orang dibakar, harta
bendanya dijarah, bagaiman orang bisa hidup dengan tenang? Hanya politik yang
bisa membuat orang membunuh atas nama agama. Mana ada agama membenarkan
pembunuhan. Apakah ini tidak terlalu berbahaya? Politik hanya peduli dengan
kekuasaan. Politik tidak pernah peduli dengan manusia. Apalagi hati manusia. Apa
kamu bisa membayangkan Pak, luka di setiap keluarga itu?
(MKCK 2001:132-133)
Politik tidak ada yang benar, hanya bisa membuat manusia menderita. Orang-
orang diciduk, disembelih, dipenjara dan dibuang tanpa pengadilan. Banyak keluarga
yang kehilangan bapaknya, anak yang kehilangan ibunya, istri yang kehilangan
suaminya. Demi politik orang diperkosa, penjarahan dan banyak orang yang dibakar.
Penjarahan, pemerkosaan selalu ada dalam drama ini. Peristiwa yang sulit untuk
dilupakan dan selalu meninggalakan bekas itu terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998,
Dalam drama ini menjelaskan tentang orang tua menasehati anaknya agar dia
tidak mendapat sesuatu yang tidak diinginkan. Berikut ini kutipan seorang ibu
MAMA:
Jangan pulang, Clara. Kompleks perumahan sudah dikepung, rumah-rumah tetangga
sudah dijarah dan dibakar, Papa, Mama, Monica, dan Sinta, terjebak di dalam rumah
dan tidak bisa kemana-mana. Jangan pulang, selamtkan diri kamu, pergilah langsung
ke Cengkareng, terbang ke Singapore atau Hongkong, pokoknya ada tiket. Kamu
selalu bawa paspor kan? Tinggalkan mobilnya di tempat parkir. Kalau terpaksa ke
Sydney tidak apa-apa. Pokoknya selamat. Di sana kan ada Oom dan Tante.
(MKCAK 2001:144)
Kutipan di atas dapat dilihat bahwa Clara adalah gadis berketurunan Tionghoa
tetapi sudah berkewarganegaraan Indonesia. Suatu hari saat dia pulang dari kerja di jalan
dia di telepon ibunya untuk tidak pulang ke rumah, lebih baik pergi ke rumah tantenya di
Sydney karena sedang ada pembakaran dan penjarahan rumah-rumah milik Tionghoa.
Sebagai anak seharusnya menuruti perintah orang tuanya agar tidak menyesal
kemudian. Setiap perkataan orang tua biasanya ada benarnya. Hal ini dibuktikan pada
CLARA:
Saya masih ngotot. Jadi saya putuskan sayalah yang harus mengusahkan supaya
profit perusahaan patungan kami di Hongkong, Beijing, dan Makao diperbesar.
Tetesannya lumayan untuk menghidupi para buruh, meskipun produksi kami sudah
berhenti. Itu sebabnya saya sering mondar-mandir ke luar negeri dan selalu ada
paspor di tas saya.
Tapi kenapa saya harus lari sekarang, sementara keluarga saya terjebak seperti tikus
di rumahnya sendiri? Saya melaju lewat jalan tol supaya cepat sampai di rumah. Saya
memang mendengar banyak kerusushan belakangan ini. Demonstrasi mahasiswa
dibilang huru-hara. Terus terang saya tidak tahu persis apa yang terjadi. Saya terlalu
tenggelam dalam urusan bisnis. Koran cuma saya baca judul-judulnya. Itu pun
maknanya belum pernah jelas. Namun setidaknya saya yakin pasti bukan mahasiswa
yang membakar dan menjarh kompleks perumhan, pertokoan, dan mobil-mobil uang
lewat. Bahkan bukan mahasiswa pun sebenarnya tidak ada urusan membakar-bakari
orang kalau tidak ada yang sengaja membakar-bakar.
Saya tancap gas. BMW melaju seperti terbang. Di kiri dan kanan jalan terlihat api
menerangi malam. Jalan tol itu sepi, BMW terbang sampai 120 kilometer per jam.
Hanya dalam sepuluh menit saya akan segera tiba di rumah. Tapi di ujung itu saya
lihat segerombolan orang. Sukar sekali menghentikan mobil. Apakah saya harus
menabraknya? Pejalan kaki tidak dibenarkan berdiri di tengah jalan tol, tapi saya
tidak ingin menabraknya. Saya menginjak rem, tidak langsung, karena mobil akan
berguling-guling. Sedikit-sedikit saya mengerem, dan toh roda mobil itu
berbunyi....... (MKCAK 2001:145-146)
Clara menancapkan gas mobilnya dengan cepat setelah mendapat telepon dari
sering terjadi, tetapi dia tidak begitu memperdulikannya. Pelaku semua itu bukan
mahasiswa, hanya mahasiswa kadang ikut terlibat karena mereka berada di tempat yang
terjadi kerusuhan. Dia berhenti di jalan tol karena banyak orang yang bergerombol di
sana.
Kejahatan bisa terjadi kapan dan dimana saja, kita tak tahu akan mendapat
musibah itu. Kadang-kadang kita di jalan dicegat perampok dan disuruh mengeluarkan
isi dalam tas, semuanya kita tahu hal itu akan menimpa kita. Seperti halnya yang dialami
oleh Clara. Dalam perjalanan pulang ke rumah dia dicegat oleh segerombolan orang
yang tak bertanggung jawab. Perampokan ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:
CLARA :
Saya mendengar suara kap mobil digebuk. Seseorang menarik saya dengan kasar
lewat jendela. Saya dilempar seperti karung dan terhempas di jalan tol.
SUARA 2:
Sialan! Mata lu sipit begitu ngaku-ngaku orang Indonesia!
CLARA:
Pipi saya menempel di permukaan bergurat jalan tol. Saya melihat kaki-kaki lusuh
dan berdaki yang mengenakan sandal jepit, sebagian tidak beralas kaki, hanya satu
yang memakai sepatu. Kaki-kaki mereka berdaki dan penuh dengan lumpur yang
sudah mengering.
SUARA 3 :
Berdiri !
CLARA :
Saya berdiri. Saya melihat seseorang melihat ke dalam dashboard, lantas mengambil
tas saya. Isinya ditumpahkan ke jalan. Berjatuhanlah dompet, bedak, cermin, sikat
alis, sikat bulu mata, lipstik, Hp. Dompetnya segera diambil, uangnya langsung
dibagi-bagi setengah rebutan. Sejuta rupiah uang tunai amblas dalam sekejap.
Di dalam dompet ada foto pacar saya. Orang yang mengambil dompet tadi
mengeluarkan foto itu lantas mendekati saya.
(MKCAK 2001:148)
Clara adalah orang Cina yang sudah berkewarganegaraan WNI, ada warga yang
tidak suka dengan Cina akhirnya Clara dicegat mobilnya dan dijarah seisi dompetnya
Orang biadab tidak punya rasa belas kasihan. Dia tega melakukan apa saja
asalkan mendapat keuntungan yang besar, walau itu dengan wanita sekalipun. Justru
karena wanita mereka dengan penuh semangat memperkosanya. Hal ini terlihat dalam
CLARA:
Saya ditempeleng sampai jatuh. Seseorang yang lain ikut melongok foto itu.
SUARA 5:
Huh! Pacarnya orang Jawa!
CLARA:
Saya teringat pacar saya. Saya tidak pernah peduli dia Jawa atau Tionghoa, saya
cuma tahu cinta.
SUARA:
Periksa! Masih perawan atau tidak dia!
CLARA :
Tangan saya secara refleks bergerak memegang rok span saya, tapi tangan saya tidak
bisa bergerak. Ternyata masih ada dua orang yang masing-masing memegangi tangan
kanan dan tangan kiri saya. Terasa rok saya ditarik. Saya menyepak-nyepak. Lagi-
lagi dua pasang tangan menangkap kedua kaki saya.
Aaaaaah! Tolongngng! Saya menjerit. Mulut saya dibungkam telapak kaki berdaki.
Wajah orang yang menginjak saya itu tampak dingin sekali. Berpuluh-puluh tangan
menggerayangi dan meremas-remas tubuh saya.
(MKCAK 2001:149-150)
Clara menceritakan kejadian saat dia diperkosa. Dia berusaha memegang roknya
tetapi tangannya tidak dapat bergerak, ternyata masih ada dua orang yang memegangi
tangan kanan dan tangan kirinya. Kemudian roknya ditarik, dia menyepak-nyepak,
tubuhnya.
kepercayaannya, semua itu hanya karena nafsu yang tidak dapat dicegah dalam diri
orang tersebut. Berikut ini kutipan orang biadab yang sudah terlanjur dipercaya oleh
seorang wanita:
TUKANG CERITA:
Perempuan yang tertindas. Pemerkosa jahanam. Dalam dua hari itu Jakarta menjadi
neraka. Perempuan yang telah diperkosa kembali di antar puing-puing bangunan
yang terbakar. O, maafkan saya Penonton yang terhormat, maafkan saya dengan
cerita yang pahit ini. Maafkan. Saya tidak mempunyai bahan cerita yang lain hari ini.
Tapi itulah yang terjadi di kota Tuan-tuan dan Puan-puan pada bulan Mei 1998,
seperti saya saksikan dari langit, dalam pengembaraan saya dari ruang dan waktu
yang satu, ke ruang dan waktu yang lain…….
(MKCAK 2001:158)
berkeluh kesah bertujuan agar dia mampu membantunya sengaja menambah beban
penderitaan yang ditimpa oleh Clara. Tukang cerita itu menanyakan kejadian yang
sedetailnya tentang pemerkosaan yang dialami oleh Clara kemudian tukang cerita
mencatatnya untuk dibuat laporan. Selesai bercerita, dia tertidur. Clara bergerak kainnya
agak merosot memperlihatkan bagian atas tubuhnya. Lelaki itu memperhatikan tampak
dia terangsang, tak lama kemudian lelaki memperkosanya. Clara kembali menangis
tak ada keadilan dan kedamaian hati. Keadaan itu terjadi saat peristiwa kerusuhan di
Jakarta 13-14 Mei 1998. Berikut ini penuturan Clara yang diceritakan kembali oleh
tukang cerita:
TUKANG CERITA:
Berbagai gerombolan bergerak membakari took-toko. Mereka membawa jerigen
berisi bensin, menuangnya ke tumpukan barang-barang yang mudah terbakar, dan
menyulutnya.
Kebakaran serentak terjadi dimana-mana. Terjadi kepanikan. Sejumlah orang
memberi komando di sana sini. Kekacauan dengan segera menyebar. Seorang
perempuan diseret-seret diantara kobaran api yang menyala-nyala. Semua toko di
deretan itu telah dijarah dan dibakar. Api berkobar dan asap kelabu menutupi
bintang-bintang. Suara perempuan terdengar menjerit-jerit di balik tembok.
Diantara puing yang masih mengepulkan asap, segerombolan orang mengerumuni
dua perempuan seperti anjing-anjing buduk mengerumuni bangkai. Dua perempuan
itu menjadi rebutan, diseret ke sana kemari seperti barang mati.
Pakaian yang melekat di badan mereka tinggal serpih-serpih kain yang tidak jelas lagi
bentuknya. Kulit mereka yang putih, penuh dengan bekas luka. Wajah kedua
perempuan itu pucat dan sangat ketakutan.
(MKCAK 2001:171)
Dalam kerusuhan tanggal 13-14 Mei 1998 banyak terjadi kebakaran, penjarahan
dan pemerkosaan. Semua toko dijarah kemudian dibakar. Diantara puing-puing yang
4.1.2 Penindasan
Penindasan merupakan suatu perbuatan atau cara memperlakukan seseorang
dengan sewenang-wenang.
jiwa seseorang sehingga bila kejiwaannya terganggu seseorang akan hilang rasa
Seperti biasa di hutan dekat rumah bordir milik Tumirah terdengar suara
tembakan. Keadaan ini menjadi topik pembicaraan para pelacur yang tinggal di sekitar
rumah bordir, khususnya di rumah bordir. Pada sore hari Tumirah dan Minah sedang
berbincang-bincang tentang keadaan negara ini yang kerap kali terjadi peperangan
hingga tak ada henti-hentinya. Hal ini terdapat dalam kutipan percakapan antara Tumirah
dengan Minah:
TUMIRAH :
Kemarin mereka bertempur di bukit-bukit sebelah barat, kan?
MINAH :
Kemarin itu gerilyawan yang terpancing Mbak, mereka tidak bisa kembali ke hutan
dan dibantai habis disitu.
TUMIRAH :
Heran. Seneng sekali sih saling tembak begitu ? Mending kalau masih anak-anak. Ini
sudah besar-besar. Komandannya malah sudah beruban. Yang pasukan pemerintah,
yang gerilyawan, sama saja, menganggap perang adalah sesuatu yang benar, hebat,
wajib, tugas ksatria taik kucinglah. Bertempur terus hampir setiap hari. Katanya
zaman semakin maju, kok manusia tidak tambah pinter, masih terus saling
membunuh seperti orang primitif. Heran. Kodok saja tidak begitu
(MKCAK 2001:12).
Tumirah dan Minah sedang membicarakan tentang perang yang tak kunjung reda.
Dengan adanya peperangan manusia menjadi semakin bodoh. Pasukan pemerintah dan
gerilyawan tidak memikirkan nasib rakyatnya akibat perang, bagi mereka perang adalah
Penindasan dalam peperangan selalu ada, kehidupan yang damai, tenteram sulit
didapat saat terjadi perang. Di dalam pikiran mereka hanyalah meraih kemenangan
dalam perang dan mendapatkan kekuasaan. Tumirah bingung melihat semua itu, dia
berfikir apakah mereka tidak mempunyai perasaan cinta. Hal ini dijelaskan dalam
kutipan berikut:
TUMIRAH :
Sudah bertahun-tahun aku hidup di medan perang ini, dan aku tahu kalau orang-
orang yang saling bertempur itu sebenarnya juga punya cinta. Aku tidak bisa
mengerti, bagaimana caranya akal manusia menerima bahwa pembunuhan itu boleh.
Ini perang, kata mereka kalau kutanya. Ini perang, aku tahu. Barangkali aku bodoh,
maklumlah aku cuma lulusan SMP. Tapi apakah pertanyaanku ini masih bodoh? Apa
betul manusia itu begitu pintarnya sehingga bisa membenarkan pembunuhan atas
nama kehormatan? Apa iya sih perang itu betul-betul soal kehormatan? Yeah. Perang
saja terus sampai mampus.
(MKCAK 2001: 20)
memikirkan negara ini yang selalu perang. Dia tidak bisa mengerti dengan akal manusia
yang menerima pembunuhan itu diperbolehkan, mungkin dia merasa bodoh karena cuma
lulusan SMP. Tetapi dia berfikir apakah orang pintar membenarkan pembunuhan bahkan
itu suatu kehormatan. Lalu dia tidak peduli akan hal itu dan merasa yakin bahwa orang-
Setiap hari selalu terdengar suara tembakan di hutan. Orang sekitar sudah terbiasa
mendengar suara itu jadi tidak asing lagi bagi mereka. Para pelacur lebih mengutamakan
urusannya sendiri, ada yang mejeng, merokok, menyisir rambut dan saling mencari kutu
sambil membicarakan tentang peperangan yang menyebabkan banyak koraban jiwa. Hal
TUMIRAH :
Coba dengar. Mereka mulai lagi. Berapapun pasukan pemerintah didatangkan, para
gerilyawan tidak mati-mati. Setelah bertempur 20 tahun lebih, anak-anak mulai
menggantikan bapaknya. Anak-anak yang lahir dari hasil perkawinan di dalam hutan.
Anak-anak yang merangkak diantara mayat-mayat saat terjadi pemboman bertubi-
tubi. Anak-anak yang menonton rudal sebagai kembang api. Bagaimana
mengalahkan generasi seperti itu? Mereka mengira kehidupan adalah peperangan.
Sejak pendaratan kapal-kapal 20 tahun yang lalu, kehidupan sudah berubah di sini.
Hidup hanyalah teror, teror, dan teror tapi bagaimana sih caranya mengalahkan suatu
bangsa? Bala tentara bisa disiasati, tapi bagaimana dengan bangsa? Apakah kita harus
menembak bayi-bayi dalam perut ibunya? Eh, yang beginian pun dilakukan juga.
Kandungan disobek bayonet dan bayinya diambil. Heran. Kok bisa-bisanya lahir
manusia sekejam itu. Tapi kita tidak boleh menyerah. Betapapun kita harus terus
hidup. Betapapun……Betapapun……….
(MKCAK 2001:62)
tembakan terdengar bertubi-tubi. Pasukan pemerintah dan para gerilyawan tidak bosan-
Tumirah bicara dalam hati bagaiman dengan penerus bangsa apabila dari kecil sudah
terbiasa melihat, mendengar keadaan seperti ini. Kekejaman demi kekejaman semakin
merajalela, kandungan disobek dan bayinya diambil. Sungguh kejam dunia ini. Tumirah
4.1.3 Pelacuran
Masalah lain dalam kumpulan naskah drama ini adalah pelacuran. Pelacuran
berkaitan dengan faktor biologis, faktor sosial dan faktor psikologis. Faktor biologis
berhubungan dengan nafsu seks yang tinggi, dan faktor psikologis berhubungan dengan
Masalah ini hanya terdapat dalam drama “Tumirah Sang Mucikari”. Pelacuran
janganlah dijadikan sebagai profesi karena ini menyangkut kesehatan. Apabila seseorang
sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti orang banyak penyakit yeng
menyerang orang tersebut, misalnya AIDS, sipilis dan masih banyak penyakit yang lain.
tubuhnya, sudah lama dia bekerja sebagai pelacur. Berhubung sudah tua, dia tidak begitu
banyak melayani laki-laki dalam sehari sehingga dia memilih jadi germo saja agar tidak
TUMIRAH :
Yeah, Tumirah namaku. Germo pekerjaanku. Muncikari kata Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Sudah tua aku sebenarnya. Empat puluh tahun. Cukup layak untuk
pensiun. Dan aku memang sudah pensiun sejak beberapa tahun lalu. Badanku tidak
kuat lagi rasanya. Melayani laki-laki bernafsu sampai empat atau enam kali sehari.
Dulu malah sampai delapan sepuluh kali. Sekarang tidak kuat lagi aku. Boyokku
pegel linu. Untung tahu sedikit-sedikit tentang pergermoan. Tidak ada yang bisa
kukerjakan. Sekarang selain jadi germo. Kuajari anak-anakku cara memikat dan
mengikat laki-laki. Sehingga meskipun sudah punya pacar dan anak istri, siapapun
selalu kembali kemari untuk menghidupi kami. Yeah. Dunia selalu membutuhkan
pelacur. Profesi yang tertua, kata orang. Aku bukan ahli sejarah, tapi aku setuju,
selama manusia lahir masih dengan alat kelamin, pelacuran akan tetap ada.
(MKCAK 2001:16)
berumur 40 tahun, tubuhnya sudah tidak kuat lagi melayani laki-laki sehingga pensiun
menjadi pelacur. Kini ia menjadi germo dan mengajari anak-anak cara memikat dan
mengikat laki-laki. Buktinya rumah bordir tempat mereka singgah, selalu ramai dengan
pengunjung. Tumirah yakin bahwa selama manusia lahir dengan alat kelamin, pelacur
Manusia hidup di dunia ini pasti memiliki cinta. Dalam kesendiriannya Tumirah
duduk merenungi nasibnya saat ini, dia berpikir apakah manusia sekarang sudah tidak
memiliki cinta lagi. Apakah mereka yang selalu berbuat onar tidak memiliki keluarga
hingga mereka tega menyakiti orang bahkan bersama keluarganya. Kebingungan ini
TUMIRAH :
Apa mungkin? Apa mungkin manusia tidak mengenal cinta? Ini yang selalu membuat
aku tidak mengerti. Seorang penjahat pun punya ibu, dan apakah mungkin seorang
manusia itu tidak mencintai ibunya sendiri? Aku dulu seorang pelacur. Sekarang
kadang-kadang juga masih melacur kalau masih ada yang mau pake’, tapi aku juga
seorang perempuan. Aku tidak bisa membayangkan seorang perempuan tanpa cinta.
Aku dulu pernah punya keluarga, punya suami, dua kali malah, punya anak-aku tahu
apa itu cinta, kangen, rindu, aku tahu.
(MKCAK 2001: 19).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa setiap orang mengenal cinta. Entah itu cinta
dengan keluarga, dengan lawan jenis, atau cinta dengan yang lainnya. Pelacur seorang
perempuan, mereka juga memiliki cinta. Begitu juga penjahat, dia pasti memiliki cinta
dengan keluarganya. Perasaan cinta juga dirasakan oleh Tumirah, dulu dia pernah punya
Pelacuran bisa disebabkan karena perempuan itu diperkosa, mereka yang telah
menjadi korban pemerkosaan sudah bingung harus berbuat apa, mau minta tanggung
jawab harus dengan siapa mau menyesal itu bukan keslhannya tapi karena kebejatan laki-
laki yang bernafsu tinggi akhirnya mereka melacur diri agar dia bisa melupakan
kenangan masa lalu. Dalam kutipan di bawah ini akan Tumirah menjelaskan tentang
pelacuran:
TUMIRAH :
Apakah yang bisa lebih kejam bagi seorang perempuan selain derita perkosaan?
Biarpun mereka pelacur, mereka punya hati. Mereka menjual tubuh, tapi tidak
menjual cinta. Bahkan seorang pelacur pun tidak berhak diperkosa ! Ada yang
diperkosa, ada yang dirajam, ada yang dipenggal kepalanya. Hidup macam apa ini?
(MKCAK 2001: 54).
Para pelacur dan Tumirah baru diperkosa oleh para ninja. Mereka sangat
menderita akibat perkosaan itu, walau sebagai pelacur dan menjual tubuh kepada laki-
laki tetapi itu semua dengan perasaan dan tidak dengan paksaan. Beda sekali dengan
perkosaan, ninja ingin menikmati tubuh para pelacur itu dengan cara memaksa. Hal
Menolong seseorang jangan memandang apakah dia baik padaku atau tidak. Kita
harus selalu ikhlas menolong oranglain. Tumirah menolong orang yang telah
memperkosa dia dan anak buahnya, tetapi dia tidak mempunyai rasa dendam. Di saat dia
membutuhkan bantuan orang lain tak sungkan-sungkan Tumirah menolongnya. Hal ini
TUMIRAH :
Pikir sendiri ! Tidak ada gunanya kukasih tahu juga.
LASTRI :
Mbak Tumirah, kami ini cuma para pelacur. Cuma lulusan SD. Mana kami tahu
jawabnya kenapa. Kami hanya tahu, hutang darah harus dibayar dengan darah.
TUMIRAH :
Apa kamu membalas dengan cara memperkosa ninja-ninja itu? Enak bener mereka!
TUMINI :
Aduh, Mbak Tumirah, saya bingung, saya tidak bisa berfikir!
TUMIRAH :
Tugas pelacur memang bukan berfikir. Tapi para pemikir kerjanya Cuma melacur.
Mereka cuma sibuk melacurkan pikiran-pikirannya. Bantu aku dulu, nanti aku kasih
tahu.
(MKCAK 2001:56)
Tumirah berusaha menolong sosok ninja tapi para pelacur bingung, sebelum
menolongnya mereka bersikeras ingin mengetahui mengapa harus membantu sosok ninja
itu. Tumirah menyuruh mereka untuk memikir jawabannya sendiri tapi mereka menjadi
semakin bingung. Akhirnya mereka tidak memperdulikan hal itu, karena tugas pelacur
Perasaan cinta kadang datang dengan tiba-tiba, cinta juga tidak memandang umur,
kaya atau miskin, cantik atau jelek asalkan ada perasan cinta semuanya sulit untuk
dicegah. Begitu pula dengan kisah cinta antara Lastri dan Mahmud, walaupun Lastri
seorang pelacur Mahmud tetap cinta dengan Lastri malah mereka berencana untuk
menikah. Lastri memastikan Mahmud, pacarnya, apakah dia benar-benar cinta dengan
Lastri atau hanya untuk menghilangkan rasa kesepian saja. Berikut ini kutipan
percakapan mereka:
LASTRI :
Mahmud, apa kamu bisa mencintai seorang pelacur.
MAHMUD :
Aku tak tahu apa yamg kamu maksudkan dengan pelacur itu Lastri. Aku hanya tahu
kalau aku mencintai kamu.
LASTRI :
Meskipun aku tidur dengan banyak laki-laki.
MAHMUD:
Yah, aku cemburu juga sih. Tapi bukannya cemburu itu juga perlu?
LASTRI :
Kamu tidak keberatan aku jadi seorang pelacur?
MAHMUD :
Kamu adalah seorang pelacur, dan aku mencintai kamu. Apalagi yang harus
kukatakan?
LASTRI :
Kamu ngomong begitu bukan karena kesepian kan?
MAHMUD :
Yah, orang yang bertempur setiap hari seperti aku pun mengenal cinta Lastri. Jangan
menyama ratakan semua orang. Kamu ingin bukti apa lagi dariku Lastri, terakhir kali
bertemu, aku bahkan sudah melamarmu jadi istriku. Kawinlah denganku Lastri.
(MKCAK 2001:64-65)
Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Lastri merasa kurang yakin apakah
Mahmud benar-benar mencintainya atau hanya untuk menghilangkan rasa kesepian saja.
Kemudian dia bicara jujur pada Mahmud, ternyata Mahmud benar-benar cinta dengan
Lastri dan berniat untuk menikahinya. Walaupun Lastri seorang pelacur Mahmud tetap
mencintainya dan dia tidak akan peduli apa pekerjaan Lastri selama ini.
Dalam percintaan kadang ada perasaan tidak percaya apalagi bila ada seorang
wanita yang kehormatannya sudah direnggut oleh orang lain dan ada seorang laki-laki
yang benar-benar mencintainya ingin menikahi wanita itu. Di dalam pikiran wanita dia
menganggap itu hanya lelucon saja tapi bagi laki-laki itu suatu keseriusan. Hal ini sesuai
dengan kisah cinta antara Lastri dengan Mahmud, berikut ini kutipan percakapan
mereka:
LASTRI :
Sudah pelacur, pernah diperkosa pula. Kamu masih mau mengawini aku?
MAHMUD :
Astaga! Lastri ! sudah berapa tahun kita pacaran? Masa’ sampai sekarang kamu
belum kenal aku juga? Meskipun aku ini tidak sekolah dan hidupku hanya berisi
pertempuran, aku bukan jenis orang tolol yang menganggpa keperawanan itu penting,
dan mengukur kesucian seseorang hanya dari tubuhnya. Apalah artinya jadi pelacur,
apalah artinya perkosaan, kalau aku mencintai kamu dan kamu mencintai aku. Aku
tahu kita semua menderita atas penghinaan itu, tapi kita sudah pasti tidak menjadi
betul-betul hina karena sebuah penghinaan. Orang yang paling hina adalah orang
yang menghina. Hal ini jelas. Orang yang dihina selalu lebih mulia dari orang yang
menghinanya. Ini juga jelas. Anak kecil saja tahu. Janganlah terlalu meragukan aku
Lastri. Jangan terseret semua kebodohan itu. Jangan terjebak perangkap kehormatan
yang tolol. Ini memang sebuah luka, tapi kita tidak perlu hancur karenanya. Kita
punya cinta, dan cinta akan menyelamatkan kita.
(MKCAK 2001:66-67).
Mahmud benar-benar mencintai Lastri, ia tidak menganggap keperawanan itu
penting dan mengukur kesucian seseorang dari tubuhnya. Ia juga tidak peduli akan
pelacur, perkosaan yang terpenting keduanya saling mencintai. Laki-laki itu beranggapan
bahwa orang yang dihina selalu lebih mulia dari orang yang menghina.
4.2 Faktor Yang Memunculkan Adanya Masalah Sosial dalam Kumpulan Naskah
Faktor penyebab masalah sosial yang terdapat dalam kumpulan naskah drama
Mengapa Kau Culik Anak Kami ada 3 yaitu faktor psikologis, faktor peperangan, dan
faktor biologis.
Faktor psikologis terdapat pada 3 drama yaitu drama “Tumirah Sang Mucikari”,
disebabkan orang tersebut mengalami peristiwa yang membuat trauma sehingga dia
menjadi stress. Begitu pula yang dirasakan oleh para pelacur yang baru saja diperkosa.
Para pelacur merintih kesakitan sambil setelah diperkosa oleh para ninja. Mereka
Tumirah.
TUMIRAH:
Anak-anakku! Anak-anakku! Di mana kalian anak-anakku?
PELACUR 1:
Ibu! Aku disini! Tolong aku Ibu!
PELACUR 2:
Ibu! Ibu! Tolong!
PELACUR 3:
Ibu! Sakit sekali, Ibu!
PELACUR 4:
Aduuuuhhh!! Sakiiiiiiiiiiittt!
PELACUR 5:
Ibu! Ibu! Dimanakah kamu?
PELACUR 6:
Ibu! Tolong! Aku berdarah!
PELACUR 7:
Darah! Tolong! Darah!
PELACUR 8:
Ibu! Ibu!
PELACUR 9:
Aku berdarah! Aku berdarah!
PELACUR 10:
Aku berdrah! Aku berdarah!
PELACUR 11:
Aku berdarah! Aku berdarah!
PELACUR 12:
Ibu! Aku ingin mati!
TUMIRAH:
(berdiri dengan gontai)
Anak-anakku! Ibu di sini Nak, ibu di sini!
(MKCAK 2001:23-24)
Para pelacur mengalami penderitaan dan tekanan batin setelah mereka diperkosa
oleh para ninja, mereka merintih kesakitan sambil memanggil-manggil nama Tumirah
yang biasa disebut dengan “ibu” karena ia adalah germo para pelacur di situ. Tumirah
bingung harus berbuat apa untuk menenangkan hati para anak buahnya, ia sendiri juga
gangguan jiwa sulit untuk melupaknnya. Mereka trauma akan kejadian yang
menimpanya. Tumirah mengalami hal seperti itu setelah dia diperkosa bergiliran oleh
para ninja. Berikut ini tekanan batin yang dialami oleh Tumirah:
TUMIRAH :
Semuanya sudah berlalu, berlalu, seperti angina yang berlalu. Para pelacur terindah
yang paling layak dicintai dan paling bersemangat dalam hidup ini telah hancur. Tapi
inilah kehancuran yang dikehendaki. Inilah kehancuran yang bisa dijual.
Kemaksiatan terlalu pantas dikorbankan. Apalah artinya para pelacur di dunia ini?
Mereka boleh dihina dan dihancurkan, boleh diinjak-injak dan dilecehkan, seolah-
olah mereka begitu pantas dan layak diperkosa. Kekejaman, oh, kekejaman.
Darimana kata itu datang kalau tidak dari kekejaman itu sendiri? Apakah karena kami
hanya pelacur maka kami tidak boleh memperjuangkan harga diri kami? Tapi
nyatanya kehancuran kami ini dijual. Menghancurkan kemaksiatan adalah jualan
yang paling laris belakangan ini. Hueeek! Aku mau myuntah memikirkan ulah para
politisi. Mereka itulah para pelacur dalam arti yang sebenarnya. Mending kalau
menjual barangnya sendiri, para politisi itu paling pinter menjual bukan Cuma
barang, tapi juga bangkai orang lain. Dasar pemakan bangkai!
(MKCAK 2001: 24-25)
Para pelacur yang biasa dihina dan dilecehkan memiliki rasa yang tidak pantas
hidup dalam masyarakat, apalagi para pelacur itu diperkosa mereka merasa harga dirinya
gangguan jiwa sulit untuk melupakannya. Mereka stress akan kejadian yang
pemerkosaan besar-besaran, Tumirah didatangi seorang polisi dan dia berniat untuk
menginterograsi Tumirah tentang kejadian pemerkosaan di rumah bordir. Hal ini terlihat
TUMIRAH:
Semua juga melihat mereka, tapi kalau mereka bertopeng bagaimana? Namanya juga
ninja.
POLISI:
(mengeluarkan catatan)
Jadi, jam berapa ninja-ninja itu mulai datang?
TUMIRAH:
Eh, langsung main tanya! Saya tidak mau jawab! Minggat kamu! Tidak mau tahu
orang baru susah! Minggat! Minggat! Minggaaaaaattttt!
(MKCAK 2001:37)
Polisi mendatangi Tumirah di rumah bordirnya untuk menanyakan tentang
peristiwa pemerkosaan yang dilakukan oleh para ninja. Sebagai korban dan juga sebagai
germo di tempat pelacuran itu, Tumirah mendapat sorotan untuk menceritakan kejadian
itu secara kronologis, tetapi Tumirah menolak karena ia tidak ingin mengingat kejadian
itu lagi. Maka dari itu, dia akan mengusir orang yang datang ke rumah bordir bila
untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya, khususnya mereka yang bekerja sebagai
pencari berita, penegak hukum, pengacara dan pekerjaan lain yang berhubungan erat
dengan berita. Tetapi bagi mereka yang menjadi korban akan menjadi tertekan akibat
ditanyakan secara detail sehingga si korban akan teringat kembali kejadian pahit itu.
Seorang wanita yang keperawanannya telah direnggut, apalagi dengan paksa pasti
merskan tekanan batin yang luar biasa. Begitu juga dengan kisah para pelacur dan
Tumirah yang sedang berduka, mereka meratapi sesuatu yang telah terjadi. Berikut ini
kutipannya:
TUMINI:
Mbak Tumirah, apa yang harus kukatakan kepada diriku? Aku merasa tidak punya
badan, tubuh seperti tidak menginjak bumi, pikiran melayang-layang.
MINAH:
Siapa orang-orang itu Mbak? Apa salah kita kepada mereka?
LASTRI :
Kenapa mereka berbuat seperti itu Mbak, kenapa?
TUMIRAH :
Apa yang harus kukatakan kepada anak-anakkku? Apa yang harus kukatakan kepada
siapapun di muka bumi ini? Apa yang bisa diucapkan oleh seorang wanita korban
pemerkosaan? Mereka memang punya mulut, tapi apakah bahasa akan pernah cukup
mewakili? Kalau sudah begini, siapa yang peduli kepada kami?
(MKCAK 2001:38)
Kutipan di atas dapat diketahui bahwa setelah para pelacur diperkosa oleh para
ninja, hidupnya bagai tak punya badan, tubuh seperti tidak menginjak bumi dan pikiran
melayang-layang. Mereka ingin berkata sebenarnya dia salah apa dan siapa yang peduli
padanya. Semua orang hanya menghina dan tak tahu ratapan yang para pelacur itu
rasakan.
Mengapa orang yang jahat itu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan
keluarga, pacar atau orang yang terdekat dengan korban bila dianiaya. Walaupun
Tumirah seorang pelacur, dia mempunyai pacar dan mereka berdua saling mencintai.
Tumirah menangis di depan mayat Sukab yang mati karena difitnah oleh para ninja
dengan cara mendandani Sukab dengan berpakaian seperti ninja, sehingga ia ditangkap
TUMIRAH :
Sukab, oh Sukab! Baru kenal sebentar, kamu kok sudah mati. Tidak mudah punya
sahabat di dunia yang serba culas ini Sukab…..Akhir hidup kamu, kok bisa jadi
seperti ini Sukab. Jadi bulan-bulanan permainan, jadi korban. Sukab, Sukab, kasihan
sekali kamu Sukab. Aku tidak tahu apa maunya orang-orang itu. Diam saja, seperti
orang yang tertindas, kamu melawan malah masuk perangkap, oalah Sukab, Sukab,
apa yang membenarkan hadirnya kelicikan, apa yang membenarkan pengorbanan
kehidupan. Kita semua tidak tahu apa-apa. Kita cuma mau tentram, tenang-tenang
menjalankan pekerjaan kita. Itupun sudah dimaki banyak orang. Sukab, Sukab, kamu
orang baik sukab, malang benar nasib kamu……
(MKCAK 2001: 61)
dendam yang kedua kalinya pada para ninja biadab itu. Pertama dia beserta anak
buahnya diperkosa bergiliran, kedua pacarnya difitnah dengan cara berdandan seperti
ninja agar ia tertangkap dan dihabisi oleh warga masyarakat. Tujuan para ninja berhasil,
Sukab tertangkap dan dia dihukum picis oleh warga masyarakat hingga meninggal.
faktor psikologis. Dalam drama Mengapa Kau Culik Anak Kami kejiwaan seseorang
Saat masih kecil ibu melihat darah yang menyiprat kemana-mana. Ia mengingat
kembali kenangan pahit dan menceritakan kepada suaminya. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut ini:
IBU :
Waktu itu aku tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika
sampai di kelas, aku cuma mencium bau amis darah. Darah orang-orang disiksa
menyiprat di tembok, papan tulis, dan bangku- bangku. Di mana-mana orang
bergerombol, berteriak-teriak, mencari orang-orang yang diburu.
BAPAK :
Wak-tu
IBU :
Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang mengulangnya?
BAPAK :
Satria!
(MKCAK 2001:92)
Waktu ibunya Satria masih kecil dia mencium bau amis di kelasnya, darah orang-
orang menyiprat dimana-mana ada yang di tembok, papan tulis, dan bangku-bangku. Di
Bentuk teror bisa berupa telepon, bisa berupa surat tetapi yang sering dilakukan
menggunakan telepon. Bapak dan ibu mengingat kembali saat mereka diteror lewat
IBU:
Dulu Satria sering diteror lewat telepon.
BAPAK:
Ya, aku tahu. Aku juga sering diteror, dikira Satria.
IBU:
(setelah jeda).
Ah, Satria, Satria.
(MKCAK 2001:95)
Satria dianggap sebagai orang yang berbahaya bagi rencana para pemberontak
karena ia mampu berpikir kritis dan berani berbicara di depan umum, maka dari itu
Satria sering di teror lewat telepon kadang bapaknya juga sering diteror dikira Satria.
Sekarang ini setiap orang sudah memiliki hati nurani. Banyak orang tega
menculik bahkan membunuh. Ibu tertekan batinnya bila teringat anaknya yang diculik
dan ada orang yang membahas tentang penculikan. Berikut ini kutipan pembicaraan
IBU:
Kita semua sudah terlatih tidak menggunakan hati nurani.
BAPAK:
Kita?
IBU:
Memangnya siapa yang suka menjarah rame-rame, membakar rame-rame,
memperkosa rame-rame, menyembelih rame-rame. Siapa?
BAPAK:
Itu kan tidak setiap hari.
IBU:
Bapak ini pikirannya bagaimana sih? Apa maksudnya kita boleh sekali-kali
menjarah?
BAPAK:
Bu, itu semua kan karena ada yang menggosok-gosok!
IBU:
(setelah jeda)
Hati nurani. Hati nurani. Kemana kamu?
BAPAK:
Zaman sudah gila seperti ini. Hati nurani kamu tanyakan!
IBU:
Jadi Bapak sudah ingat sekarang?
BAPAK: Gila! Mereka menculik anak kita! Bagaimana aku bisa lupa? (MKCAK
2001:115)
Semua orang mau berbuat apa saja asalkan mendapatkan upah yang besar.
Mereka akan mengatakan bahwa ini adalah tugas apabila ada orang yang menegurnya,
kadang kita berpikir apakah mereka tidak memiliki hati nurani sampai tega membunuh
orang dengan keji. Contohnya orangtua Satria sampai saat ini Satria belum kembali ke
rumah karena diculik oleh segerombolan orang yang ingin berkuasa. Hati mereka
tersiksa, selalu menanti kehadiran anaknya. Apakah para penculik itu tidak pernah
Setiap orang pasti memiliki mempunyai rasa rindu. Seseorang yang sedang
dilanda rindu hatinya serasa tersiksa, aplagi bila kerinduan ibu dengan anaknya. Sungguh
sangat menyiksa. Ibu mengeluh dengan suaminya karena rindu dengan Satria yang telah
diculik oleh orang yang ingin menguasai negara. Berikut ini kutipan perbincangan antara
IBU :
Aku sampai sengaja menyetrum diriku, ingin ikut merasakan penderitaan Satria.
Aduh, Satria, Satria, baru apa dia sekarang?
BAPAK :
Kamu harus siap dengan penderitaan. Orang-orang yang dilepaskan bercerita tentang
bagaimana mereka bukan cuma ditanyai sambil dikemplang, ditanyai sambil
disetrum. Belum bener juga lantas kepalanya dimasukkan ke air sampai megap-
megap. Rata-rata pengalamannya hampir sama.
(MKCAK 2001:123)
Kutipan dia atas terlihat bahwa ibu sedang teringat anaknya, Satria, yang diculik
oleh orang yang ingin berkuasa. Sang ibu itu dengan sengaja menyetrumkan diri agar
Kepedihan hati orang yang baru diperkosa sangatlah tersiksa. Dia ingin berontak
tapi pada siapa, ingin meminta keadilan tapi pada siapa. Semuanya serba tidak menentu.
Begitu pula yang dialami Clara, wanita yang diperkosa ramai-ramai oleh orang yang
tidak dia kenal. Dia hanya bisa meratapi hidupnya, berikut ini kutipannya:
CLARA:
Saya tidak tahu berapa lama saya pingsan. Waktu saya membuka mata, saya hanya
melihat bintang-bintang. Di tengah semesta yang begitu luas, siapa yang peduli
dengan nasib saya? Saya masih terkapar di jaln tol. Angin malam yang basah bertiup
membawa bau sangit. Saya menengok dan melihat BMW saya sudah terbakar.
Rasanya baru sekarang saya menyadari, apa artinya keindahan api yang mewakili
bencana. Isi tas saya masih berantakan seperti semula. Saya lihat lampu HP saya
berkedip-kedip cepat, tanda ada seseorang meninggalkan pesan.
Saya mau beranjaks, tapi tiba-tiba selangkangan saya terasa sangat perih. Bagaikan
ada tombak dihunjamkan dia antara kedua paha saya. O, betapa pedihnya hati saya
tidak bisa saya ungkapkan. Saya tidak punya kata-kata untuk itu. Saya tidak punya
bahasa. Saya hanya tahu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk urusan bisnis.
Kata orang, bahasa Cina sangat kaya dalam hal menggambar perasaan, tapi saya tidak
bisa bahasa Cina sama sekali dari dialek manapun. Saya cuma seorang perempuan
Tionghoa yang lahir di Jakarta dan sejak kecil tenggelam dalam urusan dagang. Saya
bukan ahli bahasa, bukan pula penyair. Saya tidak tahu apakah di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia ada kata yang bisa mengungkapkan rasa sakit, rasa terhina,
rasa pahit, dan rasa terlecehkan yang dialami seorang perempuan yang diperkosa
bergiliran oleh banyak orang karena dia seorang perempuan Tionghoa. Sedangkan
pacar saya saja begitu hati-hati bahkan hanya untuk mencium bibir saya.
Selangkangan saya sakit, tapi saya tahu itu akan segera sembuh. Luka hati saya,
apakah harus saya bawa sampai mati? Siapakah kiranya yang akan membela kami?
Benarkah kami dilahirkan hanya untuk dibenci? (MKCAK 2001:152)
Pada saat pingsan Clara diperkosa oleh massa yang tidak suka dengan orang
Tionghoa. Waktu siuman, dia melihat mobil BMW nya sudah terbakar dan
selangkangannya terasa perih bagaikan ada tombak yang menghujamkan pahanya. Dia
merasa terhina dan terlecehkan sebagai seorang wanita yang diperkosa bergiliran oleh
banyak orang. Dia berpikir apakah ada orang yang membela dirinya, mengapa dia
sejati dengan adanya teman yang senantiasa menemani dan mengajak untuk
mencurahkan perasaannya. Hidupnya di dunia ini bagai terasing. Berikut ini ungkapan
ANAK CLARA :
Kalaulah aku mengakui kepadamu, wahai diriku, itu bukanlah karena aku hampir
mati dirajam kesepian. Meskipun aku hidup sendiri sampai sekarang, aku adalah
seorang perempuan yang bisa mengatasi masalahku- apakah itu bernama kesepian,
apa itu bernama penderitaan dalam pengkhianatan cinta seorang bajingan.
Tapi kali ini, aku merasa tiba-tiba saja terlontar ke sebuah dunia antah nerantah yang
tidak kukenal. Betapa aku tidak akan merasa terasing dengan dunia yang kuhidupi
setiap hari, jika mendadak daja aku tidak mengenal diriku sendiri? Siapakah aku,
wahai diriku?
Aku melayang dalam sebuah ruang gelap dan hampa tiada habisnya. Melayang,
mengambang, melayang.
(MKCK 2001:160)
Anak Clara bicara dalam kesendirian bahwa dia menderita dalam pengkhianatan
cinta seorang bajingan. Dia bagai terasing hidup dalam dunia ini. Ingin sekali dia
bercerita pada seseorang untuk dijadikan tempat mengadu, mencurahkan semua yang ada
dalm isi hatinya. Tetapi kenapa dia tidak menemukan kebersamaan itu. Dia serasa
Anak yang dibuang oleh ibunya semasa kecil pasti merasakan kesedihan yang
mendalam, karena kehadirannya di dunia ini tidk diinginkan oleh orang tuanya, maka dia
dibuang. Dalam drama ini anak belum mengetahui anak siapa sebenarnya. Hal ini terlihat
ANAK CLARA:
Sudah lama aku tidak menangis. Bagus juga untuk membuang semua kekesalanku.
Namun penderitaanku yang satu ini tidak tertanggungkan. Betapa berat sudah diriku
ditinggal Papa, dan semakin berat setelah ditinggalkan Mama. Namun yang paling
menyesakkan adalh cerita Mama sebelum meninggal. Aku ternyata hanyalah seorang
anak pungut. Aku seorang anak pungut yang diambil dari Yayasan Cinta Kasih.
Tentu kamu akan mengatakan aku seorang yang beruntung, namun semua
keberuntungan itu hanya menyebabkan aku yang bersalah. Seolah-olah seluruh
kehidupan yang telah kujalani bukanlah hakku sama sekali. Tapi sebenarnya bukan
itu yang menyesakkan dadaku, wahai diriku, yang mengejutkan dan menyakitkan
adalah kenyataan bahwa aku tidak mungkin mengetahui siapa ayah dan ibuku.
Aku telah datang ke Yayasan Cinta Kasih untukmencari tahu siapa diriku. Aku siap
untuk menerima kenyataan seperti apa adanya. Apakah aku anak pelacur yang
mendapatkan anak haram dari preman kelas teri? Aku tidak peduli. Aku ingin
mendapat kejelasan siapa diriku.
Betapapun pahit, hal itu lebih baik daripada kegelapan yang tiba-tib mengepung
kehidupanku. Apakah aku bayi yang ditemukan di tong sampah? Apakah aku anak
seorang ibu beranak sembilan di sebuah perkampungan kumuh, yang tak sanggup
lagi merawat anaknya? Apakah aku anak gelandangan? Semua itu tidak menjadi
masalah bagiku. Namun cerita yang kudapat sungguh tidak pernah akan kuduga
dalam mimpi sekalipun.
Di Yayasan Cinta kasih itu tinggal satu orang yang mengenal asal usulku. Tentu,
tentu ada arsip yang bisa dicari. Tapi, arsip yang kudapati hanya menyebutkan soal
penyerahan diriku kepada Mama dan Papa yang melakukan adopsi. Kolom asal usul
dalam formulir itu kosong sama sekali. Bahkan Yayasan Cinta Kasih pun tak tahu
siapa ayah dan ibuku.
Tapi, wahai diriku, bukanlah misteri ini yang menyesakkan dadaku. Seorang petugas
di sana memberitahu, seorang bekas perawat yang tua sekali barangkali mengerti asal
usulku. Jadi, akupun menemuinya.
Ternyata ia sudah begitu lemah dan terbaring sakit di rumah jompo tanpa bisa berdiri
lagi. Aku jelaskan diriku siapa, apa tujuanku, dan apa yang kudapatkan diarsip
Yayasan Cinta Kasih. Matanya tiba-tiba bercahaya…….
(MKCAK 2001:161-162)
Anak Clara tidak tahu sebenarnya dia anak siapa. Dulu waktu masih kecil dia
dirawat oleh Yayasan Cinta Kasih. Kemudian ada pasangan suami istri yang belum
punya anak iangin mengadopsi dia. Setelah dia besar dan Papa Mamanya meninggal dia
baru diberi tahu bahwa dia adalah anak pungut. Pedih hati ini mendengar berita itu.
Dalam kepedihan hatinya dia mencari orang tua kandung dengan cara mendatangi
Yayasan Cinta Kasih, disana arsipnya telah hilang. Untung saja ada petugas yang
memberitahu bahwa ada perawat tua yang mengetahui asal usulnya, tanpa pikir panjang
dia menemui perawat itu. Setelah menceritakan tujuannya datang ke situ, wanita itu
Rahasia yang disimpan terus menerus tak tenang hidupnya sebelum diceritakan
pada yang bersangkutan. Ingin rasanya perawat tua itu menceritakan kejadian yang
sebenarnya tapi dia bingung, berdosakan bila dia membocorkan rahasia yang sudah lama
terpendam, tetapi bila dia tidak menceritakan hidupnya belum tenang serasa masih punya
PEREMPUAN TUA:
Hanyalah kamu yang aku pikirkan belakangan ini, karena aku masih belum rela mati
jika belum mengungkapkan rahasia ini. Tapi, aku tak tahu bagaimana caranya
mencari kamu……
ANAK CLARA:
Begitulah diriku, dari wanita tua yang sudah delapan puluh tahun umurnya itu, aku
menjadi tahu bahwa diriku bukanlah diriku yang selama ini kukenal. Ternyata aku
anak hasil pemerkosaan.
Ibuku diperkosa beramai-ramai dalam kerusuhan massal, yang melanda Jakarta
tanggal 13-14 Mei 1998. Aku lahir tepat sembilan bulan kemudian pada tanggal 14
Februari 1999.
Selama hamil, ibuku sakit jiwa. Ia tidak pernah bicara. Ia tidak pernah tersenyum.
Dan sering membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Begitu aku lahir, ia langsung
sembuh.
Aku diserahkan kepada Yayasan Cinta Kasih, dengan sebuah keranjang yang
diletakkan di muka pintu.
Tak jelas lagi di mana surat dan keranjang itu sekarang. Perawat tua itu meninggal
seminggu setelah menceritakan asal usulku. Asal usul yang mnejelaskan sebuah
kegelapan. Seluruh riwayat hidupku bagaikan terhapus dengan seketika.
Aku Cuma seorang anak yang dibuang karena merupakan aib bagi ibuku. Tak
seorang pun menghendaki keberadaanku di dunia. Ini hari ulang tahunku yang ke 40.
aku merasa lahir kembli dengan sebuah kutukan. Aku bukan anak cinta kasih. Aku
adalah anak kekejaman.
(MKCAK 2001:162-164).
Perempuan tua yang dulu berprofesi sebagai perawat menceritakn hal yang
sebenarnya bahwa anak Clara adalah anak hasil pemerkosan dalam kerusushan di Jakarta
tanggal 13-14 Mei 1998. Selama hamil, ibunya sakit jiwa tetapi setelah dia lahir sembuh
kembali dan membawa bayi itu ke Yayasan Cinta Kasih. Anak Clara bersedih mengapa
dia hidup dalam sebuah kegelapan yang manjadikan suatu kekejaman. Kenapa ia
dilahirkan dalam sebuah kutukan. Dia hanya bisa pasrah, meneriam sesuatu yang sudah
terjadi.
Faktor ini berkaitan dengan kehidupan manusai dan lingkungan yang harus
beradaptasi. Beberapa sifat iklim, sifat tanah, sifat kehidupan tanaman dan binatang.
Semua keadaan alam ini rusak karena adanya peperangan yang tak kunjung reda. Faktor
mendengarkan kicauan burung, desiran sungai dan suara-suara alam yang lain. Hatinya
akan tenang dan damai sedamai yang ia raskan saat bergaul dengan suasana alam.
TUMIRAH:
Sebenarnya ini sebuah tempat yang indah kalau tidak ada pertempuran. Rumah-
rumah ini selalu di bawah pohon-pohon yang rindang di tepi hutan. Ada sungai lewat
di tepian. Sungai yang tidak terlalu dalam, jernih airnya, ikan-ikan dan batu-batu
didasarnya kelihatan. Karena cahaya matahari, batu-batu itu kadang berwarna
pelangi, indah sekali. Aku suka duduk di tepi sungai itu, memikirkan hal-hal yang
baik. Di sebelah sana ada air terjun, kecil saja, tapi suaranya terdengar kesini kalau
sepi. Aku senang mendengarkan semua suara-suara itu. Kicau burung, desir sungai,
hembusan angin, gugur daun, bisikan rumput, asal jangan suara tembakan, kapan
kami bisa dijauhkan dari suara-suara mesin pembunuh itu. Kapan kami bisa diam,
tapi bercakap-cakap dengan alam. Manusia begitu kerdil sehingga merasa dirinya
besar. Menganggap dunia ini hadir untuk mereka. GR sekali. Apa sebenarnya yang
sudah dipelajari manusia sepanjang sejarah kehidupan mereka di bumi selain cara
untuk merusak dan saling menyakiti? Manusia yang selalu ingin menguasai, manusia
yang tidak pernah belajar untuk hidup bersama angin, hutan, sungai, dan burung-
burung. Sedangkan dengan sesamanya saja manusia susah sekali hidup bersama. Ah,
jangan-jangan manusia memang sudah menjadi makhluk terkutuk. Iya ya? Terkutuk
untuk selalu memikirkan kepentingannya sendiri. Tapi, tapi, siapa yang
mengutuknya? Tidak mungkin Tuhan bukan? Lha wong katanya Tuhan itu Maha
Baik. Aduh, aku bingung.
(MKCAK 2001:75).
Tumirah duduk termenung sendiri membayangkan keadaan alam ini apabila tak
ada peperangan pasti alam ini akan sejuk dan segar dipandang mata, suara kicau burung,
desir sungai, hembusan angin, asalkan jangan suara tembakan yang membuat hati ini
selalu cemas. Dia ingin perang itu berakhir dan hidup secara damai. Kenapa semua
manusia selalu berebut kekuasaan, apakah tidak ada yang mau mengalah. Dia mau
bertanya tapi pada siapa, dia bingung sendiri memikirkan kehidupan disekitarnya itu.
Faktor ini berkaitan dengan kebutuhan biologis manusia dalam kehidupan sehari-
hari yaitu kebutuhan untuk makan, sandang, tempat tinggal dan melangsungkan
intim bisa mengakibatkan lahirnya buah hati. Sebelum melakukannya harus ada proses
merayu agar terbina kemesraan. Hal ini sesuai dalam drama”Tumirah Sang Mucikari”,
yang menjelaskan proses merayu antara Tumirah dan Sukab. Berikut ini proses merayu
dua sejoli:
TUMIRAH :
Sukab!
SUKAB :
Tumirah!
(mereka berpelukan, setelah lepas mereka saling mengambil jarak).
SUKAB :
Kamu makin cantik saja Tumirah. Makin montok.
TUMIRAH :
Sudahlah Sukab! Setiap kali ketemu pasti merayu.
Padahal tidak dirayu saja aku pasti mau. Kemana saja kamu selama ini Sukab?
Kau lihat, kami sudah habis sekarang.
(MKCAK 2001:40).
Setelah lama tidak bertemu dua pasangan yang sedang dilanda asmara itu saling
melepas rindu, mereka berpelukan dan saling merayu. Sukab adalah pacar Tumirah
setiap kali bertemu dia selalu merayu pacarnya, hal itu membuat hati Tumirah menjadi
Sifat manusia dibawa sejak lahir yang dikategorikan sebagai faktor biologis.
Sukab memiliki sifat mudah tersinggung, apalagi bila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hatinya. Berikut ini kutipn percakapan antara Tumirah dengan Sukab:
TUMIRAH :
Sukab! Jangan marah dong!
SUKAB :
Tidak. Aku tidak marah. Kamu benar. Bisa apa aku? Aku cuma tukang jual obat.
TUMIRAH :
Sukab…..
SUKAB :
Ya?
TUMIRAH :
Sini!
(MKCAK 2001:41).
menyinggung perasaan Sukab sehingga dia marah dan berniat untuk meninggalkan
Tumirah. Tumirah berusaha membujuk Sukab agar dia tidak marah dan berbagai rayuan
dia keluarkan karena dia sudah tahu kalau Sukab orangnya pemarah. Akhirnya usaha
Tumirah tidak sia-sia, Sukab tidak jadi pergi dan kemarahannya mereda.
teramat cepat. Masalah sosial biasanya terjadi pada masyarakat yang sedang berubah
kehidupannya. Misalnya proses kehidupan dari miskin menjadi kaya atau adanya
masih canggung untuk menerima perubahan itu karena mereka baru merasakan
kehidupan yang sebelumnya belum pernah dialaminya. Beraneka ragam masalah sosial
menjadi hidupnya tidak tenang. Faktor penyebabnya karena masyarakat belum siap
5.1 Simpulan
1. Kejahatan merupakan perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang
berlaku dan telah disahkan oleh hukum tertulis. Kejahatan terdapat dalam drama
“Tumirah Sang Mucikari”, “Mengapa Kau Culik Anak Kami”, ”Jakarta 2039”.
2. Faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan mental seseorang yang
Faktor alam merupakan faktor berkaitan dengan gejala menipisnya sumber daya
alam. Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan dan sifat
makhluk hidup.
Faktor alam dan faktor biologis hanya terdapat dalam drama “Tumirah Sang
Mucikari”.
5.2 Saran
- Hendaknya penelitian ini dapat memberikan kemajuan ilmu sastra yang dapat
sejenisnya.
Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Baribin, Raminah. 1989. Kritik dan Penilaian Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Jassin, H.B. 1983. Sastra Indonesia Sebagai Warga Dunia Sastra. Jakarta: Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta:
Rajawali.
Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Alumni.
Syani, Abdul. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Angkasa.
Wellek dan Warren. 1995. Teori Kesusatraan (diindonesiakan oleh Melani Budianta).
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
LAMPIRAN
SINOPSIS
Drama ini terdiri dari 3 babak, yang diperankan oleh Tumirah, Minah, Tumini,
Lastri dan para pelacur lain, Sukab, Mahmud, rombongan penari dan dangdut, para ninja,
para peronda dan orang kampung, seorang pengacara, wartawan, polisi, hakim, jaksa,
intel.
Para pelacur itu tinggal di rumah-rumah bordir terletak di tepi hutan tidak jauh
dari tempat dua pasukan itu berperang. Pasukan pemerintah maupun para gerilyawan
menjadi langganan di rumah bordir. Rumah itu hanya berpintu kain dan beratap rumbia,
dindingnya kombinasi gedek dan kayu. Meskipun sederhana, rumah itu romantis, artistik
makan, minum dan ajojing. Sayup-sayup terdengar lagu dangdut dari radio.
Suatu hari rombongan Didi Nini Thowok sebagai rombongan penari dan penyanyi
dangdut memeriahkan suasana di rumah itu bertujuan untuk mempengaruhi para pasukan
pemerintah dan gerilyawan datang ke rumah itu.. Malam itu rombongan Didi Nini
Thowok membawakan Tari Saminten Edan, kemudian Tumirah menyanyi lagu dangdut
berjudul “Hidupku Untuk Cinta”, semua orang saling berajojing. Ketika sedang asyik
berajojing, tiba-tiba rombongan ninja datang menyusup, mereka ikut ajojing dan para
pelacur melayani meskipun mengalami kebingungan. Setelah lagu berakhir, tiba-tiba
lain segera mengacau, mengobrak-abrik bangunan bordir dan membakarnya. Para ninja
memperkosa para pelacur, rombongan yang mencoba membela dihajar dan ditendangi,
sebagian ada yang dibunuh. Para pelacur juga ada yang dibunuh karena terlalu sulit
diperkosa. Akhirnya kerusuhan selesai, ninja menghilang, sedangkan para pelacur sudah
terkapar penuh penderitaan. Mereka berpikir, walaupun bekerja sebagai pelacur tetapi
bila diperkosa harga diri mereka terasa diinjak-injak, mereka merasakan kepedihan yang
mendalam.
Setelah kejadian itu, Tumirah yang menjadi germo dalam rumah itu selalu
didatangi oleh pengacara, wartawan, polisi, intel. Dia tidak mau menjawab segala
pertanyaan yang dilontarkan oleh tamu-tamunya itu, dia lebih baik diam daripada
Para ninja tertawa penuh kemenangan. Tujuan mereka hanya ingin mengadu
domba agar perbuatan ini orang mengira adalah perbuatan pasukan pemerintah atau
gerilyawan, begitu pula sebaliknya pasukan gerilyawan akan mengira pelakunya pasukan
pemerintah, sehingga orang akan bingung dan saling baku hantam. Apabila situasi sudah
kacau, para ninja akan mengambil alih kekuasaan. Dengan begitu kekuasaan itu akan
Pada saat Sukab (pacar Tumirah) berda di rumah bordir bersama tUmirah, tiba-
tiba rombongan ninja datang datang dan menculik Sukab. Ternyata rencana menculik
Sukab hanya ingin memperalat Sukab agar dia dikira ninja yang telah membuat
kerusuhan di desa itu. Sukab didandani seperti ninja kemudian dia disuruh datang ke
desa itu, melihat ada ninja para peronda menangkap dan mengadilinya. Saat mengadili
Sukab yang berdandan seperti ninja orang kampung, para pelacur ikut menyaksikannya.
Orang kampung membuat hakim dan jaksa gadungan agar ada keadilan dalam memberi
hukuman.
Akhirnya hakim memutuskan bahwa ninja tersebut diberi hukuman picis, oleh
karena itu penduduk saling berebut menyiksa ninja tersebut. Mereka menyilet tubuh
Sukab di seluruh bagian, dirasa kondisi Sukab lemas tak berdaya topeng penutup wajah
dibuka oleh Tumirah, alangkah terkejutnya dia melihat wajah pacarnya ada di depan
mata. Orang yang mereka kira ninja ternyata pacar Tumirah. Semua orang disitu kaget.
Mereka marah sekali karena telah ditipu oleh ninja biadab itu. Tumirah menangisi mayat
Sukab, para pelacur mendekat. Di lain pihak para ninja tertawa penuh kemenangan,
rencana yang telah mereka jalankan berjalan mulus. Para ninja sepakat akan terus
melakukan teror, menciptakan keresahan dan mengadu domba warga agar semua orang
pasukan gerilyawan bertempur terus sepanjang abad karena para ninja benci perdamaian.
Drama ini diperankan oleh bapak dan ibu Satria (anak yang diculik karena
bersikap kritis), terdiri dari 2 babak. Mengapa Kau Culik Anak Kami adalah sebuah
drama yang berisi percakapan antara bapak dan ibu tentang penculikan orang-orang yang
dirasa berbahaya oleh orang yang ingin menguasai negara. Putra mereka berdua, Satria
namanya juga menjadi korban atas penculikan itu karena dia kritis dan berani dalam
Percakapan itu dimulai pada saat ibu sedang membaca buku berjudul Cara
Melawan Teror, perlu dibaca oleh mahasiswa, aktivis, wartawan, penasehat hukum dan
berbagai profesi yang rawan teror. Kemudian dia jadi teringat anaknya yang diculik dan
Mereka juga membicarakan tentang kejadian masa lalu, peristiwa penculikan dan
penculikan, menentukan saat tepat untuk mengambil, mereka mengincar, saat tidak ada
Setelah itu para aktivis disiksa dengan cara disetrum kemudian disuruh tidur di
atas balok es untuk membuat para aktivis mengakui kesalahan apa saja yang dia perbuat,
padahal dia tidak pernah melakukan hal-hal yang menurut para penculik itu salah.
Seorang ibu yang putranya ikut diculik merasa prihatin melihat keadaan para
putranya di sana, apakah dia masih hidup atau sudah mati. Dia sangat
mengkhawatirkannya, kata orang yang terakhir kali melihat Satria, dia memakai kaos
oblong putih bertuliskan Hard Rock Café yang dikirim Yanti dari New York. Setelah itu
tak ada kabarnya lagi. Orang tuanya mengharap agar Satria masih hidup dan kenangan
putranya masih ada di rumah terkenang selamanya. Mereka merasa seolah-olah Satria
masih berada bersama mereka. Setiap hari ibu Satria menyiapkan sarapan untuk Satria
kalau tiba-tiba putranya yang telah menghilang itu pulang dengan selamat. Makanan
kesukaan satria selalu tersedia di atas meja makan yaitu roti pakai isi telor ceplok
Sudah setahun lebih Satria tidak pulang. Setiap malam sang ibu berdo’a
hidup atau sudah mati. Apabila dia sudah mati karena dibunuh berkat pendiriannya itu
maka apapun pendiriannya, dia mati terhormat, hal itu sangat membanggakan kedua
orang tuanya. Tapi kalau memang dia disekap begitu lama sehingga mereka sekarang
belum kembali. “Mengapa, mengapa, mengapa, mengapa, mengapa kau culik anak
Drama ini terdiri dari 3 babak yang diperankan oleh Clara, anak Clara, tukang
Peristiwa yang ada dalam drama ini sebenarnya adalah sebuh tragedi yang
diceritakan oleh Clara (sebagai pelaku utama) kepada tukang cerita. Tukang cerita itu
ingin mengerti kisah yang dialami Clara bertujuan untuk dibuat laporan. Clara bercerita
dengan bahasa yang sulit dimengerti, karena apa yang dialami dan dirasakan seolah-olah
tidak terkalimatkan. Kejadian yang dilontarkan oleh wanita cantik ini membuat batin
tersiksa, hingga membuat tukang cerita (biasa disebut lelaki berseragam) ini terharu
mendengarnya. Ceritanya terpatah-patah, kalimatnya tidak nyambung, kata-kata
Cerita ini adalah cerita yang sudah dibuat dengan bahsa tukang cerita itu sendiri.
Pada suatu malam sekitar pukul 22.00 tepatnya tanggal 14 Mei 1998 ada gadis cantik
Di tengah jalan dia ditelpon mamanya agar jangan pulang karena ada kerusuhan
sedangkan keluarga Clara sudah dikepung oleh massa, papa, mama, dan kedua adiknya
yaitu Monica dan Sinta sudah terjebak di dalam rumah dan tidak bisa kemana-mana.
dan tantenya. Tetapi Clara tidak menggubris omongan mamanya, dia tetap melaju
mobilnya malah bertambah cepat. Mendengar semua itu hatinya panik, ingin sekali
membantu keluarganya yang dalam kesusahan. Dia melaju lewat jalan tol supaya cepat
sampai di rumah. Dia tancap gas BMWnya melaju seperti terbang. Jalan tol itu sepi,
hanya dalam 10 menit dia segera tiba di rumah. Tapi di ujung jalan dia melihat
segerombolan orang. Dia mengendarai mobil pelan-pelan sambil menginjak rem sedikit-
sedikit, tiba-tiba dia menginjak rem dengan kerasnya hingga terdengar suara ciiiiit.
Orang-orang mengetuk-ngetuk kaca mobil dengan keras, dia disuruh turun dari mobil.
Clara segera membuka kaca jendela, setelah orang-orang tahu kalau dia gadis Tionghoa,
dia dipaksa keluar, setelah keluar gadis itu ditendang hingga pipinya menempel di
permukaan bergurat dengan aspal. Lantas tasnya diambil, isinya diambil ke jalan
dompetnya segera diambil uang sejuta rupiah langsung dibagi-bagi setengah rebutan.
Dia menceritakan semuanya pada tukang cerita itu, tak berapa lama kemudian
Clara tertidur dengan pulas, tanpa sepengetahuannya ternyata tukang cerita itu sudah
berada di atas tubuhnya dia kaget dan menangis. Tukang cerita itu bercerita bahwa tadi
tak sengaja melihat lekuk tubuh Clara yang memperlihatkan bagian atas tubuhnya,
tampaklah tukang cerita itu terangsang dan ia memandang ludah ketika memandangnya,
jadi dia tak kuasa melihat pemandangan itu. Clara kembali menangis, mengapa hidupnya
begitu menyedihkan.
Pada tanggal 14 Februari 2039 anak Clara sudah besar, dia tingga di sebuah
apartemen sendirian. Waktu masih kecil dia dipungut oleh seorang psangan suami istri
kaya yang belum mempunyai anak. Dia mengetahui hal ini setelah ditinggal mama dan
papa tirinya. Mereka meninggal dunia dan menceritakan semuanya kepada anak Clara.
Kemudian dia mencari data tentang asal usulnya di Yayasan Cinta Kasih, yayasan yang
telah dititipkan anak itu olah Clara, tetapi semua petugas di yaysan itu tang
mengetahuinya karena arsipnya telah hilang. Ada petugas yang memberitahu bahwa ada
Tanpa pikir panjang, dia langsung menemui perawat tua itu, perempuan itu
sedang berbaraing karena sakit. Dia menceritakan bahwa anak Clara itu adalah anak dari
kerusuhan masal di Jakarta pada tanggal 13-14 Mei 1998. selama hamil, ibunya sakit
jiwa, tidak pernah bicara, tidak pernah tertawa dan sering membentur-benturkan
kepalanya ke tembok. Begitu lahir, ibunya langsung sembuh. Anak Clara diserahkan
kepada Yayasan Cinta Kasih dengan sebuah keranjang yang diletakkan di muka pintu.
Akhirnya anak dan ibu tidak bertemu, kerinduan ini tidak akan bisa terobati karena