Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
Mengapa sisir yang semula tidak dapat menarik kertas lalu dapat menarik kertas setelah
sebelumnya digosok-gosokkan pada rambut? Sebelum sisir digosok-gosokan pada rambut,
sisir adalah netral (tidak bermuatan listrik) sehingga tidak dapat menarik sobekan-sobekan
kertas. Setelah sisir digosok-gosokan pada rambut, sisir menjadi bermuatan listrik, sehingga
dapat menarik sobekan-sobekan kertas.
Prosesnya sisir yang bermuatan listrik dapat menarik sobekan-sobekan kertas dapat
dijelaskan sebagai berikut. Dalam kebanyakan atom atau molekul netral, pusat muatan positif
berimpit dengan pusat muatan negatif. Ketika isolator itu (misalnya,sobekan-sobekan kertas)
didekati oleh benda bermuatan listrik (misalnya, sisir yang bermuatan listrik positif), pusat
muatan negatif ditarik mendekati benda bermuatan positif. Hal ini akan menghasilkan
muatan positif. Dengan demikian, akan dihasilkan muatan lebih negatif pada sisi yang
berdekatan dengan benda pemberi muatan. Ini menghasilkan muatan lebih negatif pada sisi
yang berdekatan dengan benda pemberi muatan. Muatan yang berbeda jenis ini menghasilkan
gaya tarik menarik sehingga isolator dapat menempel pada benda bermuatan listrik.
Muatan listrik merupakan entitas dasar dan menjadi primadona dalam elektrostatika.
Muatan listrik dapat dipindah dari suatu benda ke benda lainnya dengan cara menggosok atau
cara lainnya, akan tetapi muatan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Ada dua jenis
muatan yaitu positif dan negatif. Muatan yang sejenis bersifat tolak-menolak, dan muatan
yang tak sejenis akan tarik-menarik.
Muatan listrik itu tersimpan dalam benda-benda yang berada di sekeliling kita, seperti
misalnya pada plastik yang digosok dengan wool, gelas yang digosok dengan sutera pada
kilat, dan masih banyak yang lainnya lagi.
Benda-benda yang bermuatan akan mengerjakan gaya terhadap benda bermuatan lainnya.
Gaya ini dinamakan gaya elektrostatik. Gaya ini bergantung pada besarnya muatan masing-
masing benda dan bergantung pada jarak ke dua benda. Perhatikan Gambar 4.1.2.
F= k .................................................(4.1.1)
=k (4.1.2)
Misalkan dua muatan q1 dan q2 berada pada jarak r seperti pada Gambar 4.1.5. Vektor satuan
digunakan untuk menyatakan arah dan pada muatan tersebut.
CONTOH SOAL
1. Tiga muatan titik terletak pada sumbu x; q1 = 25 nC terletak pada titik asal, q2 = -10
nC berada pada x=2m, dan qo = 20 nC berada pada x = 3,5 m. Tentukan gaya total
pada qo akibat q1 dan q2.
Penyelesaian:
Ketiga muatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.1.4
2. Dua muatan titik masing-masing sebesar 0,05 μC dipisahkan pada jarak 10 cm. Tentukan
(a) besarnya gaya yang dilakukan oleh satu muatan pada muatan lainnya dan (b) Jumlah
satuan muatan dasar pada masing-masing muatan.
Penyelesaian:
Kedua muatan dan gambar gaya yang bekerja seperti berikut.
Gambar 4.1.3
N= = 3,12 × 1011
E = F/qo =k =k = ...........................................................(4.1.3)
Jadi, medan lisrik itu adalah gaya per satuan muatan, dan medan listrik merupakan besaran
vektor.
Medan listrik dapat digambarkan dengan garis-garis gaya listrik yang menjauh
(keluar) dari muatan positif dan masuk muatan negatif. Garis-garis digambar simetris,
meninggalkan atau masuk ke muatan. Jumlah garis yang masuk/meninggalkan muatan
sebanding dgn besar muatan. Kerapatan garis-garis pada sebuah titik sebanding dengan besar
medan listrik di titik itu. Gari-garis gaya itu, tidak ada yang berpotongan. Garis-garis medan
listrik di dekat tiap muatan hampir radial. Garis-garis medan listrik yang sangat rapat di dekat
setiap muatan menunjukkan medan listrik yang kuat di sekitar daerah ini. Perhatikan Gambar
4.1.10.
Jika medan listrik di suatu titik itu disebabkan oleh banyak muatan, maka kuat medan
listrik E adalah merupakan jumlah vektor medan oleh masing-masing muatan itu.
E =E1 + E2 + E3 + . . . = Σ Ei
E= + +...
E= .....................................................................(4.1.4)
CONTOH SOAL
1. Hitung kuat medan listrik pada jarak 1 cm dari sebuah muatan positif 10-6 coulomb.
Penyelesaian:
Gambar 4.1.9
Arah kuat medan listrik E adalah menjauhi muatan sumber q. Besar kuat medan listrik
dihitung dengan :
2. Dua buah muatan titik q1 = +12 nC, dan q2 = -12 nC ditempatkan pada jarak 10 cm.
Hitung medan listrik yang ditimbulkan oleh kedua muatan ini pada titik a, b, dan c seperti
pada Gambar.
Gambar 4.1.11.
Penyelesaian :
Medan pada titik a disebabkan oleh muatan q1 dan q2 dinyatakan dengan Ea1dan Ea2.
Jadi, arah Ea1 dan Ea2 adalah sama-sama ke kanan, oleh karena itu resultan :
Ea = Ea1+ Ea2 = 3,0 × 104 N/C + 6,75 × 104 N/C = 9,75 × 104 N/C (arah ke kanan)
Medan pada titik b disebabkan oleh muatan q1 dan q2 dinyatakan dengan Eb1dan Eb2.
Hukum Gauss dapat digunakan untuk menghitung kuat medan listrik dari suatu sistem
muatan yang muatannya terdistribusi seragam. Pada pembahasan ini dibatasi pada konduktor
dua keping sejajar, dan konduktor bola berongga.
Untuk konduktor dua keping sejajar, misalkan, luas tiap keping A dan masing-masing keping
diberi muatan sama tetapi berlawanan jenis +q dan –q.
Φ= EA cos θ =
Oleh karena medan listrik E menembus keping secara tegak lurus (Gambar 4.1.18), maka θ =
0, dan cos 0 =1, sehingga persamaan menjadi:
EA =
E= .................................................(4.1.8)
dengan σ = rapat muatan listrik, sebagai muatan per satuan luas:
1. Sebuah konduktor dua keping sejajar yang tiap kepingnya berbentuk persegi panjang
(panjang=5 cm, lebar = 4cm) diberi muatan 1,77μC yang berlawanan jenis. Hitung :
(a) rapat muatan listrik masing-masing keping
(b) besar kuat medan listrik dalam ruang diantara kedua keping
Penyelesaian:
Luas keping A = 20-4 m2, muatan keping q=1,77μC= 1,77´10-6 C, ε = 8,85´10-12 (dalam SI).
(a) Rapat muatan dihitung dengan :
Jika konduktor bola berongga diberi muatan, maka muatan itu tersebar merata di permukaan
bola (di dalam bola itu sendiri tak ada muatan). Untuk menentukan kuat medan listrik di
dalam bola, pada kulit bola, dan di luar bola, kita dapat gunakan hukum Gauss.
Untuk menentukan medan listrik di dalam bola dengan menggunakan hukum Gauss, pertama-
tama kita buat permukaan Gauss di dalam bola (r<R). Muatan yang dilingkupi oleh
permukaan sama dengan nol sebab di dalam bola tidak ada muatan (q=0).
Gambar 4.1.19. Konduktor bola berongga
EA =
E=
Jadi, di dalam bola kuat medan listrik sama dengan nol.
Sekarang, kita buat permukaan II Gauss di luar bola (r > R). Muatan yang dilingkupi oleh
permukaan II ini sama dengan muatan bola q, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.19. Kuat
medan listrik di luar bola, yaitu:
EA =
E= ...................................................(4.1.9)
CONTOH SOAL
1. Sebuah konduktor bola berongga diberi muatan -50mC. Bola ini memiliki diameter 12 cm.
Hitung kuat medan listrik pada jarak (a) 3cm dari pusat bola, (b) 6 cm dari pusat bola, dan (c)
9 cm dari pusat bola.
Penyelesaian:
q=-50mC = -50×10-6 C, d = 12 cm, r= 12/2 cmm=6 cm = 6×10-2 m
Perubahan potensialnya :
ΔEP = W12 = FΔs
CONTOH SOAL
1, Sebuah proton (muatan proton = +e = +1,6×10-19C) digerakkan menuju sebuah inti atom
yang bermuatan q. Jarak pisah awal kedua partikel tersebut 2,5×10-11m dan jarak pisah
akhirnya 2,0×10-11m. Apabila usaha yang diperlukan dalam proses terebut 1,44×10-17J,
tentukan muatan inti atom tersebut!
Penyelesaian:
W12 = kqoq
4. POTENSIAL LISTRIK
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial listrik per satuan muatan sehingga
beda potensial listrik antara dua titik 1 dan 2 adalah:
V12 = kq ...........................................(4.1.12)
dengan V12 menyatakan beda potensial oleh sebuah muatan q antara jarak r1 dan r1.
Untuk menentukan besarnya potensial listrik yang ditimbulkan oleh muatan q di titik (1) dan
(2) adalah:
V12 = V2 – V1 = kq =
Dengan V1 menyatan potensial mutlak di titik (1) dan V2 menyatakan potensial mutlak
di titik (2). Secara umum, potensial sebuah titik berjarak r dari muatan q adalah:
V= ......................................................................(4.1.13)
Potensial listrik di suatu titik pada medan listrik adalah besarnya usaha yang
diperlukan untuk memindahkan satu satuan muatan listrik dari tak hingga ke titik tersebut.
Potensial listrik adalah besaran skalar. Potensial yang ditimbulkan oleh beberapa muatan
sumber cukup dihitung dengan penjumlahan aljabar biasa.
V=
V= .........................(4.1.14)
Dengan n adalah banyak muatan sumber.
CONTOH SOAL
1. Hitung potensial listrik di titik B yang ditimbulkan oleh ketiga muatan sumber yang ada di
dekat titik ini, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.21.
Gambar 4.1.21.
Penyelesaian:
q1 = 5 × 10-8 C, q2 = -4× 10-8 C, q3 = 8× 10-8 C
r1 = 10 cm =10-1 m, r2 = 20 cm = 2×10-1 m, r3 = 10 cm =10-1 m
V=
= -63×102 volt = -6300 V.
2. Sebuah bola kecil dimuati -3,00×10-6 C. Bola lain yang bermuatan +6,00 × 10-8 C
digerakkan di antara kedudukan awal yang jauhnya 0,200 m dan kedudukan akhirnya jauhnya
0,800 m. Berapa perubahan energi potensial yang terjadi diantara kedua kedudukan ini?
Penyelesaian:
Perubahan energi potensial ΔEP bila muatan uji qo = +6,00×10-8C digerakkan diantara kedua
titik:
ΔEP = kqoq =(9×109) (-3,00×10-6 )(+6,00×10-8 )
ΔEP = 6,06 × 10 J.
-3
CONTOH SOAL
1. Beda potensial di antara dua keping sejajar adalah 200 volt. Sebuah proton mula-mula
terletak di keping B. Jika medium di antara dua keping vakum, hitung kecepatan proton
sebelum menumbuk keing A.
Penyelesaian:
Gambar 4.1.22
Dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik:
EpB + Ek1 = EpA + EkA
qVB + ½ mvB2 = qVA + ½ mvA2
½ m(vA2 - vB2) = q(VB - VA )
vA2 - 0 =
vA2 = 400×108
vA = 2,0×105 m/s
Jadi, kecepatan proton sebelum menumbuk keping A adalah 2,0×105 m/s.
2. Sebuah konduktor bola berongga dengan jari-jari 4 cm diberi muatan 0,2 mC. Titik A,
B, dan C berturut-turut jaraknya 2 cm, 4 cm, dan 6 cm dari pusat bola (lihat Gambar).
Tentukan potensial di A, B, dan C
Penyelesaian:
R= 4 cm = 4× 10-2 m, q = 0,2 mC = 0,2×10-6C
rA = 2 cm = 2 × 10-2 m, rB = 4 cm = 4 × 10-2 m,
rC =6 cm = 6× 10-2 m
VA = VB = = 4,5×104 V = 35 000V
VC = = 3×104 V = 30 000V
Gambar 4.1.16.
Medan listrik E arahnya vertikal ke bawah. Jika partikel bermuatan q memasuki medan
listrik E, maka pada partikel bekerja gaya F = qE dalam arah medan (vertikal). Partikel
tersebut akan mendapat percepatan ay, dengan :
ay = F/m = qE/m
Dalam arah horizontal partikel tidak mengalami percepatan berarti gerakannya berupa GLB.
x = vox t = vot → t = x /vo
Dengan demikian akan diperoleh :
y= x2
Persamaan di atas adalah persamaan parabola, dan ini berarti lintasannya adalah berbentuk
parabola.
Bila elektron tersebut muncul keluar dari pelat-pelat di dalam gambar di atas, maka
elektron tersebut menempuh sebuah garis lurus (dengan mengabaikan gravitasi) yang
menyinggung parabola pada titik keluar.
7. HUKUM GAUSS
Pada pembahasan sebelumnya, Anda mengetahui cara menentukan kuat medan listrik
akibat adanya partikel-partikel bermuatan. Bagaimanakah menentukan kuat medan
listrik yang tersebar dalam suatu benda, misalnya bola? Untuk menentukan kuat medan
listrik akibat distribusi muatan tertentu dipergunakan hukum Gauss.
Gauss menurunkan hukumnya berdasarkan pada konsep-konsep garis-garis medan listrik.
Kita bahas terlebih dulu konsep fluks listrik. Fluks listrik didefinisikan sebagai jumlah garis-
garis medan listrik yang menembus tegak lurus suatu bidang. Perhatikan medan listrik serba
sama yang arahnya seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1.17a. Garis-garis medan menembus
tegaklurus suatu bidang segiempat seluas A. Jumlah garis-garis medan per satuan luas
sebanding dengan kuat medan listrik, sehingga jumlah garis medan listrik yang menembus
bidang seluas A sebanding dengan EA. Hasil kali antara kuat nedan listrik tersebut
dinamakan fluks listrik Φ.
Φ=E×A (4.1.5)
Satuan untuk E adalah N/C, sehingga satuan untuk fluks listrik (dalam SI) adalah
(N/C)(m2) yang dinamakan weber (Wb). 1 weber = 1 NC-1m2
Untuk medan listrik menembus bidang tidak tegak lurus, perhatikan Gambar 4.1.17b.
Φ = EA’
Dengan A’ = A cos θ, sehingga:
Φ = EA cos θ ............................................................(4.1.6)
Dengan θ adalah sudut antara arah E dan arah normal bidang n. Arah normal bidang adalah
arah yang tegaklurus terhadap bidang (lihat gambar 4.1.17c).
Berdasarkan konsep fluks listrik ini, muncullah hukum Gauss, sebagai berikut:
Jumlah garis-garis medan listrik (fluks listrik) yang menembus suatu permukaan tertutup
sama dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup itu dibagi
dengan permitivitas udara.
Φ = EA cos θ = ............................................................(4.1.7)
dengan A=luas permukaan tertutup, θ=sudut antara E dan arah normal n, dan Σq = muatan
total yang dilingkupi oleh permukaan tertutup.
=E A (4.1.5)
8. HUKUM OHM DAN HAMBATAN LISTRIK
Bunyi Hukum Ohm
Bunyi hukum Ohm adalah “Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan
tegangan pada ujung-ujung rangkaian dan berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian”.
Hukum Ohm dinamai dari ahli fisika Jerman, Georg Simon Ohm (1787-1854). Hukum Ohm
digunakan untuk menghitung tegangan listrik, hambatan listrik, atau kuat arus dalam
rangkaian listrik.
Hukum Ohm digunakan secara luas dalam rangkaian elektronika dan merupakan hukum
dasar pada rangkaian listrik. Dengan menggunakan hukum Ohm, kita tidak hanya dapat
menghitung, tapi juga dapat memperkecil arus listrik, memperkecil tegangan pada rangkaian
dan juga untuk memperoleh nilai resistansi atau hambatan yang diperlukan.
Hambatan atau disebut juga tahanan atau resistansi adalah sesuatu yang sering dibicarakan
dalam bidang fisika elektronika.Apa sebenarnya fungsi dari hambatan tersebut? Dari data
pengamatan kalian menunjukkan ada hubungan yang menarik antara kuat arus dan hambatan.
Jika nilai hambatan diperbesar maka kuat arus akan menurun untuk beda potensial yang tetap
CONTOH SOAL
1. Pada suatu rangkaian listrik sederhanan terdapat penyuplai daya dengan tegangan 10 volt
dan beban dengan hambatan 10 ohm. Berapakah besarnya kuat arus pada rangkaian tersebut?
Dengan menggunakan hukum Ohm, kita dapat langsung mencari nilai kuat arus pada
rangkaian sederhana dengan memakai rumus:
Jadi, kuat arus yang mengalir pada rangkaian tersebut sebesar 1 Ampere.
2. Diketahui nilai tegangan pada suatu rangkaian sebesar 24 volt dan nilai arus yang terbaca
pada amperemeter sebesar 10 mA. Berapakah nilai resistansinya?
Pembahasan:
Pertama, semua nilai harus disesuaikan dulu dengan satuan sesuai standar. Diketahui besar
arus:
Dengan menggunakan rumus hukum Ohm, dapat langsung dicari besar resistansi dengan
memakai rumus:
Jadi, resistansi pada rangkaian tersebut sebesar 2400 ohm atau 2,4 kilo ohm.
9. HUKUM KIRCHOFF
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda
potensial (umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini pertama
kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert Kirchhoff
(1824-1887) pada tahun 1845.
Banyak dari rangkaian listrik sederhana (Gambar 1.1) yang tidak dapat dianalisis dengan
hanya mengganti kombinasi rangkaian seri dan paralel resistor dalam menyederhanakan
rangkaian yang memiliki banyak resistor.
Banyak dari rangkaian listrik sederhana (Gambar 1.1) yang tidak dapat dianalisis dengan
hanya mengganti kombinasi rangkaian seri dan paralel resistor dalam menyederhanakan
rangkaian yang memiliki banyak resistor.
Tegangan jatuh pada dan tidaklah sama karena adanya ggl . Sehingga, rangkaian
kedua resistor ini tidaklah paralel juga bukanlah rangkaian seri, karena arus yang mengalir
pada kedua resistor tidaklah sama. Namun, ada hukum yang berlaku pada rangkaian yang
memliki arus tetap (tunak). Hukum ini adalah hukum Kirchhoff 1 dan 2.
HUKUM KIRCHHOFF 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule), karena hukum ini
memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian yang multisimpal yang
mengandung titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada
akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan
yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan jumlah arus yang keluar melalui titik percabangan tersebut”
Gambar 1.2 menunjukkan suatu titik percabangan dari 5 buah kawat yang dialiri
arus dan .
Dalam rentang waktu , muatan mengalir melalui titik percabangan dari arah
kiri. Dalam rentang waktu juga, muatan dan bergerak ke arah
kanan meninggalkan titik percabangan. Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik
percabangan dan tidak juga menumpuk pada titik tersebut dalam keadaan tunak, maka
muatan akan terkonservasi di titik percabangan tersebut, yaitu:
HUKUM KIRCHHOFF 2
“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule), karena pada
kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam satu rangkaian pada
keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum konservasi
energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V, dengan
demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV.
Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka muatan yang kita
miliki akan mendapatkan tambahan energi atau kehilangan sebagian energinya saat melalu
resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat kebali ke titik awalnya, energinya akan
kembali menjadi QV.
Sebagai contoh penggunaan hukum ini (Gambar 1.3), dua baterai yang berisi hambatan
dalam dan serta ada 3 hambatan luar. Kita akan bisa menenutukan arus dalam rangkaian
tersebut sebagai fungsi GGL dan hambatan.
CONTOH SOAL
Dengan menerapkan hukum Kirchhoff 2, kita akan dapatkan nilai arus listrik sebagai berikut:
maka
2. Pada rangkaian listrik di bawah ini diberikan diberikan dan . Jika saklar
S ditutup, tentukan besarnya daya pada !
Sedangkan rangkaian listrik tertutup adalah rangkaian listrik yang tidak memiliki ujung-ujung
rangkaian.Di dalam rangkaian listrik tertutup ini arus listrik dapat mengalir mengikuti jenis
suatu rangkaian.Contoh rangkaian listrik tertutup secara sederhana dapat dilihat pada Gambar
9.6.
Rangkaian listrik juga dibedakan menjadi dua macam lagi yaitu rangkaian tidak bercabang
dan rangkaian bercabang.Rangkaian tidak bercabang disebut rangkaian seri.Sedangkan
rangkaian bercabang disebut rangkaian paralel.
2. Rangkaian Seri
Misal tiga buah hambatan yang masing-masing R1, R2, dan R3 dirangkai seri. Susunan seri
ketiga hambatan itu kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan, lihat pada Gambar 9.7!
Dari Kegiatan 9.5, kalian telah mengetahui bahwa pada rangkaian seri besarnya arus listrik
yang mengalir di setiap titik besarnya sama. Apabila kuat arus yang lewat hambatan R1
adalah I1, kuat arus yang lewat hambatan R2 adalah I2, dan kuat arus yang lewat hambatan
R3 adalah I3. Sedangkan kuat arus yang keluar dari sumber I’, maka berlaku:
Jika beda potensial di titik A dan B adalah V1, beda potensial di titik B dan C adalah V2 dan
beda potensial di titik C dan D adalah V3, maka berlaku,
Kedua persamaan di atas menunjukkan suatu persamaan yang berlaku untuk susunan
seri.Dengan mengetahui definisi dari arus listrik adalah muatan yang bergerak per satuan
waktu, sehingga arus listrik sebanding dengan muatan listrik. Oleh karena itu dapat ditulis,
Dengan memperhatikan persamaan tersebut, selama tidak ada penambahan atau pengurangan
muatan dalam suatu rangkaian maka berlaku hukum kekekalan muatan listrik. Bagaimanakah
bunyi hukum kekekalan muatan listrik?
3. Rangkaian Paralel
Misal tiga buah hambatan yang masing-masing R1, R2, dan R3 dirangkai secara paralel.
Susunan paralel ketiga hambatan itu kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan, lihat
Gambar 9.8! Pada rangkaian paralel terdapat dua titik, yaitu A dan titik B. Titik A dan titik B
disebut titik percabangan. Kalian telah mengetahui dari hasil Kegiatan 9.5, bahwa jumlah
kuat arus listrik yang masuk titik percabangan, titik A, sama besar dengan jumlah kuat arus
listrik yang keluar dari titik percabangan, titik B. Oleh karena itu,
a. Pada titik percabangan A
Dengan I adalah jumlah kuat arus yang masuk ke percabangan. Berkaitan dengan muatan dan
arus listrik, maka persamaan di atas dapat ditulis bahwa,
Dengan I’adalah jumlah kuat arus yang keluar dari percabangan, dan Q’ adalah muatan yang
keluar dari percabangan.
c. I = I’
Dari a – b dapat disimpulkan bahwa dalam satuan waktu yang sama, jumlah kuat arus atau
muatan yang masuk percabangan sama dengan jumlah kuat arus atau muatan yang keluar dari
percabangan. Pernyataan ini disebut hukum I Kirchhoff.
Selama tidak ada penambahan muatan atau arus dari luar maka besarnya muatan total dan
arus total adalah tetap, disebut hukum kekekalan muatan listrik. Satu hal yang penting adalah,
bahwa pada rangkaian paralel beda potensial tiap-tiap cabang besarnya sama.
D. Rangkaian Hambatan
Terdapat dua rangkaian dasar pada suatu hambatan yaitu rangkaian seri dan rangkaian
paralel.
1. Rangkaian Seri
Misal tiga buah hambatan yang masing-masing R1, R2, dan R3 dirangkai seri, lihat Gambar
9.9!
Ketiga hambatan tersebut dapat diganti dengan satu hambatan dan disebut hambatan
pengganti.Karena rangkaian hambatan tersebut seri maka hambatan pengganti ini sering
disebut hambatan seri, RS.Besar RS merupakan jumlah dari masingmasing hambatan.
Dari persamaan di atas tampak bahwa hambatan pengganti untuk susunan seri merupakan
jumlah dari masing-masing hambatan. Sedang besarnya nilai beda potensial antara ujung-
ujung hambatan tidak sama, karena untuk seri yang mempunyai nilai konstan adalah arus dan
muatan listrik yang melalui hambatan. Sehingga jika besar dari masing-masing hambatan
berbeda, maka nilai beda potensialnya dari masing-masing hambatan juga berbed
2. Rangkaian Paralel (Rangkaian Bercabang)
Misal tiga buah hambatan yang masingmasingnya R1, R2, dan R3 dirangkai paralel, lihat
Gambar9.10!
Ketiga hambatan tersebut dapat diganti dengan satu hambatan yang disebut hambatan
pengganti.Karena rangkaian hambatan tersebut paralel maka hambatan penggantinya disebut
hambatan paralel (RP). Besar hambatan paralel (RP) dapat ditentukan menggunakan
persamaan,
CONTOH SOAL
1. Jika dalam suatu rangkaingan total hambatannya adalah 4,5 Ohm dan arus listrik yang
mengalir adalah 10 A, berapakah beda potensial (tegangan listrik) dalam rangkaian tersebut?
jawab
V = i.R
V = 10. 4,5 = 45 Volt
Jadi tegangan listrik dalam rangkaian itu adalah 45 Volt.
2. Terdapat Televisi dengan Kuat Arus Listrik sebesar 1.2 Ampere dengan besaran Daya
Listriknya sebesar 264 Watt. Maka berapakah Tegangan Listriknya ?
Jawaban :
V=P/I
V = 264 Watt / 1.2 Ampere
V = 220 Volt
Maka Tegangan Listrik yang digunakan di Televisi tersebut sebesar 220 Volt.