Anda di halaman 1dari 17

3.1.

Definisi Likuidasi dan Perbedaannya dengan Disolusi


Likuidasi
Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha) secara
keseluruhan dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua utang
pajak, kewajiban pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan
rasio laba / rugi.
Berhentinya persekutuan sebagai bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis
persekutuan yang disebut entitas likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan mencakup
konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi,
pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha. Laporan
keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang
meringkas seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi. Laporan ini juga
digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui pengadilan.
Disolusi
Masuknya sekutu baru atau pengunduran diri sekutu lama atau meninggalnya sekutu
lama akan mengakibatkan disolusi (pembubaran) persekutuan. Tetapi disolusi tidak selalu
terjadi dengan berhentinya operasi persekutuan atau berhentinya usaha dan akuntansi
persekutuan. Disolusi persekutuan menurut Undang-undang adalah "perubahan pada hubungan
sekutu ketika ada sekutu yang tidak lagi terlibat dalam menjalankan usaha yang berbeda dengan
penyelesaian (winding up) usaha tersebut (Bagian 29 Undang-undang).
Disolusi persekutuan adalah berubahnya para hubungan sekutu yang menyebabkan
berhentinya persekutuan sebagai entitas hukum. Pada disolusi, entitas persekutuan bisa
berjalan terus jika ada perjanjian baru. Ketika persekutuan secara hukum resmi disolusi, baik
dengan masuknya sekutu baru atau dengan pengunduran diri atau meninggalnya sekutu lama,
suatu perjanjian persekutuan baru perlu dibuat untuk kelanjutan usaha persekutuan.
Jadi, dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus dengan perjanjian baru, atau
persekutuan bisa juga berhenti / bubar secara hukum dan secara bisnis. Berhentinya
persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.

3.2. Proses Likuidasi


Umumnya likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal :
 Mengkonversi aktiva nonkas menjadi kas
 Mengakui keuntungan dan kerugian serta biaya likuidasi yang timbul selama likuidasi

1
 Menyelesaikan seluruh kewajiban
 Mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir modal mereka
Penjelasan umum mengenai proses likuidasi meng-asumsi-kan bahwa persekutuan mampu
membayar hutang-hutangnya, dengan kata lain aktiva yang dimiliki melebihi kewajiban. Juga
diasumsikan bahwa semua sekutu memiliki bagian dalam aktiva bersih persekutuan, tidak ada
hutang yang berasal dari pinjaman kepada sekutu, dan seluruh aktiva dikonversikan menjadi
kas sebelum kas didistribusikan kepada sekutu. Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam
likuidasi persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas :
 Jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu
 Jumlah yang diinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba
 Jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya
Seluruh saldo laba atau rugi dan prive harus ditutup keperkiraan modal sebelum distribusi
dilakukan. Kekayaan persekutuan tidak boleh didistribusikan kepada sekutu yang memiliki
saldo modal negative. Maka dari itu saldo pinjaman sekutu harus ditutup dengan saldo modal
untuk menentukan jumlah yang dibagikan kepada sekutu.
Likuidasi Persekutuan Sederhana
Likuidasi persekutuan yang sederhana mengkonversi seluruh aktiva sekutu menjadi kas
dan mendistribusikan kas kepada sekutu pada penyelesaian akhir persekutuan. Jumlah kas yang
didistribusikan kepada sekutu sama dengan saldo modal masing-masing setelah seluruh
kerugian yang terjadi dari likuidasi diakui. Kerugian selama likuidasi dibebankan langsung ke
perkiraan modal. Rasio pembagian laba dan rugi digunakan selama likuidasi kecuali jika
perjanjian persekutuan menyebutkan metode pembagian laba dan rugi yang lain selama
likuidasi. Jika dalam perjanjian menyebutkan penyisihan untuk gaji dan bunga, maka rasio
pembagian sisal aba dan rugi yang digunakan selama likuidasi. Ini dikarenakan keuntungan
dan kerugian atas likuidasi merupakan penyesuaian atas laba sebelumnya yang akan dibagikan
dengan rasio pembagian laba sisa, jika telah diakui sebelum disolusi.
Saldo Modal Debit dalam Persekutuan Likuid
Dalam melikuidasi persekutuan yang likuid, sumber dana yang tersedia dipakai untuk
membayar kreditur dan sisanya dibagikan untuk sekutu. Tetapi proses likuidasi bisa saja
menghasilkan kerugian yang menyebabkan perkiraan modal sekutu menjadi bersaldo debit.
Jika ini terjadi, sekutu yang memiliki saldo debit tersebut mempunyai kewajiban terhadap
sekutu yang modalnya bersaldo kredit, dan mereka diminta untuk menggunakan harta pribadi
mereka untuk menyelesaikan kewajibannya. Apabila sekutu yang memiliki saldo debit tidak

2
memiliki harta ppribadi, maka sekutu yang masih memilikii kekayaan diasumsikan rugi sebesar
saldo debit. Kerugian ini dibagi berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi.

3.3 Pembayaran Aman untuk Sekutu


Umumnya proses likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan kas
mungkin akan tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi
sebelum aktiva nonkas dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu memutuskan untuk
mendistribusikan kas yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas yang dijual (dan sebelum
keuntungan atau kerugian diakui), maka akan timbul pertanyaan mengenai berapa banyak kas
yang bias didistribusikan secara aman kepada masing-masing sekutu. Pembayaran aman ialah
distribusi yang bias dilakukan kepada sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang
didistribusikan tidak berlebihan, dengan kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak perlu
dikembalikan kepada persekutuan.
Ukuran pembayaran yang aman untuk sekutu didasarkan pada asumsi berikut ini: 1.
Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada perusahaan),
2. Seluruh aktiva nonkas menunjukkan kemungkinan rugi (aktiva nonkas harus
dipertimbangkan rugi untuk tujuan untuk menentukan pembayaran yang aman). Selain itu,
ketika mengkalkulasi pembayaran yang aman persekutuan juga memegang sejumlah tertentu
kas untuk menutupi biaya likuidasi, kewajiban, yang belum tercatat dan kontijensi lainnya.
3.3.1 Penerapan Skejul Pembayaran Aman
Asumsikan persekutuan Budi, Mina, dan Nani sedang dalam proses likuidasi, dan saldo
perkiraan mereka adalah sebagai berikut:
Debit Kredit

Kas Rp 80.000.000 Pinjaman jepada Nani Rp 20.000.000


Piutang dari Mina Rp 10.000.000 Modal Budi (50%) Rp 50.000.000
Tanah Rp 20.000.000 Modal Mina (30%) Rp 70.000.000
Bangunan neto Rp 140.000.000 Modal Nani (20%) Rp 110.000.000
Rp 250.000.000 Rp 250.000.000

Seluruh kewajiban selain kepada sekutu telah dibayar, dan para sekutu memperkirakan
penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu beberapa bulan. Maka dari itu, mereka

3
sepakat bahwa seluruh kas yang ada di tangan, di luar Rp 10.000.000 untuk menutup biaya dan
kontijensi, harus diidstribusikan secepatnya. Dengan informasi ini, skedul pembayaran aman
dipersiapkan untuk menentukan jumlah kas yang bias didistribusikan secara aman untuk tiap
sekutu. Skedul pembayaran aman untuk Budi, Mina dan Nani diberikan pada tabel berikut.
Persekutuan Budi, Mina dan
Nani
Skedul Pembayaran Aman
(Jumlah dalam ribuan)
Ekuitas Ekuitas
Rugi yang Budi Mina Ekuitas
Mungkin (50%) (30%) Nani (20%)

Ekuitas Sekutu (Modal ± saldo Rp Rp Rp


pinjaman) 50.000 60.000 130.000
Rugi yang mungkin atas aktiva
nonkas
Rp Rp Rp Rp
Nilai buku tanah dan bangunan 160.000 (80.000) (48.000) (32.000)
Rp Rp Rp
(30.000) 12.000 98.000
Rugi yang mungkin atas
kontinjensi
Kas yang ditahan untuk Rp Rp Rp Rp
kontinjensi 10.000 (5.000) (3.000) (2.000)
Rp Rp Rp
(35.000) 9.000 96.000
Rugi yang mungkin dari Budi
Saldo debet Budi yang
dialokasikan 60:40
Rp Rp Rp
kepada Mina dan Nani 35.000 (21.000) (14.000)
Rp Rp Rp
- (12.000) 82.000
Rugi yang mungkin dari Mina
Saldo debet Mina yang Rp Rp
dibebankan ke Nani 12.000 (12.000)
Rp Rp
- 70.000

3.4 Likuidasi Bertahap


Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa
bulan dalam penyelesaiannya dan mencakuo pembyaran secara periodik, atau cicilan/bertahap,
kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan
dalam periode yamg diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi aset yang

4
sebesar mungkin. Umumnya para sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi
karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi.
Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi aset
sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat
mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang
mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Untuk
alasan ini, panduan praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan dalam
menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan
beban likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan
seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum
menentukan jumlah uang tunai yang dapat dierima oleh masing-masing sekutu.
a. Asumsikanlah bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan
sebagai kerugian, yaitu asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan
lagi dari penghapusan aset.
b. Asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sektu akan
didistribusikan kepada sekutu yang tersisa; asumsikan bahwa defisit tersebut
tidak akan dihapuskan olej kontribusi modal tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo
kredit pada akun modal menunjukkan distribusi aset dan kas yang aman yang dapat
didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.
Apabila pelaksanaan likuidasi memerlukan waktu yang lama, maka pembayaran
kembali kepada para pemilik dapat dilakukan secara bertahap sesuai jumlah uang kas yang
tersedia, setelah semua kewajiban kepada kreditur dibayar lunas. Ada dua metode yang dipakai
untuk menentukan besarnya pembayaran kembali hak penyertaan anggota:
1. Besarnya pembayaran ditentukan secara periodik atau setiap kali aktiva dapat
direalisasikan (dijual).
2. Menyusun rencana prioritas pembayaran kepada anggota sebelum proses likuidasi
berlangsung, sehingga pembayaran dapat segera dilakukan sesuai jumlah uang yang
tersedia.
3.4.1 Pembayaran kembali hak penyertaan ditentukan secara periodik atau setiap kali
aktiva dapat direalisasi

5
Penentuan besarnya jumlah pembayaran kembali hak penyertaan kepada masing-
masing anggota, sebelum L/R likuidasi dapat ditentukan secara pasti harus dilakukan dengan
cermat, sehingga dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya pembayaran dalam jumlah yang
berlebihan kepada anggota tertentu dengan mengurangi hak-hak anggota lain.
Contoh:
X dan Y adalah anggota persekutuan . Pembagian L/R masing-masing anggota adalah : 60%
: 40%. Neraca per 31 Juni 2001 sesaat sebelum likuidasi adalah sebagai berikut :

AKTIVA HUTANG & MODAL


Kas Rp 163.000 Hutang Dagang Rp 318.000
Aktiva lain-lain Rp 655.000 Hutang kepada Y Rp 50.000
Modal X Rp 250.000
Modal Y Rp 200.000
Jumlah Rp 818.000 Jumlah Rp 818.000

Proses likuidasi berlangsung sejak tanggal 1 Juli 2001 adalah sebagai berikut :
- Penjualan pertama dapat dijual aktiva yang mempunyai nilai buku Rp 300.000 dengan
harga Rp 270.000.
- Bulan Agustus , aktiva dengan nilai buku Rp 200.000 dapat dijual dengan harga Rp
225.000.
- Bulan Desember 2001 , aktiva sebesar nilai buku Rp 155.000 dapat dijual seharga Rp
140.000
Dari data tersebut, pada penjualan pertama dibuat perhitungan jumlah uang yang dapat
dibayarkan kepada anggota.
Penjualan pertama Rp 270.000 dari nilai buku Rp 300.000, sehingga rugi Rp 30.000 yang
dibagi kepada anggota sesuai rasio pembagian L/ R . Masing-masing kerugian adalah X = Rp
18.000 dan Y = Rp 12.000
Keterangan X Y
Saldo modal 31 Juni Rp 250.000 Rp 200.000
Kerugian Penjualan Aktiva(I) Rp (18.000) Rp (12.000)
Rp 232.000 Rp 188.000
Pembebanan kemungkinan kerugian aktiva Rp 213.000 Rp 142.000
tidak terealisasi ( 355.000)
Jumlah yang dibayarkan kepada anggota Rp 19.000 Rp 46.000

Laporan likuidasi yang dibuat sejak 1 Juli 2001 sebagai berikut:


Persekutuan XY
Ikhtisar Laporan Likuidasi
6
Keterangan Kas Aktiva Hut. Dag Hut. Y Modal X Modal Y
Saldo 31 Juni 163.000 655.000 318.000 50.000 250.000 200.000
Penjualan Aktiva 270.000 (300.000) 18.000 12.000
433.000 355.000 318.000 50.000 232.000 188.000
Pembayaran ke (318.000) (318.000)
kreditur
115.000 355.000 - 50.000 232.000 188.000
Pembayaran ke Y (50.000) - (50.000) - -
65.000 355.000 - - 232.000 188.000
Pembayaran (65.000) (19.000) (46.000)
Anggota
355.000 213.000 142.000
Agustus
Penjualan Aktiva 225.000 (200.000) 15.000 10.000
225.000 155.000 228.000 152.000
Pembayaran (225.000) (135.000) (90.000)
anggota
155.000 - - 93.000 62.000
Desember
Penjualan Aktiva 140.000 155.000 (9.000) (6.000)
140.000 - 84.000 56.000
Pembayaran (140.000) (84.000) (56.000)
Anggota

0 0 0

3.4.2 Menyusun rencana prioritas pembayaran kepada anggota sebelum proses likuidasi
berlangsung, sehingga pembayaran dapat segera dilakukan sesuai jumlah uang yang
tersedia
Penyusunan rencana prioritas pembayaran kepada anggota dilakukan melalui tiga tahap :
1. Menentukan kerugian maksimum yag dapat dibebabkan kepada saldo hak-hak penyertaan
dari masing-masing anggota , yang dihitung dari hasil bagi antara saldo kredit modal
dengan % pembagian L/R. Atas dasar kemampuan tiap-tiap anggota menanggung kerugian
maksimum , kemudian disusun suatu ranking pembayaran dimulai dari anggota yang
memiliki kemampuan tertinggi.

7
2. Menentukan besarnya hak prioritas pembayaran diantara anggota-anggota persekutuan.
yang didasarkan pada urutan ranking. Besarnya hak pembayaran , tergantung pada selisih
lebih kemampuan hak penyetaan anggota yang bersagkutan untuk menanggung kerugian
maksimum diatas kemampuan anggota lainnya.
3. Menyusun skedul pembayarannya
Contoh:
Persekutuan ABC akan dilikuidasi, pada saat itu perusahaan memiliki aktiva non kas sebesar
1.200.000 hutang kepada kreditur 190.000 dan modal masing –masing serta rasio pembagian
L/ R adalah :
40%
30%
30%
Berdasar rasio tersebut maka disusun kerugian maksimum dan ranking prioritas pembayaran:
So. Modal Rasio Kemampuan menanggung Ranking
L/R rugi maksimal pembayaran
A 500.000 0,40 1.250.000 1
B 300.000 0,30 1.000.000 2
C 210.000 0,30 700.000 3

Perhitungan hak prioritas pembayaran sesuai dengan ranking yang telah ditentukan
adalah sebagai berikut :
Kemamp Menangg Rugi Jumlah Hak Pembyr
A B C A B C
1.250.000 1.000.000 700.000
Priort I A (250.000) - - 100.000
1.000.000 1.000.000 700.000
Prior II A& B (300.000) (300.000) - 120.000 90.000
700.000 700.000 700.000
Prior III A,B,C (700.000) (700.000) (700.000) 280.000 210.000 210.000

500.000 300.00 210.000

Skedul pembayaran dapat disusun sebagai berikut:


KAS Kas Hutang ke A B C
kreditur
Pertama 190.000 190.000
S/d jumlah 100.000 100.000
S/d jumlah 210.000 4/7 3/7 -
Jumlah selebihnya - 4/10 3/10 3/10

8
Bila proses reslisasi non kas persekutuan berlangsung dua tahap
Tahap I Tahap II Total
Nilai buku yang dijual 600.000 410.000 1.010.000
Rugi 100.000 70.000 150.000
Kas yang tersedia 500.000 340.000 840.000
Alokasi pembayaran dapat dibuat :
KAS Hutang A B C
kreditur
Tahap 1
Pertama 150.000 150.000
Berikut 100.000 100.000
Berikut 210.000 120.000 90.000
Selebihnya 40.000 16.000 12.000 12.000
Jumlah tahap1 500.000 150.000 236.000 102.000 12.000
Tahap 2
Pertama 100.000 100.000
Berikut 210.000 120.000 90.000
Selebihnya 30.000 12.000 9.000 9.000
Jumlah tahap2 340.000 232.000 99.000 9.000

3.5 Rencana Distribusi Kas


Skedul pembayaran aman merupakan metode efektif untukmenghitung jumlah
pembayaran aman kepada sekutu dan mencegah pembayaran yang berlebihan kepada
sekutu. Tetapi pendekatannya tidak efisien jika distribusi bertahap dilakukan berkali-kali
karena skedul pembayaran aman harus disiapkan untuk tiap distribusi sampai saldo modal
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi. Skedul pembayaran aman juga tidak cukup
baik sebagai alat perencanaan karena tidak memberikan informasi yang membantu sekutu
ketika mereka mengharapkan mendapatkan pembagian kas. Kekurangan dari pendekatan
skedul pembayaran aman ini bias diatasi dengan menggunakan rencana distribusi kas pada
awal proses likuidasi.
Pembentukan rencana distribusi kas ( juga disebut sebagai rencana sebelum distribusi
kas) untuk likuidasi persekutuan berhubungan dengan urutan sekutu berdasarkan
kerentanannya terhadap kerugian,penggunaan urutan yang paling mudah mengalami
kerugian untuk membuat skedul asumsi kerugian yang bias ditanggung, dan pembuatan

9
rencana distribusi kas dari skedul kerugian distribusi kas dari skedul kerugian yang dapat
ditanggung. Untuk menggambarkan pembentukan rencana distribusi kas, persekutuan
Dono, Kasino, dan Indro digunakan lagi.

3.5.1 Urutan Kerentanan


Pada awal proses likuidasi Dono, Kasino, Indro memiliki saldo modal masing-
masing Rp 340.000.000,Rp 340.000.000 dan Rp 200.000.000. tetapi ekuitas mereka
(modal± pinjaman) masing-masing adalah Rp 340.000.000,Rp 360.000.000 dan Rp
160.000.000. untuk menentukan kerentanan akan kemungkinan rugi, ekuitas tiap
sekutu dibagi dengan rasio pembagian laba untuk mengidentifikasi rugi maksimum
yang bisa ditanggung oleh sekutu tanpa menyebabkan ekuitas mereka berkurang
sampai dibawah nol. Urutan kerentanannya sebagai berikut:
Ekuitas Rasio Pembagian Kerugian Potensial Yang Urutan
Sekutu Laba Bisa ditanggung Kerentanan
Dono Rp 340.000.000 + 0,5 = Rp 680.000.000 1
Kasino Rp 360.000.000 + 0,3 = Rp 1.200.000.000 2
Indro Rp 160.000.000 + 0,2 = Rp 800.000.000 3

Urutan kerentanan menunjukkan bahwa Dono adalah yang paling rentan


terhadap rugi karena ekuitasnya akan berkurang sampai nol akibat total rugi likuidasi
persekutuan Rp 680.000.000. Sebaliknya, kasino paling tidak rentan karena ekuitasnya
cukup untuk menanggung bagian kerugiannya akibat likuidasi sampai Rp
1.200.000.000. Interpretasi ini membantu menjelaskan mengapa Kasino mendapatkan
seluruh kas yang didistribusikan kepada sekutu pada tahap awal likuidasi yang
diilustrasikan sebelumnya.
3.5.2 Kerugian yang dapat ditanggung
Skedul ini diawali dengan ekuitas sebelum dilikuidasi dan mengurangi ekuitas
masing-masing sekutu dengan bagian kerugiannya yang secara tepat mengeliminasi
ekuitas sekutu yang paling rentan. Langkah berikutnya adalah mengurangkan sisa
ekuitas masing-masing sekutu dengan bagian ruginya yang secara tepat mengeliminasi
ekuitas sekutu yang paling rentan selanjutnya. Proses ini berlanjut terus sampai seluruh
ekuitas sekutu yang paling tidak rentan berkurang sampai nol. Skedul kerugian yang
diasumsikan yang bisa ditanggung untuk Dono, Kasino, Indro, adalah berikut ini.

10
SKEDUL KERUGIAN YANG DAPAT DITANGGUNG DONO, KASINO, DAN INDRO

50% Dono 30% Kasino 20% Indro Total


Ekuitas sebelum likuidasi Rp 340,000,000 Rp 360,000,000 Rp 160,000,000 Rp 860,000,000
kerugian yang diasumsikan
ditanggung ekuitas Dono
(dialokasi 50%, 30%, 20%) Rp (340,000,000) Rp (204,000,000) Rp (136,000,000) Rp (680,000,000)
Saldo Rp - Rp 156,000,000 Rp 24,000,000 Rp 180,000,000
Kerugian diasumsi ditanggung
ekuitas Indro
(dialokasi 60%, 40%) Rp (36,000,000) Rp (24,000,000) Rp (60,000,000)
Saldo Rp 120,000,000 Rp - Rp 120,000,000

Kerugian persekutuan yang benar-benar mengeliminasi ekuitas Dono ialah Rp


680.000.000 jumlah yang didapat dari perhitungan urutan kerentanan. Setelah ekuitas
Dono menurun sampai nol pada tahap pertama kerugian dibagi 60% untuk Kasino dan
40% untuk Indro sampai ekuitas Indro menjadi nol. Tambahan kerugian persekutuan
yang menurunkan ekuitas Indro menjadi nol adalah Rp 60.000.000 – ekuitas Indro Rp
24.000.000 dibagi dengan 40% rasio pembagian laba setelah Dono dikeluarkan dari
perhitungan atau tidak mampu membayar. Setelah ekuitas Indro dikurangkan menjadi
nol, ekuitas Indro tinggal Rp 120.000.000.
3.5.3 Rencana Distribusi Kas
Kasino harus menerima Rp 120.000.000 yang didistribusikan pertama kali
kepada sekutu. Rencana distribusi kas untuk persekutuan Dono, Kasino, Indro, dibuat
dari skedul asumsi kerugian yang bisa ditanggung sebagai berikut:
RENCANA DISTRIBUSI KAS DONO, KASINO, DAN INDRO

Kewajiban Pinjaman Dono Kasino Indro


Prioritas Kasino
Rp. 500.000.000 pertama 100%
Rp. 20.000.000 berikutnya 100% 100%
Rp. 100.000.000 berikutnya 60% 40%
Rp. 60.000.000 berikutnya
Sisa 50% 30% 20%

11
Dalam membuat rencana distribusi kas, kas yang tersedia paling pertama untuk
didistribusi diberikan kepada kreditur bukan sekutu. Ini terdiri dari Rp 300.000.000
utang dagang dan Rp 200.000.000 wesel bayar persekutuan Dono, Kasino, dan Indro
tanggal 31 Desember 19X1. Selanjutnya Rp 20.000.000 dibayarkan kepada Kasino atas
pinjaman yang diberikan kepada persekutuan karena pinjaman sekutu lebih tinggi
prioritasnya daripada modal sekutu. Kemudian sejumlah Rp 100.000.000 yang tersedia
didistribusikan kepada Kasino dengan mempertimbangkan saldo modalnya. Distribusi
ini melengkapi penyesuaian seluruh saldo modal dan rasio pembagian laba. Sisa
distribusi dilakukan berdasarkan rasio pembagian laba.
Kasino dapat menganalisa rencana distribusi, kas pada 1 Januari 19X2 dan
menentukan bahwa dia akan mulai menerima kas setelah Rp 500.000.000 dibayarkan
kepada kreditur. Begitu pula Kasino dan Indro dapat menggunakan rencana ini untuk
melihat kesempatan mereka dalam memperbaiki ekuitas persekutuan mereka. Misalkan
jika Dono mengharapkan Rp 800.000.000 direalisasi dari seluruh persekutuan, dia
dapat dengan mudah menghitung jumlah yang akan ia terima [(Rp 800.000.000-Rp
680.000.000) X 50% = Rp 60.000.000]
3.5.4 Skedul Distribusi Kas
Penerapan lebih lanjut dari rencana distribusi kas dapat didistribusikan dengan
mengasumsikan bahwa persekutuan Dono, Kasino, Indro dilikuidasi dengan dua tahap.
Pada tahap pertama kas sebesar Rp 550.000.000 didistribusikan dan sebesar Rp
250.000.000 pada tahap kedua dan terakhir. Dengan asumsi ini rencana distribusi kas
akan digunakan dalam menyiapkan skedul distribusi kas seperti di bawah ini.
SKEDUL DISTRIBUSI KAS DONO, KASINO, DAN INDRO

kas Kewajiban Pinjaman Modal Modal Modal


Didistribusikan Prioritas Kasino Dono Kasino Indro
Tahap Pertama Rp 500,000 Rp 500,000
pinjaman Kasino Rp 20,000 Rp 20,000
Modal kasino (sisa) Rp 30,000 Rp 30,000
Rp 550,000 Rp 500,000 Rp 20,000 Rp 30,000
Tahap Kedua Rp 70,000 Rp 70,000
Modal Kasino Rp 60,000 Rp 36,000 Rp 24,000
Kasino&Indro (60/40) Rp 120,000 Rp60,000 Rp 36,000 Rp 24,000
Sisa Rp 250,000 Rp60,000 Rp 142,000 Rp 48,000

Kas yang didistribusikan pada tahap pertama dialokasikan Rp 500.000.000


untuk kewajiban bukan sekutu dan Rp 20.000.000 untuk membayar kembali pin jaman

12
dari Kasino. Sisa Rp 30.000.000 dibayarkan kepada Kasino untuk mengurangi saldo
perkiraan modalnya. Pada distribusi tahap kedua, Kasino mendapat Rp 70.000.000
pertama untuk menyesuaikan perkiraan modalnya dengan Indro. Kemudian Rp
60.000.000 dialokasikan kepada Kasino dan Indro berdasarkan rasio pembagian laba
dan rugi 60:40, dan terakhir Rp 120.000.000 dialokasikan kepada Dono, Kasino dan
Indro berdasarkan rasio pembagian laba dan rugi 50:30:20. Informasi dari skedul
distribusi kas digunakan dengan cara yang sama seperti informasi dari skedul
pembayaran aman, yaitu pembayaran kas yang diindikasikan dengan skedul distribusi
kas dimasukkan dalam laporan likuidasi persekutuan dan dalam catatan persekutuan
sebagai distribusi kas yang benar-benar dilakukan.
Pembuatan rencana distribusi kas lebih banyak memakan waktu dibandingkan
pembuatan skedul pembayaran aman. Tetapi seperti yang diperlihatkan disini, rencana
distribusi kas memberikan arti yang fleksibel dan efisien untuk menentukan
pembayaran yang aman kepada sekutu. Lagipula, rencana distribusi kas memberikan
fungsi perencanaan yang sama baiknya dengan fungsi perhitungan.
3.6 Sekutu dan Persekutuan yang tidak Likuid
Urutan pendistribusian aktiva dalam likuidasi persekutuan yang diberikan pada awal
pokok bahasan ini ialah:
a. Jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu
b. Jumlah yang dipinjam sekutu selain untuk modal dan laba
c. Jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya
Untuk sekutu yang tidak likuid aturan yang berlaku untuk mengklaim harta dari sekutu
yang bangkrut sebagai berikut :
a. Jumlah terhutang kepada kreditur luar
b. Jumlah terhutang kepada kreditur persekutuan
c. Jumlah terhutang kepada sekutu dari kontribusi
Urutan prioritas ini memberiksn implikasi yang penting untuk likuidasi persekutuan
yang tidak likuid (aktiva persekutuan lebih kecil dari kewajiban persekutuan), dan untuk
likuidasi persekutuan yang likuid (aktiva persekutuan lebih besar dari kewajiban
persekutuan), tetapi satu atau lebih sekutu individu tidak likuid (harta pribadi lebih kecil
dari kewajiban pribadi). Kreditur persekutuan pertama kali menuntut pembayaran dari
harta persekutuan, dan kreditur dari sekutu individu harus mencari pemulihan klaim dari
harta individu. Jadi, harta individu dan persekutuan dipisahkan dalam menyusun prioritas
klaim.
13
3.6.1 Persekutuan Likuid-Satu atau lebih Sekutu Tidak Likuid
Dalam likuidasi persekutuan yang likuid, kreditur persekutuan mendapatkan
penggantian atas klaim mereka dari harta persekutuan. Persekutuan harus hati-hati untuk
tidak mendistribusikan harta persekutuan kepada sekutu yang tidak likuid karena kreditur
pribadi mereka mengklaim aktiva persekutuan atas ketidaksanggupan sekutu membayar
hutangnya. Begitu pula jika sekutu tidak likuid memiliki saldo modal kredit dan sekutu
likuid memiliki saldo debit yang seimbang , maka kreditur pribadi sekutu yang tidak likuid
memiliki klaim atas pribadi sekutu likuid sejumlah saldo debitnya.
Meskipun persekutuan likuid, ungkin saja sekutu individu memiliki saldo debit dalam
perkiraan modalnya pada saat disolusi, atau mungkin juga akibat rugi dan biaya yang
terjadi selama proses likuidasi, daldo modalnya menjadi debit. Sekutu ini memiliki
kewajiban terhadap sekutu yang memiliki ekuitas dalam persekutuansejumlah saldo
debitnya. Tetapi bila sekutu yang mempunyai saldo modal debit secara pribadi juga tidak
likuid. , seluruh jumlah dari aktiva pribadisekutu itu diberikan kepada kreditur pribadinya
(urutan I), dan jumlah yang dimiliki sekutu dari kontribusinya (urutan III) tidak akan
dibagi dalam distribusi aktiva pribadi sekutu.
3.6.2 Persekutuan tidak Likuid
Ketika persekutuan tidak likuid, kas yang tersedia setelah seluruh aktiva nonkas
dikonversi menjadi kas tidak akan cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur
persekutuan akan mendapatkan penggantian sebagian dari aktiva persekutuan (urutan I)
dan mendesak sekutu untuk menggunakan harta pribadi untuk menutupi sisa klaim (urutan
II). Walaupun kreditur pribadi mempunyai klaim lebih dulu (urutan I) atas harta pribadi,
kreditur persekutuan dapat mencari penggantian atas klaim mereka dari aktiva pribadi
sekutu yang secara pribadi likuid. Sekutu yang membayar lebih dari bagian kewajibannya
dalam persekutuan tentu saja mempunyai klaim atas sekutu yang memiliki saldo modal
debit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., Valdean C. Lembke. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Salemba
Empat.
http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/distribusi-kas.html
http://warta-ekonomi.blogspot.co.id/2010/11/rencana-distribusi-kas.html
http://memebali.blogspot.co.id/2013/05/likuidasi-dan-disolusi.html
http://yana-anggraini.blogspot.co.id/2012/10/likuidasai-bertahap.html

15
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN
SAP 3
“Definisi Likuidasi dan Perbedaannya Dengan Disolusi, Proses Likuidasi, Pembayaran
Aman Untuk Sekutu, Likuidasi Bertahap, Rencana Distribusi Kas, Sektu dan
Persekutuan Yang Tidak Likuid”

oleh:

Ngurah Putu Surya Pranajaya Utama 1406305020


Luh Putu Utami Kartika Dewi 1406305025
Luh Nopia Yudiastuti 1406305029
Anak Agung Ayu Mas Bhuwaneswari 1406305034
I Gede Made Aditya Pradnyana 1406305101

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2016

16
17

Anda mungkin juga menyukai