Anda di halaman 1dari 7

Sipat Datar Profil

Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya
permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun melintang.

Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah
sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil
pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa
dan lain-lain, seperti dalam:

1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.

2. Menghitung volume pekerjaan.

3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.

Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil memanjang dan sipat
datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi
sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan skala yang berbeda
agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )

a. Profil Memanjang

Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar
memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar profil
melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut :

• Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan pengukuran
pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.

• Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas

Cara Pengukuran :

 Alat di Atas Titik.


Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik

1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).

2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.

3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.

4. Ukur tinggi alat diatas patok.

5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.

6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100

7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB, untuk
pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.

8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.

9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1

H2 = HA+∆HA2

Hn = HA+∆HAn (Nurjati, 2004 )

b. Profil Melintang

Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar profil
memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah samping kiri
dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur
misalnya pada jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi yang lain. Arah
potongan melintang tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik B) maka
potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah potongan
melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan selanjutnya.

Gambar 2.4 Arah Potongan Melintang

Cara Pengukuran :

 Alat di Atas Titik

1. Tempatkan alat di atas titik A.

2. Lakukan centering.

3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.

4. Ukur tinggi alat diatas patok.

5. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.

6. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100

7. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik relief.

8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.


Metode sipat darat adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan
elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang

garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titi-titik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada pesawat

yang ditunjukkan pada rambu vertikan. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi
antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak sama atau
mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua
dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu : garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan
nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar.
Oleh sebab itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali akan membaca skala rambu.

1. Station, merupakan titik dimana rambu ukur ditegakan, bukan tempat alat sipat datar
ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat berdiri alat.

1. Tinggi alat, adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar didirikan.
1. Tinggi garis bidik, adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian (permukaan air laut
rata-rata)

1. Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang diketahui
ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya disebut rambu
belakang.

1. Pengukruan ke muka, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang diketahui
ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambu di sebut rambu muka.

1. Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke belakang dan ke muka dilakukan
pada rambu yang ditegakan di station tersebut.

Mendirikan waterpass di antara dua titik target merupakan pekerjaan yang sering dijumpai dilapangan.
Penempatan waterpass di antara dua titik target ini tidak perlu segaris dengan kedua titik tersebut, yang
penting jarak diantara waterpass dan titik-titik tersebut diusahakan sama atau hampir sama
panjangnya. Dalam aplikasi sesungguhnya jarak-jarak antara titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur
(secara optis) dengan alat waterpas, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung (misalnya pita ukur,
EDM dan lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alatwaterpas ini digunakan untuk
membandingkan dengan hasil yangdiperoleh dari pengukuran jarak langsung tersebut ataupun
untukmengecek bacaan benang tengahnya, apakah telah memenuhi ketentuan bahwa bt = ½ (ba + bb)
Satu kedudukan waterpas di antara dua titik target yang ditegakkan rambu ukur disebut slag, pengukuran
dalam satu hari terdiri dari beberapa slag yang dikenal dengan istilah seksi, sedangkan trayek adalah
panjang pengukuran dari beberapa seksi, yang merupakan panjang dari satupekerjaan projek.
Spesifikasi teknik pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :

1. Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik terhadap bidang
referensi tertentu yang akan digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan.

1. Alat ukur yang dipakai adalah waterpass

1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi

1. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap


1. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu
muka.

1. Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand, ring.

1. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2mm

1. Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah, dan bawah)

LANGKAH KERJA

1. Siapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatata hasil
pengukuran
2. Buka kaki tinga dari pengunci
3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada, kemudian kuncikan
kembali
4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki sekitar 60 cm dan
kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang sudah disiapkan tadi,
pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada di bagian bawah alat ukur cukup kuat
agar antara kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu kesatuan. Lalu injak alat injakan yang ada di kaki
tiga
6. Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga sebagai pengatur
sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak
8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya agar tepat ada
ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo tabung
9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik pengukuran
10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus difragma sampai
benang diafragma tersebut terlihat jelas
11. Tentukan dua titik A dan B
12. Bagi panjang PQ dalam beberapa slag
13. Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan dengan arah
pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m) dan catat pada lembar
kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag

Oleh Nur Aisyah Nawir Pada 14:15


Label: Civil Engineering, IUT

Anda mungkin juga menyukai