Anda di halaman 1dari 6

15

H. Manifestasi Klinis

1. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.

Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya benjolan di kantong

skrotum tidak berubah sepanjang hari, sedangkan pada hidrokel

komunikan besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada

saat anak menangis. (Purnomo, 2010 : h. 19).

2. Pembengkakan skrotum dan rasa berat pada skrotum, ukuran yang

lebih besar daripada ukuran testis dan penumpukkan cairan pada

massa yang flasid atau tegang (Kowalak, 2011; Ed. Bilotta, 2012).

3. Ukuran bervariasi dari sedikit lebih besar dibandingkan testis hingga

seukuran anggur atau lebih besar Ed. Bilotta, 2012: h. 359). Namun,

ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang sangat

besar, sehingga penis tertarik dan tersembunyi. Kulit pada skrotum

normal, lunak dan halus. Kadang-kadang akumulasi cairan limfe disertai

dengan komplikasi, yaitu komplikasi dengan chyle (chylocele), darah

(haematocele) atau nanah (pyocele). Uji transiluminasi dapat digunakan

untuk membedakan hidrokel dengan komplikasi dan hidrokel tanpa

komplikasi (Kemenkes RI, 2013; h. 79).

I. Pemeriksaan diagnostik

1. Transiluminasi

Transiluminasi untuk membedakan massa berisi cairan dari

massa solid (tumor tidak dapat ditransiluminasi) (Ed. Bilotta, 2012: h.

359).

Transiluminasi merupakan langkah diagnostik yang paling

penting sekiranya menemukan massa skrotum. Dilakukan di dalam


16

suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran

skrotum (ADAM, 2013). Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan

testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai

bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan

serosa, seperti hidrokel.

2. Ultrasonografi

USG ini membedakan spermatokel dari hidrokel dan

mengindentifikasi torsio atau tumor (Ed. Bilotta, 2012: h. 359).

J. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan Pre operasi hidrokel

Hidrokel dapat sembuh dengan sendirinya karena penutupan

spontan dari PPV (patent processus vaginalis) sesaat setelah lahir.

Residu pada hidrokel nonkomunikan tidak bertambah maupun berkurang

dalam volume, dan tidak terdapat tanda silk glove. Cairan pada hidrokel

biasanya terserap kembali ke dalam tubuh sebelum bayi berumur 1

tahun (Ed. Bilotta, 2012; Mahayani dan Darmajaya, 2012).

Oleh karena, observasi sering diperlukan untuk hidrokel pada

bayi. Hidrokel harus diobati apabila, tidak menghilang setelah berumur 2

tahun menyebabkan rasa tidak nyaman, bertambah besar atau secara

jelas terlihat pertambahan atau pengurangan volume, apabila tidak

terlihat, dan terinfeksi (Mahayani dan Darmajaya, 2012).

Hydrocelectomy adalah operasi untuk memperbaiki

pembengkakan skrotum yang terjadi ketika seseorang memiliki hidrokel.

Pasien akan menerima anestesi umum dan akan tertidur dan bebas rasa
17

sakit selama prosedur. Dalam bayi atau anak : dokter bedah membuat

sayatan kecil di lipatan pangkal paha, dan kemudian menguras cairan

kantung (hidrokel)., kadang-kadang ahli bedah menggunakan laparoskop

untuk melakukan prosedur ini. Sebuah laparoskop adalah kamera kecil

yang ahli bedah memasukkan ke daerah melalui luka bedah kecil.

Kamera ini melekat pada monitor video. Dokter bedah membuat

perbaikan dengan instrumen kecil yang dimasukkan melalui pemotongan

bedah kecil lainnya (ADAM, 2013; p. 1).

Indikasi dilakukan pembedahan pada hidrokel : menjadi terlalu

besar, pembesaran volume cairan hidrokel yang dapat menekan

pembuluh darah, terinfeksi dan gagal untuk hilang pada umur 1 tahun.

Sebelum Prosedur anak akan diminta untuk berhenti makan dan minum

setidaknya 6 jam sebelum prosedur pembedahan (ADAM, 2013; p. 1).

Sedangkan menurut Ed. Bilotta, 2012 terapi yang dapat diberikan

yaitu elevasi skrotum, aspirasi cairan dan injeksi obat sklerosis ke dalam

kantong skrotum bagi hidrokel keras untuk menghambat sirkulasi darah

atau menimbulkan nyeri, eksisi tunika vaginalis untuk hidrokel berulang,

eksisi suprainguinal untuk tumor testis yang terdeteksi melalui USG.

2. Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel

Pemulihan dari operasi hidrokel umumnya tidak rumit. Untuk

kontrol rasa nyeri, pada bayi digunakan ibuprofen 10 mg/kgBB setiap 6

jam (obat anti-inflamasi nonsteroid) dan asetaminofen 15 mg/kgBB

setiap 6 jam (obat analgesik nonopioid), hindari narkotik karena beresiko

apnea (Van Veen, dkk, 2007 dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012; Ed.

Bilotta, 2012).
18

Untuk anak yang lebih tua diberikan asetaminofen dengan kodein

(1 mg/kgBB kodein) setiap 4-6 jam. Untuk dua minggu setelah operasi,

posisi straddle harus dihindari untuk mencegah pergeseran dari testis

yang mobile keluar dari skrotum dan menyebabkan cryptorchidism

sekunder. Pada anak dalam masa berjalan, aktifitas harus dibatasi

sebisa mungkin selama satu bulan. Pada anak dalam masa sekolah,

aktivitas peregangan dan olahraga aktif harus dibatasi selama 4-6

minggu (Van Veen, dkk, 2007 dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012).

Oleh karena sebagian besar operasi hidrokel dilakukan dengan

basis rawat jalan, pasien dapat kembali bersekolah segera saat sudah

terasa cukup nyaman (biasanya 1-3 hari setelah operasi) (Mahayani dan

Darmajaya, 2012).

K. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnese

Menurut Mahayani dan Darmajaya, 2012 anamnese berkaitan dengan

lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran pembengkakan

itu bervariasi baik waktu istirahat maupun dalam keadaan emosional

(menangis, ketakutan).

2. Pemeriksaan Fisik

Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika

pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi

supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus

dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia. Rasa penuh

yang ringan dan tidak menimbulkan nyeri tekan (Ed. Ed. Bilotta, 2012).
19

Menurut Mahayani dan Darmajaya, 2012 bila tonjolan tidak

terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan

intarabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan

menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat

dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam)

atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga

bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.

Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :

a. Pada pemeriksaan fisik dengan transiluminasi hidrokel berwarna

merah terang, dan hernia gelap

b. Hidrokel pada saat diinspeksi terdapat benjolan yang hanya di

skrotum. Auskultasi pada hidrokel tidak ada bising usus, pada

hernia ada bising usus

c. Pada saat dipalpasi hidrokel teraba seperti kistik, tetapi pada

hernia teraba kenyal. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia dapat

didorong.

3. Lakukan transiluminasi test

Transiluminasi adalah sorotan dari sebuah lampu secara terus

menerus pada area tubuh atau organ untuk memeriksa adanya

kelainan. Sediakan lampu kamar yang redup atau dimatikan sehingga

area tubuh dapat dilihat lebih jelas, ambil senter, pegang skrotum,

sorot dari bawah, bila sinar merata atau menyala pada bagian skrotum,

maka isinya cairan (ADAM, 2013).

4. Pemantauan pembengkakan dan perburukan kondisi (Ed. Ed. Bilotta,

2012).
20

L. Diagnosa keperawatan

1. Pre operasi

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pembengkakan

skrotum

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk

skrotum.

c. Ansietas pada orangtua b.d perubahan status kesehatan

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan

sumber informasi tentang penyakit

2. Post operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan,

trauma pembedahan

b. Resiko infeksi b.d prosedur invansif (luka post op)

c. Resiko perdarahan berhubungan dengan insisi post op

d. Ansietas berhubungan dengan lingkungan hospitalisasi

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan

perawatan luka saat di rumah.

Anda mungkin juga menyukai