H. Manifestasi Klinis
massa yang flasid atau tegang (Kowalak, 2011; Ed. Bilotta, 2012).
seukuran anggur atau lebih besar Ed. Bilotta, 2012: h. 359). Namun,
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Transiluminasi
359).
2. Ultrasonografi
J. Penatalaksanaan Medis
dalam volume, dan tidak terdapat tanda silk glove. Cairan pada hidrokel
Pasien akan menerima anestesi umum dan akan tertidur dan bebas rasa
17
sakit selama prosedur. Dalam bayi atau anak : dokter bedah membuat
pembuluh darah, terinfeksi dan gagal untuk hilang pada umur 1 tahun.
Sebelum Prosedur anak akan diminta untuk berhenti makan dan minum
yaitu elevasi skrotum, aspirasi cairan dan injeksi obat sklerosis ke dalam
apnea (Van Veen, dkk, 2007 dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012; Ed.
Bilotta, 2012).
18
(1 mg/kgBB kodein) setiap 4-6 jam. Untuk dua minggu setelah operasi,
sebisa mungkin selama satu bulan. Pada anak dalam masa sekolah,
minggu (Van Veen, dkk, 2007 dalam Mahayani dan Darmajaya, 2012).
basis rawat jalan, pasien dapat kembali bersekolah segera saat sudah
terasa cukup nyaman (biasanya 1-3 hari setelah operasi) (Mahayani dan
Darmajaya, 2012).
K. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnese
(menangis, ketakutan).
2. Pemeriksaan Fisik
pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi
yang ringan dan tidak menimbulkan nyeri tekan (Ed. Ed. Bilotta, 2012).
19
didorong.
area tubuh dapat dilihat lebih jelas, ambil senter, pegang skrotum,
sorot dari bawah, bila sinar merata atau menyala pada bagian skrotum,
2012).
20
L. Diagnosa keperawatan
1. Pre operasi
skrotum
skrotum.
2. Post operasi
trauma pembedahan