4. Proses penuaan
1) Teori jam biologi (Biological clock theory), Proses menua dipengaruhi oleh
faktor-faktor keturunan dari dalam. Umur seseorang seolah-olah distel seperti
jam.
1
2) Teori menua yang terprogram (program aging theory), sel tubuh manusia
hanya dapat membagi diri sebanyak 50 kali.
3) Teori Mutasi (somatic mutatie theory), setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
4) The Error Theory, “Pemakaian dan rusak” kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
B. Konsep hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 149mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Price & Wilson,2005)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darahsistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pad a dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dala m keadaan cukup istirahat dan
tenang. (Depkes,2014)
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah :
2
3. Patofisiologi
4
4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
5
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi: ( Edward K Chung, 1995)
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
6
a. Data umum
b. Riwayat penyakit
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat
dan terdapat bintik–bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit
dan menurunnya sel–sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari
tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun
rambut wajah meningkat, rambut menipis/botak dan warna rambut
kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
2) Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang
pengecilan otot karena menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak
begitu berpengaruh
3) Sistem pendengaran
Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukan
serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin.
4) Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya
ambang penglihatan (daya adaptasi terhadap kegegelapan lebih
lambat, susah melihat gelap). Hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang karena berkurangnya luas pandangan. Menurunnya
daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
5) Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar
biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada arteri menurun menjadi
75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti – kemampuan batuk
berkurang.
6) Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % pertahun. Kehilangan obstisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
7) Sistem Gastointestinal
7
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun waktu pengosongan lambung,
peristaltik lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
8) Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, laju filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu memekatkan urine,
Dj urin menurun, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun ( zoome )
karena otot – otot yang lemah, frekwensi berkemih meningkat, kandung
kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi urin
dan pembesaran prostat ( 75 % usia diatas 60 tahun).
9) Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan
uterus, atrofi payu darah testis masih dapat memproduksi meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur, dorongan sek menetap
sampai usia diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.
10) Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya
aktivitas tiroid sehingga laju metabolisme tubuh (BMR) menurun,
menurunnya produk aldusteran, menurunnya sekresi, hormon godad,
progesteron, estrogen, testosteron.
11) Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat
otak menurun sekitar 10 – 20 %)
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien hipertensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Anxietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
3. Implementasi
a) Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
8
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah diberikan perawatan pasien akan:
Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
9
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Pengkajian
Manajemen nyeri:
10
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
Manajemen nyeri:
Aktivitas kolaboratif
Manajemen nyeri:
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien dimasa lalu
Perawatan dirumah
11
Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Idicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh
tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan
ansietas
kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik setiap……..
gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas dimasa lalu
12
reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk
pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman, tetangga,
kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat rekreasi
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan gejala
penyakit fisik
jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama prosedur
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas dan memperluas fokus
13
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan pasien
untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan
nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh
pasien
14
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indicator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat beraktivitas
Frekuensi pernapasan saat beraktivitas
Kemampuan untuk berbicara saat beraktivitas fisik
Indicator 1 2 3 4 5
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy
Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi,
dan melakukan ADL
15
Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu
dilaporkan ke dokter
Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan
meminimakan konsumsi oksigen
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan
Aktivitas kolaboratif
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
penyebab
16
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, jika perlu.
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung
Aktivitas lain
Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan latihan
Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak
Perawatan dirumah
Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas
Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah
17
18