Portofolio5. Suspek App Akut
Portofolio5. Suspek App Akut
Pemeriksaan Fisis
Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar
Status Vitalis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 124 x/menit, regular, kuat angkat
Pernafasan : 20 x/menit, BP: tipe thoracoabdiominal
Suhu : 38,1 C
Status lokalis:
Kepala : konjungtiva anemis : -/-
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis :-
1. Subyektif:
Pasien masuk IGD dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang dialami sekitar 2 hari yang
lalu SMRS, nyeri menetap awalnya dari daerah tengah perut kemudian menjalar ke kanan
bawah, nyeri bertambah bila batuk.
Mual (+), muntah (-)
Demam (+)
Lemah (+), nafsu makan menurun
Nyeri kepala (-), pusing (-)
Nyeri menelan (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-)
Riwayat sakit sebelumnya (-)
BAB: belum sejak kemarin.
BAK: lancar, 3x sehari, warna kuning
2. Obyektif:
Pemeriksaan Fisis
Stasus Generalis: sakit sedang/ Gizi cukup/ sadar
Status Vitalis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 124 x/menit, regular, kuat angkat
Pernafasan : 20 x/menit, BP: tipe thoracoabdiominal
Suhu : 38,1 C
Status lokalis:
Kepala : konjungtiva anemis : -/-
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis :-
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu diagnosis adalah USG, pada kondisi perforasi
gambarannya dapat berupa lesi tubuler dengan air-fluid level di regio iliaca dextra.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis moderat (10.000-20.000/ µL).
Jika leukosit lebih tinggi biasanya dicurigai telah terjadi perforasi. Pada pemeriksaan urinalisa
dapat ditemukan hematuria dan piuria pada 25 % pasien. Beberapa diagnosis banding
appendicitis akut yang perlu dipikirkan, antara lain: Kelainan gastroinestinal seperti divertikulitis
menunjukkan gejala yang hampir sama dengan apendisitis tetapi lokasi nyeri lebih ke medial.
Karena kedua kelainan ini membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal
penting.
Kolitis ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri tajam pada perut bagian bawah,
demam dan tenesmus. Obstruksi usus biasanya nyeri timbul perlahan-lahan di daerah
epigastrium. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
terdengar metalic sound pada auskultasi.Kelainan bidang urologi seperti batu ureter atau batu
ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau
urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut.
Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi apendiktomi cito.
Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi atau laparoskopi. Sebelum dilakukan tindakan
pembedahan, pasien dianjurkan untuk tirah baring dan diberikan antibiotik sistemik spektrum
luas untuk mengurangi insidens infeksi pada luka post operasi.
Telah banyak dikemukakan cara untuk menurunkan insidensi apendektomi negatif,
diantaranya adalah dengan instrument skor Alvarado dan skor Kalesaran .12
Skor Alvarado adalah sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah,
cepat dan kurang invasif. Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat sistem skor yang didasarkan
pada tiga gejala , tiga tanda dan dua temuan laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan pada
temuan pra operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis. Dalam sistem skor
Alvarado ini menggunakan faktor risiko meliputi migrasi nyeri, anoreksia, nausea dan atau
vomitus, nyeri tekan di abdomen kuadran kanan bawah, nyeri lepas tekan , temperatur lebih
dari 37,20C, lekositosis dan netrofil lebih dari 75%. Nyeri tekan kuadran kanan bawah dan
lekositosis mempunyai nilai 2 dan keenam sisanya masing-masing mempunyai nilai 1, sehingga
kedelapan faktor ini memberikan jumlah skor 10.12,15
Berdasarkan skoring terhadap faktor risiko yang digunakan dalam sistem skor Alvarado,
maka dapat diasumsikan bahwa semakin lengkap gejala, tanda dan pemeriksaan laboratorium
yang muncul atau keberadaannya positif maka skor Alvarado akan semakin tinggi, mendekati
10, ini mengarahkan kepada apendisitis akut atau apendisitis perforasi. Demikian pula
sebaliknya jika semakin tidak lengkap maka skor Alvarado semakin rendah, mendekati 1, ini
mengarahkan kepada apendisitis kronis atau bukan apendisitis. Skor Alvarado adalah sistem
skoring yang didasarkan pada gejala dan tanda klinis apendisitis akut, telah banyak
dipergunakan. Pada tulisan aslinya, Alvarado merekomendasikan untuk melakukan operasi
pada semua pasien dengan skor 7 atau lebih dan melakukan observasi untuk pasien dengan
skor 5 atau 6.
Pada tahun 1994, Kalesaran dan Riwanto membuat sistem skor diagnosis preoperatif
appendisitis. Variabel yang digunakan adalah mual, muntah, demam, nyeri ketok, defans local
dan jumlah lekosit. Skor kalesaran merupakan penjumlahan dari variabel-variabel berikut :19
Tabel 2. Skor Kalesaran
Variabel Skor
Mual 7/-10
Muntah 11/-5
Demam 7/-27
Nyeri Batuk 15/-20
Nyeri ketok 5/-23
Defans lokal 10/-13
Lekositosis 15/-11
Penatalaksanaan
Stop intake oral
IVFR RL 28 tetes/ menit
Ceftriaxon 1 gram/ 12 jam/ IV (skin test)
Ranitidin 1 ampul/ 12 jam/ IV
Rujuk