Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

PATIENT SAFETY PENGURANGAN PASIEN RISIKO JATUH


DI RUANG BOBO 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh: Kelompok C2-E


Pembimbing Akademik: Ilya Krisnana, S.Kep.Ns.M.Kep
Pembimbing Klinik: Sulistiawati Ningsih, S.Kep., Ns

Indah Fatma Sari, S.Kep. NIM 131713143054


Febrina Putri Raoef, S.Kep. NIM 131713143055
A’ida Fitriyah, S.Kep. NIM 131713143056
Siti Aisyah Zanta P, S.Kep. NIM 131713143014
Puspita Sari Dewi, S.Kep. NIM 131713143060

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
PATIENT SAFETY PENGURANGAN PASIEN RISIKO JATUH
DI RUANG BOBO RSUD DR. SOETOMO

Sasaran : Keluarga pasien di Ruangan Bobo 2 RSUD Dr. Soetomo


Hari/Tanggal : Selasa/27 Maret 2018
Tempat : Ruang Bobo 2 RSUD Dr. Soetomo
Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 WIB (30 menit)
Pelaksana : Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit, keluarga pasien di ruangan
Bobo 2 RSUD Dr. Soetomo dapat menambah pengetahuan tentang patient
safety pengurangan pasien resiko jatuh
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan,pengunjung dapat :
1. Mengetahui pengertian patient safety
2. Mengetahui tujuan patient safety
3. Mengetahui langkah-langkah patient safety
4. Mengetahui standar patient safety
5. Mengetahui sasaran patient safety
6. Mengetahui pengertian resiko jatuh
7. Mengetahui tujuan pencegahan jatuh
8. Mengetahui peran keluarga dalam pengurangan risiko pasien jatuh
II. Sasaran
Peserta dalam penyuluhan ini adalah keluarga pasien di ruangan Bobo 2
RSUD Dr. Soetomo.
III. Materi
1. Pengertian patient safety
2. Tujuan patient safety
3. Langkah-langkah patient safety
4. Standar patient safety
5. Sasaran patient safety
6. Pengertian resiko jatuh
7. Tujuan pencegahan jatuh
8. Peran keluarga dalam pengurangan risiko pasien jatuh
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
VI. Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan

Flipchart

VII.Pengorganisasian
1. Pembimbing akademik : Ilya Krisnana, S.Kep.Ns.M.Kep
2. Pembimbing klinik : Sulistiawati Ningsih, S.Kep., Ns
3. Penyaji : A’ida Fitriyah, S.Kep.
4. Moderator : Febrina Putri Raoef, S.Kep.
5. Notulen dan observer : Siti Aisyah Zanta P, S.Kep.
6. Fasilitator : Puspita Sari Dewi, S.Kep.
7. Dokumentasi : Indah Fatma Sari, S.Kep.
8. Peserta : Keluarga pasien di ruangan Bobo 2 RSUD Dr.
Soetomo

VIII. Job Description


No. Nama Sie Job Description
1. Penyaji 1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi
yang akan disampaikan
3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh
peserta
2. Moderator 1. Memandu jalannya penyuluhan dan sesi tanya
jawab
2. Membuka acara dan menyampaikan maksud
serta tujuan kegiatan penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme
kegiatan
4. Melakukan evaluasi hasil tentang materi yang
telah disampaikan
5. Menutup acara penyuluhan
3. Notulen 1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban
penyaji sebagai dokumentasi kegiatan
2. Mencatat proses kegiatan penyuluhan
disesuaikan dengan rencana kegiatan pada SAP
3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan
penyuluhan
4. Observer 1. Mengawasi dan mengevaluasi selama
penyuluhan berlangsung
2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat
proses kegiatan penyuluhan
5. Fasilitator 1. Membantu dan mengondisikan peserta selama
penyuluhan berlangsung
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir
(absensi)
3. Membantu moderator dalam mengajukan
pertanyaan untuk evaluasi hasil
4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya
5. Membagikan leaflet
6. Dokumentasi 1. Melakukan pendokumentasian selama
penyuluhan berlangsung
2. Membuat media penyuluhan

IX. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan: 1) Menjawab salam
1. Mengucapkan salam 2) Mengenal tim penyuluh
2. Memperkenalkan diri 3) Mengetahui kontrak
3. Menjelaskan kontrak waktu waktu penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 4) Mengerti tujuan dari
5. Menyebutkan materi penyuluhan penyuluhan
yang akan diberikan 5) Tahu apa saja yang
6. Menyebarkanleaflet kepada peserta akan disampaikan
2. 15 Menit Pelaksanaan: Mendengarkan dan
Mengkaji pengetahuan peserta tentang memperhatikan materi
bahaya merokok.
Menjelaskan materi tentang:
1. Pengertian patient safety
2. Tujuan patient safety
3. Langkah-langkah patient safety
4. Standar patient safety
5. Sasaran patient safety
6. Pengertian resiko jatuh
7. Tujuan pencegahan jatuh
8. Peran keluarga dalam
pengurangan risiko pasien jatuh
3. 10 menit Diskusi/ Tanya jawab dan evaluasi: 1) Mengajukan
1) Memberikan kesempatan pada pertanyaan
peserta untuk bertanya kemudian 2) Menanggapi jawaban
didiskusikan bersama 3) Menjawab pertanyaan
2) Menanyakan kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan dan
melakukan redemonstrasi
3) Memberikan reinforcement kepada
peserta bila dapat menjawab dan
menjelaskan kembali
pertanyaan/materi
4 2 Menit Terminasi: Mendengarkan dan
1) Mengucapkan terimakasih kepada membalas salam
peserta
2) Mengucapkan salam penutup

X. Evaluasi
1. Kriteria struktur
1) Kontrak waktu dan tempat diberikan pada 1 hari sebelum acara
dilaksanakan
2) Pembuatan SAP, leaflet, dan flipchart dikerjakan maksimal 3 hari
sebelumnya
3) Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
4) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria proses
1) Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan
berlangsung
2) Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal
sampai akhir
3) Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
4) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria hasil
1) Peserta yang datang dalam penyuluhan ini minimal 10 orang
2) Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
3) Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
4) Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
5) Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan penyuluh
dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar
MATERI PENYULUHAN
A. Konsep Patient Safety
1. Pengertian patient safety
Patient Safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko (Depkes RI,
2006).
2. Tujuan patient safety
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Tujuan penanganan Patient safety menurut Joint Commission
International dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit (2011), untuk
mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara
efektif, meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan
benar tempat, benar prosedur, dan benar pembedahan pasien, mengurangi
resiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi resiko terjadinya kesalahan
yang lebih buruk pada pasien.
3. Langkah-langkah patient safety
Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008), langkah menuju
keselamaan pasien bagi staf rumah sakit dilakukan dengan tujuh cara meliputi:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan
kepemimpinan dan budaya yg terbuka dengan adil.
2. Memimpin dan mendukung staf, membangun komitmen dan fokus yang
kuat & jelas tentang keselamatan pasien di rumah sakit.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal yang
potensial bermasalah.
4.. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan staf agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dengan pasien.
6. Melakukan kegiatan belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien, mendorong staf anda utuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien,
menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
4. Standar patient safety
Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional Patient safety
Rumah Sakit (Patient safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari 7
standar, yakni: (1)Hak pasien, (2)Mendididik pasien dan keluarga, (3)Patient
safety dan kesinambungan pelayanan, (4)Penggunaan metode-metode
peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
patient safety, (5)Peran kepemimpinan dalam meningkatkan patient safety,
(6)Mendidik staf tentang patient safety, (7)Komunikasi merupakan kunci bagi
staf untuk mencapai patient safety. Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah
sebagai berikut:
1. Hak Pasien
Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung
jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter penanggung
jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
Standar: rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena
itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur, mengetahui
kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, memahami dan menerima
konsekuensi pelayanan, mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah
sakit , memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dan memenuhi
kewajiban finansial yang disepakati.
3. Patient Safety dan Kesinambungan Pelayanan
Standar: Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria: Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit, terdapat
koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
4. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan
Evaluasi dan Program Peningkatan Patient Safety
Standar: Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta patient safety.
Kriteria: Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (desain)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan "Tujuh
Langkah Menuju Patient safety rumah sakit ", setiap rumah sakit harus
melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan, setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi
satu proses kasus risiko tinggi, setiap rumah sakit harus menggunakan semua
data dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
diperlukan, agar kinerja dan patient safety terjamin.
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Patient Safety
Standar: Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program patient
safety secara terintegrasi dalam organsasi melalui penerapan “Tujuh Langkah
Menuju Patient safety Rumah sakit”, pimpinan menjamin berlangsungnya
program proaktif untuk identifikasi risiko patient safety dan program menekan
atau mengurangi kejadian tidak diharapkan, pimpinan mendorong dan
menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang patient safety, pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sait serta meningkatkan patient safety dan
pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan patient safety.
Kriteria: Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program patient safety,
tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “kejadian nyaris cedera (KNC) near miss sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)” adverse event, tersedia mekanisme kerja
untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintregrasi dan
berpatisipasi dalam program patient safety, tersedia prosedur “cepat tanggap”
terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluan analisis.
6. Mencakup Keterkaitan Jabatan Dengan Patient Safety Secara Jelas
Standar: rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria: Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik patient safety sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
Setiap rumah sakit harus mengintregasikan topik patient safety dalam setiap
kegiatan in-servicetraining dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden dan setiap rumah sakit harus menyelenggarkan pelatihan
tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Patient
Safety
Standar: Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria: Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan patient safety, tersedia mekanisme identifikasi masalah dan
kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera, memperpendek lama tindakan dan/atau hospitalisasi,
meningkatkan atau mempertahankan status fungsi klien, dan meningkatkan
kesejahteraan klien. Lingkungan yang aman juga akan memberikan
perlindungan kepada stafnya, dan memungkinkan mereka untuk berfungsi
pada tingkat yang optimal.
5. Sasaran patient safety
Menurut Permenkes No. 1691 tahun 2011, pelayanan kesehatan yang aman
dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada
solusi-solusi yang menyeluruh. Ada enam sasaran keselamatan pasien adalah
tercapainya hal-hal sebagai berikut:
a. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien. Adapun elemen penilaian sasaran I yaitu :
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
Boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
Untuk pemeriksaan klinis.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
b. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Standar SKP II
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan. Adapun elemen penilaian sasaran II
yaitu:
1) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2) Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
Atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
c. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
(High-Alert)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
Adapun elemen penilaian sasaran III yaitu :
1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2) Implementasi kebijakan dan prosedur.
3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4) Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
d. Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat Pasien
Operasi
Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepatlokasi,
tepat-prosedur, dan tepat pasien. Adapun elemen sasaran IV yaitu :
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
e. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Adapun elemen sasaran V yaitu :
1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari WHO Patientt Safety).
2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
f. Sasaran VI : Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh. Adapun elemen sasaran VI yaitu :
1) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
3) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

B. Konsep Resiko Jatuh


1. Pengertian Resiko Jatuh
Risiko jatuh (risk for fall) merupakan diagnosa keperawatan berdasarkan
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), yang
didefinisikan sebagai peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh yang dapat
menyebabkan cedera fisik (Wilkinson, 2005).
Jatuh merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak sengaja tergeletak
di lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut tidak termasuk
orang yang sengaja berpindah posisi ketika tidur (WHO, 2007).
Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:
1. Intrinsik : berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi
psikologis.
2. Ekstrinsik : berhubungan dengan lingkungan
Selain itu faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat
diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan
(unanticipated). Faktor risiko yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal
yang diperkirakan dapat terjadi sebelum pasien jatuh.
1. Kategori yang dapat diperkirakan
Berhubungan dengan kondisi pasien: riwayat jatuh sebelumnya,
inkontinensia, gangguan kognitif atau psikologis, status kesehatan yang
buruk, gangguan muskuloskeletal.
Berhubungan dengan lingkungan: lantai yang basah, pencahayaan yang
kurang, penggunaan alas kaki yang tidak pas, dudukan toilet yang rendah,
peralatan yang tidak aman,.
2. Kategori yang tidak dapat diperkirakan
Berhubungan dengan kondisi pasien: kejang, aritmia jantung, stroke, pingsan,
penyakit kronis.
Berhubungan dengan lingkungan: reaksi individu terhadap obat-obatan.
2. Tujuan pencegahan jatuh
1. Mengurangi angka kejadian pasien jatuh di rumah sakit
2. Mengurangi cidera pasien jatuh
3. Melibatkan keluarga dan pasien dalam upaya pengurangan pasien
jatuh di rumah sakit.
3. Peran keluarga dalam pengurangan risiko pasien jatuh
Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri
termasuk menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat
menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan,
alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat jatuh saat berjalan
atau saat istirahat baring di tempat tidur.
Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah
sakit adalah
1.Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai
pasien
2.Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat
tempat tidur pasien atau di depan kamar pasien karena kartu tersebut
merupakan penanda untuk mewaspadai pasien yang beresiko jatuh
3. Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami informasi
yang diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan
jatuh.
4. tindakan untuk mencegah resiko jatuh
1. Memastikan tempat tidur dalam posisi rendah
2. Memastikan roda tempat tidur dikunci
3. Menutup pagar tempat tidur.
Pengelolaan pasien rawat inap tidak hanya mejadi tanggung jawab tim
kesehatan tetapii melibatkan juga pribadi pasien sendiri dan keluarga, maka
setiap bagian perlu menjalankan peran masing-masing sesuai tugasnya karena
proses kerja sama yang baik merupakan dasar yang kuat untuk memperoleh
hasil optimal.
LEMBAR OBSERVASI PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
DI RUANGAN BOBO 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil


1) Kontrak waktu dan tempat Pembukaan: 1. Peserta yang datang dalam
diberikan pada 1 hari sebelum 1. Mengucapkan salam penyuluhan ini minimal 10
acara dilaksanakan 2. Memperkenalkan diri orang
2) Pembuatan SAP, leaflet, dan 3. Menjelaskan kontrak waktu 2. Peserta dapat mengikuti
flipchart dikerjakan maksimal 3 4. Menjelaskan tujuan dari acara penyuluhan dari
hari sebelumnya penyuluhan awal sampai akhir
3) Penentuan tempat yang akan 5. Menyebutkan materi 3. Acara dimulai tepat waktu
digunakan dalam penyuluhan penyuluhan yang akan tanpa kendala
4) Pengorganisasian diberikan 4. Peserta mengikuti kegiatan
penyelenggaraan penyuluhan 6. Menyebarkan leaflet kepada sesuai dengan aturan yang
dilakukan sebelum dan saat peserta telah dijelaskan
penyuluhan dilaksanakan Pelaksanaan: 5. Peserta terbukti
1. Mengkaji pengetahuan peserta memahami materi yang
tentang bahaya merokok telah disampaikan
2. Menjelaskan materi tentang: penyuluh dilihat dari
1. Pengertian patient kemampuan menjawab
safety pertanyaan penyuluh
2. Tujuan patient dengan benar
safety
3. Langkah-langkah patient
safety
4. Standart patient safety

5. Sasaran patient safety


6. Pengertian resiko jatuh
7. Tujuan pencegahan
jatuh
9. Peran keluarga
DAFTAR HADIR PESERTA
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT

PATIENT SAFETY PENGURANGAN PASIEN RISIKO JATUH


DI RUANG BOBO 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
No. NAMA TTD

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.
DAFTAR PERTANYAAN PESERTA
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
PATIENT SAFETY PENGURANGAN PASIEN RESIKO JATUH
DI RUANGAN BOBO 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
No. NAMA PERTANYAAN JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA

Anwari dkk. 2008. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Implementasi. Tesis

Cahyono, Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam


Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 2006. Panduan Nasional


Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI

Wilkinson, J.M., 2005. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai