Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Diawal pertemuan

dilaksanakan pretest yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal yang dimiliki

siswa kelas VII1, selanjutnya dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan

dan diakhir pertemuan dilaksanakan postest.

Dalam pembelajaran ini, penulis menggunakan tahapan-tahapan dalam

model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran ini dimulai dari

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu agar siswa

dapat memahami konsep penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama, pecahan

yang penyebutnya berbeda dan pecahan campuran, kemudian mengorganisasi

siswa untuk belajar dengan membagikan siswa dalam kelompok belajar yang

terdiri dari 4 orang, tiap kelompok belajar tersebut diberikan LKS yang berisi

masalah mengenai cara menyelesaikan penjumlahan pecahan yang penyebutnya

sama, pecahan yang penyebutnya berbeda dan pecahan campuran, kemudian

penulis membantu siswa dalam memecahkan masalah yang ada di LKS.

A. Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis pengaruh

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP

Negeri 1 Darussalam Aceh Besar. Setelah nilai dari tes pretest dan nilai

95
96

kemampuan berpikir kritis siswa dari postes terkumpul, dilakukan pengolahan

data dengan pengujian normalitas sebaran data dengan menggunakan uji t pada

taraf signifikan  = 0,05 dengan n=28, diperoleh nilai thitung = 4,10 dan nilai ttabel =

1,70 sehingga nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 4,10 > 1,70. Berdasarkan kriteria

pengujian maka dalam hal ini tolak H0 dan terima Ha. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan lebih

tinggi dari nilai KKM yaitu 65 kelas VII SMP Negeri 1 Darussalam Aceh Besar.

B. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan aktivitas

siswa yang dilakukan oleh pengamat/observer terhadap suatu kelompok yang

telah ditentukan dan diambil secara acak dari beberapa kelompok yang ada.

Pengamat mencatat aktivitas yang paling dominan setiap 5 menit sekali, dari hasil

pengamatan yang ada pada tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa

adalah aktif.

Selama pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran berbasis

masalah keterampilan yang mampu dilakukan siswa secara efektif adalah

membahas masalah-masalah yang ada di LKS, mengajukan pertanyaan,

membandingkan hasil kerja, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok. Dalam

kegiatan pembelajaran ini siswa terlihat lebih dominan, guru bertindak sebagai

fasilitator, sumber informasi dan pendorong siswa untuk belajar.


97

C. Respon Siswa

Hasil respon siswa terhadap bahan ajar dan penerapan model pembelajaran

berbasis masalah yang ada pada Tabel 4.27 diperoleh skor rata-rata 3,27. Hal ini

menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran berbasis masalah adalah sangat positif, karena sembilas belas

pernyataan yang diberikan kepada siswa memiliki rata-rata skor lebih dari 3.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung adalah efektif dan respon siswa terhadap komponen

model pembelajaran berbasis masalah adalah sangat positif. Pada pelaksanaan

pembelajaran terlihat bahwa pembelajaran yang melalui penerapan model

pembelajaran berbasis masalah ini memberikan kesempatan pada siswa untuk

mencapai pemahaman yang lebih luas dan menganalisis secara lebih mendalam,

memberikan motivasi untuk belajar lebih lanjut dan setiap siswa dituntut untuk

menguasai materi karena di dalam pembelajaran melalui model pembelajaran

berbasis masalah memperhatikan setiap tahapan yang dilalui siswa. Siswa tidak

diberikan materi lanjutan apabila materi sebelumnya belum dikuasai secara

mendalam.

Melalui model pembelajaran berbasis masalah selain merupakan salah

satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, juga dapat

mengaktifkan siswa, mengembangkan sikap kreatif, bertanggung jawab dan

inovatif. Dalam belajar siswa dituntut untuk berusaha menguasai materi melalui

pengamatan terhadap benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai

dengan materi pelajaran atau alat peraga yang diberikan guru, bekarja sama dan
98

berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk menyelesaikan tugas-tugas

yang ada dalam LKS. Hal ini sangat baik bagi siswa, karena dengan berdiskusi

mereka akan saling berbagi kemampuan dan menyampaikan pendapat. Sears

dalam Nurina Happy mengatakan bahwa “Pembelajaran berbasis masalah dapat

melibatkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah.1

______________
1
Nurina Happy, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematis Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kasihan Bantul Pada Pembelajaran Matematika Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2011),
hal. 20.

Anda mungkin juga menyukai