Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Nita Nopiani, dr.
Dokter Pendamping:
Widiyana, dr
II. Anamnesis
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada 17-05-2017 di
UGD RSUD Indramayu
Keluhan Utama :
Os datang ke IGD RSUD indramayu dengan riwayat kejang di rumah.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu Pasien mengeluh Os kejang di rumah sebanyak 4 kali. Durasi kejang <
5menit. Menurut ibu pasien kejang tersebut seperti ‘kelojotan’ dan matanya
melirik kearah atas. Setelah kejang berhenti pasien juga terlihat kejang yang
hanya berupa gerakan menghentak pada tubuh sebelah kanan saja. Keluhan
disertai os yang tampak lemas dan menggantuk sejak 2 jam yang lalu, demam
sejak 3 hari yang lalu, batuk sejak 3 hari yang lalu dan muntah yang menyemprot
sebanyak 2 kali disertai BAB cair sebanyak 5 kali berwarna kuning, ampas (+)
lendir (-) darah (-).
Sejak lahir os mengkonsumsi ASI dan belum diberi makanan tambahan
oleh keluarga.
Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat Imunisasi :
Belum imunisasi
III. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Tanda Vital
Kesadaran : somnolen
Frekuensi nadi : 132x/menit
Tekanan darah : Tidak dihitung
Frekuensi pernapasan : 32x/menit
Suhu tubuh : 36,4˚C
SpO2 : 97%
Data antropometri
- Berat badan : 4,4 kg
- Panjang badan : 56 cm
Kepala
- Bentuk : Normocephali, Ubun-ubun besar datar tegang.
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, distribusi cukup baik
- Mata : cekung +/+ Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik
-/-, pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+, lakrimasi +/+,
- Telinga : Normotia, serumen -/-
- Hidung : Septum deviasi (-), sekret -/- warna kehijauan, nafas
cuping hidung -/-
- Mulut : Sianosis (-) ,Bibir tampak kering (-), faring hiperemis (-),
Wajah :
- Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax :
Paru-paru
- Inspeksi : pergerakan napas cepat, pergerakan otot bantu
pernapasan (+)
- Palpasi :-
- Perkusi : sonor pada kedua paru
- Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi +/+ wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi : Teraba iktus cordis pada ICS V, 1 cm medial linea
midklavikula kiri
- Perkusi :-
- Batas kanan : Sela iga V linea parasternalis kanan.
- Batas kiri : Sela iga V, 1cm sebelah medial linea
midklavikula kiri.
- Batas atas : Sela iga II linea parasternal kiri.
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut cembung
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
- Kulit : Ikterik (-), petechie (-),
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas, CRT < 2”
IV. Pemeriksaan Neurologis
1. Tanda Rangsang Selaput Otak
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Lasegue : >70˚/>70˚
Kernig : >135˚/>135˚
Brudzinski II : -/-
2. Sistem Motorik
Ekstremitas atas proksimal-distal : Bergerak aktif +/+
Ekstremitas bawah proksimal-distal : Bergerak aktif +/+
V. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 17/05/2017, pukul 10.01 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Leukosit 31,100 /μL 4000-10.000
Eritrosit 2,2 juta/uL 4,4-6
Hemoglobin 7,4 g/dL 10,3-17,9
Hematokrit 23 % 31-59
Trombosit 468.000 ribu/ μL 150.000-450.000
Index Eritrosit
MCV 100,5 fL 82-126
MCH 33,9 pg 24-30
MCHC 32,4 % 25-37
Hemostasis
Waktu Pembekuan/CT 12 menit 5-7 menit
Waktu Perdarahan/BT 3 menit 1-5 menit
VI. DIAGNOSIS
- Status Epileptikus ec dd/ APCD/ Perdarahan intrakranial
- Sepsis
- Suspek Bronkopneumonia
- Dehidrasi Ringan Sedang
- Anemia
VII. PENATALAKSANAAN
Advie dr. Ike, SpA:
- Pro NICU
- IVFD Nacl 0,9% bolus 44cc selama 30 menit selanjutnya 40 cc/jam
selama 6 jam
- Meropenem 3x200 mg
- Dexametason 3x0.8 mg
- Fenitoin 80 mg loading pelan selama 20 menit
- Oksigen 2 lpm
- NGT dekompresi
- Puasa
- Transfusi PRC 70 cc
- Transfusi plasma 70 cc
FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
18/05/17 Pucat N: 130x/menit - Status - Oksigen 0,5
Kejang (+) S: 360C epileptikus ec lpm
RR: 28x/menit dd/ apcd / - IVFD NSD10
Mata perdarahan 28cc/jam
konjungtiva intrakranial - Dexametason
anemis +/+, - Sepsis 3x0.8mg
Paru SN - Bronkopneumo - Fenitoin 2x15
vesicular +/+, rh nia mg
+/+, wh -/- - Dehidrasi - Vit K 1mg
Abdomen : datar ringan sedang - Ct scan kepala
lembut bu (+) - Konsul dr
EKA,SpBS
Ekstremitas:
akral hangat, crt
< 2 detik
2.1.1. Definisi
perdarahan serius pada periode infantri awalyang pertama kali dijelaskan pada
tahun 1966. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling serius yg
mempengaruhi bayi.1
2.1.2. Etiologi
2. Penyakit hati
a. Inhibitor spesifik
b. Antibodi antifosfolipid
2.1.3. Epidemiologi
Angka kejadian VKDB berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi
dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,5% pada tahun 1961, dan menurun menjadi 0-
Hanoi Vietnam sangat tinggi, sebesar 116 per 100.000 kelahiran.17 Angka
Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya VKDB antara lain obat-
(warfarin). Faktor resiko lain adalah kurangnya sintesis vitamin K oleh bakteri
kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif, serta
2.1.5. Klasifikasi
deficiency)
Tabel 2. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada anak.
VKDB dini VKDB klasik VKDB lambat Secondary PC
(APCD) deficiency
Umur < 24 jam 1-7 hari (terbanyak 3-5 2 minggu – 6 Segala usia
hari) bulan (terutama
2-8 minggu)
Penyebab & Obat yang -Pemberian makanan -Intake Vit K -obstruksi bilier
Faktor resiko diminum terlambat inadekuat -penyakit hati
selama -Intake Vit K inadekuat -Kadar vit K -malabsorbsi
kehamilan -Kadar vit K rendah pada ASI rendah pada ASI -intake kurang
-Tidak dapat profilaksis -Tidak dapat (nutrisi
vit K profilaksis vit K parenteral)
Frekuensi <5% pada 0,01-1% 4-10 per 100.000
kelompok (tergantung pola makan kelahiran
resiko tinggi bayi) (terutama di Asia
Tenggara)
Lokasi Sefalhematom, GIT, umbilikus, hidung, Intrakranial (30-
perdarahan umbilikus, tempat suntikan, bekas 60%), kulit,
intrakranial, sirkumsisi, intrakranial hidung, GIT,
intraabdominal, GIT, tempat suntikan,
intratorakal umbilikus, UGT,
intratorakal
Pencegahan -penghentian / -Vit K profilaksis (oral / Vit K profilaksis
penggantian im) (im)
obat penyebab - asupan vit K yang - asupan vit K
adekuat yang adekuat
Proses Koagulasi
Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik
dan jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah mengenai permukaan sel
(HMWK), ion kalsium dan fosfolipid dari trombosit. Jalur ini dimulai ketika
prekalikrein, HMWK, faktor XI dan faktor XII bersentuhan dengan permukaan sel
endotelial, yang disebut dengan fase kontak. Adanya fase kontak ini menyebabkan
ion Ca, faktor VIIIa, IXa dan X, yang terdapat pada permukaan sel trombosit.
Faktor VIIIa pada proses koagulasi bersifat seperti reseptor terhadap faktor IXa
dan X. Aktifasi faktor VIII menjadi faktor VIIIa dipicu oleh terbentuknya
trombin, akan tetapi makin tinggi kadar trombin, malah akan memecah faktor
tissue factor (TF). TF merupakan suatu lipoprotein yang terdapat pada permukaan
sel, adanya kontak dengan plasma akan memulai terjadinya proses koagulasi. TF
akan berikatan dengan faktor VIIa akan mempercepat aktifasi faktor X menjadi
faktor Xa sama seperti proses pada jalur intrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi
melalui kerja dari trombin dan faktor Xa. Faktor VIIa dan TF ternyata juga
trombin (faktor IIa). Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer
dengan bantuan kompleks protrombinase yang terdiri dari fosfolipid sel trombosit,
ion Ca, faktor V dan Xa. Faktor V merupakan kofaktor dalam pembentukan
Va dipivu oleh adanya trombin. Selain itu trombin juga mengubah faktor XIII
Sistem koagulasi pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir
kadar protein koagulasi lebih rendah. Kadar dari sistem prokoagulasi seperti
protein prekalikrein, HMWK, faktor V, XI dan XII serta faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (II, VII, IX, X) pada bayi cukup bulan lebih rendah 15 –
20% dibandingkan dewasa dan lebih rendah lagi pada bayi kurang bulan. Kadar
inhibitor koagulasi seperti antitrombin, protein C dan S juga lebih rendah 50%
dari normal. Sedangkan kadar factor VIII, faktor von Willebrand dan fibrinogen
Kadar protein prokoagulasi ini secara bertahap akan meningkat dan dapat
mencapai kadar yang sama dengan dewasa pada usia 6 bulan. Kadar faktor
koagulasi yang tergantung vitamin K berangsur kembali ke normal pada usia 7-10
hari. Cadangan vitamin K pada bayi baru lahir rendah mungkin disebabkan oleh
kurangnya vitamin K ibu serta tidak adanya cadangan flora normal usus yang
pertama kehidupan kecuali protein C yang masih rendah sampai usia belasan
prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT) tidak
pemanjangan pemeriksaan bleeding time terutama pada usia < 10 tahun, sehingga
Defisiensi Vitamin K
protein ) atau GIa. Vitamin K diperlukan sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX
IX dan X pertama kali disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk
prekursor tidak aktif. Vitamin K diperlukan untuk konversi prekursor tidak aktif
karboksilasi (proses gamma karboksilasi dari amino terminal glutamic acid) tidak
terjadi. Sehingga bentuk akarboksi dari faktor II, VII, IX dan X tidak mampu
berikatan dengan ion kalsium dan tidak dapat berubah menjadi bentuk aktif yang
dengan susu formula yaitu sekitar 50 - 60 mg/ml. Selain itu pada usus bayi yang
2.1.7. Diagnosis
melihat keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan pada tempat-tempat tertentu
IX, dan X sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat
perdarahan normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT Scan atau MRI dapat
perdarahan intrakranial. Selain itu respon yang baik terhadap pemberian vitamin
didapat maupun yang bersifat kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati juga
dapat menyebabkan gangguan sintesis faktor-faktor pembekuan darah, sehingga
PT Memanjang Memanjang
Pada kasus APCD ini, terdapat beberapa diagnosis banding antara lain
thrombocytopenia purpura. 8
2.1.9. Penatalaksanaan
pada bayi dengan perdarahan yang luas dengan dosis 10 – 15 ml/kg, mampu
membaik. Pada bayi cukup bulan, jika tidak didapatkan perbaikan dalam 24 jam
2.1.10. Prognosis
K1 akan membaik dalam waktu 24 jam.9 Angka kematian pada VKDB dengan
sangat tinggi. Pada perdarahan intrakranial angka kematian dapat mencapai 25%