Konsep Stres, Rentang Sehat Jiwa, Dan Koping
Konsep Stres, Rentang Sehat Jiwa, Dan Koping
PHYCHIATRIC IN NURSING
Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan bahasan meliputi; “Konsep Stres, Rentang Sehat Jiwa, dan Koping”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Physchiatric in
Nursing. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari baik isi maupun penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna meningkatkan dan
memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber
terjadinya stres yang memengaruhi tipe dan sumber dari individu
untuk menghadapi stres baik yang biologis, psikososial, dan
sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini akan memengaruhi
seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap stres
pengalaman stres yang dialaminya. Adapun macam-macam faktor
predisposisi meliputi hal sebagai berikut.
a. Biologi: latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan
biologis, kesehatan umum, dan terpapar racun.
b. Psikologis: kecerdasan, keterampilan verbal, moral, personal,
pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan
psikologis, dan kontrol.
c. Sosiokultural: usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman sosial, dan tingkatan sosial.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu.
Faktor presipitasi memerlukan energi yang besar dalam
menghadapi stres atau tekanan hidup. Faktor presipitasi ini dapat
bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu merupakan
dimensi yang juga memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa lama
terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stres. Adapun faktor
presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut.
a. Kejadian yang menekan (stressful)
Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang menekan
kehidupan, yaitu aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan
keinginan sosial. Aktivitas sosial meliputi keluarga, pekerjaan,
pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan, aspek legal, dan krisis
komunitas. Lingkungan sosial adalah kejadian yang dijelaskan
sebagai jalan masuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah
seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial. Keinginan
sosial adalah keinginan secara umum seperti pernikahan.
b. Ketegangan hidup
Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi
ketegangan keluarga yang terus-menerus, ketidakpuasan kerja,
dan kesendirian. Beberapa ketegangan hidup yang umum terjadi
adalah perselisihan yang dihubungkan dengan hubungan
perkawinan, perubahan orang tua yang dihubungkan dengan
remaja dan anak-anak, ketegangan yang dihubungkan dengan
ekonomi keluarga, serta overload yang dihubungkan dengan
peran. (Yusuf et al, 2015).
C. Manifestasi Klinis
Stres dapat menyebabkan banyak perubahan pada tubuh. Perubahan yang
terjadi berdasarkan Mubarak et al (2015) meliputi :
1. Gejala fisiologik antara lain denyut jantung bertambah capat, banyak
berkeringan (terutama keringat dingin), pernapasan terganggu, otot
terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan
lambung, dan lain-lain.
2. Gejala psikologik antara lain resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau
perasaan kewalahan (exhausted), dan lain sebagainya.
3. Tingkah laku antara lain berbicara cepat sekali, menggigit kuku,
menggoyang-goyangkan kaki, ticks, gemetaran, berubah nafsu
makan (bertambah atau berkurang).
E. Penanganan
Menurut Agus Hardjana (1994) ada 2 cara mengatasi stres yaitu:
1. Mengatasi secara negatif, seperti lari ke tempat-tempat hiburan
(bioskop, diskotik), minum-minuman keras, makan banyak, minum
obat penenang, gelisah, kacau pikiran, menghisap rokok berlebihan
dan acuh tak acuh, menyalahkan peristiwa dan menyimpan dendam.
2. Mengatasi stres secara positif
a. Tindakan langsung (direct action), berbuat yang nyata secara
khusus dan langsung, seperti meminta nasehat, mempelajari
ilmu atau kecakapan baru.
b. Mencari informasi dengan pengetahuan yang membuat stres
sehingga dapat mengetahui dan memahami situasi stres yang
dialami.
c. Berpaling pada orang lain. Misal orang tua, saudara, sahabat.
d. Menerima dengan pasrah, yaitu berusaha menerima peristiwa
atau keadaan apa adanya, karena dengan cara apapun kita tidak
dapat mengubah sumber penyebab stresnya, kita hanya bisa
melepaskan emosi dan mengurangi ketegangan seperti
menangis, berteriak atau melucu, bisa juga melakukan tindakan
meloncat-loncat, memukul-mukul meja atau berjalan keluar
rumah untuk menghirup udara segar.
e. Proses interpsikis yaitu dengan memanfaatkan strategi kognitif
atau usaha pemahaman untuk menilai kembali situasi stres yang
dialami, berupa strategi merumuskan kembali secara kognitif
bentuk lain dari proses intrapsikis adalah apa yang disebut oleh
Sigmund Frued yaitu mekanisme pertahanan (defence
mechanisme), denial (penyangkalan), penekanan (suppresi).
B. Mekanisme Koping
Koping mekanisme adalah suatu usaha langsung dalam manajemen
stres. Ada tiga tipe mekanisme koping menurut Yusuf et al (2015), yaitu
sebagai berikut.
1. Mekanisme Koping Problem Focus
Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk
mengatasi ancaman diri. Contoh: negosiasi, konfrontasi, dan mencari
nasihat.
2. Mekanisme Koping Cognitively Focus
Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah
dan menetralisasinya. Contoh: perbandingan positif, selective
ignorance, substitution of reward, dan devaluation of desired
objects.
3. Mekanisme Koping Emotion Focus
Individu menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara
tidak berlebihan. Contoh: menggunakan mekanisme pertahanan ego
seperti denial, supresi, atau proyeksi.
Mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan destruktif.
Mekanisme konstruktif terjadi ketika kecemasan diperlakukan sebagai
sinyal peringatan dan individu menerima sebagai tantangan untuk
menyelesaikan masalah. Mekanisme koping destruktif menghindari
kecemasan tanpa menyelasaikan konflik.
Selain dapat dikategorikan dalam tiga tipe di atas, mekanisme
koping dapat dikategorikan sebagai task oriented reaction dan ego
oriented reaction. Task oriented reaction adalah berpikir serta mencoba
berhati-hati untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik, dan
memberikan kepuasan. Task oriented reaction berorientasi dengan
kesadaran secara langsung dan tindakan. Sementara, ego oriented
reaction sering digunakan untuk melindungi diri. Reaksi ini sering
disebut sebagai mekanisme pertahanan. Setiap orang menggunakan
mekanisme pertahanan dan membantu seseorang mengatasi kecemasan
dalam tingkat ringan sampai dengan sedang. Ego oriented reaction
dilakukan pada tingkat tidak sadar.
Tabel 3.1 Mekanisme Pertahanan
Mekanisme Koping Keterangan
Fantasi Keinginan yang tidak terkabul dipuaskan dalam
imajinasi, mengkhayal seolah-olah menjadi seperti
yang diinginkan.
Hardjana, A.M. (1994). Stres tanpa Distres, Seni Mengelola Stres. Yogyakarta:
Kanisius.
Mubarak, W.I., Lilis, I., Joko, S. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar
Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun. (2004). Pengertian Stres, Sumber Stres, dan Sifat Stresor. Dalam: Stres,
Koping, dan Adaptasi Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto.
Stuart & Sudden. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yusuf, A., Rizky, F.P., Hanik, E.N. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.