Anda di halaman 1dari 10

BAB III

KAVITASI

3.1 PENDAHULUAN
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir,
karena tekanannya berkurang sampai di bawah tekanan uap jenuhnya.
Misalnya air pada tekanan 1 atmosfer akan mendidih dan menjadi uap jenuh
pada temperatur 1000C. Tetapi jika tekanan direndahkan maka air akan
mendidih pada temperatur yang lebih rendah. Jika tekanannya cukup rendah
maka pada temperatur kamarpun air akan mendidih.
Apabila zat cair mendidih, maka akan timbul gelembung-gelembung
uap zat cair. Hal ini dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir di dalam
pompa maupun di dalam pipa. Tempat-tempat yang bertekanan rendah dan
atau yang berkecepatan tinggi di dalam aliran, sangat rawan terjadinya
kavitasi. Pada pompa misalnya, bagian yang mudah mengalami kavitasi
adalah pada sisi isapnya. Kavitasi akan timbul bila tekanan isap terlalu
rendah.
Jika pompa dijalankan dalam keadaan kavitasi secara terus menerus
dalam jangka waktu yang lama, maka permukaan dinding permukaan saluran
disekitar aliran yang berkavitasi akan mengalami kerusakan. Permukaan
dinding akan termakan sehingga menjadi berlubang-lubang atau bopeng.
Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagai akibat dari tumbukan gelembung-
gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus menerus. Tempat-
tempat yang bertekanan rendah dan atau yang berkecepatan tinggi di dalam
aliran, sangat rawan terjadinya kavitasi. Pada pompa misalnya, bagian yang
mudah mengalami kavitasi adalah pada sisi isapnya. Kavitasi akan timbul bila
tekanan isap terlalu rendah.

3.1.a. Head Isap Positf Netto (NPSH)

Seperti yang telah diuraikan, kavitasi akan terjadi bila tekanan suatu
aliran zat cair turun sampai di bawah tekanan uap jenuhnya. Jadi, untuk
menghindari kavitasi, harus diusahakan agar tidak ada bagian dari aliran di
dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap
jenuh cairan pada temperutur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan.
Pertama, tekanan yang ditentukan oleh kondisi lingkungan di mana
pompa dipasang, dan kedua, tekanan yang ditentukan oleh aliran di dalam
pompa. Berhubungan dengan hal tersebut diatas, maka dapat didevinisikan
suatu Head Isap Positif Netto atau NPSH, yang akan dipakai sebagai ukuran
keamanan pompa terhadap kavitasi. Dengan mengetahui NPSH yang
tersedia pada sistem (instalasi), dan dengan mengetahui NPSH yang
diperlukan oleh pompa, maka bisa merencanakan suatu pompa pada
instalasinya.

3.1.b. NPSH yang tersedia pada instalasi

NPSH yang tersedia adalah : head yang dimiliki oleh zat cair pada
sisi isap pada pompa ( ekivalen dengan tekanan mutlak pada sisi isap pompa
), dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair di tempat tersebut.
Dalam hal ini pompa yang menghisap zat cair dari tempat terbuka (
dengan tekenan atmosfer pada permukaan zat cair ) pad Gb. a, maka
besarnya NPSH yangtersedia adalah :
𝑷𝒂 𝑷𝒗
𝒉𝒗𝒔 = − − 𝒉𝒔 − 𝒉𝒍𝒔 (𝟑. 𝟏)
𝜸 𝜸
Dari persamaan (1) dapat dilihat bahwa NPSH yang tersedia
merupakan tekanan absolut yang masih tersedia pada sisi isap pompa
setelah dikurangi tekanan uap. Besarnya hanya tergantung pada kondisi luar
pompa di man pompa dipasang. Tinggi isap hs biasanya diukur dari
permukaan zat cair sampai sumbu poros (untuk pompa dengan poros
mendatar) atau sampai titik tertinggi pada lubang isap implelar (pada pompa
poros tegak).
Jika zat cair diisap dari tangki tertutup seperti diperlihatkan dalam
Gb. b, maka tekanan Pa dalam persamaan (1) menyatakan tekanan mutlak
yang bekerja pada permukaan zat cair di dalam tangki tersebut. Khususnya
jika tekanan di permukaan zat cair sama dengan tekanan uap jenuhnya,
maka Pa = Pv sehingga persamaan (1) akan menjadi :
𝑯𝒔𝒗 = −𝒉𝒔 − 𝒉𝒍𝒔 (𝟑. 𝟐)
Dalam Gb.b ha adalah negatif ‘(-)’, karena permukaan zat cair di
dalam tangki lebih tinggi dari pada sisi isap pompa. Pemasangan pompa
semacam ini diperlukan untuk mendapatkan harga hsv (NPSH) positif.

3.1.c. NPSH Yang diperlukan

Tekanan terendah dalam pompa biasanya terdapat di suatu titik dekat


setelah sisi masuk sudu impelar. Di tempat tersebut, tekanannya adalah
lebih rendah daripada tekanan pada lubang isap pompa. Hal ini disebabkan
oleh kerugian head di nosel isap, kenaikan kecepatan aliran karena tebal
sudu setempat.
Jadi, agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada
lubang masuk pompa, dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa, harus
lebih tinggi dari pada tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya
sama dengan penurunan tekanan isi disebut NPSH yang diperlukan.
Besarnya NPSH yang diperlukan berbeda untuk setiap pompa. Untuk suatu
pompa tertentu, NPSH yang diperlukan berubah menurut kapasitas dan
putarannya. Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka
harus dipenuhi persyaratan berikut :
NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan
Harga NPSH yang tersedia dapat dihitung dari kondisi instalasi
menurut pers. (1) dan (2), sedangkan harga NPSH yang diperlukan harus
diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan. Namun untuk penaksiran
secara kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dari konstanta kavitasi σ
seperti diuraikan dibawah ini.
Jika head total pompa pada titik efisiensi maksimum dinyatakan
sebagai HN dan NPSH yang diperlukan untuk titik ini HsvN, maka σ
didefinisikan sebagai.
𝑯𝒔𝒗𝑵
𝝈= (𝟑. 𝟑)
𝑯𝑵

Bilangn σ ini disebut “ koefisien kavitasi Thoma “.

Dari percobaan diketahui bahwa harga σ menunjukan


ketergantungan terhadap ns untuk pompa-pompa yang mempunyai bentuk
umum. Dalam hal ini dapat ditentukan dari Gb. c. dan NPSH diperlukan
dapat ditaksir sebagai berikut:
NPSH yang diperlukan = HsvN = σHN
Sering kali orang menggunakan bilangan “kecepatan spesifik isap” S
sebagai pengganti perhitungan σ. Adapun definisi kecepatan spesifik isap
adalah sebagai berikut :
𝑸𝑵𝟏⁄𝟐
𝑺=𝒏 (𝟑. 𝟒)
𝑯𝒔𝒗𝑵𝟑⁄𝟒

Jadi QN dinyatakan dalam m3/min., HsvN dalam m, dan n dalam rpm


maka harga S untuk pompa-pompa berbentuk umum adalah sebesar 1200.
Harga ini tidak tergantung pada ns. Maka NPSH yang diperlukan :
𝒏 𝟑 ⁄𝟒 𝟐 ⁄𝟑
𝑵𝑷𝑺𝑯 = [ ] 𝑸 (𝟑. 𝟓)
𝒔

Adapun antar S dan 0 terdapat hubungan sebagai berikut:


𝑸𝑵𝟏⁄𝟐 𝒏𝒔𝑯𝑵𝟑⁄𝟒
𝑺=𝒏 = (𝝈𝑯𝑵)𝟑⁄𝟒 (𝟑. 𝟔)
𝑯𝒔𝒗𝑵𝟑⁄𝟒

Semua rumus diatas berlaku untuk titik efisiensi tertinggi. Jika titik
kerja pompa berada di luar titik efisiensi terbaik ini, maka sudut aliran
masuk dan sudut sudu tidak sesuai lagi. Khususnya, jika kapasitas menjadi
lebih besar, maka kecepatan aliran juga menjadi lebih besar. Dalam hal
demikian, penurunan tekanan pada sisi masuk sudu menjadi lebih besar,
sehingga NPSH yang diperlukan menjadi naik. Hal ini perlu diperhatikan
secara khusus jika pompa harus bekerja pada kapasitas yang lebih dari pada
kapasitas titik efisiensi optimumnya. Perubahan NPSH yang dibutuhkan
sangat tergantung pada bentuk pompa. Namun untuk penaksiran kasar dapat
digunakan Gb.d.
3.1.d. NPSH dan Untuk Kerja Pompa

Ada dua cara untuk memeriksa secara eksperimental pengaruh


NPSH pada unjuk kerja pompa. Cara pertama dengan kapasitas dijaga tetap,
harga NPSH yang tersedia divariasikan seperti Gb.e, kemudian perubahan
head total pompa, daya poros dan efisiensi diperiksa.

Cara kedua mengukur efisiensi pompa dengan NPSH sebagai parameter


seperti diperlihatkan Gb.f, kemudian perubahan kurva unjuk kerja karena
perubahan NPSH yang diperiksa.
Perubahan unjuk kerja pompa terhadap perubahan NPSH tergantung
pada pompa yang bersangkutan. Pompa dengan ns rendah mempunyai kurva
unjuk kerja yang cenderung menurun secara tiba-tiba di daerah kapasitas
besar di mana NPSH menjadi seperti diperlihatkan dalam Gb.g.
Pada kedua metode tersebut diatas, NPSH (Hsv) pada titik dimana
unjuk kerja mulai menurun merupakan harga NPSH yang diperlukan.
Namun pengukuran titik ini secara cermat adalah sangat sukar, sehingga
NPSH yang diperlukan dalam banyak hal ditetapkan pada titik di mana
unjuk kerja menurun 3%.

3.1.e. Berbagai pengaruh pada NPSH yang diperlukan


Seprti telah diutarakan sebelumnya, NPSH yang tersedia
tergantung pada berbagai faktor seperti atmosfer, tekanan yang bekerja
pada permukaan zat cair, tekanan uap, head statis dan sebagainya.
Adapun pengaruh faktor-faktor tersebut tidaklah tetap melainkan
tergantung pada berbagai hal, seperti diuraikan dibawah ini.
1. Pengaruh temperatur zat cair.
Karena tekanan uap zat cair dapat berubah menurut
temperaturnya maka NPSH yang tersedia juga dapat bervariasi sesuai
dengan perubahan temperatur zat cair yang diisap. Khususnya, jika
temperatur cukup tinggi, beberapa langkah pengamanan tertentu perlu
diambil karena NPSH yang tersedia menjadi sangat rendah. Hubungan
antara temperatur air dan tekanannya ditunjukan dalam tabel sifat-sifat
fisik air, terlampir.
2. Pengaruh sifat zat cair
Tekanan uap juga tergantung pada jenis zat cair yang dipompa.
Jadi NPSH yang tersedia harus ditentukan dengan menggunakan data
tekanan uap zat cair yang bersangkutan. Harga-harga tekanan uap
berbagai zat cair yang sering dijumpai, diberikan pada lampiran.
3. Pengaruh tekanan pada permukaan zat cair yang diisap
Tekanan ini secara langsungg akan mempengaruhi NPSH yang
tersedia. Kasus yang menyangkut zat cair yang diisap dari dalam tangki
tertutup telah dibahas dalam uraian terdahulu. Namun, kewaspadaan
perlu dijaga untuk pompa yang dipakai di tempat yang tinggi, karena
tekanan atmosfer didaerah tersebut lebih rendah.
Hubungan antara ketinggian dan tekanan atmosfer standar
diberikan menurut rumus berikut: (Sularso, 1996).
𝟎,𝟎𝟎𝟔𝟓𝒉 𝟓,𝟐𝟓𝟔
𝑷𝒂 = 𝟏𝟎, 𝟑𝟑 [𝟏 − ] (𝟑. 𝟕)
𝟐𝟖𝟖
Hubungan diatas diberikan dalam tabel 3.1.
Ketinggian(m) 0 100 200 300 400 500 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

Tekanan atmosfer (mH2P) 10,33 10,21 10,09 9,97 9,85 9,73 9,62 9,39 9,16 8,94 8,73 8,51 8,31 8,10

3.2. METODE PRAKTIKUM

3.2.a. CARA PRAKTIKUM

Dalam penilitian dilakukan percobaan dengan menggunakan


beberapa variasi antara lain perubahan debit aliran, perubahan arah aliran
dengan menggunakan belokan. Disamping itu juga menggunakan variasi
perubahan diameter impler pompa. Penilitian pada instalasi ini, suhu air
ditingkatkan mencapai 40-500C, agar tekanan uap zat cair jenuh zat cair
meningkat.

Gambar 3.8. Instalasi alat praktikum dan visualisasi kavitasi


Bahan penilitian ini adalah air bersih sebagai media yang akan
dialiri pada instalasi perpipaan. Air tesebut ditampung dalam suatu
reservoir. Air dipanaskan dengan menggunakan kompor gas atau pemanas
(heater) yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan uap jenuh pada fluida
cair, agar fenomena kativasi lebih mudah terjadi.

A. Alat Penelitian
Alat penelitian dan visualisasi dan fenomena kavitasi aliran satu
fasa ini dibuat dari beberapa komponen utamanya yaitu reservoir,
manometer, pompa stop kran, gelas ukur debit aliran air, dan pipa
transparan. Tiap-tiap komponen dihubungkan dengan pipa-pipa yang
berdiameter 1 inchi menjadi satu kesatuan instalasi. Alat ini juga
dilengkapi dengan stopkran yang berfungsi sebagai pengatur aliran air.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini seperti ditunjukan pada gambar
h dan secara skematis ditunjukan pada gambar i.

B. Cara Penellitian
Cara melakukan percobaan dalam penelitian ini dengan
mengikuti prosedur berikut :
Pertama pompa dihidupkan, maka akan terjadi sirkulasi aliran zat
cair dari reservoir melewati pompa dan alat-alat ukur tekanan yang
dipasang disepanjang pipa isap dan pipa tekan, kemudidn menuju
reservoir kembali. Langkah berikutnya adalah pembacaan alat ukur tekan
pada sisi isap (P1, P2, P3, P4)dan posisi tekan (P5 dan P6). Kemudian
dilakukan pengukuran debit aliran zat cair dengan menggunakan stop
watch dan gelas ukur.
Pada percobaan dengan variasi perubahan arah aliran dengan
menggunakan belokan, dilakukan dengan menutup stopkran pipa saluran
by-pass dan dan membuka stop kran untuk setiap belokan (sampai
belokan ke 3), kemudian dilakukan pembacaan alat ukur tekanan dan
pengukuran debit aliran zat cair dengan variasi debit aliran pada katup
sisi tekan.

C. Cara Analisis Data


Berdasarkan percobaan diatas, maka diperoleh data mengenai
tekanan ukur (Pgauge) dan Q (debit aliran) untuk setiap variasi percobaan,
sedangkan tekanan uap jenuh (Pjenuh) diambil dari tabel berdasarkan suhu
zat cairnya.
Dari data diatas dapat dibuat grafik karekteristik pompa dan sistem
pompa yang merupakan hubungan antar Q (debit) dan head (tekanan). Dari
data diatas juga dapat ditentukan awal terjadinya kavitasi, jika Pjenuh >
Pgauge.

Anda mungkin juga menyukai