Anda di halaman 1dari 5

44

BAB III

METODOLOGI

Evaluasi program dilakukan di UPTD Puskesmas Saigon Kecamatan


Pontianak Timur pada tanggal 04 Juni sampai 14 Juli 2017. Metode evaluasi yang
digunakan dalam laporan evaluasi program persentase balita yang naik berat
badannya di UPTD Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur ini terbagi
dalam beberapa tahap. Berikut adalah uraian dari tahap-tahap dalam evaluasi
program tersebut.

3.1. Penetapan Tolak Ukur dari Keluaran


Langkah awal untuk dapat menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil
keluaran (output) atau dampak (impact) adalah dengan menetapkan indikator yang
akan dipakai untuk mengukur keluaran atau dampak sebagai keberhasilan dari
suatu program kesehatan. Setiap indikator memiliki tolak ukur keberhasilan yang
telah ditetapkan oleh dinas kesehatan wilayah setempat ataupun nasional.
Penetapan tolak ukur dalam evaluasi program ini didasarkan pada beberapa
rujukan yaitu:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan Tahun 2015-2019
2. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Nomor 8416.1 Tahun
2014 Tentang Penetapan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota
Pontianak Tahun 2015-2019
3. Standar pelayanan minimal dan indikator kinerja upaya UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Timur Tahun 2016
Adapun indikator dan tolak ukur program persentase balita yang naik berat
badannya di UPTD Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur tahun 2016
disajikan dalam tabel berikut.
45

Tabel. 3.1. Tolak Ukur Program Persentase Balita Yang Naik Berat
Badannya
Tolok Ukur
No. Indikator
Keberhasilan
1. Persentase balita yang naik berat badannya 76

3.2. Pengumpulan Data


1. Data primer
Data primer dikumpulkan dengan observasi dan wawancara langsung
terhadap penanggung jawab program persentase balita yang naik berat
badannya, kepala puskesmas, dokter puskesmas, kader kesehatan dan
masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Saigon Kecamatan
Pontianak Timur.
2. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan mempelajari dokumentasi
Puskesmas, yaitu Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Saigon Kecamatan
Pontianak Timur periode tahun 2016 dan laporan bulanan program
persentase balita yang naik berat badannya tahun 2017.

3.3. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dilakukan dengan membandingkan data indikator
program persentase balita yang naik berat badannya di UPTD Puskesmas Saigon
Kecamatan Pontianak Timur dengan tolak ukur keberhasilan unsur-unsur program
untuk mencari adanya kesenjangan.

3.4. Menetapkan Prioritas Masalah


Untuk lebih mudah kita menganalisis permasalahan yang menjadi
prioritas, terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan. Diantara alat
analisis tersebut adalah matriks urgency, seriousness, and growth atau yang sering
disingkat Matriks USG.
Pentingnya suatu masalah dibandingkan masalah lainnya dapat dilihat dari
tiga aspek berikut:
1. Bagaimana gawatnya masalah dilihat dari pengaruhnya sekarang ini
terhadap produktivitas, orang, dan / atau sumber dana dan daya?
46

2. Bagaimana mendesaknya dilihat dari waktu yang tersedia?


3. Bagaimanakah perkiraan yang terbaik mengenai kemungkinan
berkembangnya masalah?
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang
prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah urgency, seriuosness dan growth.
Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut
terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia,
sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap
organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya.
Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi
permasalahan tersebut.
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah
prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya penggunaan
skor skala 1-5. Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau pertumbuhan masalah
tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-masing unsur tersebut.

3.5. Pembuatan Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan


Tujuan pembuatan kerangka konsep adalah menentukan penyebab masalah
yang telah diprioritaskan. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang telah diprioritaskan. Faktor-faktor tersebut berupa
komponen input (man, material, money, method dan lingkungan). Kerangka
konsep disusun dengan menggunakan pendekatan fish bone. Kerangka konsep
tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi semua faktor penyebab.
47

3.6. Identifikasi Penyebab Masalah


Kemungkinan-kemungkinan penyebab masalah diidentifikasi dengan
mengelompokkan faktor-faktor dalam unsur input (man, material, money,
method), proses (method), dan lingkungan yang diperkirakan berpengaruh
terhadap prioritas masalah. Kemudian indikator faktor tersebut dibandingkan
dengan tolak ukurnya. Suatu faktor ditetapkan menjadi penyebab masalah jika ada
kesenjangan antara pencapaian indikator dan tolak ukurnya. Jumlah penyebab
masalah bisa lebih dari satu.

3.7. Perencanaan Penyelesaian Masalah


Perencanaan penyelesaian masalah disusun berupa rancangan program yang
diharapkan dapat menyelesaikan masalah program di masa yang akan datang.
Perencanaan penyelesaian masalah dibuat dengan memperhatikan kemampuan,
situasi, dan kondisi Puskesmas. Perencanaan penyelesaian masalah dibuat secara
rinci meliputi tujuan, sasaran, target, metode, jadwal kegiatan serta rincian dana.

3.8. Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah


Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih alternatif
penyelesaian masalah yang paling menjanjikan. Sebelum melakukan pemilihan
sebaiknya dicoba memadukan berbagai alternatif penyelesaian masalah terlebih
dahulu. Bila tidak dapat dilaksanakan barulah dilakukan pemilihan. Cara
pemilihan dapat dilakukan dengan metode CARL. Metode ini baik digunakan bila
pengelola program memiliki hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan
masalah. Metode ini didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi nilai
0-5. Kriteria yang dimaksud adalah:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan
peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi
atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
48

metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti


peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau


prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.

Anda mungkin juga menyukai