Anda di halaman 1dari 6

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara

kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak di dalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Daftar isi
 1 Etimologi
 2 Klasifikasi
o 2.1 Filsafat Barat
 2.1.1 Metafisika
 2.1.2 Epistemologi
 2.1.3 Aksiologi
 2.1.4 Etika
 2.1.5 Estetika
o 2.2 Filsafat Timur
o 2.3 Filsafat Timur Tengah
o 2.4 Filsafat Islam
o 2.5 Filsafat Kristen
 3 Munculnya filsafat
 4 Sejarah filsafat Barat
o 4.1 Klasik
o 4.2 Abad Pertengahan
o 4.3 Modern
o 4.4 Kontemporer
 5 Lihat pula
 6 Referensi
 7 Pranala luar

Etimologi
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab

‫فلسفة‬, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini,
kata ini merupakan kata majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta
dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”.Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia.
Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang
mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Dalam Kamus Filsafat, Bagus (1996) mengartikan filsafat sebagai sebuah pencarian, beranjak
dari landasan etimologi harfiah filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan, maka hal itu dapat
bermakna sebagai pernyataan bahwa manusia tidak akan pernah secara sempurna memiliki
pengertian akan segal sesuatu yang disebut sebagai kebijaksanaan, oleh karena itu manusia
akan terus menerus melakukan pencarian yang tidak ada hentinya.

Menurut sejarah, Pytaghoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali menggunakan
frasa Philosophia. Ketika beliau ditanya apakah ia adalah seseorang yang bijak sana, dengan
rendah hati Pytaghoras mengatakan dirinya adalah seorang yang hanya mencintai
kebijaksanaan (love of Wisdom).

Banyak sumber menegaskan bahwa kata Sophia memiliki makna yang jauh lebih luas dari
sekedar kebijaksanaan. Beberapa makna dan padanan arti kata tersbut dalam bahasa
Indonesia dirangkum oleh Agung (2015) sebagai berikut :

 Kerajinan
 Kebenaran Pertama
 Pengetahuan yang luas
 Kebajikan Intelektual
 Pertimbangan yang sehat
 Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis

Klasifikasi

Plato (sebelah kiri) dan Aristotle (kanan), menurut lukisan Raffaelo Sanzio pada tahun 1509.

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama,
menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang
budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.

Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis, dan latar belakang
budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah, dan
menurut latar belakang agama.
Menurut wilayah, filsafat bisa dibagi menjadi: filsafat barat, filsafat timur, dan filsafat Timur
Tengah. Sedangkan menurut latar belakang agama, filsafat dibagi menjadi: filsafat Islam,
filsafat Budha, filsafat Hindu, dan filsafat Kristen.

Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di
Eropa, dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat orang-
orang Yunani kuno.

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel
Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan
Jean-Paul Sartre.

Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut
tema tertentu.

Metafisika

Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada, dan
keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat
manusia, dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi. Dalam metafisika sendiri ada berbagai
perbedaan teori-teori filsafat. Idealisme, misalnya, adalah keyakinan bahwa realitas yang
dibangun mental atau material sementara realisme menyatakan bahwa realitas, atau
setidaknya beberapa bagian dari itu, ada secara independen dari pikiran. Idealisme subyektif
menggambarkan objek sebagai tidak lebih dari koleksi atau "bundel" dari data yang masuk
dalam perseptor. Filsuf abad ke-18 George Berkeley berpendapat bahwa keberadaan secara
mendasar terkait dengan persepsi dengan kalimat Esse est aut percipi aut percipere atau
"Untuk menjadi yang dirasakan atau melihat".[2]

Selain pandangan tersebut, ada juga dikotomi ontologis dalam metafisika antara konsep
khusus, dan universal. Khusus adalah benda-benda yang dikatakan ada dalam ruang dan
waktu, sebagai lawan dari benda-benda abstrak, seperti nomor. Universal adalah sifat yang
dimiliki oleh beberapa hal khusus, seperti kemerahan atau gender. Jenis eksistensi, jika ada,
universal, dan benda-benda abstrak adalah masalah perdebatan serius dalam filsafat
metafisik. Realisme adalah posisi filosofis universal yang pada kenyataannya memang ada,
sementara nominalisme adalah negasi, atau penolakan universal, benda abstrak, atau
keduanya. Konseptualisasi menyatakan bahwa universal ada, tetapi hanya dalam persepsi
pikiran.[3]

Epistemologi

Epistemologi mengkaji tentang hakikat, dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah
berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti
batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.

Skeptisisme adalah posisi yang mempertanyakan kemungkinan yang benar-benar


membenarkan kebenaran apapun. Argumen regresi, masalah mendasar dalam epistemologi,
terjadi ketika untuk benar-benar membuktikan pernyataan apapun, pembenaran itu sendiri
perlu didukung oleh pembenaran lain.
Rasionalisme adalah penekanan pada penalaran sebagai sumber pengetahuan. Empirisme
adalah penekanan pada bukti pengamatan melalui pengalaman indrawi atas bukti lain sebagai
sumber pengetahuan.

Parmenides (fl. 500 SM) berpendapat bahwa tidak mungkin untuk meragukan dari berpikir
yang benar-benar terjadi. Tapi berpikir harus memiliki objek, oleh karena itu sesuatu yang
melampaui pemikiran benar-benar ada.

Aksiologi

Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari
aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia yang
terdiri dari etika dan estetika.

Etika

Etika atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak, dan
mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa
topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan
sebagainya.

Estetika

Estetika membahas mengenai keindahan, dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika
lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil
budaya.

Filsafat Timur

Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India,
Republik Rakyat Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun
hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama pada Abad
Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama.

Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Sidharta Budha Gautama/Budha,


Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan Mao Zedong.

Filsafat Timur Tengah

Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga
merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf pertama di Timur Tengah
adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam, dan juga beberapa orang Yahudi, yang
menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani
dengan tradisi falsafah mereka.

Lalu mereka menterjemahkan, dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.


Ketika Eropa masuk ke Abad Pertengahan setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi dan
melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya
yang sama, dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa.

Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran, dan
Averroes.

Filsafat Islam

Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah
perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf
muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles, dan Plotinus,
namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan',
dalam filsafat Islam justru Tuhan sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang, dan
tidak dibahas lagi, namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia, dan
alam, karena sebagaimana diketahui, pembahasan Tuhan hanya akan menjadi sebuah
pembahasan yang tak pernah ada finalnya.

Filsafat Kristen

Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman
pada abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman
kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya.

Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir
semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contohnya adalah
Santo Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura.

Munculnya filsafat
Filsafat, terutama filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai memikirkan, dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka, dan tidak menggantungkan diri kepada agama untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani, dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah Sokrates, Plato, dan
Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato
belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

Buku karangan Plato yg terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo, dan
krito".
Sejarah filsafat Barat
Sejarah filsafat Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut:

 Filsafat Klasik
 Filsafat Abad Pertengahan
 Filsafat Modern
 Filsafat Kontemporer

Anda mungkin juga menyukai