Oleh :
Pembimbing :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan anugrahNya, maka referat dengan judul “BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA”, dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Terwujudnya referat ini tidak terlepas dari peranan pembimbing, dan para pengajar.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada peranan pembimbing, dan para
pengajar yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan
ataupun materi, karenanya kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan dimasa
yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam referat ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang…………....……..............…...........................................................4
B. Batas – batas Prostat ………………………………..……..………………….......5
C. Fisiologi Prostat …………………………………..…..…………………………..7
2.8 Penatalaksanaan………………….…………….…………………………..……..24
2.9 Komplikasi…………………..……………………………………..…….………29
2.10 Prognosis………………………………………….………..…………….……..29
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun.
Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik
4
anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50 %. Usia 80
tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100%. Prevalensi meningkat sejalan dengan
peningkatan usia pada pria dan insiden pada negara berkembang meningkat karena
adanya peningkatan umur harapan hidup.
1. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesicaurinaria, otot
polos berjalan tanpa terputus dari satu organ keorgan yang lain.
2. Batas inferior: apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis.
Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
5. Lateral: permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior M.levator ani
waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.
Ductus ejaculatorius menembus bagian atas permukaan prostat untuk bermuara pada
uretra pars prostatica pada pinggir lateral orificiumutriculus prostaticus.
5
Mc. Neal (1976) membagi prostat dalam beberapa zona, antara lain:
1. Zona fibromuskuler anterior atau Ventral
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat.
Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.
3. Zona Sentralis.
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
4. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar
preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi
dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign
prostatic hyperpiasia (BPH).
5. Kelenjar - Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus –duktus kecil dan susunan sel-sel asinarabortif tersebar
sepanjang segmen uretra proksimal.
A. .B.
Gambar 1: Pembesaran prostat benigna menyebabkan penyempitan uretra
posterior,
A. Skema anatomi zona kelenjar prostat normal,
B.Hiperplasia prostat terjadi pada zona transisional
menyebabkan penyempitan lumen uretra posterior.
6
dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5a-reduktase. Dihidrotestosteron
inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel kelenjar prostat
untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan dan
proliferasi sel kelenjar prostat.
Aliran darah prostat merupakan percabangan dari arteri pudenda interna, arteri
vesikalis inferior dan arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam
kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik
dalam lamina propria. Pembuluh vena mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke
pleksus sekeliling kelenjar. Pleksus vena mencurahkan isinya ke vena iliaca interna.
Pembuluh limfe mulai sebagai kapiler dalam stroma dan mengikuti pembuluh darah
dan mengikuti pembuluh darah. Limfe terutama dicurahkan ke nodus iliaka interna
dan nodus sakralis.
7
waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat
dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
Fungsi utama prostat adalah menghasilkan cairan untuk semen, yang mengandung
ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin. Cairan ini dialirkan
melalui duktus sekretorius dan bermuara diurethra posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan semen lain pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat
merupakan ±25% dari seluruh volume ejakulat.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar
prostat.Terdapa tempat peptic growth factor yaitu: basictransforming growth factor,
transforming growth factor b1, transforming growth factor b2, dan epidermal
growth factor.
3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati
10
menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral
prostat menjadi berlebihan.
11
refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu
lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter
dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi
kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal
akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari
obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang
menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria
menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis.
Hiperplasi prostat
↓
Penyempitan lumen uretra posterior
↓
Tekanan intravesikal ↑
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala
yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini
berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak
uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal)
12
sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang
merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan
menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen
dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari
beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.
13
pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering
berkontraksi meskipun belum penuh.
Gejalanya ialah:
a. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
b. Nokturia
c. Miksi sulit ditahan (Urgency)
d. Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara
klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi:
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prstatismus, pada colok dubur ditemukan
penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin kurang dari 50
ml.
Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan batas
atas dapat dicapai, sedangkan sisa volume urin 50-100 ml
Derajat 3 : Pada saat dilakuka pemeriksaan colok dubur batas atas prostat tidak
dapat diraba dan sisa volume urin lebih dari 100 ml
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine total.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi
yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I –PSS (International Prostatic
Symptom Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan
dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan
miksi diberinilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas
hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
- Ringan:skor0-7
- Sedang:skor8-19
- Berat:skor20-35
14
mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh kedalam fase dekompensasi yang
diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
Jumlah nilai:
0=baik sekali
15
1=baik
2=kurangbaik
3=kurang
4=buruk
5=buruksekali
Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa
faktor pencetus, antara lain:
o Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin,
menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman
yang mengandung diuretikum (alkohol,kopi) dan minum air dalam jumlah
yang berlebihan.
o Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual
atau mengalami infeksi prostat akut
o Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot
detrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain:
golongan antikolinergik atau alfa adrenergik.
Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas
berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan dipinggang (yang
merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari
infeksi atau urosepsis.
16
3. Gejala diluar saluran kemih
Obstruktif : Iritatif
Hesitansi * Urgensi
Pancaran Melemah * Frekuensi
Intermitten * Disuria
Terminal Dribbing
Terasa ada sisa
17
Anamnesis meliputi:
a. Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu;
b. Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran Urogenitalia (pernah
mengalami cedera, infeksi, kencing berdarah (hematuria), Kencing batu,atau
pembedahan pada saluran kemih);
c. Riwayat Kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual;
d. Riwayat Konsumsi obat yang dapat menimbulkan keluhan.
Pemeriksaan Fisik
a) Status Urologis
- Ginjal
Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya
obstruksi atau tanda infeksi
- Kandung Kemih
Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk
menilai isi kandug kemih, ada tidaknya tanda infeksi.
b) Colok Dubur
Colok Dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaan
yang penting pada pasien BPH. Dari pemeriksaan colok dubur ini dapat
diperkirakan adanya pembesaran prostat, dan adanya nodul yang merupakan
salah satu tanda dari keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE
cenderung lebih kecil daripada ukuran yang sebenarnya.
Pada pemeriksaan colok dubur juga perlu menilai tonus stingfer ani dan
reflex bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada
lengkung reflex di daerah sakral.
Pada perabaan prostat harus diperhatikan:
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba
membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan
rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol
18
kedalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin
sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras
dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada
batu prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria
bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi
pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica
urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus
mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus
pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat
menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra
anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh
dan teraba masa kistus didaerah suprasimfisis akibat retensio urin dan kadang
terdapat nyeri tekan suprasimfisis.
19
- Batas lateral: terlihat seluruh perut
20
Interpretasi / Penilaian IVP:
- Nephrogram: simetris, shape, size, posisi, renal orientasi (paralel ke psoas
margin), kontur (smooth, lobulated), parenkim.
- PCS: waktu, adekuat, opak homogen, shape, caliber, single/ double
- Ureter: caliber, no abnormal displacement, no obstruksi drainage
- Blast: shape, contour, (smooth / sharp), indentasi, homogen, filling/additional
defect, residu urine minimal.
3. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka
sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
21
4. USG
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan
pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi
prostat, menentukan volume vesica urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari
kelainan lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan
divertikel.
Pemeriksaan USG prostat dilakukan dengan 2 cara, yaitu trans abdominal
ultrasound (TAUS) dan transrectal ultrasound (TRUS). TAUS dilakukan dengan
melekatkan transdusen di permukaan abdomen di atas buli-buli dan prostat. TAUS
dapat memperlihatkan adanya pembesaran intravesika akibat pembesaran lobus
medial prostat. TRUS dilakukan dengan memasukkan transduser kedalam rektum
pasien. Transduser tersebut mengirim dan menerima gelombang suara melalui dinding
rektum sampai ke prostat yang terletak tepat didepan rektum. TRUS setelah berkemih
dapat menggambarkan:
1. Besar volume residu urine (303 cc) (lebih dari 40 cc adalah abnormal).
2. Pembesaran prostat yang terutama melibatkan zona transisional.
3. Pembesaran intravesika yang melibatkan lobus median.
4. Kista kecil pada inner gland.
5. Zona perifer yang terdesak oleh pembesaran zona transisional.
22
5. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada
pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan
gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber
perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen
di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat
dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan
prostat ke dalam uretra.
23
2.7 Pemeriksaan Lain
a) Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh:-
daya kontraksi otot detrusor, tekanan intra vesica, resistensi uretra.
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju
pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah
menjadi 6–8ml/detik dengan puncaknya sekitar 11–15ml/detik. Semakin berat
derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
b) Pemeriksaan Tekanan Pancaran (PressureFlowStudies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri
tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya
kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut
dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-
Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intra vesica dan
laju pancaran urin dapat diukur.
c) Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin
yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah
miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu
membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada
retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin
lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan
intervensi pada penderita prostat hipertrofi.
2.8 Penatalaksanaan
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan
menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi
menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin,
yaitu:
- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan
penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.
24
- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu,
prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50ml
tetapi kurang dari 100ml.
- Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa
urin lebih dari 100ml
- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urintotal.
Tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medik. Kadang - kadang
mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan
terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultasi saja.
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup
pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat keluhan,
keadaan pasien, maupun kondisi objektif kesehatan pasien yang diakibatkan oleh
penyakitnya. Pilihannya adalah mulai dari tanpa terapi (watchful waiting),
medikamentosa, dan terapi intervensi.
25
menurunkan kadar hormon testosteron/dihidrotestosteron melalui penghambat
5α-reduktase.
Selain kedua cara di atas, sekarang banyak dipakai obat golongan fitofarmaka
yang mekanisme kerjanya masih belum jelas.
26
memiliki waktu paruh yang lama sekitar 9−15 jam. Obat ini dimetabolisme secara
ekstensif di hati. Tamsulosin memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor
α.
c. Intervensi
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik
saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non-
invasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat
hasil terapi.
Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi
dan miksi yang tidak lampias. Hal ini dapat dikerjakan dengan cara operasi
TURP, atau Insisi Prostat Transurehtra (TUIP atau BNI).
Pembedahan direkomendasikan pada pasien BPH yang tidak
menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa, mengalami retensi
urin, infeksi saluran kemih berulang, hematuria, gagal ginjal, dan timbulnya
batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah.
- Pembedahan terbuka
Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal, retropubik
atau perineal. Pada operasi melalui kandung kemih dibuat sayatan perut
bagian bawah, kemudian prostat dienukleasi dari dalam simpainya.
Keuntungan teknik ini adalah dapat sekaligus untuk mengangkat batu buli-buli
atau divertikelektomi apabila ada divertikulum yang cukup besar. Cara
pembedahan retropubik dikerjakan melalui sayatan kulit perut bagian bawah
dengan membuka simpai prostat tanpa membuka kandung kemih, kemudian
prostat dienukleasi. Kedua cara pembedahan tersebut masih kalah
dibandingkan dengan cara TURP, yaitu mordibitasnya yang lebih lama, tetapi
dapat dikerjakan tanpa memerlukan alat endoskopi yang khusus, dengan alat
bedah baku.
- Transurethra Resection of Prostate
Transurethral Resection of The Prostate adalah tatalaksana bedah
standar untuk pasien BPH. Cairan irigan (pembilas) non-konduktif digunakan
selama TURP untuk menjaga visibilitas yang baik dari lapangan operasi
selama tindakan berlangsung. Cairan ini tidak mengandung elektrolit, dan
penyerapan larutan hipotonik ini ke dalam aliran darah dapat menyebabkan
27
kelebihan cairan dan hiponatremia, sehingga dapat menyebabkan efek
kardiovaskular dan sistem saraf yang merugikan.
Sindrom TURP didefinisikan sebagai tingkat natrium serum
<125mmol/L yang dikombinasikan dengan gejala klinis kardiovaskular atau
manifestasi neurologis. Namun, manifestasi klinis juga dapat terjadi dengan
tingkat natrium serum >125 mmol/L.
- Laser prostatektomi
Energi laser mulai dipakai sebagai terapi BPH sejak tahun 1986, yang
dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan. Terdapat 4 jenis energi yang
dipakai, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG, KTP:YAG, dan diode yang dapat
dipancarkan melalui bare fibre, right angle fibre,atau interstitial fibre. Kelenjar
protat pada suhu 60−65C akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih
dari 100°C akan mengalami evaporasi.
Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser ternyata
lebih sedikit menimbulkan komplikasi, dapat di kerjakan secara poliklinis,
penyembuhan lebih cepat, dan dengan hasil yang kurang lebih sama.
Sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang sebesar 2% setiap tahun.
Kekurangannya adalah tidak dapat diperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi (kecuali pada Ho:YAG), sering banyak menimbulkan disuria pasca-
bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi
spontan setelah operasi, dan peak flow rate yang lebih rendah dari pada pasca
TURP 40
28
2.9 Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat
menimbulkan komplikasi sebagai berikut :8
Inkontinensia Paradoks
Batu Kandung Kemih
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi Urin Akut Atau Kronik
Refluks Vesiko-Ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal Ginjal
2.10 Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada
tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang
tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat
merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru.
BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup
merugikan bagi penderita.
2.11 Pencegahan
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu
mengatasi pembesaran kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang
kandungan utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw
palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon
androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan
dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron
(penyebab BPH). Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di
antaranya adalah:
29
Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam
mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10%
kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh
lain tidak terlalu berat.
Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu
melancarkan pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran
rangsangan ke susunan syaraf pusat.
Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan
kualitas sperma.
30
DAFTAR PUSTAKA
31