Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata memiliki kontribusi cukup besar sebagai penyumbang


devisa negara dan menjadi pilar utama yang diandalkan oleh pemerintah dalam
pembangunan nasional di masa mendatang. Oleh karenanya, pengembangan dan
pemanfaatan asset-aset pariwisata harus dapat mendukung hal tersebut melalui
pembangunan kepariwisataan. Dalam UU No.10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, serta
mengkomunikasikan destinasi pariwisata dengan menggunakan media pemasaran
secara efektif, efesien, dan bertanggungjawab.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pariwisata dan wisatawan?


2. Apa saja jenis-jenis pariwisata?
3. Apa saja usaha-usaha pariwisata?
4. Apa saja daya tarik dan motivasi melakukan perjalanan?
5. Bagaimana pemasaran pariwisata?
6. Apa saja aspek ekonomis pariwisata?
7. Bagaimana dampak pembangunan pariwisata?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pariwisata dan wisatawan.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis pariwisata.
3. Untuk mengetahui usaha-usaha pariwisata.
4. Untuk mengetahui daya tarik dan motivasi melakukan perjalanan.
5. Untuk mengetahui pemasaran pariwisata.
6. Untuk mengetahui aspek ekonomis pariwisata.
7. Untuk mengetahui dampak pembangunan pariwisata.

BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Dasar Pariwisata

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kepariwisataan merupakan kata benda


yang memiliki arti sebagai perihal atau yang berhubungan dengan pariwisata.
Pariwisata itu sendiri berasal dari Jawa Kuno yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berasal dari kata “pari” yang berarti semua, segala, sekitar, sekeliling dan
kata “wisata” yang berarti bepergian bersama-sama untuk memperluas
pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah (UU No. 9 Tahun 1990 dan
diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).

Dalam UU No.10 Tahun 2009 disebutkan bahwa lingkup pariwisata


meliputi:
a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan pariwisata.
b. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti kawasan wisata, taman
rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk,
pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah,
seperti keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, dan lain-lain.
c. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata,
pramuwisata, pameran, angkutan wisata, akomodasi, dan lain-lain.

Menurut Mc Intosh dan Goeldner (1984:4), pariwisata merupakan


sekumpulan fenomena dan hubungan yang tumbuh dari interaksi antara wisatawan,
para pengusaha dengan pemerintah dan masyarakat tuan rumah. Selanjutnya,
Murphy (1985:9) mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gejala ekonomi karena
adnaya permintaan dari pihak wisatawan dan penawaran dari pemberi jasa
pariwisata (buri perjalanan, penginapan, rumah makan) atas produk dan berbagai
fasilitas terkait.

Dalam UU No. 9 Tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No.10 Tahun


2009 Tentang Kepariwisataan, Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata dan Wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Sehingga lingkup pengertian wisata adalah: kegiatan perjalanan,

2
dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, perjalanan itu bertujuan untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata maupun untuk pengembangan diri
(Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi);2009:5).

Menurut buku Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi) oleh AAGP


Widanaputra, H Bambang Suprasto, Dodik Ariyanto, dan Maria M Ratna Sari,
obyek dan daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata yang meliputi:
1) Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan
fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan
tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
2) Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata
petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Dalam Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi) oleh AAGP


Widanaputra, H Bambang Suprasto, Dodik Ariyanto, dan Maria M Ratna Sari
diuraikan bahwa yang bisa disebut sebagai wisatawan adalah seorang yang
bepergian dengan ciri-ciri berikut: perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam,
perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu, dan orang yang
melakukannya tidak mencari nafkah di tempat di negara yang dikunjungi.
Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan telah
mendefinisikan:
1) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
2) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
dan pemerintah daerah.
4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame
wisatawan, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pengusaha.

3
5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6) Daerah tujuan pariwisata atau destinasi pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
7) Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata.
8) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
9) Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Setiap wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata tentunya memiliki hak


sekaligus kewajiban yang diharapkan dapat menjaga keharmonisan hubungan
antara wisatawan, masyarakat, pemerintah, dan pengusaha pariwisata. Setiap
wisatawan berkewajiban:
a.menjagadanmenghormatinormaagama,adat istiadat, budaya,dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat setempat;
b.memelihara dan melestarikan lingkungan;
c.turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan; dan
d.turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan
kegiatan yang melanggar hukum.
Setiap wisatawan berhak memperoleh:
a. informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata;

b. pelayanan perlindungan kepariwisataan sesuai dengan standar;

c. hukum dan keamanan;

4
d. pelayanan kesehatan;

e. perlindungan hak pribadi; dan

f. perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi.

Menurut buku Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi) oleh AAGP


Widanaputra, H Bambang Suprasto, Dodik Ariyanto, dan Maria M Ratna Sari
diuraikan bahwa untuk menjaga keharmonisasi hubungan antara wisatawan,
masyarakat, pemerintah, dan pengusaha pariwisata maka dibuat slogan “SAPTA
PESONA” yang merupakan tujuh unsur pesona yang harus diwujudkan bagi
terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan
kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan
untuk berkunjung. Ketujuh unsur sapta pesona tersebut yaitu: aman, tertib, bersih,
sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan.

II. Jenis-Jenis Pariwisata

Adapun jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane (1987:29-31)


berdasarkan motif tujuan perjalanan yaitu sebagai berikut:
a. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan). Biasanya dilakukan oleh
orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara
segar yang baru, mengendorkan ketegangan sarafnya, menikmati keindahan
alam, menikmati hikayat suatu daerah, dan sebagainya. Selain itu, biasanya
menyangkut begitu banyak unsur yang sifatnya berbeda karena pengertian
utilitas pleasure yang berbeda sesuai dengan karakter, citarasa, latarbelakang
kehidupan, dan temparemen individu.
b. Recreation Tourism (Pariwisata untuk rekreasi)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat,
memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri
dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin
tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti
tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
c. Cultural Tourism (Pariwisata untuk kebudayaan)

5
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk
belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat,
kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi
monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan
keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.
d. Sports Tourism (Pariwisata untuk olahraga).
Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
1) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti
Olympiade Games, tenis Wimbledon, balap motor grand prix-GP, Formula-
1, kejuaraan sepak bola dunia, sepak bola piala champion dan lain-lain.
2) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka
yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung,
olahraga naik kuda, berburu, memancing dan sebagainya yang tentunya
dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi Negara yang menyediakan
fasilitas pariwisata untuk olahraga.
e. Business Tourism (Pariwisata untuk urusan usaha dagang)
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini tidak termasuk dalam kegiatan
pariwisata karena unsur voluntary tidak terlibat di dalamnya karena di
dalamnya ada unsur kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata
menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai
wisatawan dengan mengunjungi dan menikmati obyek wisata dan berbelanja.
f. Convention Tourism (Pariwisata untuk berkonvensi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi
penting dalam sumbangan terhadap devisa negara. Hal tersebut dapat dilihat
dari banyaknya negara yang mulai tertarik dalam mengembangkan jenis
pariwisata ini yang ditandai dengan pendirian hotel yang banyak atau
bangunan-bangunan khusus dilengkapi untuk menunjang pariwisata konvensi.
Fasilitas tersebut digunakan untuk melakukan pertemuan- pertemuan kepala
negara ataupun organisasi- organisasi dunia yang melibatkan banyak negara
dan peserta.

III. Usaha Pariwisata

6
Industri pariwisata dapat menggerakkan industri lain seperti kegiatan biro
perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian, dan budaya daerah,
kerajinan rakyat, guider, pameran dan olahraga internasional yang diselenggarakan
di daerah-daerah. Dalam Guidelines for Tourism Statistics, United Nations
Conference on Trade and Development (1971) mengatakan bahwa industri
pariwisata atau bukan merupakan cabang produksi tertentu. Hal tersebut berkaitan
dengan barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi permintaan wisatawan
berasal dari beberapa sektor. Adapun sektor-sektor yang dianggap termasuk sektor
pariwisata adalah:
1) Akomodasi termasuk hotel, villa, penginapan dan pemondokan.
2) Jasa boga yang meliputi restoran, cafetaria dan rumah makan.
3) Usaha wisata, meliputi pengusahaan obyek wisata, usaha souvenir dan usaha
hiburan.
4) Agen perjalanan wisata, meliputi travel agen.
5) Perusahaan angkutan atau transportasi yang meliputi perusahaan angkutan
darat, angkutan laut, angkutan udara yang menunjang perjalanan wisman dan
wisdom.
6) Convition organizer.
7) Pelatihan dan pendidikan.

Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Usaha Pariwisata


adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
Selanjutnya, Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Adapun Usaha Pariwisata yang dimaksud meliputi:


1) Daya tarik wisata, meliputi jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata dan
subjenis usaha, seperti pengelolaan pemandian air panas alami, pengelolaan
gua, pengeloaan peninggalan sejarah dan purbakala (candi, keraton, prasasti),
pengelolaan museum, pengelolaan pemukiman dan/atau lingkungan adat,
pengelolaan objek ziarah, dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha

7
pengelolaan daya tarik wisata yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau
Gubernur.
2) Kawasan pariwisata.
3) Jasa transportasi wisata, meliputi angkutan jalan wisata, angkutan kereta api
wisata, angkutan sungai dan danau wisata, angkutan laut domestik wisata,
angkutan laut internasional wisata.
4) Jasa perjalanan wisata, meliputi jenis usaha biro perjalanan wisata dan agen
perjalanan wisata.
5) Jasa makanan dan minuman, meliputi jenis usaha restoran, rumah makan,
bar/rumah minum, Kafe, jasa boga, pusat penjualan makan, dan jenis usaha lain
bidang usaha jasa makanan dan minuman yang ditetapkan oleh Bupati,
Walikota dan/atau Gubernur.
6) Penyediaan akomodasi, meliputi hotel (baik hotel bintang maupun hotel
nonbintang), bumi perkemahan, persinggahan karavan, villa, pondok wisata,
serta akomodasi lain (motel dan jenis usaha lain bidang usaha jasa penyediaan
akomodasi yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur.
7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi meliputi:
a) Gelanggang olahraga, yang meliputi lapangan golf, rumah bilyar,
gelanggang renang, lapangan tenis, gelanggang bowling, subjenis usaha
lainnya dari jenis usaha gelanggang olahraga yang ditetapkan oleh Bupati,
Walikota dan/atau Gubernur.
b) Gelanggang seni, meliputi sanggar seni, galeri seni, gedung pertunjukkan
seni, dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha gelanggang seni yang
ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur.
c) Arena permainan, meliputi arena permainan dan subjenis usaha lainnya dari
jenis usaha arena permainan yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau
Gubernur.
d) Hiburan malam, meliputi klub malam, diskotek, pub, dan subjenis usaha
lainnya dari jenis usaha hiburan malam yang ditetapkan oleh Bupati,
Walikota dan/atau Gubernur.
e) Panti pijat, meliputi panti pijat dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha
panti pijat yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur.

8
f) Taman rekreasi, meliputi taman rekreasi, taman bertema, subjenis usaha
lainnya dari jenis usaha taman rekreasi yang ditetapkan oleh Bupati,
Walikota dan/atau Gubernur.
g) Karaoke, meliputi subjenis usaha karaoke.
8) Jasa impresariat/promotor, meliputi subjenis usaha impresariat/promotor.
9) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konfrensi, dan pameran,
meliputi jenis penyelenggara pertemuan, perjalanan insentif, konfrensi, dan
pameran usaha.
10) Jasa informasi pariwisata.
11) Jasa konsultan pariwisata.
12) Jasa pramuwisata.
13) Wisata tirta, meliputi:
a) Wisata bahari, yang meliputi wisata selam, wisata perahu layar, wisata
memancing, wisata selancar, wisata bahari, dan subjenis usaha lainnya dari
jenis usaha wisata bahari yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau
Gubernur.
b) Wisata sungai, danau dan waduk, yang meliputi wisata arung jeram, dayung
dan subjenis usaha lainnya dari jenis usaha wisata sungai, danau dan waduk
yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur.
14) SPA, bidang usaha ini belum memiliki jenis maupun subjenis usaha.

IV. Daya Tarik Wisata dan Motivasi Melakukan Perjalanan

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata


adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan. Sedangkan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan. Jenis daya tarik wisata tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
berbagai sub jenis atau kategori kegiatan wisata, antara lain:
1. Wisata petualangan (adventure tourism)

9
2. Wisata bahari (marine tourism)
3. Wisata agro (farm tourism)
4. Wisata kreatif (creative tourism)
5. Wisata kapal pesiar (cruise tourism)
6. Wisata kuliner (culinary tourism)
7. Wisata budaya (cultural tourism)
8. Wisata sejarah (heritage tourism)
9. Wisata memorial (dark tourism), contoh: ground zero World Trade Centre,
ground zero Legian Bali, Merapi pasca letusan;
10. Wisata ekologi (ecotourism/wild tourism);
11. Wisata pendidikan (educational tourism);
12. Wisata ekstrim-menantang bahaya (extreme tourism), contoh: bercanda dengan
hiu, bercanda dengan buaya;
13. Wisata missal (mass tourism);
14. Wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (meeting,
incentive, convention, and exhibition tourism);
15. Wisata kesehatan (medical tourism/wellness tourism);
16. Wisata alam (nature-based tourism);
17. Wisata religi (religious tourism/pilgrimage tourism);
18. Wisata budaya kekinian (pop culture tourism);
19. Wisata desa (rutal tourism);
20. Wisata luar angkasa (space tourism);
21. Wisata olahraga (sport tourism);
22. Wisata kota (urban tourism); dan
23. Wisata relawan (volunteer tourism);

H. Peter Gray (1970), mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan


perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure travel) adalah:
1. Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang
mendasar pada tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi
meninggalkan sesuatu yang sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat
suatu daerah atau kebudayaan baru yang berbeda. Jadi ini adalah fungsi dari
karakter manusia.

2. Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada
adanya hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk
tujuan tertentu dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti liburan
musim dingin di Florida, Hawaii atau Caribia oleh orang-orang Canada dan
orang-orang yang berasal dari Amerika Serikat sebelah Utara.

10
Hal diatas sangat penting terutama bagi negara yang menerima wisatawan
tersebut, khususnya dalam pembuatan renacana yang sesuai bagi pembangunan
industri pariwisata, dimana kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para
wisatawan potensial tersebut dan apa yang lebih disenanginya dan lain sebagainya.

Spillance (1989) produk dari obyek atau industry pariwisata mempunyai


beberapa sifat khusus, antara lain:
a. Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa
produk wisata ke wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus
mengunjungi, mengalami, dan datang untuk menikmati produk wisata.
b. Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu bersamaan. Tanpa wisatawan yang
sedang menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi
wisata.
c. Pariwisata tidak mempunyai standart ukuran yang obyektif karena pariwisata
memiliki berbagai ragam jenis pariwisata.
d. Wisatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk itu
sebelumnya karena wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet, ataupun
alat promosi lainnya.
e. Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar,
sedangkan permintaannya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi,
politik, sikap masyarakat, dan kesukaan wisatawan.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin


tabu dan jiwa petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia
merupakan dorongan terhadap kita untuk melakukan perjalanan kemana saja yang
ingin kita lintasi dan nikmati obyek wisatanya meskipun sampai ke negeri orang.
Selain hal tersebut ada beberapa faktor yang menjadi penyebab untuk melakukan
perjalanan wisata yaitu:
1. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat
tinggal yang bising dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
2. Kondisi social budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dlaam
masyarakat sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar

11
angggota masyarakat dan lain-lain yang sering menjadi alasan untuk pergi ke
tempat-tempat yang kondisinya lebih baik dan menyenangkan.
3. Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya
beli yang tinggi, banyaknya waktu luang serta relative rendahnya ongkos
angkutan, juga akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan
wisata.
4. Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan
tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat
dapat mendorong kegiatan wisata.

V. Pemasaran Pariwisata

Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pariwisata


khususnya untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah
tujuan wisata adalah keseluruhan untuk mengenalkan produk wisata yang
ditawarkan oleh daerah tujuan wisata baik yang tagiable maupun intangiable
produk, mengnali indentitas wisatawan yang mempunyai waktu, uang dan
mempunyai keinginan untuk berwisata, dan mencari cara terbaik untuk mencapai
dan menyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pemasaran
daerah tujuan wisata menyangkut penelitian pasar, penjualan, dan usaha mencari
jalan terbaik untuk menyakinkan wisatawan agar rata-rata lama tinggal lebih lama,
dan jumlah pengeluaran perkapita wisatawan semakin besar.

Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut jumlah


maksimal wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih
diutamakan quality tourism yang dengan promosi selektif dapat mencapai
wisatawan dengan belanja yang sangat besar dan terjadi repeat guest. Pemasaran
daerah tujuan pariwisata memerlukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti:
pemerintah (Kementrian), perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar negeri, jasa
transportasi darat, biro wisata, travel, restoran, dan hotel. Sasaran pasar dapat
dicapai dengan menggunakan data statistic, dan informasi seperti rata-rata lama
tinggal, pengeluaran perkapita wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan, dan

12
waktu-waktu pilihan yang menarik wisatawan untuk dating dan mengunjungi
daerah tujuan wisata (peak season and off season).

Realisasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukkan bahwa jumlah


wisman yang dating paling banyak pada bulan Agustus dan Desember (peak
season) sedangkan bulan Maret, April, dan Mei merupakan bulan sepi kunjungan
(off season). Hal ini dapat dimengerti karena pada bulan Agustus dan Desember,
wisman memperoleh hak menikmati liburan atau hak cuti dari tempat kerjanya, dan
bersamaan liburan natal dan tahun baru.

Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan


melakukan promosi melalui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promosi lainya
tetapi dapat juga dengan mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing
dengan tujuan agar penulis atau wartawan tersebut menulis atau meliputi hasil
kunjungannya didaerah tujuan wisata. Penentuan posisi pasar penting bagi
wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang produk wisata,
kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar hotel, dan
kondisi keamanan daerah tujuan wisata.

Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix


masih berlaku. Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya
mempertemukan antara penawaran dan permintaan pasar. Stanley dalam (Spillance,
1989), seseorang konsultan Pasific Asia Travel Associantion (PATA) membagi
unsur marketing mix dalam pariwisata menjadi:
1. Product mix
Wisatawan memerlukan jasa obyek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana
wisata adalah sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagai
menghasilkan jas atau barang yang digunakan wisatawan seperti hotel,
rumah makan, sarana olah raga, dan atraksi kesenian. Faktor penting dalam
product mix adalah maslah pemeliharaan warisan budaya, peninggalan
sejarah, dan pemeliharaan fisik dan nonfisik.
2. Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk wisata
yang ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut,

13
dan udara yang melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, udara,
bio perjalanan dan guide. Kunci penting distribution mix adalah layanan agar
wisatawan memperoleh kepuasan saat mengkonsumsi produk pariwisata.
3. Communication mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus
diberi informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi
suatu daerah tujuan wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan,
menarik, dan mendorong wisatawan tersebut diperlukan communication mix.
Ada beberapa pendekatan communication mix, yaitu:
a. Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada
wisatawan melalui media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan
hubungan langsung dengan wisatawan.
b. Image promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus
untuk memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui
kunjungan perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wartawan
pariwisata, feature khusus disurat kabar atau majalah, dan pengiriman
misi kesenian ke berbagai Negara.
c. Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf
organisasi yang terkait dalam mata rantai kegiatan pariwisata.
d. Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-
menyurat, dan hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
e. Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintah untuk
memperlancar perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan
visa dan ketentuan bea cukai.

VI. Aspek Ekonomis Pariwisata

Berkembangnya industri pariwisata disuatu negara/daerah akan menarik


sektor lain untuk berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk
menunjung industri pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, dan
perkebunan. Penelitian yang dilakukan Chau di Hawai (Spillance, 1989)
menunjukkan bahwa setiap kenaikan kunjungan wisatawan sebnyak 25.000 orang

14
mengakibatkan terciptanya kesempatan kerja langsung sejumlah 390 orang dan
tidak langsung sejumlah 243 orang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
International Union of Office Travel Organization menyimpulkan bahwa
kesempatan kerja yang terbuka diseluruh dunia untuk bidang hotel dan restoran
diperkirakan mencapai 750.000 orang pertahunnya (Spillance, 1989).

Menurut Tambahan (1999), industri pariwisata dapat menjadi sumber


Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah industri pariwisata yang dimiliki masyarakat
daerah (community tourism development) atau CTD. Dengan pengembangan CTD,
pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam
restribusi yang bersifat legal. Kegiatan CTD meliputi pengembangan dan
pelestarian budaya, kesenian dan budaya berbagai desa di daerah tujuan wisata.
Pilar ekonomi CTD dalam meningkatkan PAD dapat dilihat dari usaha pemerintah
daerah dalam melakukan pungutan dan restribusi resmi dari kegiatan industri yang
bersifat multisektoral, yang meliputi usaha perhotelan, restoran, usaha wisata,
usaha perjalanan wisata, profesional convention organizer, pendidikan formal dan
informal, pelatihan dan transportasi.

Keterkaitan kegiatan industri pariwisata dengan penerimaan daerah melalui


jalur PAD yang terdiri dari pajak daerah, restribusi daerah, pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak
dan pendapatan transfer yang terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil
sumber daya alam, dana alokasi umum serta dana alokasi khusus. Mata rantai
industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga,
usaha wisata yang meliputi obyek wisata, souvenir dan hiburan, usaha perjalanan
wisata yang meliputi travel agent dan guide, convention organizer, dan transportasi
dapat menjadi sumber penerimaan PAD yang berupa pajak daerah, restribusi
daerah, laba BUMD, dan penerimaan lain bukan pajak yang diterima oleh daerah
kabupaten kota maupun provinsi. Sebagai contoh, keberadaan sebuah hotel disuatu
daerah kabupaten atau kota akan menjadi sumber PAD bagi kabupaten atau kota
dari penerimaan:
a. Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame dan pajak minuman berakohol).

15
b. Restribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, restribusi kebersihan, uang
sewa tanah/bangunan, restribusi ijin mendirikan bangunan, dan restribusi
parkir).
c. Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintah daerah, PD bank
pasar, dan PD air minum).
d. Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pajak
25,29, dan pph pasal 21).
e. Bukan pajak (berupa pemberian hak atas tanah pemerintah).

Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber
PAD dari penerimaan:
1. Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor dan pajak kendaraan bermotor).
2. Restribusi provinsi (berupa restribusi pemakaian tanah dan bangunan).
3. Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan jasa bank BPD).
4. Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak pph pasal 25,29 dan
21).

VII. Dampak Pembangunan Pariwisata

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam


pembangunan dan pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan
dengan baik adalah:
1. Manfaat ekonomi (kesejahteraan masyarakat). Meningkatnya arus wisatawan
baik nusantara atau mancanegara ke suatu daerah menuntut macam-macam
pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini
memberi manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah
setempat, seperti:
a. Penerimaan devisa akan meningkat
b. Kesempatan berusaha yang semakin lama
c. Terbukanya lapangan kerja baru disekitar daerah wisata
d. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
e. Mendorong perkembangan masyarakat dan pemerintah
2. Manfaat sosial budaya
a. Adanya upaya pelestarian budaya dan adat istiadat dari masyarakat
b. Meningkatkan kecerdasan masyarakat karena adanya persaingan
c. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani

16
d. Mengurangi konflik social karena meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
a. Mempererat persatuan dan kesatuan antar daerah
b. Menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan
mempertahankan negara yang berujung pada tumbuh rasa cinta terhadap
tanah air
c. Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan
pariwisata
4. Manfaat bagi lingkungan. Pembangunan dan pengembangan pariwisata
diarahkan agar dapat memenuhi keinginan wisatawan, seperti hidup tenang,
bersih, jauh dari polusi, santai, dapat mengembalikan kesehatan fisik maupun
mental. Dengan demikian pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara
dalam upaya untuk melestarikan lingkungan, disamping akan memperoleh nilai
tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada.

Dampak-dampak yang tidak diinginkan (negatif) karena berkembangnya


kepariwisataan di suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya,
politik maupun lingkungan, seperti:
1. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya
pengunjung. Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak.
2. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang
tidak sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
3. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti
pemerasan, perjudian, pencurian, pengedaran barang-barang terlarang dan lain-
lain.
4. Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan
sarana pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

BAB III

KESIMPULAN

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan kegiatan wisata dan didukung


berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

17
pemerintah pusat, dan pemerintah daerah (UU No. 9 Tahun 1990 dan diperbaharui
dengan UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). Industri pariwisata dapat
menggerakkan industri lain seperti kegiatan biro perjalanan, transportasi, perhotelan,
restoran, kesenian, dan budaya daerah, kerajinan rakyat, guider, pameran dan olahraga
internasional yang diselenggarakan di daerah-daerah. Berkembangnya industri
pariwisata disuatu negara/daerah akan menarik sektor lain untuk berkembang karena
produknya atau jasanya diperlukan untuk menunjung industri pariwisata, seperti sektor
pertanian, peternakan, dan perkebunan.

DAFTAR RUJUKAN

Widanaputra, AAGP., Suprasto, H Bambang., Ariyanto, Dodik., Sari, Maria M


Ratna.2009.Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi).Yogyakarta:Graha Ilmu.

18

Anda mungkin juga menyukai