Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 1: Pengumpulan Data dan Persiapan Pembuatan Pemodelan

OS4005 Pengantar Pemodelan Lingkungan Laut

Disusun oleh:

Fauzia Nafiz Almira (12914013)

Dimas Ihsan Rashidi (12914021)

Asisten:

Larasati Citra (12913012)

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Indonesia terletak pada khatulistiwa dan terletak diantara 2 samudra dan 2 benua.
Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki atmosferik dan hidrologi yang unik. Kondisi ini
mempengaruhi hampir semua muka air di Indonesia, salah satunya adalah daerah Teluk
Jakarta.

Kondisi Teluk Jakarta beberapa tahun ini sangatlah dinamis, hal ini diakibatkan pengaruh
musiman dari ENSO dan juga dengan aktifitas manusia seperti reklamasi dan lain
sebagainya. Kondisi sirkulasi massa air berubah secara musiman. Hal ini mempengaruhi
persebaran partikel yang ada. Dalam menggambarkan kondisi massa air ini, dapat dibuat
suatu model yang dapat menggambarkan dan memprediksi kondisi massa air tersebut.

Salah satu jenis model yang dapat dibuat adalah model numerik. Model ini dapat memberi
manfaat dalam mensimulasikan kondisi suatu perairan serta dinakimaknya. Model ini
memiliki cost nya yang lebih murah jika dibandingkan dengan model empirik dan dengan
penggambaran yang sesuai dengan input dari pengguna.

1.2 Tujuan
 Mempersiapkan data yang akan diinput untuk dalam membuat suattu model
BAB 2

TEORI DASAR

2.1 Pendahuluan Model

Model memiliki makna: luas dan beraneka tinjauan, walaupun sudah dibatasi suatu bidang
tertentu. Secara umum, model didefinisikan sebagai gambaran sederhana dari suatu
fenomena alam. Setiap model memiliki target yang ingin digambarkan dan karenanya
memiliki kekompleksan dan komponen yang berbeda-beda.

Model memiliki 2 ruang lingkup yaitu

 Monodisiplin: model yang hanya mencakup satu bidang keilmuan, seperti:


model arus, gelombang, dan sebagainya.
 Interdisiplin: model yang mencakup dua atau beberapa bidang ilmu, seperti
model biodiversity, global change, dan sebagainya.

Model dibagi ke berbagai macam jenis, yaitu:

 Model Matematika
o Model Statistik
o Model Deterministik (dinamika kuantitatif / quantitative dynamic)
 Model Analitik
 Model Numerik
 Model Fisik
 Model Empirik

Dalam membuat suatu model, diperlukan nilai awal dan syarat batas.

Nilai awal didefinisikan sebagai suatu nilai semua parameter yang digunakan pada saat
kondisi awal (t=t0) di semua titik grid. Sedangkan Syarat batas adalah suatu kondisi yang
harus dipenuhi setiap waktu di bagian batas daerah model.

2.2 Fenomena Pembangkit Arus

Arus laut diakibatkan oleh gradien tekanan yang terjadi pada suatu muka air. Gradien
tekanan ini dapat diakibatkan oleh perbedaan elevasi muka air. Gradien ini dapat terjadi
akibat adanya angin dan elevasi akibat fenomena pasang-surut air laut. Angin tersebut akan
mengakibatkan arus permukaan, serta pasang surut dapat mengakibatkan arus pasang surut.

Arus pasang surut berperan pada perpindahan massa air ketika pasang dan ketika surut.
Pola perpindahan ini mempengaruhi komposisi sedimen dari suati perairan (Daulay, 2014).
Arus yang terbentuk merupakan fungsi dari ruang secara 3 Dimensi, maka dari itu, sifat
batimetri dari suatu perairan akan mempengaruhi perubahan arusnya. Wilayah Teluk
Jakarta merupakan wilayah pesisir, maka wilayah pesisir dikatakan bahwa arus pasang
surut dominan maka arus pasang surut dipengaruhi oleh batimetri, garis pantai, dan
kekasaran permukaan. Kecepatan aliran pasang surut lebih besar dekat dengan permukaan
air, dan jatuh cepat dekat dengan dasar laut. (Damanik, 2015).
BAB 3

METODOLOGI

3.1 Daerah Kajian

Daerah yang digunakan dalam praktikum adalah pesisir Jakarta Utara, Bekasi dan Tangerang
(JAKUTBETA) atau di Teluk Jakarta. Koordinat tepatnya adalah sekitar 5,71oLS – 6,15oLS
dan 106,6oBT – 107,61oBT. Gambar 3.1 menunjukkan peta daerah kajian tersebut.

Gambar 3.1 Daerah kajian praktikum PPLL 2017 di Teluk Jakarta

3.2 Akuisisi Data


3.2.1 Batimetri

Data batimetri daerah kajian didapatkan dari program GEBCO 30S dengan koordinat 5,710
LS – 6,150 LS & 106,6 BT – 107,16 BT dengan resolusi 0.92 x 0.92 KM. Hasil data yang
didapat dieksporn dengan format ASCII untuk diubah nilai kedalaman menjadi positif ketika
inpu ke program Delft3D.

3.2.2 Angin

Data angin yang digunakan adalah pada bulan Agustus 2015 karena berdasarkan indeks ONI
(Oceanic Nino Index) dari ggweather, terdapat fenomena El-Nino kuat pada bulan tersebut.
Data angin komponen U dan V pada ketinggian 10 meter didapatkan dari situs web ECMWF
(European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) dengan jenis datanya ERA Interim
harian. Data tersebut ada setiap 6 jam (0, 6, 12, 18). Grid yang digunakan adalah 0.125ox0.125o.

3.2.3 Pasang Surut

Data pasang surut yang digunakan sama seperti angin, yaitu pada bulan Agustus 2015. Pada
praktikum ini akan digunakan nilai elevasi pasang surut untuk input syarat batas di daerah
kajian minimal pada 4 titik di batas atas timur, bawah timur, atas barat, dan bawah barat. Data
tersebut didapatkan dari BIG (http://tides.big.go.id/pasut/index.html).
BAB 4

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Batimetri

Hasil datum batimetri yang didapat adalah berjumlah 3180 titik data. Nilai data tersebut sesuai
dengan lintang dan bujur dari masing-masing titik. Hasil ekstraksi dari data batimetri tersebut
terlihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Hasil Ekstraksi Data Batimetri.

4.2 Angin

Dari data angin komponen U dan V dari ECMWF, dilakukan plot arah dan besar kecepatannya
yang ditunjukkan Gambar 4.x. Berdasarkan gambar tersebut, didapatkan bahwa angin di Teluk
Jakarta pada bulan Agustus 2015 bergerak dari timur ke barat. Hal ini disebabkan adanya angin
muson timur. Selain itu, kecepatan angin tergolong kecil dengan kisaran 10-40 dm/s. Hal ini
mungkin disebabkan fenomena El-Nino pada bulan tersebut yang kuat, yang biasanya
dipengaruhi pelemahan angin pasat tenggara.

Gambar 4.2 Plot angin pada bulan Agustus 2015 di Teluk Jakarta

4.3 Pasang Surut

Lokasi data pasang surut yang didapatkan dari 4 titik berbeda untuk menjadi syarat batas dapat
dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini. Koordinatnya tidak tepat dengan koordinat daerah kajian,
namun menyesuaikan dengan kondisi (ada tidaknya data dan lokasi berada di perairan atau
tidak). Kemudian, pada grafik deret waktu elevasi pasang surut di titik atas bagian barat yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.4, dapat terlihat bahwa tipe pasang surut di Teluk Jakarta adalah
campuran condong diurnal.
Gambar 4.3 Titik lokasi syarat batas (GoogleEarth, 2018)

Elevasi Pasang Surut di Teluk Jakarta


Bulan Agustus 205 di -5.71oLS & 106.6oBT
0.5
0.4
0.3
0.2
Elevasi (meter)

0.1
0
30/07/15 04/08/15 09/08/15 14/08/15 19/08/15 24/08/15 29/08/15 03/09/15
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
Waktu

Gambar 4.4 Grafik deret waktu pasang surut di Teluk Jakarta


BAB 5

KESIMPULAN

Dalam pembuatan suatu model, dibutuhkan input data yang memadai. Parameter yang wajib
adalah batimetri, pasang surut, dan data dangin. Input tersebut akan mempengaruhi hasil serta
sifat model yang dijalankan.

Data batimetri yang didapatkan adalah berjumlah 3180 titik koordinat. Data angin yang
terbentuk bergerak dari timur ke barat dan tergolong lemah. Untuk data elevasi pasang surut
sebagai nilai syarat batas, akan lebih baik jika ditambahkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai