Anda di halaman 1dari 33

BAHAN AJAR KIMIA DASAR

(Hanya Dipergunakan Di Lingkungan Unhalu )

DISUSUN OLEH:

TIM DOSEN KIMIA DASAR

DIVISI KIMIA DASAR


UNIT MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HALUOLEO
K E N D A R I, 2010
KATA PENGANTAR

Kimia Dasar merupakan Mata Kuliah yang menjadi bagian dari kurikulum
program studi eksakta di lingkungan Universitas Haluoleo. Bahan ajar untuk Mata
Kuliah ini masih terbatas, terutama bahan ajar yang berbahasa Indonesia. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka bahan ajar Kimia Dasar ini disusun. Bahan ajar ini
hanya digunakan di lingkungan Universitas Haluoleo.
Materi dalam buku ajar Kimia Dasar ini meliputi Soikiometri, Struktur Atom
dan Sistem Periodik Unsur, Ikatan Kimia dan Struktur Molekul, Term dan
Konsentrasi Larutan, Kesetimbangan Kimia, Konsep Asam-Basa, Larutan
Penyangga, Hidrolisis, Hasil Kali dan Tetapan Kelarutan. Materinya disusun
sedemikian rupa agar mudah dicerna dan dipahami. Bahan ajar ini merupakan bahan
pelengkap buku-buku teks Kimia Dasar baik yang berbahasa Inggris maupun yang
berbahasa Indonesia.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan sehingga buku ajar ini dapat diselesaikan. Untuk perbaikan dan
penyempurnaan bahan ajar ini di masa mendatang, penyusun mengundang kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Kendari, Juli 2010

Penyusun

i
KATA SAMBUTAN

Salah satu hal yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran adalah


tersedianya bahan ajar yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Adanya buku ajar akan sangat berarti guna mengatasi minimnya buku-buku teks di
perpustakaan. Kami senantiasa memberikan dorongan dan dukungan kepada setiap
tenaga pengajar di Universitas Haluoleo untuk menyusun bahan ajar mata kuliah yang
diampuhnya. Dengan demikian kelangkaan bahan ajar akan teratasi.

Kami menyambut gembira atas tersusunnya bahan ajar Kimia Dasar oleh Tim
Dosen Mata Kuliah Kimia Dasar. Kami berharap bahan ajar ini dapat digunakan
seoptimal mungkin dan terus ditingkatkan kualitasnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada penyusun bahan ajar ini yang telah meluangkan segalanya untuk
peningkatan kualitas proses belajar-mengajar di Universitas Haluoleo yang kita cintai
ini.

Kendari, Juli 2010

Rektor Unhalu,

Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.Si.


NIP. 19620204 198703 1 004

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

KATA SAMBUTAN.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

TINJAUAN MATA KULIAH...........................................................................................v

I. STOIKIOMETRI:.......................................................................................................1

A. Persamaan Reaksi.......................................................................................................2

B. Bentuk-Bentuk Reaksi Kimia.....................................................................................3

C. Berat Atom dan Berat Molekul...................................................................................4

D. Mol.............................................................................................................................6

E. Rumus Empiris...........................................................................................................8

F. Pereaksi Pembatas.........................................................................................................10

II. STRUKTUR ATOM DAN.......................................................................................14

A. Struktur Atom...........................................................................................................14

B.Sistem Periodik Unsur...................................................................................................22

III. IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL..................................................28

A. Ikatan Kimia.............................................................................................................28

B. Bentuk Molekul........................................................................................................32

IV. LARUTAN I.............................................................................................................40

A. Terminologi yang Digunakan Untuk Larutan...........................................................40

B. Cara Menyatakan Konsentrasi Larutan.....................................................................41

V. KESETIMBANGAN KIMIA...................................................................................48

A. Hukum dan Tetapan Kesetimbangan Kimia..............................................................49

B. Perubahan Tetapan Kesetimbangan dari Bentuk Persamaan Reaksinya...................52

C. Merubah Keadaan Kesetimbangan : Prinsip Le Chatelier.........................................55

D. Perhitungan Kesetimbangan Kimia – Beberapa Contoh Ilustrasi.............................57

iii
VI. LARUTAN II............................................................................................................62

A. Teori Asam dan Basa................................................................................................63

B. Kesetimbangan Ionisasi Air......................................................................................65

C. Derajat Keasaman (pH)............................................................................................65

D. Asam Kuat dan Basa Kuat........................................................................................66

E. Asam Lemah dan Basa Lemah.................................................................................67

F. Larutan Buffer..........................................................................................................68

G. Hidrolisis..................................................................................................................68

H. Hasil Kali Kelarutan.................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................76

iv
TINJAUAN MATA KULIAH

Nama Mata Kuliah : Kimia Dasar II


Kode Mata Kuliah :
Bobot : 3(1) SKS

Deskripsi Singkat

Mata kuliah ini membahas tentang Stoikiometri, Struktur Atom dan Sistem Periodik
Unsur, Ikatan Kimia dan Struktur Molekul, Term dan Konsentrasi Larutan,
Kesetimbangan Kimia, Konsep Asam-Basa, Larutan Penyangga, Hidrolisis, Hasil Kali
dan Tetapan Kelarutan.

Kegunaan Mata Kuliah

Mata kuliah ini berguna untuk membantu mahasiswa memahami konsep-konsep dasar
ilmu kimia sehingga dapat mengenal dan mempelajari fakta tentang sistem kimia serta
mencari/menyusun teori yang dapat menjelaskan fakta-fakta tersebut.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa
eksakta semester I.

Tujuan Kurikuler Mata Kuliah

1. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menghitung jumlah
mol pada suatu sistem kimia.
2. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan
elektron dalam hubungannya dengan struktur atom dan sistem periodik serta dengan
pembentukan molekul.
3. Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat menghitung
konsentrasi, pH, dan tetapan kesetimbangan suatu larutan.

v
Urutan Penyajian
Pertemuan Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
1, 2, 3 I. Stoikiometri A. Persamaan Rekasi
B. Bentuk-Bentuk Reaksi Kimia
C. Berat Atom dan Berat
Molekul
D. Mol
E. Rumus Empiris
F. Pereaksi Pembatas

4, 5 II. Struktur Atom dan Sistem A. Struktur Atom


Periodik Unsur B. Sistem Periodik Unsur

6, 7 III. Ikatan Kimia dan Struktur A. Ikatan Kimia


Molekul B. Bentuk Molekul
8 Ujian Tengah Semester (UTS)
9, 10 IV. Larutan I A. Terminologi yang Digunakan
Untuk Larutan
B. Cara Menyatakan Konsentrasi
Larutan

11, 12 V. Kesetimbangan Kimia A. Hukum dan Tetapan


Kesetimbangan Kimia
B. Perubahan Tetapan
Kesetimbangan dari Bentuk
Persamaan Reaksinya
C. Merubah Keadaan
Kesetimbangan : Prinsip Le
Chatelier
D. Perhitungan Kesetimbangan
Kimia – Beberapa Contoh
Ilustrasi

13, 14, 15 VI. Larutan II A. Teori Asam dan Basa


B. Kesetimbangan Ionisasi Air
C. Derajat Keasaman (pH)
D. Asam Kuat dan Basa Kuat
E. Asam Lemah dan Basa
Lemah
F. Larutan Buffer
G. Hidrolisis
H. Hasilkali Kelarutan
16 Ujian Akhir Semester (UAS)

vi
Petunjuk Mempelajari Bahan Ajar
Mahasiswa diharapkan mempelajari rangkaian bahan ajar secara runtun dan
berkesinambungan. Mahasiswa diharapkan pula melatih diri mengerjakan soal – soal
yang ada pada bagian akhir setiap bab pokok bahasan serta wajib mengerjakan dan
mengumpulkan tugas kumulatif I dan II.

vii
I. STOIKIOMETRI:
PERHITUNGAN DENGAN RUMUS KIMIA
DAN PERSAMAAN REAKSI

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat mengaplikasikan konsep mol
pada berbagai hal yang berkaitan dengan reaksi kimia.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat:
a. menjelaskan pengertian stoikiometri
b. menuliskan persamaan reaksi kimia
c. menyeimbangkan persamaan kimia
d. menjelaskan bentuk-bentuk reaksi kimia
e. menjelaskan massa atom
f. menghitung massa atom rata-rata
g. menghitung berat rumus
h. menghitung berat molekul
i. menghitung persentase komposisi atom dalam molekul
j. menghitung massa molar
k. menjelaskan hubungan mol dan jumlah partikel
l. menjelaskan hubungan mol dan massa zat
m. menjelaskan hubungan mol dan volume gas
n. menghitung jumlah mol dari suatu zat
o. menjelaskan rumus empiris dan rumus molekul
p. menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu zat
q. menjelaskan pereaksi pembatas dan berlebih
r. menentukan pereaksi pembatas dan berlebih.

Pada bab ini, kita akan mulai mempelajari sifat dasar kuantitatif dari rumus kimia
dan reaksi kimia. Bahasan semacam ini dikenal sebagai stoikiometri, suatu nama yang
diturunkan dari bahasa Yunani stoicheion (“unsur”) dan metron (“mengukur”).

1
Stoikiometri merupakan suatu aspek yang penting dalam kimia. Masalah-masalah
beragam seperti mengukur konsentrasi ozon di atmosfer, menentukan kandungan emas
dari suatu ore (batuan), dan menemukan proses yang berbeda untuk mengubah batubara
menjadi bahan bakar gas, semuanya melibatkan aspek stoikiometri.

A. Persamaan Reaksi
Reaksi kimia digambarkan dalam suatu persamaan reaksi. Sebagai contoh,
ketika hidrogen, H2, terbakar di udara, hidrogen bereaksi dengan oksigen, O2,
membentuk air, H2O. kita menulis persamaan reaksi untuk reaksi tersebut sebagai
berikut:
2H2 + O2 2H2O …[1]
tanda + dibaca sebagai “bereaksi dengan “ dan tanda panah sebagai “menghasilkan”.
Rumus kimia di sebelah kiri panah menunjukkan bahan awal, yang disebut reaktan.
Senyawa yang dihasilkan dari reaksi, disebut produk/hasil, yang ditunjukkan di sebelah
kanan panah. Angka di depan rumus kimia merupakan koefisien (seperti di dalam
persamaan aljabar, angka 1 biasanya tidak dituliskan).
Suatu persamaan reaksi harus memiliki jumlah atom yang sama untuk setiap
unsur sebelum dan sesudah reaksi. Ketika kondisi ini tercapai, maka dapat dikatakan
bahwa persamaan reaksi tersebut telah setara. Sebagai contoh, pada sisi kanan
persamaan 1, ada dua molekul H2O, masing-masing mengandung dua atom hidrogen
dan satu atom oksigen. Jadi, 2H2O (dibaca ”dua molekul H2O”) mengandung 2 x 2 = 4
atom H dan 2 x 1 = 2 atom O. Di sisi sebelah kiri persamaan juga terdapat 4 atom H dan
2 atom O, maka persamaannya telah setara.
Dalam menyetarakan suatu persamaan reaksi, penting untuk dimengerti perbedaan
antara sebuah koefisien di depan rumus kimia dan sebuah subskrip dalam suatu rumus
kimia. Sebagai contoh, mengubah subskrip dalam suatu rumus kimia – dari H2O
menjadi H2O2 – akan mengubah identitas dari bahan kimia tersebut. H2O2, hidrogen
peroksida, sangat jauh berbeda sifatnya dengan air. Subskrip tidak boleh diubah dalam
menyetarakan suatu persamaan reaksi. Sebaliknya, menempatkan suatu koefisien di
depan rumus kimia hanya akan mengubah jumlah dan bukan identitas dari zat; 2H2O
berarti dua molekul H2O, 3H2O berarti tiga molekul H2O, dan seterusnya.
Contoh lain adalah reaksi pembakaran gas metana, CH4, di udara menghasilkan
gas karbon dioksida, CO2, dan uap air, H2O. Kedua produk tersebut mengandung atom
O yang berasal dari O2 di udara. Kita dapat katakan bahwa reaksi pembakaran di udara

2
“didukung oleh oksigen”, yang berarti bahwa oksigen merupakan suatu reaktan.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O …[2]
Persamaan reaksi yang setara semestinya mengandung angka koefisien terkecil, seperti
ditunjukkan pada contoh di atas. Wujud fisik zat dalam persamaan reaksi dituliskan
dalam tanda kurung. Wujud fisik zat dapat berupa gas, cair (liquid), padat (solid), dan
larutan berair (aqueous) yang berturut-turut disingkat (g), (c) atau (l), (p) atau (s) dan
(aq).

B. Bentuk-Bentuk Reaksi Kimia


1. Menggunakan Tabel Periodik
Kita dapat memperkirakan apa yang akan terjadi dalam suatu reaksi jika kita telah
melihat reaksi yang serupa sebelumnya, dan menggunakan bantuan tabel periodik.
Sebagai contoh, jika natrium, Na, bereaksi dengan H2O membentuk natrium hidroksida,
NaOH, dan gas hidrogen, H2.
2Na(s) + 2H2O(l) 2NaOH(aq) + H2(g) …[3]
Kita dapat memperkirakan apa yang terjadi ketika kalium, K, direaksikan dengan air
menggantikan Na. Dalam tabel periodik, Na dan K berada dalam golongan yang sama,
yakni golongan logam alkali IA. Kita mengharapkan bahwa keduanya akan bersifat
sama, menghasilkan jenis produk yang sama. Dan ternyata benar:
2K(s) + 2H2O(l) 2KOH(aq) + H2(g) …[4]
Secara umum, semua logam alkali bereaksi dengan air membentuk senyawa
hidroksidanya dan gas hidrogen. Jika kita misalkan M adalah logam alkali, maka reaksi
secara umumnya adalah sebagai berikut:
2M(s) + 2H2O(l) 2MOH(aq) + H2(g)

2. Reaksi Pembakaran di Udara


Kebanyakan reaksi pembakaran yang telah diamati melibatkan O2 dari udara
sebagai reaktan. Ketika hidrokarbon dibakar, bereaksi dengan O 2 membentuk CO2 dan
H2O. Jumlah molekul O2 yang diperlukan dalam reaksi, jumlah molekul CO2 dan H2O
yang terbentuk tergantung dari komposisi hidrokarbon. Sebagai contoh, pembakaran
propana, C3H8, gas yang digunakan untuk memasak dan keperluan memanaskan dalam
rumah tangga, digambarkan melalui persamaan reaksi berikut:
C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H2O …[5]

3
Pembakaran senyawa yang mengandung atom oksigen selain karbon dan hidrogen
(misalnya CH3OH dan C6H12O6) juga menghasilkan CO2 dan H2O. Namun reaksi
pembakaran yang tidak sempurna akibat kurangnya jumlah O2 akan menyebabkan
terbentuknya karbon monoksida, CO, dan bukan CO 2. Banyak senyawa yang digunakan
dalam tubuh manusia sebagai sumber energi, seperti glukosa, C6H12O6, bereaksi dalam
tubuh dengan O2 menghasilkan CO2 dan H2O.

3. Reaksi Penggabungan (Kombinasi) dan Penguraian (Dekomposisi)


Dalam reaksi penggabungan, dua atau lebih zat bereaksi membentuk satu produk.
Ada banyak contoh reaksi penggabungan, terutama reaksi dimana unsur-unsur yang
berbeda bergabung membentuk senyawa. Sebagai contoh, logam magnesium, Mg,
terbakar di udara dengan nyala api yang indah menghasilkan magnesium oksida, MgO,
seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:
2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s) …[6]
Dalam reaksi penguraian, satu zat mengalami suatu reaksi menghasilkan dua atau
lebih zat. Banyak senyawa mengalami reaksi penguraian ketika dipanaskan. Sebagai
contoh, banyak logam-logam karbonat terurai membentuk oksida logam dan CO 2 ketika
dipanaskan, seperti reaksi berikut ini:
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) …[7]
Penguraian CaCO3 merupakan suatu proses komersial yang penting. Batu kapur
(limestone) atau kerang laut (seashells), terutama mengandung CaCO3, dipanaskan
untuk membuat CaO, yang dikenal sebagai kapur atau kapur mentah.

C. Berat Atom dan Berat Molekul


1. Skala Massa Atom
Meskipun para ilmuwan pada abad ke-19 tidak mengetahui apa-apa tentang
partikel sub-atomik, mereka mengetahui bahwa atom unsur yang berbeda memiliki
massa yang berbeda. Mereka menemukan, sebagai contoh, 100 g air mengandung 11,1 g
hidrogen dan 88,9 g oksigen. Ketika para ilmuwan mengetahui bahwa air mengandung
dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen, mereka menyimpulkan bahwa suatu atom
oksigen memiliki berat 2 x 8 = 16 kali dibanding atom hidrogen. Hidrogen yang
merupakan atom paling ringan, telah dijadikan sebagai standar massa relatif 1 (tanpa

4
satuan), dan massa atom unsur lain ditentukan secara relatif berdasarkan nilai tersebut.
Jadi, massa atom oksigen adalah 16.
Saat ini, kita dapat mengukur massa atom tunggal dengan tingkat keakuratan yang
tinggi. Sebagai contoh, kita tahu bahwa atom hidrogen-1 memiliki massa 1,6735 x 10 -24
g dan atom oksigen-16 memiliki massa 2,6560 x 10 -23 g. Akan sangat baik
menggunakan suatu satuan yang disebut satuan massa atom (sma) jika berurusan
dengan massa yang luar biasa kecilnya:
1 sma = 1,66054 x 10-24 g dan 1 g = 6,02214 x 1023 sma
Besarnya sma ini ditentukan dengan merujuk pada massa isotop karbon 12C yang tepat
12 sma. Dalam satuan ini, massa atom hidrogen-1 adalah 1,0080 sma dan atom oksigen-
16 adalah 15,9949 sma.

2. Massa Atom Rata-Rata


Banyak unsur yang ada di alam terdapat sebagai campuran isotop-isotop. Kita
dapat menentukan massa atom rata-rata dari berbagai isotop tersebut dan kelimpahan
12
relatifnya. Sebagai contoh, secara alamiah karbon tersusun atas 98,892% C dan
13
1,108% C. Massa nuklida-nuklida ini secara berturut-turut adalah 12 sma dan
13,00335 sma. Kita dapat menghitung massa atom rata-rata karbon seperti berikut:
(0,98892)(12 sma) + (0,01108)(13,00335 sma) = 12,011 sma
Massa atom rata-rata tiap unsur (dinyatakan dalam sma) juga dikenal sebagai berat
atomnya. Meskipun istilah massa atom rata-rata lebih benar, namun istilah berat atom
sudah umum digunakan.

3. Berat Rumus dan Berat Molekul


Berat rumus suatu zat adalah jumlah berat atom (kita singkat: BA) setiap atom
dalam rumus kimianya. Sebagai contoh, H2SO4, asam sulfat, memiliki berat rumus (kita
singkat: BR) 98,0 sma.
BR = 2(BA H) + (BA S) + 4(BA O)
= 2(1,0 sma) + 32,0 sma + 4(16,0 sma)
= 98,0 sma
Jika rumus kimia suatu zat adalah rumus molekulnya, maka berat rumus juga disebut
berat molekul (kita singkat BM). Sebagai contoh, rumus molekul untuk glukosa (gula
yang dibawa oleh darah ke jaringan tubuh untuk menghasilkan energi) adalah C6H12O6.
Berat molekul glukosa adalah:
BM = 6(BA C) + 12(BA H) + 6(BA O)

5
= 6(12,0 sma) + 12(1,0) sma + 6(16,0 sma)
= 180,0 sma

4. Persentase Komposisi Atom dalam Molekul


Adakalanya kita harus menghitung prosentase komposisi suatu senyawa (yaitu
prosentase massa setiap unsur dalam senyawa). Sebagai contoh, untuk memastikan
kemurnian senyawa, kita dapat membandingkan komposisi zat hasil perhitungan dengan
hasil eksperimen. Menghitung persentase komposisi mudah jika rumus kimia senyawa
telah diketahui.
Contoh Soal 1.1
Menghitung persentase komposisi dari C12H22O11.

Dengan menggunakan persamaan di atas, persentase unsur-unsur penyusun senyawa


dapat ditentukan:

D. Mol
Mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung banyak partikel (atom,
12
molekul, dll.) sebagai jumlah atom dalam 12 g C. Dari eksperimen, ilmuwan
12
menentukan jumlah atom dalam 12 g C adalah 6,02 x 1023 atom, dimana bilangan ini
disebut bilangan Avogadro.

1. Massa Molar
Suatu atom tunggal 12C memiliki massa 12 sma, tetapi atom tunggal 24Mg dua kali
lebih besar, yakni 24 sma. Karena satu mol selalu memiliki jumlah partikel yang sama,
maka satu mol 24Mg pasti dua kali lebih banyak dari jumlah mol atom 12C. Karena satu
mol 12C memiliki berat 12 g (misalkan), maka satu mol 24Mg beratnya 24 g. Perhatikan
bahwa massa suatu atom tunggal suatu unsur (dalam sma) sama jumlahnya dengan
massa (dalam gram) 1 mol atom-atom unsur tersebut. Fakta ini benar:
Satu atom 12C beratnya 12 sma; 1 mol 12C beratnya 12 g.

6
Satu atom 24Mg beratnya 24 sma; 1 mol 24Mg beratnya 24 g.
Massa (dalam gram) 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar (dalam gram) suatu
zat selalu sama dengan berat rumusnya (dalam sma):
Satu molekul H2O beratnya 18,0 sma; 1 mol H2O beratnya 18,0 g.
Satu ion NO3- beratnya 62,0 sma; 1 mol NO3 beratnya 62,0 g.
Contoh Soal 1.2
Berapa massa dalam gram dari 1 mol glukosa, C6H12O6?
Jawab:
6 atom C = 6(12,0 sma) = 72,0 sma
12 atom H = 12(1,0 sma) = 12,0 sma
6 atom O = 6(16,0 sma) = 96,0 sma
Berat rumus = 180,0 sma
Karena glukosa memiliki berat rumus180,0 sma, maka 1 mol zat ini memiliki massa
180,0 g. Dengan kata lain, massa molar C6H12O6 adalah 180,0 g.

2. Interkonversi Massa, Mol, dan Jumlah Partikel


Konversi massa ke mol dan mol ke massa sering ditemui dalam perhitungan yang
menggunakan konsep mol. Secara sederhana, konversi massa, mol, dan jumlah partikel
dapat dituliskan sebagai berikut:

Contoh Soal 1.3


1. Berapa mol glukosa jika beratnya 5,380 g?
Jawab:
Diketahui 1 mol C6H12O6 setara dengan 180 g, maka

2. Berapa molekul C6H12O6 dalam 5,23 g glukosa?


Jawab:

7
E. Rumus Empiris
Rumus empiris suatu zat menunjukkan jumlah relatif atom-atom setiap unsur yang
dikandung suatu senyawa. Rumus H2O mengindikasikan bahwa air mengandung dua
atom H untuk tiap atom O. Perbandingan ini juga berlaku pada tingkat molar; jadi, 1
mol H2O mengandung 2 mol atom H dan 1 mol atom O. Sebaliknya, perbandingan
jumlah mol tiap unsur dalam suatu senyawa ditunjukkan oleh subskrip dalam rumus
empiris suatu senyawa. Dengan demikian, konsep mol menyediakan cara menghitung
rumus empiris bahan kimia.

Contoh Soal 1.4


Asam askorbat (vitamin C) mengandung 40,92% C, 4,58% H, dan 54,50% O (persen
massa). Apakah rumus empiris dari asam askorbat?
Jawab:
Misalkan berat asam askorbat 100 g, maka

Sehingga diperoleh perbandingan jumlah mol ketiga atom, yaitu


mol C : mol H : mol O = 3,407 : 4,54 : 3,406 = 3 : 4 : 3
Jadi, rumus empiris asam askorbat adalah C3H4O3.

1. Rumus Molekul dari Rumus Empiris


Rumus yang diperoleh dari prosentase komposisi adalah selalu rumus empiris.
Kita dapat memperoleh rumus molekul dari rumus empiris jika diketahui berat molekul
dari senyawa tersebut. Subskrip dalam rumus molekul suatu zat merupakan jumlah
keseluruhan dari kelipatan subskrip dalam rumus empirisnya. Kelipatan tersebut

8
diketahui dengan membandingkan berat rumus dari rumus empiris dengan berat
molekul.

Contoh Soal 1.5

Mesitilena, suatu hidrokarbon yang terdapat dalam jumlah kecil dalam minyak mentah,
memiliki rumus empiris C3H4. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa berat molekul zat
ini adalah 121 sma. Apakah rumus molekul dari mesitilena?
Jawab:
BR C3H4 = 3(BA C) + 4(BA H) = 3(12,0 sma) + 4(1,0 sma) = 40 sma
Rumus molekul: (C3H4)n
BM = (BR)n
121 sma = (40 sma)n
n= 3
Jadi, rumus molekul dari mesitilena adalah (C3H4)3 = C9H12

2. Analisis Reaksi Pembakaran


Ketika suatu senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen terbakar sempurna,
maka semua karbon dalam senyawa tersebut akan terkonversi menjadi CO 2 dan semua
hidrogen menjadi H2O. Sebagai contoh, pembakaran 0,255 g isopropil alkohol
menghasilkan 0,561 g CO2 dan 0,306 g H2O. Dari dua informasi tersebut, kita dapat
menghitung jumlah C dan H dalam sampel dengan menggunakan konsep mol.

 Menghitung massa C

1 mol CO2 1mol C, sehingga jumlah mol C adalah 0,0128 mol.


massa C = mol C massa molar C = 0,0128 mol C 12,0 g C/mol C = 0,153 g C

 Menghitung massa H

1 mol H2O 2 mol H, sehingga jumlah mol H adalah 2 0,017 = 0,034 mol H
massa H = mol H massa molar H = 0,034 mol H 1,01 g H/mol H = 0,0343 g
H

 Menghitung massa O
Karena senyawa tersebut mengandung hanya C, H, dan O, maka massa O adalah:
massa O = massa isopropil alkohol – (massa C + massa H)

9
= 0,255 g – (0,153 g + 0,0343 g)
= 0,068 g

Perbandingan mol C : H : O = 0,0128 : 0,034 : 0,0043 = 3 : 8 : 1


Jadi, rumus empiris isopropil alkohol adalah C3H8O.

F. Pereaksi Pembatas
Reaktan yang habis terpakai dalam suatu reaksi disebut sebagai pereaksi
pembatas atau reagen pembatas, karena pereaksi tersebut menentukan atau membatasi
jumlah produk yang dihasilkan. Reaktan lainnya biasanya disebut pereaksi berlebih
atau reagen berlebih. Reaksi akan berhenti ketika reaktan/pereaksi pembatas telah
habis bereaksi, menyisakan hanya pereaksi berlebih. Sebagai contoh, kita memiliki
campuran 10 mol H2 dan 7 mol O2, yang bereaksi membentuk air:

2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)

Karena 2 mol H2 1 mol O2, maka jumlah mol O2 yang dibutuhkan untuk bereaksi

dengan semua H2 adalah:

= 5 mol O2
Karena 7 mol O2 tersedia pada awal reaksi, maka 7 mol O2 – 5 mol O2 = 2 mol O2 masih
akan tersisa, sementara semua H2 habis terpakai. Dengan demikian, H2 merupakan
pereaksi pembatas, sedangkan O2 merupakan pereaksi berlebih yang masih tersisa
ketika reaksi telah berhenti. Jadi, kuantitas produk yang dihasilkan selalu ditentukan
oleh kuantitas pereaksi pembatas.
Contoh Soal 1.6
Gas SO2 terbentuk di atmosfer sebagai hasil dari pembakaran suatu senyawa yang
mengandung sulfur dan akhirnya dikonversi menjadi asam sulfat, H 2SO4. Reaksi
bersihnya sebagai berikut:

2SO2(g) + O2(g) + 2H2O(l) 2H2SO4(aq)

10
Berapa banyak H2SO4 yang terbentuk dari 5,0 mol SO2, 2,0 mol O2, dan H2O berlebih?
Jawab:
Jumlah mol O2 yang dibutuhkan untuk tepat menghabiskan 5,0 mol SO2 adalah

Mol O2 yang tersedia tidak cukup untuk membuat semua SO2 terkonversi menjadi
H2SO4, sehingga dapat dikatakan bahwa O2 merupakan pereaksi pembatas. Kuantitas
pereaksi pembatas digunakan untuk menghitung kuantitas produk yang terbentuk.
Jumlah H2SO4 yang dihasilkan dalam reaksi ini adalah

1. Hasil Teoritis
Kuantitas produk yang terbentuk yang dihitung ketika semua pereaksi pembatas
telah habis bereaksi disebut hasil teoritis. Jumlah produk sebenarnya yang diperoleh
dalam reaksi disebut hasil sebenarnya/hasil eksperimen. Hasil sebenarnya hampir
selalu kurang (tidak pernah lebih besar) dari hasil teoritis. Banyak alasan untuk
perbedaan ini. Sebagai contoh, sebagian reaktan mungkin tidak bereaksi, atau mereka
mungkin bereaksi dengan cara yang berbeda dari yang diinginkan (reaksi sampingan).
Hampir selalu tidak mungkin untuk memperoleh semua hasil reaksi dari campuran
reaksi. Prosen hasil reaksi menghubungkan hasil sebenarnya dengan hasil teoritis:

Contoh Soal 1.7


Asam adipat, H2C6H8O4, suatu material yang digunakan untuk produksi nilon. Senyawa
ini dibuat secara komersial melalui reaksi terkontrol antara sikloheksana, C6H12, dan O2:

2C6H12 + 5O2 2H2C6H8O4 + 2H2O

(a)Asumsikan bahwa tersedia 25,0 g sikloheksana, dan sikloheksana tersebut


merupakan pereaksi pembatas. Berapa hasil teoritis asam adipat?
(b)Jika diperoleh 33,5 g asam adipat dari reaksi tersebut, berapa prosen hasil asam
adipat?

Jawab:

11
2 mol C6H12 2 mol H2C6H8O4

Mol H2C6H8O4 = 0,298 mol

Massa H2C6H8O4 = 0,298 mol H2C6H8O4 146 g H2C6H8O4/mol H2C6H8O4

= 43,5 g H2C6H8O4

12
Soal-soal Latihan
1. Setarakan persamaan reaksi berikut:
a. C2H4 + O2 CO2 + H2O
b. Al + HCl AlCl3 + H2

2. Tuliskan persamaan reaksi yang benar dari peristiwa berikut:


a. Merkuri(II)sulfida padat terurai menjadi unsur-unsur penyusunnya ketika
dipanaskan.
b. Permukaan logam aluminium mengalami reaksi penggabungan dengan oksigen
di udara.
c. Si2H6 terbakar ketika dibiarkan di udara (Ingat!!Si berada dalam golongan yang
sama dengan C dalam tabel periodik).
3. Tiga isotop silikon terdapat di alam: 28Si (92,21%), massanya 27,97693 sma; 29Si
30
(4,70%), massanya 28,97659 sma; dan Si (3,09%), massanya 29,97376 sma.
Hitung berat atom silikon!
4. Hitung berat rumus dari (a) sukrosa, C12H22O11 dan (b) kalsium nitrat, Ca(NO3)2.
5. Hitung persentase massa nitrogen dalam Ca(NO3)2!
6. Hitung massa molar Ca(NO3)2!
7. Hitung jumlah atom oksigen dalam 4,20 g NaHCO3!
8. Sampel metil benzoat sebanyak 5,325 g, suatu senyawa yang digunakan dalam
pembuatan parfum, diketahui mengandung 3,758 g C, 0,316 g H, dan 1,25 g O.
Apakah rumus empiris senyawa tersebut?
9. Etilen glikol, zat yang digunakan sebagai antibeku pada mobil, terdiri atas 38,7% C,
9,7% H, dan 51,6% O. Massa molarnya adalah 62,1 g/mol. Tentukan rumus empiris
dan rumus molekul etilen glikol!

10. Diketahui reaksi: 2Al(s) + 3Cl2(g) 2AlCl3(s)

Suatu campuran mol logam Al dan 3,0 mol Cl2 direaksikan, (a) Sebutkan pereaksi
pembatasnya?; (b) berapa mol AlCl3 yang terbentuk?

11. Diketahui reaksi: Fe2O3(s) + 2CO(g) 2Fe(s) + 2CO2(g)

a. Jika tersedia 150 g Fe2O3 sebagai pereaksi pembatas, berapa hasil teoritis Fe?
b. Jika hasil Fe yang sebenarnya adalah 87,9 g, berapa prosen hasilnya?

13
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

II.STRUKTUR ATOM DAN


SISTEM PERIODIK UNSUR

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan struktur atom
dan menempatkannya dalam sistem periodik.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa akan dapat:
a. menjelaskan partikel dasar penyusun atom
b. menggambarkan struktur atom
c. menjelaskan hubungan proton, elektron, dan neutron
d. menjelaskan isotop, isoton dan isobar
e. menghitung panjang gelombang spektrum atom hidrogen
f. menjelaskan model atom Bohr dan Rutherford
g. menentukan bilangan kuantum electron
h. menuliskan konfigurasi elektron
i. menjelaskan Triad Döbereiner
j. menjelaskan Hukum Oktaf Newland
k. menjelaskan keuntungan dan keterbatasan Daftar Mendeleev
l. menjelaskan sifat keperiodikan jari-jari atom
m. menjelaskan sifat keperiodikan Energi Ionisasi
n. menjelaskan sifat keperiodikan elektronegativitas
o. menjelaskan sifat keperiodikan afinitas elektron
p. menjelaskan sifat keperiodikan titik didih dan titik leleh.

A. Struktur Atom
1. Partikel Penyusun Atom
Atom-atom terdiri atas beberapa partikel sub-atom. Tiga diantaranya adalah
elektron, proton, dan neutron yang merupakan partikel dasar penyusun atom dan
menentukan sifat dari suatu atom. Sebenarnya masih ada beberapa partikel lainnya,
tetapi tidak banyak menentukan sifat dari atom tersebut.
Elektron
Pada tahun 1855, J. Pucker menemukan elektron diawali dengan pembuatan tabung
sinar katoda. Apa yang dilakukan oleh J. Pucker kemudian dipelajari oleh W. Crookes
(1875) dan J.J Thomson (1879).
Proton
Goldstein (1886) menemukan sinar positif (proton) dalam tabung sinar katoda di balik
katoda berongga. Menururt Goldstein partikel positif itu terbentuk karena tabrakan

14
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

antara partikel gas dalam tabung dengan elektron berenergi tinggi yang bergerak dari
katoda ke anoda.
Neutron
Pada tahun 1932, Chadwick menemukan partikel dasar yang tidak bermuatan dan
disebut neutron. Dengan penemuan ini, maka terdapat tiga partikel dari atom yaitu
elektron, proton dan neutron.

2. Nomor Atom dan Nomor Massa


Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan
partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A).
a. Nomor Atom (Z)
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom yang diberikan lambang Z.
Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur, karena atom bersifat netral maka
jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya. Sehingga nomor atom juga
menunjukan jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat
suatu unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur.
Sebagai contoh: atom oksigen mempunyai 8 proton dan 8 elektron sehingga nomor
atomnya 8.
b. Nomor Massa (A)

Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap nol. Sehingga
massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan neutron. Nomor massa ditulis
agak ke atas sebelum lambang unsur. Atom oksigen mempunyai nomor atom 8 dan
nomor massa 16, sehingga atom oksigen mengandung 8 proton dan 8 neutron.

Nomor Massa (A) = Jumlah proton + Jumlah neutron


atau
Jumlah neutron = Nomor massa – Nomor atom

Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor massa.
dimana:
A A = nomor massa
X Z = nomor atom
Z X = lambang unsur

Contoh Soal 2.1


Hitunglah jumlah proton, elektron dan neutron dari unsur
Jumlah proton = 19
Jumlah elektron = 19
Jumlah neutron = 39 – 19 = 20

15
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

3. Isotop, Isoton dan Isobar


Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel penyusun atom, ternyata
ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki jumlah proton yang sama tetapi memiliki
massa atom yang sama dan ada pula unsur-unsur yang memiliki jumlah neutron sama
atau massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda.
Untuk itu dikenalkanlah istilah isotop, isoton dan isobar.
1) Isotop
Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa yang
berbeda disebut dengan isotop.

Contoh Soal 2.2

p=7 p=7 p=7


e=7 e=7 e=7
n=6 n=7 n=8
Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sangat mirip karena jumlah
elektronnya sama.
Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menentukan massa atom relatif (Ar) atom
tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop.
Contoh Soal 2.3
Oksigen di alam terdiri dari 3 isotop dengan kelimpahan sebagai berikut

(99,76%) (0,04%) (0,20%)


Hitunglah massa atom rata-rata (Ar) dari unsur oksigen ini?
Jawab:

Ar =
Ar = 15,999
Ar ≈ 16

2) Isoton
12
Atom-atom yang jumlah neutronnya sama dikatakan sebagai isoton. Atom 6 C dan

13
7 N merupakan isoton.
3) Isobar
13
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor massa yang sama. Atom 6 C dan

13
7 N merupakan isobar.

16
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

4. Spektrum Atom Hidrogen


Atom dalam keadaan tereksitasi memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu dan menghasilkan spektrum tertentu. Garis spektrum menunjukkan
sifat khas atom tersebut. Selain spektrum garis ada pula spektrum yang berupa pita
yang merupakan sifat khas molekul.
Balmer (1895) menunjukkan bahwa garis-garis spektrum hidrogen terdapat di
daerah sinar tampak dengan panjang gelombang = 6562,8; 4861,3; 4340,3; 4101,7 A
Panjang gelombang spektrum garis dapat dihitung dari rumus:
1 1 1
 RH ( 2  2 )
 n1 n2
Keterangan:
RH = tetapan Rydberg ( 109677,76 cm-1)
 = panjang gelombang
n1, n2 = kulit atom

Tabel 2.1 Spektrum Hidrogen

Deret n1 n2 Daerah
Lyman (1906 ) 1 2, 3, 4 Ultra violet
Balmer (1885 ) 2 3, 4, 5 Tampak
Paschen(1908) 3 4, 5, 6 Infra merah
Bracket (1922 ) 4 5, 6, 7 Infra merah
Pfund (1925 ) 5 6, 7, 8 Infra merah
Humpreys(1926) 6 7, 8, 9 Infra merah

5. Model Atom Rutherford dan Bohr


Model Atom Rutherford
Berdasarkan percobaan yang dilakukan bahwa atom terdiri atas inti yang bermuatan
positif dikelilingi oleh sejumlah elektron yang jumlahnya sama dengan muatan inti.
Menurut Rutherford pada umumnya massa terkosentrasi di dalam inti. Oleh karena
jumlah elektron sama dengan jumlah muatan inti, maka atom sebagai sistem muatan
listriknya menjadi netral.
Model Atom Bohr
Model atom ini bertitik tolak dari model atom Rutherford dan teori kuantum Planck
didasarkan atas anggapan sebagai berikut :
1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang
berbentuk lingkaran.

17
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana momentum sudut elektron


merupakan kelipatan dari h/2π dengan h adalah tetapan Planck. Lintasan ini disebut
“Lintasan Kuantum“.
3. Karena momentum sudut elektron (massa = m) yang bergerak dengan kecepatan

v dalam lintasan dengan jari-jari r adalah mvr, maka

( n  1,2,3,4,...)
4. Bila elektron bergerak dalam salah satu lintasan kuantumnya, maka eletron tidak
akan memancarkan energi. Elektron dalam lintasan ini berada dalam keadaan
stasioner atau dalam tingkat energi tertentu.
5. Bila elektron pindah dari tingkat energi E1 ke tingkat energi E2 yang lebih
rendah, maka akan terjadi radiasi sebanyak: E1 - E2 = hv

Dengan teori atom Bohr dapat dihitung selisih (energi transisi) jika elektron, dalam
atom hidrogen berpindah dari satu orbital ke orbital lain, misalnya dari orbit n 1 ke orbit
n2.
EH = E2 - E1
Menurut persamaan,
2π 2 me 4 2π 2 me 4
ΔE H   2
 2
n2 h2 n1 h 2
2π 2 me 4  1 
  2  12 
h2 n n2 
 1 
 1 1 
 A  2  2 
 n1 n2 

Meskipun demikian, terdapat kelemahan teori Atom Bohr yakni: Model Bohr
didasarkan Pergerakan Planet Kepler (Radiasi Kontinu), kenyataannya : atom hanya
menghasilkan spektrum garis, dan tidak dapat menjelaskan spektrum atom yg lebih
kompleks dari atom H.

18
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

6. Teori Gelombang Elektron


Pada tahun 1924 Louis de Broglie mengemukakan hipotesis bahwa semua materi
memiliki sifat gelombang dengan panjang gelombang
h h h
λ   atau
p mc mv
Untuk elektron yang menjalani orbit Bohr yang berupa lingkaran berlaku:   2 r
sehingga:
h
n  2ππ
mv
atau
 h 
n   mvr
 2π 
Dengan demikian hipotesis de Broglie dapat menjelaskan postulat Bohr, bahwa

h
momentum sudut elektron merupakan kelipatan dari

7. Prinsip Ketidakpastian Heisenberg


Pada tahun 1925 Warner Heisenberg mengemukakan prinsip ketidakpastian yang
menyatakan bahwa tidak mungkin untuk dapat mengetahui pada waktu yang bersamaan
baik momentum maupun kedudukan suatu partikel, seperti elektron dengan tepat.
Prinsip Heisenberg dapat dinyatakan dengan
h
( px ) ( x ) 
4
Keterangan :
px = ketidakpastian momentum ( pada arah x )
x = ketidakpastian kedudukan ( pada arah x )
h = tetapan Planck

8. Bilangan Kuantum dan Orbital


Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, maka digunakan bilangan
kuantum, ada empat bilangan kuantum.
a. Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama, n, yang menentukan tingkat energi dan mempunyai harga
positif dan bulat yaitu 1,2,3,4,…
b. Bilangan Kuantum Orbital
Bilangan kuantum orbital (azimuth) dengan lambang L, menentukan besarnya
momentum sudut yang terkuantisasi. Bilangan kuantum L mempunyai harga L =
0,1,2,3,…, (n-1)

c. Bilangan Kuantum Magnetik (mL)

19
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

Bilangan kuantum magnetik, mL, menentukan orientasi orbital dalam ruang untuk tiap
harga L. Harga dari mL antara –L dan +L.
d. Bilangan Kuantum Spin (mS)
Spin elektron terkuantisasi oleh bilangan kuantum spin, mS, dengan harga + ½ dan – ½.

9. Konfigurasi Elektron
Pengisian elektron ke dalam orbital-orbital suatu atom berdasarkan:
a. Prinsip Aufbau
Pengisian ektron dimulai dari orbital dengan tingkat energi terendah.
Aturan (n+L)
Urutan tingkat energi dalam pengisian elektron adalah sebagai berikut:
1s  2s  2p  3s  3p  4s  3d  4p  5s  4d  5p  6s

1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s

n 1 2 2 3 3 4 3 4 5 4 5 6

L 0 0 1 0 1 0 2 1 0 2 1 0

n+L 1 2 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6

Untuk (n + L) yang sama, yang mempunyai energi terbesar ialah orbital dengan
bilangan kuantum utama terbesar, misalnya: 3s > 2p, 4s > 3p, 5s  4p  3d, 6s  5p  4d
b. Asas Larangan Pauli
Eksklusi Pauli (Pauli, 1925), menyatakan bahwa dalam suatu sistem baik atom
maupun molekul tidak terdapat dua elektron yang mempunyai keempat bilangan
kuantum yang sama.
c. Aturan Hund
Pengisian elektron ke dalam orbital-orbital yang tingkat energinya sama (misalnya
ketiga orbital p atau kelima orbital d) sebanyak mungkin elektron berada dalam keadaan
berpasangan. Jika dua elektron terdapat dalam dua orbital yang berbeda, maka energi
terendah dicapai jika spinnya sejajar.
d. Orbital Penuh dan Setengah Penuh
Hasil eksperimen menunjukan bahwa orbital yang terisi penuh dan orbital terisi
setengah penuh merupakan struktur yang relatif lebih stabil.

B. Sistem Periodik Unsur


1. Daftar Döbereiner dan Newlands
a. Triad Döbereiner

20
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

Pada tahun 1817 Johann Wolfgang Dobereiner menemukan beberapa kelompok tiga
unsur yang mempunyai kemiripan sifat yang ada hubungannya dengan massa atom
relatif, seperti:
Litium Kalsium Klor
Natrium Stronsium Brom
Kalium Barium Yod
Kelompok tiga unsur ini disebut triade. Dapat dilihat bahwa Mr brom = 80; kira-kira
sama dengan setengah dari jumlah massa atom relatif klor (35) dan yod (127) .
Massa atom relatif Br = ½ (35 + 127) = 81
b. Hukum Oktaf Newland
Pada tahun 1865, John New menemukan hubungan antara sifat unsur dan massa atom
relatif. New Lands menyusun unsur dalam kelompok tujuh unsur dan setiap unsur ke-
delapan mempunyai sifat mirip dengan unsur pertama dari kelompok sebelumnya.
Li Be B C N O F
Na Mg Al Si P S Cl
K Ca Cr Ti Mn

2. Daftar Mendeleev
Pada tahun 1869 Mendeleev berhasil menyusun suatu daftar terdiri atas 65 unsur yang
telah ada pada waktu itu. Selain dari sifat fisika, Mendeleev juga menggunakan sifat-
sifat kimia untuk menyusun daftar unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom
relatif.
a. Keuntungan daftar Mendeleev dalam memahami sifat unsur, adalah:
1) Sifat fisika dan kimia unsur berubah secara teratur dalam satu golongan
2) Valensi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur-unsur dalam golongan sama
dengan nomor golongan unsur.
3) Perubahan sifat yang mendadak dari unsur halogen yang sangat elektronegatif ke
unsur alkali yang sangat elektropositip menunjukan adanya sekelompok. Unsur
yang tidak bersifat elektronegatif maupun elektropositip.
4) Sifat Li mirip dengan sifat Mg
Sifat Be mirip dengan sifat Al
Sifat B mirip dengan sifat Si
5) Mendeleev meramal sifat unsur yang belum ditemukan, yang akan mengisi
tempat yang kosong dalam daftar
6) Daftar ini tidak mengalami perubahan setelah ditemukan unsur-unsur gas mulia
He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn diantara tahun 1890-1900
b. Keterbatasan Daftar Mendeleev
1) Panjang periode tidak sama
2) Beberapa urutan unsur adalah terbalik. Jika ditinjau dari urutan bertambahnya
massa atom relatif (berat atom)
Ar (39,9) ditempatkan sebelum K (39,1)

21
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

Co (58,9) ditempatkan sebelum Ni (58,1)


Te (127,6) ditempatkan sebelum I (126,9)
3) Triad besi (Fe, Co, Ni), triade platina ringan (Ru, Rh, Pd) dan triade platina (Os,
Ir, Pt) dimasukan ke dalam golongan 8, 9, 10. Diantara unsur-unsur golongan ini
hanya Ru dan Os yang mempunyai valensi 8.

3. Sistem Periodik Modern


Sistem ini dikembangkan oleh Moseley. Dalam sistem ini, unsur disusun
berdasarkan konfigurasi dari atom unsur-unsur. Unsur-unsur dengan konfigurasi
elektron yang mirip mempunyai sifat kimia yang mirip. Jadi sifat unsur ada
hubungannya dengan konfigurasi. Hubungan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Elektron-elektron tersusun dalam orbital
b. Hanya dua elektron saja yang dapat mengisi setiap orbital
c. Orbital-orbital dikelompokan dalam kulit
d. Hanya n2 orbital yang dapat mengisi kulit n
e. Ada berbagai macam orbital dengan bentuk yang berbeda:
1) Orbital s; satu orbital setiap kulit
2) Orbital p; tiga orbital setiap kulit
3) Orbital d; lima orbital setiap kulit
4) Orbital f; tujuh orbital setiap kulit
f. Elektron di bagian kulit terluar dari atom yang paling menentukan sifat kimia
disebut elektron valensi
g. Unsur dalam suatu jalur vertikal mempunyai elektron terluar yang sama dan
memiliki sifat kimia yang sama disebut golongan
h. Pada umumnya dalam satu golongan sifat unsur berubah secara teratur
i. Perubahan teratur sifat kimia dalam satu jalur horisontal dalam sistem periodik
disebut periode
Dalam tabel periodik unsur-unsur yang terletak dalam satu periode mempunyai jumlah
kulit yang sama. Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam satu golongan memiliki
konfigurasi elektron pada kulit terluar sama, menempati orbital yang sama.

4. Sifat-Sifat Keperiodikan Unsur-Unsur


Dalam bagian ini akan dibahas tentang beberapa sifat yang ada hubungannya
dengan letak unsur pada sistem periodik. Sifat-sifat itu meliputi jari-jari atom, energi
ionisasi, afinitas elektron, elektronegatifitas, titik didih dan titik leleh.
a. Jari-jari Atom
Jari – jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar suatu atom.
1) Dalam satu periode, makin ke kanan jari-jari atom makin kecil. Hal ini
sesuai dengan bertambahnya muatan inti, sehingga tarikan terhadap elektron makin
kuat.

22
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

2) Dalam satu golongan, makin ke bawah jari-jari atom makin bertambah


besar. Hal ini disebabkan makin ke bawah letak suatu unsur dalam sistem periodik
makin bertambah kulit yang dimiliki atom unsur tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jari-jari atom adalah:


• Keragaman ukuran atom dalam satu golongan pada tabel berkala. Semakin
banyak kulit elektron dalam suatu atom (makin bawah letak suatu unsur dalam
satu golongan pada tabel berkala) makin besar ukuran atom itu
• Keragaman ukuran atom dalam satu periode pada tabel berkala. Jari-jari atom
menurun dari kiri ke kanan dalam satu periode.
• Keragaman ukuran atom dalam deret transisi. Terdapat penurunan tajam dalam
ukuran dua atau tiga atom pertama tetapi sesudah itu ukuran atom hanya berubah
sedikit dalam deret transisi

b. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron pada
kulit terluar.
1. Dalam satu periode, makin ke kanan makin besar energi ionisasinya sebab
elektronnya makin sukar dilepaskan
2. Dalam satu golongan, makin ke bawah makin kecil energi ionisasinya sebab jari-
jari atom makin besar dan elektronnya makin mudah dilepaskan.
c. Elektronegativitas
Elektronegatifitas adalah kecenderungan atom untuk menarik elektron. Dalam satu
periode sifat keelektronegatifitas suatu unsur makin besar, sedangkan dalam satu
golongan makin ke bawah makin kecil.

23
Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur

d. Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah perubahan entalpi (H) yang terjadi apabila atom menerima
sebuah elektron. Dari kiri kekanan afinitas elektron bertambah besar dan dari atas ke
bawah afinitas elektron bertambah kecil.
e. Titik Didih dan Titik Leleh
Sifat ini merupakan sifat fisik dari unsur–unsur. Mendidih merupakan proses perubahan
dari wujud cair ke wujud gas dan meleleh adalah perubahan wujud padat ke wujud cair.
Untuk logam, dalam satu golongan makin ke atas sifat titik didih dan titik leleh makin
besar dan dalam satu periode makin ke kanan makin besar.
Untuk atom non logam , dalam satu golongan sifat titik didih dan titik lelehnya makin
ke bawah makin besar dan dalam satu periode makin ke kanan makin besar.

24
Soal-soal Latihan
35
1. Nyatakan jumlah proton, neutron dan elektron dalam unsur 17 Cl !
Jawab : p =17, n = 18, e = 17
2. Gunakan Sistem Periodik untuk unsur Al. Dalam larutan terbentuk Al 3+.
Tentukan jumlah p, n, dan e !
3. Spektrum garis hidrogen pada deret sinar tampak. Hitung panjang gelombang
garis keempat dalam nm!
Jawab : 486,4 nm.
4. Konfigurasi elektron unsur Na berakhir pada 3s. Tentukan bilangan kuantum
electron tersebut!
5. Lengkapi dengan memberikan nilai setiap perangkat berikut :
a. n = ……., L = 2, mL = 0, mS = +1/2
b. n = 2, L = ……. , mL = -1, mS = -1/2
c. n = 4, L = 2, mL = 0, mS = ………..
d. n = ……., L = 0, mL = ……, mS = ……
6. Unsur-unsur manakah yang mempunyai jari-jari atom hampir sama.
a. F, Cl, Br, I c. B, Si, As, Te e. He, Ne, Ar, Kr
b. Li, Be, B, C d. Mn, Fe, Co, Ni
7. Ion manakah yang mempunyai jari-jari terkecil
a. K+ b. B3+ c. Na+ d. Be2+ e. Li+
8. Unsur manakah mempunyai keelektronegatifan terendah
a. Cl b. Na c. B d. Al e. Cs

25

Anda mungkin juga menyukai