Resiko Perilaku Kekerasan
Resiko Perilaku Kekerasan
A. Latar Belakang
Menurut UU No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
peran sosial.
Menurut Nyumairah (2013) salah satu bentuk kejiwaan yang memiliki tingkat
keparahan yang tinggi adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu (Buchanan & Carpenter, 2000 cit.
hasil interaksi antara faktor subjektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar),
dan faktor biologis (proses hormonal), dengan kata lain, emosi muncul pada saat
manusia berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi
dengan lingkungannya kemudian terjadi resiko perilaku kekerasan (Herlina 2011 cit.
Yuliawati, 2013). Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien skizofrenia
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Melihat dari dampak dan kerugiannya, resiko perilaku kekerasan merupakan
salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi seseorang. Jadi, resiko perilaku
kekerasan dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
dan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan isolasi dan/atau
restrain. Restrain adalah aplikasi langsung kekeuatan fisik pada individu, tanpa izin
individu tersebut, untuk membatasi kebebasan geraknya. Kekuatan fisik ini dapat
menggunakan tenaga manusia, alat mekanis, atau kombinasi keduanya (Dwi &
Prihantini, 2014)..
mencederai banyak orang dan tingginya prevalensi terjadinya resiko perilaku kekerasan
B. Rumusan Masalah
4. apa saja tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan
gangguan jiwa.
4. untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasan.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol
(Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah
(Depkes, 2007).
yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
2. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif.
c. Pasif
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol.
e. Kekerasan
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologis
a) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
b) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan.
c) Rasa frustasi.
e) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
f) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu
yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan
sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura
bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat
3) Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika
terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra penciuman dan
memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat
hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7)
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan
genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni
serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal) trauma otak,
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
1) Klien
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3) Lingkungan
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol
serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasanterdiri
dari :
a. Fisik
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
ketus.
c. Perilaku
amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
e. Intelektual
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas
terhambat.
g. Sosial
h. Perhatian
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui observasi
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku kekerasan
yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
1) Tujuan
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan terapi
psikofarmaka.
2) Tindakan
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang harus Saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan salig percaya adalah mengucapkan salam
terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik,
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa lalu dan
saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan. Diskusikan
bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekersan, baik kekerasan fisik,
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat marah
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya. Diskusikan
bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau
bantal serta tarik napas dalam), obat-obat-obatan, sosial atau verbal (dengan
1) Tujuan
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan yang telah
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada
a. SP I Pasien
b. SP 2 Pasien
c. SP 3 Pasien
d. SP 4 Pasien
e. SP 5 Pasien
f. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah
5. Evaluasi
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatanyang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil
atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku
(Fitria, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.